Anda di halaman 1dari 24

PARKIR

Kendaraan tidak mungkun bergerak terus menerus, pada saatnya harus berhenti
sementara atau berhenti lama ( parker ), yaitu kendaraan tidak bergerak suatu
kendaraan yang bersifat sementara ( PP no.43 Th. 1993 ). Fasilitas parkir harus
tersedia di tempat tujuan ( perkantoran, perbelanjaan, tempat hiburan atau rekreasi dan
lain-lain ) dan dirumah ( berupa latar parkir ). Apabila tidak tersedia, maka ruang jalan
akan menjadi tempat parkir.

Perparkiran telah menimbulkanpersoalan pelik dibanyak kota besar karena


keterbatasan ruang kota. Meskipun demikian, perparkiran justru dapat dimanfaatkan
sebagai peluang dan potensi atau salah satu alat pengelola perlalulintasan kota.
Dibanyak kota besar di Eropa, banyak pemilik kendaraan pribadi lebih suka
menggunakan pelayanan AUP karena kebijakan tarif parkir yang tinggi.

Keadaan fasilitas parkir ( peralatan atau gedung ) dikawasan tertentu dalam kota,
menyebabkan jalan menjadi tempat parkir, yang berarti mengurangi lebar efektif jalan
dan dengan sendirinya menurunkan kapasitas ruas jalan yang bersangkutan. Akibat
selanjutnya kemacetan lalu lintas.

Perparkiran berkaitan erat dengan kebutuhan ruang, sedangkan sediaan ruang


terutama di daerah perkotaan sangat terbatas bergantung pada luas wilayah kota, tata
guna lahan, dan dibagian wilayah kota yang mana. Bila ruang parkir dibutuhkan di
wilayah pusat kegiatan, maka sedia lahan merupakan masalah yang sangat sulit,
kecuali dengan mengubah sebagian peruntukannya.

Setiap perilaku lalu lintas mempunyai kepentingan yang berbeda dan menginginkan
fasilitas parkir sesuai dengan kepentingannya. Keinginan para pemarkir patut
diperhatikan oleh penyedia parkir dalam merencanakan dan merancang fasilitas parkir.
Selain itu, lokasi tempat parkir dengan tempat yang dituju harus berada dalam jarak
yang dijangkau dengan berjalan kaki, karena kebutuhan tempat parkir dan fungsi dari
kegiatan. Makin terhimpun kegiatan disuatu tempat seperti halnya di pusat
kegiatankota, makin besar pula kebutuhan akan tempat parkir.

Tabel 1 Keinginan akan sarana parkir


PELAKU LALU LINTAS KEINGINAN
Perseorangan (pemarkir) Bebas, mudah mencapai tempat tujuan
Mudah bongkar-muat, menyenangkan
Pemilik took (pemarkir)
pembeli
Dikhususkan/terpisah supaya aman
untuk naik-turun penumpang mudah
Kendaraan umum
keluar-masuk agar dapat menepati
jadwal perjalanan
Mudah bongkar-muat, bisa parkir
Kendaraan barang
berjejer bila perlu
Kendaraan yang bergerak Bebas parkir, tanpa hambatan
Parkir, bebas, pelataran, selalu penuh,
Pengusaha parkir (pemarkir)
frekuensi parkir tinggi
Melayani setiap pengguna jalan,
Ahli perlalu lintas
mengusahakan kelancaran lalu lintas

Dengan demikian pengendalian parkir di jalan mempunyai banyak dimensi tujuan, yaitu
antara lain :
1. Mengurangi kemacetan lalu lintas
2. Meningkatkan kapasitas ruang jalan
3. Mendayagunakan fasilitas parkir di luar jalan, besar tarif harus mampu bersaing dengan
tarif parkir di jalan
4. Mempengaruhi orang agar menggunakan kendaraan umum untuk bepergian kemana
saja, hal ini harus dibarengi dengan upaya meningkatkan keandalan, keamanan dan
kenyamanan kendaraan umum
5. Mengelola perlalulintasan
6. nghasilkan uang sebagai pendapatan asli daerah, karena perparkiran dapat
menghasilkan uang cukup banyak

Parkir Dan Transportasi

Dalam mengusahakan agar mendapat operasional yang lebih efisien, setiap modal
transportasi pada dasarnya terdiri dari tiga elemen utama yaitu kendaraan, sarana
lintasan dan terminal. Penerapan dalam transportasi jalan raya adalah kendaraan, jalan
raya dan parkir atau fasilitas muat baik barang maupun orang. Setelah kendaraan
dipakai sampai ke tempat tujuan maka kendaraan membutuhkan suatu tempat
pemberhentian tidak bisa diperoleh maka penggunaan kendaraan menjadi tidak
bermanfaat sepenuhnya.

Pada umumnya kenaikan pemilik kendaraan akan menimbulkan peningkatan


permintaan parkir. Permintaan parkir ini merupakan masalah utama di kota-kota besar
karena pemecahan yang siap dipakai belum ada. Maka perlu adanya aturan-aturan
yang mengatur penyediaan tempat parkir yang cukup bagi tempat-tempat yang
menimbulkan bangkitan perjalanan.

Agar sistem transportasi kendaraan menjadi lebih efisien maka pada tempat-tempat
yang dapat membangkitkan pergerakan perjalanan harus menyediakan fasilitas
pelayanan parkir yang mencukupi.

Beberapa ahli mengartikan parkir secara berlainan, tetapi mempunyai maksud yang
sama, yaitu sebagai berikut :
- Parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan beberapa saat.
- Parkir adalah tempat memangkalkan /menempatkan dengan memberhentikan
kendaraan angkutan orang/ barang (bermotor maupun tidak bermotor) pada suatu
tempat dalam jangka waktu yang lama atau sebentar tergantung keadaan dan
kebutuhannya (Undang-undang lalu lintas No. 14/1992)
Keperluan parkir
1. Kerja
2. Shooping
3. Hiburan
4. Wisata

Dari keempat hal tersebut diatas, parkir untuk shooping merupakan masalah.

Macam-macam Kendaraan Yang Parkir

Kendaraan yang parkir dibedakan menurut tenaga pergeraknya (Undang-undang lalu


lintas No. 14/1992), yaitu :
1. Kendaraan bermotor
a. Kendaraan pribadi
- Beroda empat
- Beroda dua (sepeda motor)
b. Kendaraan umum
- Bis kota
- Angkutan kota non bis
- Truk barang
2. Kendaraan tidak bermotor
a. Kendaraan pribadi
- Sepeda
b. Kendaraan umum
- Becak
- Dokar
- Gerobak

Kapasitas parkir
a. Statis : berdasarkan daya tumpang luasan parkir yang ada : index parkir
b. Dinamis : berdasarkan daya tampung untuk suatu satuan waktu, jadi tidak hanya
didasarkan pada daya tamping luasan parkir, tetapi juga turn over parking dan durasi
parkir

Kapasitas Dinamis
1. Dapat berubah-ubah
2. Peningkatan kapasitas dinamis
- Pembatasan waktu parkir
- Tariff parkir berdasarkan waktu
- Demand management : supaya pengunjung tidak dating pada waktu yang bersamaan.

Cara Parkir

Cara parkir dapat dibedakan sebagai berikut :


1. Menurut penempatannya terdapat dua cara penataan parkir (Josep de Chiara & Lee
Koppelman,1994), yaitu :
a. Parkir ditepi jalan ini mengambil tempat disepanjang jalan dengan atau tanpa
melebarkan jalan untuk pembatas parkir. Jenis parkir ini baik untuk pengunjung yang
ingin dekat dengan tempat tujuannya. Tetapi untuk lokasi dengan intensitas lahan yang
tinggi, cara ini kurang menguntungkan.
Bila ditinjau dari posisi parkir dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Parkir sejajar dengan sumbu jalan
2. Parkir bersudut 300, 450 dan 600 terhadap sumbu jalan,
3. Parkir tegak lurus sumbu jalan (bersudut 900).
Parkir dengan sudut tegak lurus sumbu jalan maupun menampung kendaraan lebih
banyak daripada posisi parkir lainnya, tetapi lebih banyak mengurangi fungsi dari lebar
jalan.
b. Parkir tidak di badan jalan (off street parking)
Cara ini menempati pelataran parkir tertentu di luar badan jalan baik di halaman terbuka
atau di dalam bangunan khusus untuk parkir dan mempunyai pintu pelayanan keluar
untuk tempat mengambil karcis parkir sehingga dapat diketahui secara pasti jumlah
kendaraan yang parkir dan jangka waktu kendaraan parkir.

2. Menurut Statusnya
a. Parkir umum
Parkir umum adalah perparkiran yang menggunakan tanah-tanah, jalan-jalan atau
lapangan-lapangan yang dimiliki/ dikuasai dan pengelolaannya diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah
b. Parkir khusus
Parkir khusus adalah perparkiran yang menggunakan tanah-tanah yang dikuasai dan
pengelolaannya diselenggarakan oleh pihak ketiga.
c. Parkir darurat
Parkir adalah perparkiran ditempat-tempat umum, baik menggunakan tanah, jalan atau
lapangan milik penguasaan pemerintah daerah atau swasta karena kegiatan isedentil.
d. Taman parkir
Taman parkir adalah suatu areal bangunan perparkiran yang dilengkapi fasilitas sarana
perparkiran yang pengelolaannya diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah
e. Gedung parkir
Gedung parkir adalah bangunan yang dimanfaatkan untuk tempat parkir kendaraan
yang penyelenggaraannya oleh Pemerintah Daerah atau pihak ketiga yang telah
mendapat ijin dari Pemerintah Daerah.

3. Menurut jenis kepemilikannya dan pengoperasiannya


Menurut jenis dan pengoperasiannya parkir (Undang-undang lalu lintas No. 14/1992)
dapat digolongkan menjadi :
a. Parkir yang dimiliki dan dikelola oleh swasta,
b. Parkir yang dimiliki oleh pemerintah daerah tetapi pengelolaannya oleh pihak swasta,
c. Parkir yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah.

Parkir Ditepi Jalan (On Street Parking)


Parkir di jalan sudah pasti mengurangi kapasitas ruas jalan yang bersangkutan, dank
arena itu tidak dapat dibiarkan begitu saja. Di beberapa Negara diberlakukan beberapa
ketentuan, diantaranya : parkir di jalan dikenai tarif dan denda sangat tinggi sehingga
pengemudi memarkir kendaraan seperlunya saja, sebelum dikenai denda karena
melewati batas waktu, atau parkir di bangunan parkir meskipun tarifnya agak mahal,
atau menggunakan kendaraan umum.

Di kawasan pusat kegiatan kota, sirkulasi kendaraan relatif paling banyak dan dengan
demikian juga memerlukan fasilitas parkir lebih banyak, sedangkan ruang parkir di jalan
sangat terbatas. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pemanfaatan ruang parkir
secara efisien dengan cara membatasi lamanya parkir dan sistem tariff progresif untuk
memaksa parkir seperlunya. Dengan demikian, dapat diperoleh manfaat yang oftimal
dari sistem perparkiran.

Persyaratan Parkir di Tepi Jalan untuk Berbagai Tipe Jalan Kota


Kecepatan Lebar Lokasi Lokasi
Tipe Lebar
Min. Badan Parkir Berhenti
Jalan Perkerasan
(Km/jam) Jalan (m) Kendaraan Kendaraan
Arteri
tidak tidak 2x7m
Primer 60 8
diijinkan diijinkan 2x3m
2x7m
Sekunder 30 8 dibatasi dibatasi
2x3m
Kolektor
Primer 40 7 dibatasi dibatasi 2x6m
Sekunder 20 7 dibatasi dibatasi 2 x 2,5 m
Lokal
Primer 20 6 2x3m
Sekunder 10 5 2 x 2,5 m
Parkir di Luar Badan Jalan (Off Street Parking)

Perparkiran yang ideal adalah parkir di luar badan jalan berupa fasilitas peralatan
(taman) parkir atau bangunan (gedung) parkir. Di pusat kegiatan kota yang sangat sulit
memperoleh lahan yang cukup luas, fasilitas yang sesuai dengan gedung parkir yang
dapat dibangun bertingkat sesuai dengan kebutuhan. Taman parkir maupun gedung
parkir memerlukan biaya investasi yang cukup besar, namun pengembaliannya dapat
diharapkan tidak terlalu lama dan bisa menjadi lahan usaha.

Survey Parkir
1. Survey ditempat parkir dengan titik akses tertentu (umumnya off street parking)
2. Survey ditempat parkir dengan titik akses tidak terbatas (umumnya on street parking)

Survey ditempat parkir dengan titik akses tertentu dilakukan dengan mencatat nomer
kendaraan yang masuk/ keluar dengan waktu keluar/ masuk kendaraan tersebut.

Survey ditempat parkir dengan titik akses tidak terbatas


1. Cocok dilakukan pada tempat parkir di badan jalan,
2. Wilayah dibagi dalam beberapa zona,
3. Setiap zona ditempati oleh 1 orang enumerator,
4. Enumerator berjalan berkeliling dan mencatat nomor kendaraan yang sedang parkir
(cara patroli),
5. Hal ini dilakukan setiap interval waktu tertentu (misalnya tiap 15 menit, 30 menit, atau 1
jam),
6. Pencatatan secara manual (mencatat nomor kendaraan pada saat pertama kali terlihat,
dan memberi tanda bila terlihat pada interval waktu berikutnya), dengan data logger,
atau dengan tape recorder.

Park and Ride


1. Maksud : penyediaan fasilitas parkir bagi yang akan menggunakan angkutan umum
2. Kelemahan angkutan umum : tidak dapat door to door service
3. P + R mencoba mengatasi masalah tersebut

Larangan parkir ditepi jalan


Jalan arteri primer
Pada simpang :
- Sampai jarak 50 meter,
- Untuk simpang bersinyal : sampai akhir panjang antrian (probabilitas antrian 95%)

Variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan parkir


1. Luas areal total pusat kegiatan,
2. Luas areal efektif,
3. Jumlah tempat duduk (gedung bioskop, tempat pertandingan olah raga),
4. Jumlah kamar/ tempat tidur (hotel/ RS),
5. Tarif kamar standar (hotel),
6. Pendapatan perkapita,
7. Jumlah karyawan/ dosen/ mahasiswa,
8. Bentuk kegiatan,
9. Tingkat kegiatan.

Peruntukan Parkir Tetap


1. Pusat perdagangan,
2. Pusat perkantoran swasta/ pemerintah,
3. Pusat perdagangan eceran/ swalayan,
4. Pasar,
5. Sekolah,
6. Tempat rekreasi,
7. Hotel dan tempat penginapan,
8. Rumah sakit.

Peruntukan Parkir Tidak Tetap


1. Bioskop,
2. Tempat pertunjukan,
3. Tempat pertandingan olahraga,
4. Rumah ibadah.

Faktor-faktor Penentu Perencanaan Parkir

Agar dapat digunakan sesuia dengan fungsinya, maka dalam sebuah pengadaan
sarana parkir diperlukan perencanaan dan perancangan yang baik. Dalam
perencanaan terdapat beberapa factor penentu antara lain :

1. Fasilitas parkir yang ada


Survey parkir harus meliputi inventarisasi ruang parkir yang tersedia atau yang
memungkinkan untuk dikembangkan selanjutnya. Inventarisasi ini harus merinci tipe
parkir, apakah di jalan atau diluar jalan, digunakan sepenuhnya atau digunakan
sebagian, seperti tertera dibawah ini :
a. Lokasi dan control
Meliputi parkir di jalan (disisi jalan, unilateral, bilateral, parallel dan parkir miring), parkir
diluar jalan, ruang terbuka, ruang tertutup, ramp dan tipe mekanis, tata ruang parkir dan
pengaturan masuk dan keluar kendaraan, parkir pribadi atau umum.
b. Pembatasan waktu
Meliputi lama dan batasan waktu menurut jam bebas dan memakai meteran serta
satuan ongkos parkir.
2. Besaran dalam parkir
a. Akumulasi parkir
Merupakan jumlah kendaraan yang parkir di suatu tempat pada waktu tertentu, dan
dapat dibagi sesuai dengan kategori jenis dan maksud perjalanan. Akumulasi parkir ini
akan berkaitan erat dengan beban parkir (jumlah kendaraan parkir) dalam satuan jam
kendaraan per periode waktu tertentu.
b. Volume parkir
Menyatakan jumlah kendaraan yang termasuk dalam beban parkir (yaitu jumlah
kendaraan per periode waktu tertentu, biasanya per hari). Waktu yang digunakan
kendaraan untuk parkir dalam menitan atau jam-jaman menyatakan lama parkir.
c. Pergantian parkir (parking turnover)
Menuju tingkat penggunaan ruang parkir dan diperoleh dengan membagi volume parkir
dengan ruang parkir untuk periode waktu tertentu.
d. Indeks parkir
Merupakan umuran yang lain untuk menyatakan tingkat penggunaan panjang jalan dan
dinyatakan dalam persentasi ruang yang ditempati oleh kendaraan parkir pada tiap 6
meter yang tersedia di tepi jalan (secara teoritis)
3. Tata guna tanah dan pembangkit parkir
Permintaan parkir dibangkitkan menurut distribusi dan macam tata guna tanah pada
suatu area, bersama-sama dengan tingkat kemudahan yang ada pada berbagai moda
transportasi yang bersaing. Penempatan pemilihan tempat parkir mobil yang dibuat
sebagai bangunan pelengkapan sebuah gedung atau tempat parkir yang terletak jauh
dari gedung dan ukurannya, yang berkaitan dengan bangkitan lalu lintas, tergantung
pada kebijakan menyeluruh dari transportasi di daerah tersebut. Parkir mobil dapat
ditempatkan pada tempat pergantian moda transportasi dan jalan untuk pejalan kaki,
pelayanan perjalanan dan pelayanan bus yang dihubungkan langsung dengan tempat
tujuan, tergantung dari jarak dan maksud perjalanan. Berbagai peraturan baku
mengenai perparkiran mobil ditetapkan oleh pejabat yang berwenang, tetapi peraturan-
peraturan ini cukup bervariasi dan hanya dapat diterapkan dalam lingkup rencana
menyeluruh yang meliputi pula kebijaksanaan tariff.
4. Analisis kebutuhan parkir dengan selisih terbesar antara kedatangan dan keluaran
(maximum accumulation)
Kebutuhan parkir dicari dengan cara mendapatkan akumulasi maksimum dari suatu
interval pengamatan. Akumulasi dibuat untuk menentukan puncak parkir pada interval
waktu tertentu dimana periode jam puncak harus diketahui. Analisa akumulasi
dilakukan dengan perhitungan kendaraan yang bergerak masuk dan keluar yang
dilakukan terus menerus, cara ini memerlukan data jumlah kendaraan pada fasilitas
diawali perhitungan dan pengecekan jumlah kendaraan yang tersisa akhir perhitungan
agar didapat keakuratan dari perhitungan.

REKAYASA LALU LINTAS

Rekayasa lalu lintas adalah salah satu cabang dari teknik sipil yang menggunakan
pendekatan rekayasa untuk mengalirkan lalu lintas orang dan barang secara aman dan
effisien dengan merencanakan, membangun dan mengoperasikan geometrik jalan, dan
dilengkapi dengan rambu lalu lintas, marka jalan serta alat pemberi isyarat lalu lintas.

Di dalam memecahkan permasalahan lalu lintas, para pakar lalu lintas perlu mengenali
3 komponen yaitu jalan, kendaraan dan pelaku perjalanan. Mengenali masalah lalu
lintas yang terjadi dengan mengumpulkan informasi geometrik jalan, besarnya arus lalu
lintas, kecepatan lalu lintas, hambatan/tundaan lalu lintas, data kecelakaan lalu lintas
dan karakteristik pelaku perjalanan. Seluruh data yang dikumpulkan selanjutnya
dianalisis untuk kemudian direncanakan usulan perbaikaan geometrik, pembangunan
fasilitas pengaman jalan, pemasangan rambu lalu lintas, marka jalan atau melakukan
pembatasan gerakan lalu lintas tertentu.

Perbaikan geometrik dapat berupa pelebaran jalan, perubahan radius tikung,


pembangunan pulau-pulau lalu lintas, mengurangi tanjakan, membangun jalur rangkak
pada tanjakan yang tinggi, memberikan perioritas bagi angkutan umum seperti Busway
dan berbagai langkah lainnya.

Permasalahan Lalu Lintas

Permasalahan lalu lintas biasanya tumbuh lebih cepat dari upaya untuk melakukan
pemecahan permasalahan transportasi sehingga mengakibatkan permasalahan
menjadi bertambah parah dengan berjalannya waktu. Untuk bisa memecahkan
permasalahan lalu lintas perlu diambil langkah-langkah yang berani atas dasar kajian
dan langkah-langkah yang pernah dilakukan dikota-kota lain.

Kemacetan Lalu Lintas

Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya yang ditandai dengan


menurunnya kecepatan perjalanan dari kecepatan yang seharusnya atau bahkan
terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah lalu lintas kendaraan
melebihi kapasitas jalan. Kemacetan merupakan permasalahan yang umum terjadi dan
banyak terjadi di kota-kota besar yang pada gilirannya mengakibatkan kota menjadi
tidak efisien dan bisa mengakibatkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit. Kemacetan
ini disebabkan beberapa permasalahan:

Rasio Infrastruktur Transportasi Dengan Luas Lahan

Bila dibandingkan dengan kota-kota dunia, kota-kota di Indonesia mempunyai rasio


infrastruktur transportasi dengan luas lahan yang cenderung rendah, sebagai contoh,
Jakarta hanya memiliki ratio sebesar 6 persen sedangkan kota-kota di Amerika Utara
berkisar diantara 25-35 persen di Eropah berkisar antara 15 persen sampai 25 persen.
Padahal jumlah kendaraan per kapita juga sudah sangat tinggi sehingga kemacetan
merupakan salah satu permasalahan di kota-kota besar Indonesia.

Geometrik Jalan Yang Tidak Memenuhi Persyaratan

Masih banyak ditemukan jalan dengan kualitas geometrik yang tidak memenuhi
persyaratan, keadaan ini mendorong tingginya angka kecelakaan serta berbagai
permasalahan lainnya. Permasalahan yang terkait geometik antara lain meliputi:
1. rancang bangun ruas jalan atau persimpangan yang tidak memenuhi persyaratan
karena radius tikung, jarak pandang bebas, Jarak pandang menyiap yang tidak
memenuhi persyaratan
2. ruas jalan yang tidak memiliki bahu, tidak cukup lebar sehingga dapat membahayakan
pengguna
3. drainase yang tidak direncanakan dengan baik
4. konstruksi dan perawatan yang tidak dilakukan dengan baik, sehingga banyak
kerusakan yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
5. pemasangan rambu dan marka yang tidak dilakukan dengan baik.

Jaringan Jalan Yang Tidak Memadai

1. Jaringan jalan untuk kendaraan


Jaringan jalan terutama di kawasan perkotaan yang tidak memiliki konsep jaringan yang
memadai yang mengakibatkan pilihan rute menuju suatu kawasan terbatas sehingga
beban jalan-jalan tertentu menjadi sedemikian padatnya. Hal ini diperparah dengan
jumlah kendaraan yang sangat tinggi, sebagai contoh panjang jalan untuk setiap
kendaraan di Jakarta hanya mencapai 1,17 m, sehingga kalau kendaraan
disusun bumper to bumpertidak akan mencukupi panjang jalan yang ada DKI Jakarta,
dan kalau menggunakan kriteria lainnya yaitu panjang jalan per kapita hanya 0,88 m,
angka yang kecil kalau dibandingkan dengan kota-kota lain didunia (kota-kota di Eropah
berkisar 2,5 m/kapita dan kota-kota Amerika Utara berkisar 5 m/kapita).
2. Jaringan jalan bagi pejalan kaki
Fasilitas pejalan kaki umumnya tidak mendapat perhatian yang cukup oleh pemerintah
daerah, dan kalaupun fasilitas pejalan kaki tersedia tidak didukung dengan standar
desain yang baik sehingga tidak bisa digunakan oleh pngguna yang berkebutuhan
khusus baik yang menggunakan kursi roda maupun yang penderita yang buta.
Keadaan ini diperparah lagi oleh pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar ataupun
digunakan untuk kendaraan parkir. Permasalahan lain yang terkait dengan pejalan kaki
adalah kurangnya fasilitas penyeberangan yang dikendalikan didaerah pusat kota,
ataupun ketidak patuhan pemakai kendaraan bermotor untuk tiodak memberikan
perioritas terhadap pejalan kaki.

Tata Ruang Yang Tidak Terkendali

Permasalahan lainnya yang besar adalah tata ruang yang tidak terkendali sehingga
mengakibatkan berbagai permasalahan, diantaranya jalan yang tidak teratur terutama
dikawasan pemukiman dan terkadang didaerah yang kumuh gang-gang yang ada
sedemikian sempitnya sehingga bila terjadi kebakaran sulit untuk dimasuki mobil
pemadam kebakaran.

Pertumbuhan Kendaraan Yang Sangat Tinggi

Pertumbuhan pemilikan kendaraan pribadi yang sangat tinggi antara 8 sampai 13


persen setahun yang pada gilirannya digunakan di jalan sehingga bebabn jaringan jalan
menjadi semakin berat. Tingkat pemilikan kendaraan dikota-kota besar sudah mencapai
angka 300 an kendaraan per 1000 orang, suatu angka yang sangat tinggi. Pemilikan
kendaraan pribadi ini didominasi oleh sepeda motor dengan pangsa hampir sebesar 80
persen. Angka pemilikan kendaraan yang tinggi ini pada gilirannya mengakibatkan
permasalahan parkir yang cukup serius dengan serinnya dilakukan pelanggaran parkir.

Tidak Memadainya Pelayanan Angkutan Umum


Angkutan umum yang tidak memadai mendorong masyarakat untuk menggunakan
kendaraan pribadi. Permasalahan pelayanan angkutan umum yang dihadapi
pemerintah daerah khususnya dikawasan perkotaan diantaranya adalah:
Pada trayek-trayek tertentu jumlah bus yang melayani angkutan tidak mencukupi,
khususnya pada saat permintaan puncak, tapi pada trayek lainnya terkadang sangat
melebihi kebutuhan sehingga pada gilirannya untuk mempertahankan operasi operator
menterlantarkan kualitas pelayanan,
Ukuran kendaraan tidak sesuai dengan permintaan yang ada, di banyak kota
pelayanan angkutan pada koridor utama dengan permintaan yang tinggi dilayani
dengan angkutan umum ukuran kecil/angkot yang kapasitas angkutnya hanya pada
kisaran 10 orang.
Kualitas angkutan yang sangat tidak memadai
Jadual yang tidak teratur
Fasilitis perhentian yang tidak memadai, atap bocor, tidak dilengkapi dengan informasi
jaringan angkutan umum yang melewati perhentian tersebut, tidak dilengkapi dengan
jadual.

Pelanggaran Ketentuan Lalu Lintas

Pelanggaran ketentuan lalu lintas yang dilakukan masyarakat kian tambah


memprihatikan dari tahun ke tahun yang pada gilirannya akan mengakibatkan
peningkatan kecelakaan lalu lintas dengan korban meninggal ataupun luka-luka yang
tidak sedikit. Disamping itu ketidak tertiban juga akan mengganggu kelancaran lalu
lintas yang akan menurukan kecepatan perjalanan. Untuk meningkatkan ketertiban
masyarakat perlu dipelajari dan dipetakan kembali profil pelanggaran yang dilakukan
masyarakat termasuk juga pelanggaran yang dilakukan oleh petugas. Pengamatan
terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat:
1. Tingginya pelanggaran terhadap batas kecepatan yang seolah-olah tidak ada batasan
kecepatan yang diberlakukan hal ini terutama menjadi masalah pada jalan yang lalu
lintas sedang sepi
2. Tingginya pelanggaran pada persimpangan yang dikendalikan lampu lalu lintas
khususnya didaerah pingiran kota. Pelanggaran terutama tinggi dilakukan oleh
pengendara sepeda motor, pengemudi angkutan umum khususnya angkot.
Pelanggaran lain yang juga terjadi bahwa pengemudi tetap masuk persimpangan pada
saat lampu sudah berubah menjadi merah dan kadang bila lalu lintas didepannya macet
pengemudi akan menghambat lalu lintas yang mendapatkan lampu hijau dan akhirnya
persimpangan akan terkunci.
3. Tidak berjalannya aturan penggunaan persimpangan perioritas atau bundaran lalu
lintas, pelanggaran ini pada gilirannya mengakibatkan persimpangan terkunci. Memang
pengertian masyarakat tentang hak menggunakan persimpangan masih sangat rendah
terutama pada persimpangan yang dilengkapi dengan rambu beri kesempatan ataupun
rambu stop.
4. Pelanggaran jalur yang dilakukan oleh pengguna jalan dengan berjalan menggunakan
jalur lawan pada jalan-jalan yang dipisah dengan median ataupun jalan satu arah.
Pelanggaran ini terutama dilakukan oleh pengguna sepeda motor.
5. Pelanggaran terhadap penggunaan jalan, khususnya dijalur khusus bus yang lebih
dikenal sebagai Busway.
6. Pelanggaran tertib penggunaan perangkat keselamatan seperti helm dan sabuk
keselamatan yang cenderung masih tinggi terutama di kawasan pinggiran kota.

Kecelakaan Lalu Lintas

Angka kecelakaan di Indonesia cenderung cukup tinggi bila dibandingkan dengan


negara-negara lain di Asean. Berbagai langkah perlu dilakukan untuk bisa
mengendalikan angka kecelakaan tersebut. Faktor yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan adalah:
1. Jaringan pelayanan yang tidak memadai
2. Integrasi pelayanan yang menyangkat integrasi phisik/tempat perpindahan, jadwal dan
tiketing yang belum optimal
3. Subsidi angkutan umum tidak dikelola dengan baik
Faktor Manusia

Faktor manusia merupakan penyebab kecelakaan yang paling besar, bisa mencapai 85
persen dari seluruh kejadian kecelakaan. Hampir seluruh kejadian kecelakaan didahului
dengan pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundangan tentang lalu lintas dan
angkutan. Faktor manusia berupa keahlian yang tidak memadai dalam menjalankan
kendaraan, kesalahan menginterprestasikan aturan, pengemudi sedang mabuk atau
sakit, atau terkadang sengaja melakukan pelanggaran karena ingin lebih cepat sampai
di tujuan dengan mengemudikan kendaraan lebih cepat dari ketentuan atau sengaja
melanggar lampu lalu lintas dan berbagai penyebab lainnya.

Faktor Kendaraan

Faktor kendaraan diantaranya yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem tidak
berfungsi sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan bagian
kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai penyebab
lainnya. Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan teknologi yang digunakan,
perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan. Untuk mengurangi faktor kendaraan
perawatan dan perbaikan kendaraan diperlukan, disamping itu adanya kewajiban untuk
melakukan pengujian kendaraan bermotor secara reguler.

Faktor Jalan
Faktor jalan terkait dengan kecepatan rencana jalan, geometrik jalan, kemiringan
permukaan jalan (super elevasi jalan),pagar pengaman di daerah pegunungan, tidak
adanya median jalan, jarak pandang dan kondisi permukaan jalan, tidak memadainya
bahu jalan fasilitas pejalan kaki yang sering diabaikan atau tidak tersedia. Jalan yang
rusak/berlobang sangat membahayakan pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda
motor.

Faktor Cuaca

Faktor Cuaca seperti hari hujan juga mempengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti jarak
pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga
terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau lebatnya
hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. Asap dan kabut juga bisa
mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan

Jumlah kecelakaan lalu lintas yang tercatat di Kepolisian Republik Indonesia


ditunjukkan dalam gambar berikut:

Manajemen Lalu Lintas Yang Tidak Optimal

Dengan segala permasalahan kemacetan lalu lintas dan angka kecelakaan yang tinggi
menjadi lebih parah kalau tidak didukung dengan manajemen lalu lintas untuk
mengurangi angka kecelakaan, mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan,
meningkatkan efisiensi sistem transportasi.

Pencemaran Lingkungan
Masalah pencemaran merupakan[2] suatu masalah yang sangat perlu mendapat
penanganan secara serius oleh semua pihak untuk dapat menanggulangi akibat buruk
yang terjadi karena pencemaran, bahkan sedapat mungkin untuk dapat mencegah
jangan sampai terjadi pencemaran lingkungan.
Salah satu dampak negatif sebagai akibat performansi lalu lintas yang jelek, bahan
bakar yang buruk serta teknologi kendaraan yang sudah ketinggalan akan
mengakibatkan pencemaran lingkungan. Dampak pencemaran lingkungan ini berupa:
1. Emisi gas buang yang berupa gas dan partikel beracun seperti, gas CO, HC, NO x,
Benzen dan berbagai gas lainnya serta berbagai partikel seperti senyawa karbon lepas,
timbal dan berbagai partikel lainnya.
2. Emisi gas rumah kaca, yang saat ini dianggap sebagai pemicu terjadinya perubahan
iklim. Peran gas rumah kaca dari sektor transportasi berada pada kisaran 15 sampai 20
persen yang merupakan angka yang tidak kecil.

MARKA JALAN

Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas
permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur,
garis melintang, garis serong serta lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan
arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.

Pengelompokan Marka

Marka membujur adalah tanda yang sejajar dengan sumbu jalan. Marka membujur
yang dihubungkan dengan garis melintang yang dipergunakan untuk membatasi ruang
parkir pada jalur lalu lintas kendaraan, tidak dianggap sebagai marka jalan membujur.

Berikut beberapa contoh marka :


Marka putus-putus Marka utuh

Marka putus-putus Marka putus-putus dan utuh


menjelang marka utuh
Marka Melintang

Marka melintang adalah tanda yang tegak lurus terhadap sumbu jalan, seperti pada
garis henti di Zebra cross atau di persimpangan

Garis henti

Marka Serong

Marka serong adalah tanda yang membentuk garis utuh yang tidak termasuk dalam
pengertian marka membujur atau marka melintang, untuk menyatakan suatu daerah
permukaan jalan yang bukan merupakan jalur lalu lintas kendaraan.

Marka cevron

Marka Lambang
Marka lambang adalah tanda yang mengandung arti tertentu untuk menyatakan
peringatan, perintah dan larangan untuk melengkapi atau menegaskan maksud yang
telah disampaikan oleh rambu lalu lintas atau tanda lalu lintas lainnya.
Marka panah Marka tulisan

Bahan Marka Jalan

A. Marka Non-Mekanik

Marka jalan merupakan campuran antara bahan pengikat, pewarna, dan bola kaca kecil
yang berfungsi untuk memantulkan cahaya/sinar lampu agar marka dapat terlihat
dengan jelas pada malam hari. Bahan dapat dikelompokkan atas :
1. Cat, biasanya merupakan marka jalan yang dapat dengan cepat hilang, sehingga hanya
baik digunakan pada bagian jalan yang jarang dilewati oleh kendaraan.
2. Termoplastic, adalah bahan yang digunakan pada arus lalu lintas yang tinggi,
penerapannya dilakukan dengan pemanasan material marka jalan kemudian
dihamparkan dijalan dengan menggunakan alat.
3. Cold-plastic, seperti termoplastik digunakan pada jalan dengan arus yang tinggi,
menggunakan resin dan pengeras yang dicampurkan sebelum penghamparan dijalan
dengan menggunakan alat khusus untuk itu.

B. Marka Mekanik
Marka mekanik adalah paku jalan yang biasanya dilengkapi dengan reflektor. Marka
jenis ini ditanam/dipaku ke permukaan jalan melengkapi marka non mekanik.

PERSIMPANGAN

Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau lebih ruas
jalan bertemu , di sini arus lalu lintas mengalami konflik. Untuk mengendalkan konflik ini
ditetapkan aturan lalu lintas untuk menetapkan siapa yang mempunyai hak terlebih
dahulu untuk menggunakan pesimpangan.

Konflik Dipersimpangan

Dipersimpangan konflik yang terjadi dikelompokkan atas:


1. Berpotongan atau disebut juga crossing, dimana dua arus berpotongan langsung.
2. Bergabung atau disebut juga merging, dimana dua arus bergabung.
3. Berpisah atau disebut juga sebagai diverging, dimana dua arus berpisah
4. Bersilangan atau disebut juga weaving, dimana dua arus saling bersilangan, terjadi
pada bundaran lalu lintas.

Bentuk Pengendalian Persimpangan

Bentuk pengendalian tergantung kepada besarnya arus lalu lintas, semakin besar arus
semakin besar konflik yang terjadi semakin kompleks pengendaliannya atau dijalan
bebas hambatan memerlukan penanganan khusus.
Persimpangan Sederhana

Bila arus masih rendah dan kecepatan lalu lintas rendah dapat
diterapkan, dimanakendaraan yang datang dari kiri mendapat perioritas lebih dulu.
Persimpangan seperti ini banyak ditemukan di jalan lingkungan kawasan pemukiman.

Persimpangan Perioritas

Bila suatu persimpangan arus dijalan utama (mayor) bersimpangan dengan jalan kecil
(minor) maka kendaraan yang berada di jalan utama mendapat hak terlebih dahulu,
untuk menegaskan hal tersebut digunakan rambu lalu lintas 'beri kesempatan' berupa
segitiga terbalik yang ditempatkan dijalan minor, untuk lebih mempertegas digunakan
rambu 'stop'dimana pengemudi dijalan minor wajib berhenti dan masih
dilengkapi marka jalan sebagai pelengkap rambu Beri Kesempatan dan Rambu Stop.

http://purwamas.blogspot.co.id/2013/02/parkir-rekayasa-lalu-lintas-persimpangan_3250.html

Anda mungkin juga menyukai