Kendaraan tidak mungkun bergerak terus menerus, pada saatnya harus berhenti
sementara atau berhenti lama ( parker ), yaitu kendaraan tidak bergerak suatu
kendaraan yang bersifat sementara ( PP no.43 Th. 1993 ). Fasilitas parkir harus
tersedia di tempat tujuan ( perkantoran, perbelanjaan, tempat hiburan atau rekreasi dan
lain-lain ) dan dirumah ( berupa latar parkir ). Apabila tidak tersedia, maka ruang jalan
akan menjadi tempat parkir.
Keadaan fasilitas parkir ( peralatan atau gedung ) dikawasan tertentu dalam kota,
menyebabkan jalan menjadi tempat parkir, yang berarti mengurangi lebar efektif jalan
dan dengan sendirinya menurunkan kapasitas ruas jalan yang bersangkutan. Akibat
selanjutnya kemacetan lalu lintas.
Setiap perilaku lalu lintas mempunyai kepentingan yang berbeda dan menginginkan
fasilitas parkir sesuai dengan kepentingannya. Keinginan para pemarkir patut
diperhatikan oleh penyedia parkir dalam merencanakan dan merancang fasilitas parkir.
Selain itu, lokasi tempat parkir dengan tempat yang dituju harus berada dalam jarak
yang dijangkau dengan berjalan kaki, karena kebutuhan tempat parkir dan fungsi dari
kegiatan. Makin terhimpun kegiatan disuatu tempat seperti halnya di pusat
kegiatankota, makin besar pula kebutuhan akan tempat parkir.
Dengan demikian pengendalian parkir di jalan mempunyai banyak dimensi tujuan, yaitu
antara lain :
1. Mengurangi kemacetan lalu lintas
2. Meningkatkan kapasitas ruang jalan
3. Mendayagunakan fasilitas parkir di luar jalan, besar tarif harus mampu bersaing dengan
tarif parkir di jalan
4. Mempengaruhi orang agar menggunakan kendaraan umum untuk bepergian kemana
saja, hal ini harus dibarengi dengan upaya meningkatkan keandalan, keamanan dan
kenyamanan kendaraan umum
5. Mengelola perlalulintasan
6. nghasilkan uang sebagai pendapatan asli daerah, karena perparkiran dapat
menghasilkan uang cukup banyak
Dalam mengusahakan agar mendapat operasional yang lebih efisien, setiap modal
transportasi pada dasarnya terdiri dari tiga elemen utama yaitu kendaraan, sarana
lintasan dan terminal. Penerapan dalam transportasi jalan raya adalah kendaraan, jalan
raya dan parkir atau fasilitas muat baik barang maupun orang. Setelah kendaraan
dipakai sampai ke tempat tujuan maka kendaraan membutuhkan suatu tempat
pemberhentian tidak bisa diperoleh maka penggunaan kendaraan menjadi tidak
bermanfaat sepenuhnya.
Agar sistem transportasi kendaraan menjadi lebih efisien maka pada tempat-tempat
yang dapat membangkitkan pergerakan perjalanan harus menyediakan fasilitas
pelayanan parkir yang mencukupi.
Beberapa ahli mengartikan parkir secara berlainan, tetapi mempunyai maksud yang
sama, yaitu sebagai berikut :
- Parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan beberapa saat.
- Parkir adalah tempat memangkalkan /menempatkan dengan memberhentikan
kendaraan angkutan orang/ barang (bermotor maupun tidak bermotor) pada suatu
tempat dalam jangka waktu yang lama atau sebentar tergantung keadaan dan
kebutuhannya (Undang-undang lalu lintas No. 14/1992)
Keperluan parkir
1. Kerja
2. Shooping
3. Hiburan
4. Wisata
Dari keempat hal tersebut diatas, parkir untuk shooping merupakan masalah.
Kapasitas parkir
a. Statis : berdasarkan daya tumpang luasan parkir yang ada : index parkir
b. Dinamis : berdasarkan daya tampung untuk suatu satuan waktu, jadi tidak hanya
didasarkan pada daya tamping luasan parkir, tetapi juga turn over parking dan durasi
parkir
Kapasitas Dinamis
1. Dapat berubah-ubah
2. Peningkatan kapasitas dinamis
- Pembatasan waktu parkir
- Tariff parkir berdasarkan waktu
- Demand management : supaya pengunjung tidak dating pada waktu yang bersamaan.
Cara Parkir
2. Menurut Statusnya
a. Parkir umum
Parkir umum adalah perparkiran yang menggunakan tanah-tanah, jalan-jalan atau
lapangan-lapangan yang dimiliki/ dikuasai dan pengelolaannya diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah
b. Parkir khusus
Parkir khusus adalah perparkiran yang menggunakan tanah-tanah yang dikuasai dan
pengelolaannya diselenggarakan oleh pihak ketiga.
c. Parkir darurat
Parkir adalah perparkiran ditempat-tempat umum, baik menggunakan tanah, jalan atau
lapangan milik penguasaan pemerintah daerah atau swasta karena kegiatan isedentil.
d. Taman parkir
Taman parkir adalah suatu areal bangunan perparkiran yang dilengkapi fasilitas sarana
perparkiran yang pengelolaannya diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah
e. Gedung parkir
Gedung parkir adalah bangunan yang dimanfaatkan untuk tempat parkir kendaraan
yang penyelenggaraannya oleh Pemerintah Daerah atau pihak ketiga yang telah
mendapat ijin dari Pemerintah Daerah.
Di kawasan pusat kegiatan kota, sirkulasi kendaraan relatif paling banyak dan dengan
demikian juga memerlukan fasilitas parkir lebih banyak, sedangkan ruang parkir di jalan
sangat terbatas. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pemanfaatan ruang parkir
secara efisien dengan cara membatasi lamanya parkir dan sistem tariff progresif untuk
memaksa parkir seperlunya. Dengan demikian, dapat diperoleh manfaat yang oftimal
dari sistem perparkiran.
Perparkiran yang ideal adalah parkir di luar badan jalan berupa fasilitas peralatan
(taman) parkir atau bangunan (gedung) parkir. Di pusat kegiatan kota yang sangat sulit
memperoleh lahan yang cukup luas, fasilitas yang sesuai dengan gedung parkir yang
dapat dibangun bertingkat sesuai dengan kebutuhan. Taman parkir maupun gedung
parkir memerlukan biaya investasi yang cukup besar, namun pengembaliannya dapat
diharapkan tidak terlalu lama dan bisa menjadi lahan usaha.
Survey Parkir
1. Survey ditempat parkir dengan titik akses tertentu (umumnya off street parking)
2. Survey ditempat parkir dengan titik akses tidak terbatas (umumnya on street parking)
Survey ditempat parkir dengan titik akses tertentu dilakukan dengan mencatat nomer
kendaraan yang masuk/ keluar dengan waktu keluar/ masuk kendaraan tersebut.
Agar dapat digunakan sesuia dengan fungsinya, maka dalam sebuah pengadaan
sarana parkir diperlukan perencanaan dan perancangan yang baik. Dalam
perencanaan terdapat beberapa factor penentu antara lain :
Rekayasa lalu lintas adalah salah satu cabang dari teknik sipil yang menggunakan
pendekatan rekayasa untuk mengalirkan lalu lintas orang dan barang secara aman dan
effisien dengan merencanakan, membangun dan mengoperasikan geometrik jalan, dan
dilengkapi dengan rambu lalu lintas, marka jalan serta alat pemberi isyarat lalu lintas.
Di dalam memecahkan permasalahan lalu lintas, para pakar lalu lintas perlu mengenali
3 komponen yaitu jalan, kendaraan dan pelaku perjalanan. Mengenali masalah lalu
lintas yang terjadi dengan mengumpulkan informasi geometrik jalan, besarnya arus lalu
lintas, kecepatan lalu lintas, hambatan/tundaan lalu lintas, data kecelakaan lalu lintas
dan karakteristik pelaku perjalanan. Seluruh data yang dikumpulkan selanjutnya
dianalisis untuk kemudian direncanakan usulan perbaikaan geometrik, pembangunan
fasilitas pengaman jalan, pemasangan rambu lalu lintas, marka jalan atau melakukan
pembatasan gerakan lalu lintas tertentu.
Permasalahan lalu lintas biasanya tumbuh lebih cepat dari upaya untuk melakukan
pemecahan permasalahan transportasi sehingga mengakibatkan permasalahan
menjadi bertambah parah dengan berjalannya waktu. Untuk bisa memecahkan
permasalahan lalu lintas perlu diambil langkah-langkah yang berani atas dasar kajian
dan langkah-langkah yang pernah dilakukan dikota-kota lain.
Masih banyak ditemukan jalan dengan kualitas geometrik yang tidak memenuhi
persyaratan, keadaan ini mendorong tingginya angka kecelakaan serta berbagai
permasalahan lainnya. Permasalahan yang terkait geometik antara lain meliputi:
1. rancang bangun ruas jalan atau persimpangan yang tidak memenuhi persyaratan
karena radius tikung, jarak pandang bebas, Jarak pandang menyiap yang tidak
memenuhi persyaratan
2. ruas jalan yang tidak memiliki bahu, tidak cukup lebar sehingga dapat membahayakan
pengguna
3. drainase yang tidak direncanakan dengan baik
4. konstruksi dan perawatan yang tidak dilakukan dengan baik, sehingga banyak
kerusakan yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
5. pemasangan rambu dan marka yang tidak dilakukan dengan baik.
Permasalahan lainnya yang besar adalah tata ruang yang tidak terkendali sehingga
mengakibatkan berbagai permasalahan, diantaranya jalan yang tidak teratur terutama
dikawasan pemukiman dan terkadang didaerah yang kumuh gang-gang yang ada
sedemikian sempitnya sehingga bila terjadi kebakaran sulit untuk dimasuki mobil
pemadam kebakaran.
Faktor manusia merupakan penyebab kecelakaan yang paling besar, bisa mencapai 85
persen dari seluruh kejadian kecelakaan. Hampir seluruh kejadian kecelakaan didahului
dengan pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundangan tentang lalu lintas dan
angkutan. Faktor manusia berupa keahlian yang tidak memadai dalam menjalankan
kendaraan, kesalahan menginterprestasikan aturan, pengemudi sedang mabuk atau
sakit, atau terkadang sengaja melakukan pelanggaran karena ingin lebih cepat sampai
di tujuan dengan mengemudikan kendaraan lebih cepat dari ketentuan atau sengaja
melanggar lampu lalu lintas dan berbagai penyebab lainnya.
Faktor Kendaraan
Faktor kendaraan diantaranya yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem tidak
berfungsi sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan bagian
kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai penyebab
lainnya. Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan teknologi yang digunakan,
perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan. Untuk mengurangi faktor kendaraan
perawatan dan perbaikan kendaraan diperlukan, disamping itu adanya kewajiban untuk
melakukan pengujian kendaraan bermotor secara reguler.
Faktor Jalan
Faktor jalan terkait dengan kecepatan rencana jalan, geometrik jalan, kemiringan
permukaan jalan (super elevasi jalan),pagar pengaman di daerah pegunungan, tidak
adanya median jalan, jarak pandang dan kondisi permukaan jalan, tidak memadainya
bahu jalan fasilitas pejalan kaki yang sering diabaikan atau tidak tersedia. Jalan yang
rusak/berlobang sangat membahayakan pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda
motor.
Faktor Cuaca
Faktor Cuaca seperti hari hujan juga mempengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti jarak
pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga
terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau lebatnya
hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. Asap dan kabut juga bisa
mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan
Dengan segala permasalahan kemacetan lalu lintas dan angka kecelakaan yang tinggi
menjadi lebih parah kalau tidak didukung dengan manajemen lalu lintas untuk
mengurangi angka kecelakaan, mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan,
meningkatkan efisiensi sistem transportasi.
Pencemaran Lingkungan
Masalah pencemaran merupakan[2] suatu masalah yang sangat perlu mendapat
penanganan secara serius oleh semua pihak untuk dapat menanggulangi akibat buruk
yang terjadi karena pencemaran, bahkan sedapat mungkin untuk dapat mencegah
jangan sampai terjadi pencemaran lingkungan.
Salah satu dampak negatif sebagai akibat performansi lalu lintas yang jelek, bahan
bakar yang buruk serta teknologi kendaraan yang sudah ketinggalan akan
mengakibatkan pencemaran lingkungan. Dampak pencemaran lingkungan ini berupa:
1. Emisi gas buang yang berupa gas dan partikel beracun seperti, gas CO, HC, NO x,
Benzen dan berbagai gas lainnya serta berbagai partikel seperti senyawa karbon lepas,
timbal dan berbagai partikel lainnya.
2. Emisi gas rumah kaca, yang saat ini dianggap sebagai pemicu terjadinya perubahan
iklim. Peran gas rumah kaca dari sektor transportasi berada pada kisaran 15 sampai 20
persen yang merupakan angka yang tidak kecil.
MARKA JALAN
Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas
permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur,
garis melintang, garis serong serta lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan
arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.
Pengelompokan Marka
Marka membujur adalah tanda yang sejajar dengan sumbu jalan. Marka membujur
yang dihubungkan dengan garis melintang yang dipergunakan untuk membatasi ruang
parkir pada jalur lalu lintas kendaraan, tidak dianggap sebagai marka jalan membujur.
Marka melintang adalah tanda yang tegak lurus terhadap sumbu jalan, seperti pada
garis henti di Zebra cross atau di persimpangan
Garis henti
Marka Serong
Marka serong adalah tanda yang membentuk garis utuh yang tidak termasuk dalam
pengertian marka membujur atau marka melintang, untuk menyatakan suatu daerah
permukaan jalan yang bukan merupakan jalur lalu lintas kendaraan.
Marka cevron
Marka Lambang
Marka lambang adalah tanda yang mengandung arti tertentu untuk menyatakan
peringatan, perintah dan larangan untuk melengkapi atau menegaskan maksud yang
telah disampaikan oleh rambu lalu lintas atau tanda lalu lintas lainnya.
Marka panah Marka tulisan
A. Marka Non-Mekanik
Marka jalan merupakan campuran antara bahan pengikat, pewarna, dan bola kaca kecil
yang berfungsi untuk memantulkan cahaya/sinar lampu agar marka dapat terlihat
dengan jelas pada malam hari. Bahan dapat dikelompokkan atas :
1. Cat, biasanya merupakan marka jalan yang dapat dengan cepat hilang, sehingga hanya
baik digunakan pada bagian jalan yang jarang dilewati oleh kendaraan.
2. Termoplastic, adalah bahan yang digunakan pada arus lalu lintas yang tinggi,
penerapannya dilakukan dengan pemanasan material marka jalan kemudian
dihamparkan dijalan dengan menggunakan alat.
3. Cold-plastic, seperti termoplastik digunakan pada jalan dengan arus yang tinggi,
menggunakan resin dan pengeras yang dicampurkan sebelum penghamparan dijalan
dengan menggunakan alat khusus untuk itu.
B. Marka Mekanik
Marka mekanik adalah paku jalan yang biasanya dilengkapi dengan reflektor. Marka
jenis ini ditanam/dipaku ke permukaan jalan melengkapi marka non mekanik.
PERSIMPANGAN
Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau lebih ruas
jalan bertemu , di sini arus lalu lintas mengalami konflik. Untuk mengendalkan konflik ini
ditetapkan aturan lalu lintas untuk menetapkan siapa yang mempunyai hak terlebih
dahulu untuk menggunakan pesimpangan.
Konflik Dipersimpangan
Bentuk pengendalian tergantung kepada besarnya arus lalu lintas, semakin besar arus
semakin besar konflik yang terjadi semakin kompleks pengendaliannya atau dijalan
bebas hambatan memerlukan penanganan khusus.
Persimpangan Sederhana
Bila arus masih rendah dan kecepatan lalu lintas rendah dapat
diterapkan, dimanakendaraan yang datang dari kiri mendapat perioritas lebih dulu.
Persimpangan seperti ini banyak ditemukan di jalan lingkungan kawasan pemukiman.
Persimpangan Perioritas
Bila suatu persimpangan arus dijalan utama (mayor) bersimpangan dengan jalan kecil
(minor) maka kendaraan yang berada di jalan utama mendapat hak terlebih dahulu,
untuk menegaskan hal tersebut digunakan rambu lalu lintas 'beri kesempatan' berupa
segitiga terbalik yang ditempatkan dijalan minor, untuk lebih mempertegas digunakan
rambu 'stop'dimana pengemudi dijalan minor wajib berhenti dan masih
dilengkapi marka jalan sebagai pelengkap rambu Beri Kesempatan dan Rambu Stop.
http://purwamas.blogspot.co.id/2013/02/parkir-rekayasa-lalu-lintas-persimpangan_3250.html