Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN MKP PENGINDERAAN JAUH

Analisis Perkembangan Kawasan Permukiman Menggunakan Teknik


Penginderaan Jauh.

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pilihan Penginderaan Jauh (MKP Inderaja)
(TPW 21387)

Dosen Pengampu :
Dra. Bitta Pigawati, M.T.
Novia Sari Ristanti, S.T., M.T.
Grandy Loranesa Wungo, S.T., M.T.

Disusun oleh :
Crismon Alfajri Agus Pratama
21040117130106

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode analisis suatu wilayah sudah mulai mengalami perubahan. Metode
konvensional yang didasarkan pada pengamatan, pembentukan dan analisis peta secara
menual sudah tidak dapat digunakan lagi dalam era modern mengingat cepatnya arus
informasi sehingga penting menggunakan alat bantu dalam melakukan penginderaan
jauh terhadap suatu wilayah untuk nantinya dapat digunakan sebagai objek analisis
berupa peta maupun citra sebagai bentuk representasi suatu wilayah.
Penginderaan jauh mengenal beberapa software yang dapat digunakan sebagai alat
bantu seperti ArcGIS, Er Mapper dan QGIS. Perangkat lunak tersebut muncul dengan
berbagai alat analisis yang tentunya dapat mendukung bidang ilmu perencanaan
wilayah dan kota. Pada analisis kali ini penulis menggunakan metode analisis
klasifikasi terbimbing dengan alat bantu ArcGIS untuk melihat perubahan penggunaan
lahan di kawasan pinggiran kota Pekanbaru dalam beberapa tahun terakhir.
Kota Pekanbaru merupakan ibukota Provinsi Riau dan merupakan salah satu kota
metropolitan dengan perkembangan yang sangat pesat. Pertumbuhan dan
perkembangan pusat Kota Pekanbaru menyebabkan terjadinya perubahan tutupan
lahan pada kawasan pinggiran. Selain karena pengaruh pusat, adanya pusat kegiatan
baru di kawasan pinggiran juga menjadi sebab utama terjadinya perubahan guna lahan
menjadi lahan permukiman (Prihanto, 2010). Perubahan lahan di kawasan pinggiran
kota Pekanbaru, diperkirakan merupakan bentuk pelanggaran atas RTRW kota
pekanbaru dan RTRW Kabupaten Kampar pada beberapa wilayahnya. Karenanya
analisis ini dilakukan untuk melihat perubahan tutupan lahan menjadi lahan terbangun
dan sinkronisasi RTRW kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar sebagai tindak lanjut
untuk melihat kesalahan pelaksaan maupun pelanggaran pada RTRW.
Penggunaan penginderaan jauh dalam melakukan analisis tutupan lahan dan
perubahan tutupan lahan kawasan pinggiran kota Pekanbaru dapat memberikan
pemahaman secara komperhensif mengenai keadaan keruangan kawasan pinggiran
Kota Pekanbaru secara komperhensif. Analisis yang digunakan dalam melihat
perubahan tutupan lahan kota Pekanbaru berupa klasifikasi terbimbing dengan
menggunakan beberapa sampel pada citra kota pekanbaru dengan dua tahun yang
berbeda sehingga dapat ditunjukkan perbedaan tutupan lahan pada tahun awal dan
akhir.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya analisis ini yakni
 Mahasiswa mampu menerapkan penginderaan jauh untuk analisis
perkembangan permukiman
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Penginderaan Jauh


Penginderaan jauh merupakan teknik analisis yang terdiri dari pengukuran dan
perekaman energi elektromagnetik yang dipantulkan dan dipancarkan oleh permukaan
bumi dan atmosfer dari suatu tempat tertentu di permukaan bumi. (Mather dalam
Soemantri, 2008). Penginderaan jauh juga merupakan ilmu untuk memperoleh,
mengolah dan menginterpretasikan citra yang telah direkam yang berasal dari interaksi
antara gelombang elektromagnetik dengan suatu objek. (Karle dalam Syah, 2010).
Pada dasarnya teknik penginderaan merupakan bentuk analisis suatu objek pada
permukaan bumi tanpa harus bersentuhan langsung dengan objek tersebut. bentuk
bentuk output penginderaan jauh berupa peta, citra satelit, data DEM dan sebagainya.
Untuk mengolah data penginderaan jauh, dapat dilakukan secara manual
melalui interpretasi langsung maupun menggunakan alat bantu seperti kertas kalkir.
Selain itu dapat juga digunakan alat bantu berupa perangkat lunak pada computer.
Terdapat berbagai model analisis dalam penginderaan jauh seperti overlay,
classification, digitation dan lain lain.

2.2 Permukiman
Permukiman adalah area tanah yang digunakan sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan
dan merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik berupa
kawasan perkotaan maupun kawasan pedesaan. (Dwiyanto, 2009). Menurut Doxiadis
dalam Dwiyanto (2009). Permukiman merupakan suatu system yang terdiri dari man
(Manusia), Society (masyarakat), nature (alam), network (jaringan), dan shells
(lindungan). Menurut UU No 4 tahun 1992, permukiman adalah bagian dari lingkungan
hidup di luar dari kawasan lindung baik yang berupa kawasan perkotaan maupun
pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan. Adapun ciri ciri permukiman
berdasarkan UU No 4 Tahun 1992 adalah sebagai berikut:
 Mayoritas diperuntukkan sebagai lahan hunian
 Pengembangan fasilitas berskala lingkungan
 Luas kawasan yang dikembangkan lebih kecil dari 1000 Ha
 Kebutuhan fasilitas perkotaan bagi penduduk kawasan hunian skala besar
masih tergantung atau memanfaatkan fasilitas perkotaan yang berada di
pusat kota.
2.3 Klasifikasi Penggunaan Lahan
Klasifikasi penggunaan lahan yang digunakan dalama analisis yakni klasifikasi
Anderson. Anderson membagi klasifikasi lahan menjadi dua level yakni level satu
untuk klasifikasi yang tidak begitu rincih dan level dua untuk klasifikasi yang sangat
rincih. Adapun klasifikasi Anderson terdapat pada tabel berikut

Tabel 1. Klasifikasi Penggunaan Lahan


Sumber: Anderson
Pada klasifikasi Anderson level 1 terdiri atas 9 kawasan yakni kawasan
pertanian, perkotaan dan lahan terbangun, hutan, rangeland, tundra, wetland, barren
land, dan parnial snow or Iceparnial snow or Ice yang selanjutnya dirincihkan pada
klasifikasi level 2.

2.4 Klasifikasi Terbimbing (Supervised Classification)


Analisis klasifikasi merupakan teknik analisis penginderaan jauh melalui
pengelompokan pixel warna pada suatu citra sehingga menunjukkan kumpulan ruang
dengan fungsi fungsi tertentu. Terdapat dua jenis klasifikasi yakni klasifikasi
terbimbing (supervised classification) dan klasifikasi tidak terbimbing (unsupervised
classification). Perbedaan kedua klasifikasi ini adalah pada hasil citra dimana
klasifikasi tidak terbimbing merupakan pengelompokkan yang dilakukan oleh
computer tanpa ada data sampel sehingga akan otomatis membentuk kelompok kelas
tertentu sedangkan klasifikasi terbimbing dikelompokkan sesuai dengan sampel yang
digunakan.
Klasifikasi terbimbing merupakan teknik klasifikasi dengan menggunakan data
training sample sebagai sarana yang digunakan mengestimasi nilai rata rata varian dan
kemungkinan dari masing masing tutupan lahan. (Noviar dan Trisakti, 2013).
Klasifikasi terbimbing merupakan proses segmentasi objek pada citra penginderaan
jauh melalui training sample sebagai estimasi nilai pixel dan diproses melalui
pendekatan statistical properties untuk membentuk kelas kelas nilai citra. Dalam
klasifikasi terbimbing, sampel memegang peranan penting karena menunjukkan
standar nilai pada kelas tertentu. Intinya, metode klasifikasi terbimbing memerlukan
contoh warna pixel sebagai estimasi untuk membentuk suatu kelas lahan.
BAB III
DATA DAN METODE

3.1 Data
No Data Visualisasi Sumber
1 Citra Kawasan Sas Planet
Perbatasan Kota 2012
Pekanbaru 2012

2 Citra Kawasan Sas Planet


Perbatasan Kota 2019
Pekanbaru 2018

3.2 Metode
Metode yang digunakan dalam analisis ini yakni:
 Klasifikasi Terbimbing (Supervised Classification) untuk melihat tutupan lahan
citra kawasan perbatasan kota pekanbaru tahun 2012 dan 2019
 Overlay untuk melihat konversi atau perubahan lahan menjadi lahan
permukiman kota Pekanbaru
 Cropping untuk memotong citra sesuai dengan batas batas wilayah analisis
 Analisis Nearest Neighborhood
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tutupan Lahan Kawasan Pinggiran Kota Pekanbaru 2012

Gambar 1. Penggunaan Lahan Tahun 2012


Sumber: Analisis Penulis
Pada tahun 2012, tutupan lahan kota pekanbaru masih didominasi permukiman
dan vegetasi masih padat pada bagian barat. Selain itu juga terdapat beberapa industri
di kota pekanbaru yang ditandai dengan warna merah pada peta.
4.2 Tutupan Lahan Kawasan Pinggiran Kota Pekanbaru 2019

Gambar 2. Penggunaan Lahan Tahun 2019


Sumber: Analisis Penulis
Pada tahun 2019, terjadi konversi lahan di kota Pekanbaru sehingga
menghilangkan beberapa vegetasi pada bagian barat. Adapun dominasi konversi lahan
yang terjadi pada kota Pekanbaru yakni pada permukiman padat dan pada perkebunan
sehingga menggerus lahan lahan vegetasi.

4.3 Analisis Perubahan Lahan Kota Pekanbaru 2012 – 2019

Gambar 3. Konversi Lahan Tahun 2012 - 2019


Sumber: Analisis Penulis
Konversi lahan kota Pekanbaru didominasi terletak pada bagian barat yakni
vegetasi yang mengalami konversi lahan menjadi perkebunan dan permukiman. Pada
peta konversi lahan ditandai dengan warna merah.

Pertanian Industri Hutan & Total


Perubahan
Luas (Ha) (Ha) Kebun (Ha)
Kecamatan Lahan
(Ha) permukiman
2012 2019 2012 2019 2012 2019
(Ha)

Bukit Raya 2205 1368 1732 8 12 829 461 473


Lima Puluh 404 354 382 3 5 47 17 30
Marpoyan 2974 1623 2102 23 27 1328 845 479
Damai
Payung 4324 2834 3476 4 5 1486 753 642
Sekaki
Pekanbaru 226 226 226 0 0 0 0 0
Kota
Rumbai 12885 7321 9324 24 85 5540 3476 2003
Rumbai 15733 7435 10433 543 732 7755 4568 3002
Pesisir
Sail 326 287 314 0 0 39 12 27
Senapelan 665 663 665 0 0 2 0 2
Sukajadi 376 376 376 0 0 0 0 0
Tampan 5981 4323 4853 120 256 1538 872 530
Tenayan 17127 8241 12342 863 210 8023 5238 4101
Raya

Berdasarkan analisis perubahan lahan di Kota Pekanbaru industry dan


permukiman merupakan jenis penggunaan lahan yang paling banyak memakan konversi
lahan pertania. Adapun konversi lahan permukiman terbesar yakni terdapat di
kecamatan Tanayan Raya yang mencapai 4101 Ha dalam rentan waktu 7 tahun. . Konversi
lahan menjadi permukiman diduka disebabkan oleh munculnya pusat pusat aktivitas
baru di kota Pekanbaru. Pusat aktivitas tersebut terdapat di wialayh pinggiran kota
Pekanbaru yang terdapat di kecamatan bukitraya dan kecamatan Marpoyan Damai.
Pengaruh ini mengindikasikan semakin banyaknya masyarakat yang menempati tempat
wilayah tersebut karena daya tarik pusat kegiatan tersebut.

4.4 Pola Perkembangan Permukiman

Perkembangan permukiman di kota Pekanbaru dapat dikatakan cukup pesat.


Bedasarkan hasil overlay dan tabel perubahan fungsi lahan di atas. Salah satu faktor yang
menyebabkan meningkatnya perubahan lahan menjadi permukiman yakni tumbuhnya
industri yang menjadi penarik masyarakat karena merupakan salah satu sumber
lapangan kerja di Kota Pekanbaru. Berikut juga dilakukan digitasi polyline manual untuk
melihat pola perkembangan permukiman di kota Pekanbaru, selanjutnya juga dilakukan
metode neighborhood analysis atau analisis tetangga terdekat untuk melihat
perkembangan permukiman di Kota Pekanbaru.

Gambar 4. Pola Perkembangan Permukiman Kota Pekanbaru


Sumber: Analisis Penulis
Analisis pola permukiman yang dilakukan penulis yakni menggunakan
metode tetangga terdekat/nearest neighborhood analyse dengan menentukan batas
wilayah yang diidentifikasi dan mengubah pola persebarannya menjadi pola persebaran
titik dan diukur menggunakan polyline yang berfungsi untuk mengukur parameter
terdekat (T). berikut hasil dari nearest neighbor analyse:

Kecamatan T Pola
Bukit Raya 0.52 Mengelompok
Lima Puluh 0.003 Mengelompok
Marpoyan Damai 0.47 Mengelompok
Pekanbaru 0 Tidak Ada Perubahan
Payung Sekaki 0.32 Mengelompok
Rumbai 0.72 Acak
Rumbai Pesisir 0.64 Mengelompok
Sail 0.0036 Mengelompok
Senapelan 0.00034 Mengelompok
Sukajadi 0 Tidak Ada Perubahan
Tampan 0.75 Acak
Tenayan Raya 1.23 Acak

Berdasarkan nearest neighborhood analyse dapat diketahui bahwa 25 %


kecamatan di kota Pekanbaru mengalami perkembangan permukiman secara acak,
yakni terdapat di Kecamatan Rumbai, Tampan, dan Tenayan Raya. 17% Kecamatan di
kota Pekanbaru tidak mengalami pertumbuhan permukiman. Hal ini disebabkan karena
wilayah tersebut merupakan pusat kota sehingga ruang untuk pertumbuhan
permukiman sangat minim. Kecamatan ini merupakan kecamatan Pekanbaru dan
kecamatan Sukajadi. Serta terdapat 58% Kecamatan di kota Pekanbaru yang
mengalami perkembangan permukiman secara mengelompok yang dapat dilihat pada
tabel di atas.

4.5 Perkembangan Permukiman Kecamatan Marpoyan Damai terhadap


Kecamatan Lain di Kota Pekanbaru.
Berikut ini merupakan hasil analisis perkembangan permukiman di Kota
Pekanbaru. Dalam analisis ini menggunakan kecamatan Marpoyan Damai sebagai titik
asal (Origin) dan kecamatan lain sebagai tujuan (destination). Berikut hasil analisis
menggunakan metode interpolate line.
Berdasarkan grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan
permukiman terbesar terjadi di Kecamatan Tenayan Raya dengan luas konversi lahan
permukiman mencapai 4101 Ha. Selanjutnya diikuti oleh kecmataan Rumbai Pesisir
sebesar 3002 Ha dan yang terendah terdapat di Kota Pekanbaru dan sukajadi yakni
sebesar 0 Ha.

Gambar 5. Hubungan Perkembangan Permukiman Kecmaatan Marpoyan Damai dengan


Kecamatan lain di Kota Pekanbaru
Sumber: Analisis Penulis
Analisis ini menggunakan kecamatan Marpoyan Damai sebagai titik asal dan
menarik sebuah garis urus terhadap kecamatan Lain yang dapat menunjukkan
perbedaan ketinggian pertumbuhan permukiman. Adapun faktor penyebab terjadinya
konversi lahan yang besar di kecamtaan Tenayan Raya serta Rumbai Pesisir yakni
berupa pertumbuhan industri yang juga tinggi yang menjadi daya tarik munculnya
pusat kegiatan baru.

Gambar 6. Gambar 3D Ukuran Pertumbuhan Permukiman Kota Pekanbaru


Sumber: Analisis Penulis

Berdasarkan gamabr arcscane tersebut. dapat dilihat bahwa lahan yang sedikit
tinggi dan berwarna kecoklatan merupakan lahan dengan pertumbuhan permukiman
yang tinggi. Adapun pada peta 3D tersebut, wilayah dengan pertumbuhan permukiman
tertinggi terletak di bagian barat yang terdiri dari kecamatan Teyan Raya dan Kecmatan
Rumbai Pesisir dengan konversi lahan menjadi lahan permukiman sebesar 4101 Ha
untuk kecmatan Tenayan Raya dan 3002 untuk Kecamatan Rumbai Pesisir.
BAB V
KESIMPULAN

Secara umum penginderaan jauh merupaakn suatu alat dan teknik analisis
keruangan dengan memanfaatkan gelombang elektromagnetik dalam perekaman dan
pengambilan citra bumi tanpa harus bersentuhan langsung dam suatu objek di muka
bumi tersebut. model penginderaan jauh yang digunakan dalam analisis yakni
klasifikasi terbimbing berupa pembentukan kelas kelas citra dengan beberapa training
sample sebagai nilai kovarian dari batas kelas. Selain itu teknik overlay juga digunakan
untuk melihat perubahan konversi lahan di kawasan pinggiran kota pekanbaru. Analisis
keruangan melalui metode tersebut menunjukkan hasil akhir berupa konversi lahan
daerah pinggiran kota pekanbaru yang nantinya dapat dilakukan tindak lanjut berupa
analisis social dan ekonomi agar mendapat pemahaman secara komperhensif.
Secara khusus konversi lahan kota Pekanbaru sangat mengalami perubahan
dalam rentan waktu 7 tahun. Kawasan pinggiran dengan perubahan lahan terbesar
terdapat di kecamtaan Tenayan Raya yang mencapai 4101 Ha konversi lahannya
menjadi lahan permukiman. Fenomena ini diindikasikan terjadi karena munculnya
pusat pertumbuhan baru di kawasan pinggiran seperti Tenayan Raya dan Marpoyan
damai.

Daftar Pustaka
Arif et al. 2010. Inventarisasi Tutupan Lahan Menggunakan Satelit Penginderaan
Jauh Alos dengan Metode Klasifikasi Tetangga Terdekat Studi Kasus: Jawa
Barat. Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol 5 No 4. 175 – 188.
Hermon, Dedi. 2012. Dinamika Cadangan Karbon Akibat Perubahan Tutupan Lahan
Menjadi Lahan Permukiman di Kota Padang Sumatea Barat. Forum Geografi
Vol 26, No 1. 45 – 52.
Noviar dan Trisakti. 2013. Pemanfaatan Kanal Polarisasi dan Kanal Tekstur Data
Pisar-L2 Untuk Klasifikasi Penutup Lahan Kawasan Hutan dengan Metode
Klasifikasi Terbimbing. Jurnal Penginderaan Jauh Vol 10 No 1. 47 – 58.
Prihanto, Teguh. 2010. Perubahan Spasial dan Sosial Budaya Sebagai Dampak
Megaurban di Daerah Pinggiran Kota Semarang. Jurnal Teknik Sipil dan
Perencanaan, Vol 12, No 1. 131 – 140.
Rostam, Katiman. 2006. Migration to Klang Valley Metropolitan Peripheral Areas.
Akademika 68. 3 – 27.
Soemantri, Lili. 2008. Pemanfaatan Teknik Penginderaan Jauh Untuk
Mengidentifikasikan Kerentanan dan Resiko Banjir. Jurnal Pendidikan Geografi
Univesitas Pendidikan Indonesia.
Syah, Achmad Fachruddin. 2010. Penginderaan Jauh dan Aplikasinya di Wilayah
Pesisir dan Lautan. Jurnal KELAUTAN Vol 3 No 1. 18 – 28.
Yekti et al. 2013. Analisis Perubahan Tutupan Lahan DAS Citanduy Dengan Metode
Penginderaan Jauh. Jurnal Geodesi Undip. 1 – 9.

Anda mungkin juga menyukai