Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pilihan Penginderaan Jauh (MKP Inderaja)
(TPW 21387)
Dosen Pengampu :
Dra. Bitta Pigawati, M.T.
Novia Sari Ristanti, S.T., M.T.
Grandy Loranesa Wungo, S.T., M.T.
Disusun oleh :
Crismon Alfajri Agus Pratama
21040117130106
2.2 Permukiman
Permukiman adalah area tanah yang digunakan sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan
dan merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik berupa
kawasan perkotaan maupun kawasan pedesaan. (Dwiyanto, 2009). Menurut Doxiadis
dalam Dwiyanto (2009). Permukiman merupakan suatu system yang terdiri dari man
(Manusia), Society (masyarakat), nature (alam), network (jaringan), dan shells
(lindungan). Menurut UU No 4 tahun 1992, permukiman adalah bagian dari lingkungan
hidup di luar dari kawasan lindung baik yang berupa kawasan perkotaan maupun
pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan. Adapun ciri ciri permukiman
berdasarkan UU No 4 Tahun 1992 adalah sebagai berikut:
Mayoritas diperuntukkan sebagai lahan hunian
Pengembangan fasilitas berskala lingkungan
Luas kawasan yang dikembangkan lebih kecil dari 1000 Ha
Kebutuhan fasilitas perkotaan bagi penduduk kawasan hunian skala besar
masih tergantung atau memanfaatkan fasilitas perkotaan yang berada di
pusat kota.
2.3 Klasifikasi Penggunaan Lahan
Klasifikasi penggunaan lahan yang digunakan dalama analisis yakni klasifikasi
Anderson. Anderson membagi klasifikasi lahan menjadi dua level yakni level satu
untuk klasifikasi yang tidak begitu rincih dan level dua untuk klasifikasi yang sangat
rincih. Adapun klasifikasi Anderson terdapat pada tabel berikut
3.1 Data
No Data Visualisasi Sumber
1 Citra Kawasan Sas Planet
Perbatasan Kota 2012
Pekanbaru 2012
3.2 Metode
Metode yang digunakan dalam analisis ini yakni:
Klasifikasi Terbimbing (Supervised Classification) untuk melihat tutupan lahan
citra kawasan perbatasan kota pekanbaru tahun 2012 dan 2019
Overlay untuk melihat konversi atau perubahan lahan menjadi lahan
permukiman kota Pekanbaru
Cropping untuk memotong citra sesuai dengan batas batas wilayah analisis
Analisis Nearest Neighborhood
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecamatan T Pola
Bukit Raya 0.52 Mengelompok
Lima Puluh 0.003 Mengelompok
Marpoyan Damai 0.47 Mengelompok
Pekanbaru 0 Tidak Ada Perubahan
Payung Sekaki 0.32 Mengelompok
Rumbai 0.72 Acak
Rumbai Pesisir 0.64 Mengelompok
Sail 0.0036 Mengelompok
Senapelan 0.00034 Mengelompok
Sukajadi 0 Tidak Ada Perubahan
Tampan 0.75 Acak
Tenayan Raya 1.23 Acak
Berdasarkan gamabr arcscane tersebut. dapat dilihat bahwa lahan yang sedikit
tinggi dan berwarna kecoklatan merupakan lahan dengan pertumbuhan permukiman
yang tinggi. Adapun pada peta 3D tersebut, wilayah dengan pertumbuhan permukiman
tertinggi terletak di bagian barat yang terdiri dari kecamatan Teyan Raya dan Kecmatan
Rumbai Pesisir dengan konversi lahan menjadi lahan permukiman sebesar 4101 Ha
untuk kecmatan Tenayan Raya dan 3002 untuk Kecamatan Rumbai Pesisir.
BAB V
KESIMPULAN
Secara umum penginderaan jauh merupaakn suatu alat dan teknik analisis
keruangan dengan memanfaatkan gelombang elektromagnetik dalam perekaman dan
pengambilan citra bumi tanpa harus bersentuhan langsung dam suatu objek di muka
bumi tersebut. model penginderaan jauh yang digunakan dalam analisis yakni
klasifikasi terbimbing berupa pembentukan kelas kelas citra dengan beberapa training
sample sebagai nilai kovarian dari batas kelas. Selain itu teknik overlay juga digunakan
untuk melihat perubahan konversi lahan di kawasan pinggiran kota pekanbaru. Analisis
keruangan melalui metode tersebut menunjukkan hasil akhir berupa konversi lahan
daerah pinggiran kota pekanbaru yang nantinya dapat dilakukan tindak lanjut berupa
analisis social dan ekonomi agar mendapat pemahaman secara komperhensif.
Secara khusus konversi lahan kota Pekanbaru sangat mengalami perubahan
dalam rentan waktu 7 tahun. Kawasan pinggiran dengan perubahan lahan terbesar
terdapat di kecamtaan Tenayan Raya yang mencapai 4101 Ha konversi lahannya
menjadi lahan permukiman. Fenomena ini diindikasikan terjadi karena munculnya
pusat pertumbuhan baru di kawasan pinggiran seperti Tenayan Raya dan Marpoyan
damai.
Daftar Pustaka
Arif et al. 2010. Inventarisasi Tutupan Lahan Menggunakan Satelit Penginderaan
Jauh Alos dengan Metode Klasifikasi Tetangga Terdekat Studi Kasus: Jawa
Barat. Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol 5 No 4. 175 – 188.
Hermon, Dedi. 2012. Dinamika Cadangan Karbon Akibat Perubahan Tutupan Lahan
Menjadi Lahan Permukiman di Kota Padang Sumatea Barat. Forum Geografi
Vol 26, No 1. 45 – 52.
Noviar dan Trisakti. 2013. Pemanfaatan Kanal Polarisasi dan Kanal Tekstur Data
Pisar-L2 Untuk Klasifikasi Penutup Lahan Kawasan Hutan dengan Metode
Klasifikasi Terbimbing. Jurnal Penginderaan Jauh Vol 10 No 1. 47 – 58.
Prihanto, Teguh. 2010. Perubahan Spasial dan Sosial Budaya Sebagai Dampak
Megaurban di Daerah Pinggiran Kota Semarang. Jurnal Teknik Sipil dan
Perencanaan, Vol 12, No 1. 131 – 140.
Rostam, Katiman. 2006. Migration to Klang Valley Metropolitan Peripheral Areas.
Akademika 68. 3 – 27.
Soemantri, Lili. 2008. Pemanfaatan Teknik Penginderaan Jauh Untuk
Mengidentifikasikan Kerentanan dan Resiko Banjir. Jurnal Pendidikan Geografi
Univesitas Pendidikan Indonesia.
Syah, Achmad Fachruddin. 2010. Penginderaan Jauh dan Aplikasinya di Wilayah
Pesisir dan Lautan. Jurnal KELAUTAN Vol 3 No 1. 18 – 28.
Yekti et al. 2013. Analisis Perubahan Tutupan Lahan DAS Citanduy Dengan Metode
Penginderaan Jauh. Jurnal Geodesi Undip. 1 – 9.