Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan

Geografi P-ISSN: 2716-2737; E-ISSN:


2716-2001
Vol. 03 No.01 (2020)
Available at https://ejurnalunsam.id/index.php/jsg/article/view/1985

KLASIFIKASI TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA


LANDSAT 8 OPERATIONAL LAND IMAGER (OLI) DI
KECAMATAN PANGANDARAN

Roihan Muhammad Derajat*, Yesi Sopariah, Syifa Aprilianti, Aditya Candra Taruna,
Hangga Aria Rahmawan Tisna, Riki Ridwana, Dede Sugandi
Pendidikan Geografi, FPIPS, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung,
Indonesia
*
rmderajat777@upi.edu

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Riwayat Artikel :
Satellite image data used to review the classification of land cover in
Dikirim : 31-12-2019
Pangandaran District Tourism District Pangandaran District. The study
Disetujui : 25-01-2020
Diterbitkan : 31-01-2020 was conducted in several ways, namely image pre-processing, visual image
interpretation, image class classification, groundchek and accuracy test.
The method used in this study is the unsupervised classification method
Kata Kunci : (unsupervised classification) IsoData and K-meas. This study aims to
Citra Landsat, Perubahan classify land cover in Pangandaran districts using Landsat 8 OLI
Penggunaan Lahan, (Operational Land Imager) satellite imagery from the latest recording
Klasifikasi Tidak results. The map of land classification results in this study has an accuracy
Terbimbing
level of 86.67% and has met the requirements set byUSGS. The land cover
classes contained in the study area based on imagery are natural / semi-
natural vegetation coverage, mangrove forests, non-residential buildings,
and mixed residential buildings. The benefits of the maps of land cover
results are for spatial analysis in the area of regional planning or
development.
Data citra satelit digunakan untuk mendeteksi klasifikasi penutupan lahan di
Kawasan Wisata Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran.
Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pra-pengolahan citra,
interpretasi visual citra, membuat penciri kelas klasifikasi citra, groundchek,
dan uji akurasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
klasifikasi tidak terbimbing
f (unsupervised classification) IsoData dan K-
means. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan klasifikasi tutupan lahan di
Kecamatan Pangandaran menggunakan citra satelit Landsat 8 OLI
(Operational Land Imager) hasil perekaman terakhir. Peta hasil klasifikasi
lahan dalam penelitian ini memiliki tingkat akurasi ketelitian 86.67% dan
telah memenuhi syarat yang sudah ditentukan USGS. Kelas-kelas penutup
lahan yang terdapat pada wilayah penelitian berdasarkan citra adalah liputan
vegetasi alami/semi alami lain, hutan mangrove, bangunan bukan
pemukiman, dan bangunan pemukiman campuran. Manfaat peta hasil
klasifikasi tutupan lahan tersebut adalah untuk analisis spasial dalam bidang
perencanaan wilayah atau pembangunan.

PENDAHULUAN dalam Southern Mountains Zone (Zona


Pangandaran merupakan salah satu daerah
tujuan wisata yang terletak di pantai Selatan
Jawa Barat. Menurut Van Bemmelen (1968),
Pangandaran secara fisiografis termasuk ke

1
Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan
Geografi P-ISSN: 2716-2737; E-ISSN:
2716-2001
Vol. 03 No.01 (2020)
Available at https://ejurnalunsam.id/index.php/jsg/article/view/1985
Pegunungan Selatan) dengan karakteristik
utama merupakan pantai yang sedang
mengalami pengangkatan. Karakteristik
tersebut memberikan konsekuensi
terhadap daerah Pangandaran sebagai
berikut: pertama, dasar pantai yang
terangkat akan

2
Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan
Geografi P-ISSN: 2716-2737; E-ISSN:
2716-2001
Vol. 03 No.01 (2020)
Available at https://ejurnalunsam.id/index.php/jsg/article/view/1985
mengikutsertakan komponen yang Alat dan Bahan
dimilikinya, seperti batu karang, gua, tanaman Alat yang digunakan untuk menunjang kegiatan
laut dan sebagainya menjadi bagian dari di lapangan adalah kompas, aplikasi avenza
keberadaan pantai tersebut. Kedua, jika map, ENVI 5.3, dan ArcGis yang terpasang
batuannya mengandung kapur, daerah tersebut dalam perangkat computer. Bahan yang
merupakan daerah karst yang memiliki sifat diperlukan untuk menunjang aktifitas
mudah larut dalam air, lapisan tanah yang penelitian adalah data citra Landsat 8 OLI,
tipis, dan sungai bawah tanah, sehingga rentan data administrasi kecamatan pangandaran dan
terhadap erosi dan abrasi (Hayati, 2010). peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) sebagai alat
Daerah pangandaran ini sangat jelas bantu interpretasi citra, dan parametee
merupakan wilayah yang potensial dan Klasifikasi Penutup Lahan berdasarkan SNI
mendukung terhadap aktifitas pariwisata, 2014 data shp sungai, jalan, kecamatan dan
meskipun bersamaan dengan potensi tersebut kabupaten pangandaran.
terdapat pula ancaman-ancaman yang
senantiasa terjadi kapan saja. Oleh karena itu Metode Klasifikasi Citra Tutupan Lahan
peta tutupan penggunaan lahan menjadi salah Klasifikasi citra merupakan suatu proses
satu faktor penting dalam menunjang aktifitas penyusunan, atau pengelompokan semua pixel
ekonomi, pariwisata dan perencanaan wilayah (yang terdapat di dalam band citra yang
di kawasan tersebut. Potensi objek dan daya bersangkutan) ke dalam beberapa kelas
tarik di Propinsi Jawa Barat sangat beragam berdasarkan suatu kriteria atau kategori objek,
dan tersebar di kabupaten/kota di Jawa Barat sehingga menghasilkan “peta tematik” dalam
(Hidayat, 2011). bentuk raster. Di dalam pengklasifikasian citra
Tutupan lahan adalah kenampakan digital, secara umum dikenal dengan dua
material fisik permukaan bumi. Tutupan lahan kelompook metode tak
dapat menggambarkan keterkaitan antara terbimbing (unsupervised classification) dan
proses alami dan proses sosial. Tutupan lahan terbimbing (supervised classification).
dapat menyediakan informasi yang sangat klasifikasi citra digital bertujuan
penting untuk keperluan pemodelan serta untuk identifikasi kenampakan
untuk memahami fenomena alam yang terjadi spektral obyek (Muttaqin, 2011).
di permukaan bumi (Liang, 2008. Dalam Keunggulan unsupervised
Sampurno, 2016). Informasi tutupan lahan classification adalah kesalahan operator
yang akurat merupakan salah satu faktor diminimalisir dan unique classes dianggap
penentu dalam meningkatkan kinerja dari sebagai distinct units. Kekurangannya adalah
model-model ekosistem, hidrologi, dan korespondensi yang tidak jelas terhadap
atmosfer (Sampurno, 2016). informational classes, kontrol yang terbatas
Mencari keakuratan suatu data tidak terhadap classes, dan spectral classes tidak
mudah, harus melalui berbagai persiapan konstan. Penelitian ini menggunakan dua jenis
panjang mulai dari pra-pengolahan citra, unsupervised classification yaitu K-Means dan
interpretasi visual citra, membuat penciri kelas IsoData (Septiani, 2019). Klasifikasi tidak
klasifikasi citra, dan uji akurasi. dengan terbimbing merupakan proses
langsung turun kelapangan, tentu setelah turun pengelompokkan pixel-pixel pada citra
ke lapangan langkah-langkah yang harus di menjadi beberapa kelas menggunakan analisa
ambil ialah mengidentifikasi kesesuaian objek cluster (cluster analysis) (Wibowo, 2013).
dilapangan dengan peta (Sampurno, 2016). Secara umum penelitian dilakukan
dengan beberapa tahap, yaitu: pra-pengolahan
METODE PENELITIAN citra, , interpretasi visual citra, membuat
Waktu dan Tempat Penelitian penciri kelas klasifikasi citra, groundchek dan
Dilakukan di kawasan wisata Kecamatan uji akurasi. Tahap pra-pengolahan yang
Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, dilakukan adalah penyiapan alat dan bahan.
Provinsi Jawa Barat, pada 31 November - 1 Citra Landsat 8 OLI untuk area penelitian
Desember 2019. didownload dari website United States
Geological Survey (USGS)
(http://earthexplorer.usgs.gov/). Data tersebut
diolah menggunakan ENVI 5.3 untuk
mengklasifikasikannya ke dalam IsoData dan
3
Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan
Geografi P-ISSN: 2716-2737; E-ISSN:
2716-2001
Vol. 03 No.01 (2020)
Available at https://ejurnalunsam.id/index.php/jsg/article/view/1985
K-Means, kemudian diolah menjadi peta groundchek. Berikut adalah peta sebaran titik
dengan menggunakan software ArcGis dan plot yang akan di groundchek, masing-masing
penentuan sebaran titik plot sampel untuk plot berjarak 300 meter di lapangan.

Gambar 1. Peta Sebaran Plot Titik Sampel

Interpretasi visual citra dilakukan kategori. United States Geological Survey


berdasarkan pada pengenalan ciri obyek secara (USGS) telah menetapkan tingkat ketelitian
spasial. Karakteristik obyek dapat dikenali klasifikasi atau interpretasi minimum dengan
berdasarkan unsur-unsur interpretasi seperti menggunakan penginderaan jauh yaitu 85%.
warna, bentuk, ukuran, pola, tekstur,
bayangan, letak dan asosiasi kenampakan Uji Akurasi
obyek, serta tambahan data dari penggunaan Menurut Sampurno (2016) uji akurasi
peta RBI. Penciri kelas diperlukan dalam digunakan untuk melihat tingkat kesalahan
proses klasifikasi. Penciri kelas merupakan yang terjadi pada klasifikasi area sehingga
satu set data yang diperoleh dari suatu training dapat ditentukan besarnya persentase ketelitian
area, feature space, atau cluster. Training area pemetaan. Akurasi ketelitian pemetaan
atau area contoh digunakan untuk dilakukan dengan membuat matrik kontingensi
mendapatkan penciri kelas. Sekelompok atau matrik kesalahan (confusion matrix)
training area mewakili satu kelas tutupan seperti yang disajikan pada Tabel 1.
lahan, misalnya hutan, sawah, badan air, dan Angka dalam matriks diagonal
kawasan terbangun (Sampurno, 2016). merupakan hasil klasifikasi dan data lapangan
Menurut Pahleviannur (2019) yang benar atau sesuai. Apabila angka-angka
Groundchek dan uji akurasi merupakan suatu pada diagonal utama tersebut dijumlahkan dan
proses memvalidasi hasil analisis digital kemudian dibagi dengan jumlah sampel maka
dengan pengukuran yang dilakukan di akan didapatkan akurasi seluruh kategori. Saat
lapangan. Salah satu cara yang dapat ini akurasi yang dianjurkan adalah akurasi
dilakukan untuk uji akurasi adalah dengan kappa, karena overral accuracy secara umum
menggunakan matriks kesalahan. Tabel masih over estimate. Akurasi kappa ini sering
matriks kesalahan tidak hanya digunakan juga disebut dengan indeks kappa (Jaya, 2013).
untuk memperoleh akurasi seluruh kategori,
tetapi juga akurasi tiap

4
Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan
Geografi P-ISSN: 2716-2737; E-ISSN:
2716-2001
Vol. 03 No.01 (2020)
Available at https://ejurnalunsam.id/index.php/jsg/article/view/1985
software ArcGis. Sudah diperoleh 2 peta
Tabel 1. Contoh Matriks kesalahan (confusion penutupan lahan dengan objek visual yang
matrix). teridentifikasi sebanyak 7 objek, yaitu 4 objek
hasil unsupervised IsoData, dan 2 objek hasil
Diklasifikasi Produce unsupervised K-Means, kenampakan jenis-
Data kan ke dalam Jumla r’s jenis tutupan lahan ditampilkan dengan warna
Referen kelas (Data h accuracy yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut:
si kelas di peta)

A B C
D
A Xii Xi+ Xii/Xi+ a) b) c)
B
C
D Xii d) e) f)
Gambar 2. Interpretasi peta hasil pengolahan
Total Xi+ Kenampakan Objek Permukaan Bumi.
Kolom
User’s Xii/
Berdasarkan gambar diatas, gambar a)
Accura Xi+
cy penulis interpretasikan sebagai objek liputan
vegetasi alami/semi alami lain. Gambar b)
Keterangan: diinterpretasikan sebagai objek hutan
Xii = nilai diagonal matriks kontingensi baris mangrove. Gambar c) diinterpretasikan
ke-i dan kolom ke-i sebagai objek bangunan bukan pemukiman.
Xi+ = jumlah piksel dalam baris ke-i Gambar d) diinterpretasikan sebagai objek
X+i = jumlah piksel dalam kolom ke-i bangunan pemukiman campuran. Gambar e)
diinterpretasikan sebagai objek liputan
Secara matematis akurasi kappa disajikan vegetaasi alami/semi alami lain. Gambar f)
sebagai berikut: diinterpretasikan sebagai objek bangunan
pemukiman campuran. Proses interpretasi
N ∑𝑟 Xii - ∑𝑟 Xi+X+i tersebut didasari oleh rona/warna, bentuk,
𝑖 𝑖
Kappa (k) = N2 - ∑𝑟 Xi+X+i X 100%
𝑖
ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs, dan
asosiasi.
Keterangan :
N = banyaknya piksel dalam contoh Klasifikasi Tutupan Lahan data OLI di
X = nilai diagonal dari matriks kontingensi
Kecamatan Pangandaran
baris ke-i dan Kolom ke-i
Peta hasil klasifikasi tutupan lahan data OLI
Xii = jumlah piksel dalam baris ke-i
Xi+ = jumlah piksel dalam kolom ke-i menggunakan IsoData dan K-Means
ditunjukkan pada Gambar 2 dan Gambar 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN Secara visual, setiap kelas dapat diidentifikasi
Interpretasi Citra menggunakan pengklasifikasi unsupervised
Berdasarkan citra landsat 8 OLI yang diolah IsoData dan K-Means.
menggunakan metode (unsupervised
classification) IsoData dan K-means, dan

5
Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan
Geografi P-ISSN: 2716-2737; E-ISSN:
2716-2001
Vol. 03 No.01 (2020)

Gambar 3. Peta Penutup Lahan Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 Berdasarkan Klasifikasi SNI-
2014 Menggunakan Metode Unsupervised classification IsoData.

Gambar 4. Peta Penutup Lahan Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 Berdasarkan Klasifikasi SNI-
2014 Menggunakan Metode Unsupervised classification K-Means.

Akurasi Klasifikasi Tutupan Lahan klasifikasi data OLI menggunakan


Akurasi klasifikasi dan kappa statistik pengkelas IsoData dan K-Means.
dihitung atau diperkirakan berdasarkan
sampel, matriks konfusi pada hasil

6
Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan
Geografi P-ISSN: 2716-2737; E-ISSN:
2716-2001
Vol. 03 No.01 (2020)

Hasil interpretasi Tutupan lahan Berdasarkan SNI-2014 Jumlah Sampel

Liputan Vegetasi Alami/Semi alami lain 15

Tabel 2. Tabel Jumlah Sampel

Hasil Interpretasi
Obyek Liputan vegetasi Bangunan Jumlah
alami/semi alami Pemukiman/campuran
lain
Data Lapangan

Liputan vegetasi 13 0 13
alami/semi
alami lain
Bangunan 2 0 2
Pemukiman/cam
puran
Jumlah 15 0 15
Tabel 3. Matriks kesalahan (confusion matrix).

Berdasarkan tabel di atas, ketelitian seluruh lahan dalam kaitannya dengan pemanfaatan
kategori adalah : sebagai ruang pembangunan (Setiawan, 2019).
Apabila kita cermati kedua peta
13
𝐾𝑎𝑝𝑝𝑎 (𝑘) = 𝑥100 = 86.67% tutupan lahan diatas memiliki perbedaan-
15 perbedaan luas klasifikasi tutupan lahan, hal
tersebut disebabkan karena ukuran objek dapat
United States Geological Survey
mengalami over segmentation atau under
(USGS) telah menetapkan tingkat ketelitian
segmentation. Segmentasi yang menghasilkan
klasifikasi atau interpretasi minimum dengan
ukuran poligon melebihi objek akan
menggunakan penginderaan jauh yaitu 85%.
menyebabkan over segmentation sedangkan
Penelitiaan kali ini menghasilkan peta dengan
segmentasi yang menghasilkan ukuran poligon
ketelitian dengan nilai 86.67%.
yang kurang dari ukuran objek pada citra akan
menyebabkan under segmentation. Objek citra
Analisis Hasil Kelasifikasi Tutupan Lahan
yang mengalami over segmentation atau under
Berdasarkan Metode Unsupervised
segmentation akan berpengaruh besar dalam
Classification IsoData dan K-Means
pendefinisian objek sebagai kelas tutupan
Klasifikasi penggunaan lahan merupakan
lahan (Maksum, 2016).
pengelompokan jenis-jenis penggunaan lahan
Segmentasi citra yang mengalami
ke dalam suatu kriteria atau jenis penggunaan
under segmentation berpeluang lebih besar
lahan yang sama berdasarkan persamaan
kelas tutupan lahan tidak terklasifikasi dengan
dalam sifatnya ataupun kaitannya antara
benar. Objek citra yang berukuran kecil dapat
objek-objek tersebut. Klasifikasi penggunaan
bergabung dengan objek lainnya sehingga
lahan dilakukan dengan tujuan
dalam satu objek terdiri dari dua kelas tutupan
agar data dan informasi
lahan atau lebih menyebabkan algoritma
penggunaan lahan dapat lebih mudah
klasifikasi menganggap satu objek tersebut
dipahami. Klasifikasi penggunaan lahan akan
menjadi satu kelas tutupan lahan. Sementara
didasarkan pada bentuk pemanfaatan dan
citra yang mengalami over segmentation juga
penggunaan lahan kota, yaitu penggunaan

7
Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan
Geografi P-ISSN: 2716-2737; E-ISSN:
2716-2001
Vol. 03 No.01 (2020)
dapat menyebabkan kesalahan klasifikasi keperluan, antara lain pertanian, biologi,
karena objek yang terlalu banyak dapat
menyebabkan klasifikasi menjadi kompleks
namun objek-objek yang berukuran kecil dapat
terklasifikasi dan masih berpeluang dapat
terklasifikasi dengan benar. Oleh karena itu,
ukuran poligon objek citra dari hasil
segmentasi nantinya akan berpengaruh pada
hasil klasifikasi tutupan lahan (Maksum,
2016).

Gambar 5. Segmentasi yang Mengalami Over


Segmentation (kiri) dan Under Segmentation
(kanan).

Hal ini mungkin disebabkan karena


nilai piksel dari area pada citra hampir sama
atau bahkan sama dengan nilai piksel dari
hutan. Hal tersebut sulit diantisipasi pada
pembuatan training area, jika training area
untuk perairan tidak dibuat maka perairan
yang sebenarnya pada citra tidak dapat
diklasifikasi (Yekti, 2013).

Pemanfaatan Peta Tutupan Lahan untuk


Perencanaan Wilayah dan Pembangunan
Lahan selalu mengalami perubahan dari waktu
ke waktu seiring meningkatnya kebutuhan
manusia akan ruang. Perubahan pemanfaatan
ruang ini disebabkan kebutuhan akan lahan
non pertanian cenderung terus
mengalami peningkatan, seiring
pertumbuhan dan perkembangan
suatu kawasan perkotaan, sehingga
mengakibatkan penguasaan
dan penggunaan lahan yang tak
terkendali. Selain itu, perubahan fungsi
pemanfaatan ruang juga biasanya terjadi
dengan gejala “penetrasi” yaitu dengan
penerobosan fungsi baru ke dalam suatu fungsi
yang homogen, misalnya
ketika masyarakat atau pengembang
mengubah lahan pertanian atau permukiman
menjadi fungsi komersial (Umar, 2016).
Remote Sensing (penginderaaan jauh)
telah digunakan secara luas untuk berbagai

8
Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan
Geografi P-ISSN: 2716-2737; E-ISSN:
2716-2001
Vol. 03 No.01 (2020)
pertambangan, kelautan, dan sebagainya. matahari yang dapat diserap oleh permukaan
Penginderaan jauh merupakan suatu tanaman, selain itu juga menjadi salah satu
metode untuk memperoleh informasi penyebab perubahan iklim
tentang suatu objek, areal atau fenomena
geografis melalui analisa data yang
diperoleh dari sensor (Indarto, 2009).
Ilmu wilayah mempertimbangkan
aspek ruang dan lingkungan selama
berkaitan dengan aspek-aspek lokasi,
desa, kota, atau wilayah. Salah satu
konsepnya adalah setiap wilayah
senantiasa memiliki karakteristik khas
yang hanya ada pada wilayah tersebut,
dan hal ini merupakan sebuah potensi
yang sangat baik apabila mampu
dimanfaatkan secara optimal. Dengan
mengetahui berbagai informasi terkait
suatu wilayah, maka siapa saja dapat
melakukan perencanaan wilayah dan
pembangunan yang dapat meningkatkan
aktifitas ekonomi, industrialisasi,
pariwisata kesehatan, pendidikan, dan
lain-lain.
Kecamatan Pangandaran dilihat
dari segi geografi desa kota merupakan
daerah peralihan atau disebut dengan
istilah peri- urban. Pada wilayah peri-
urban, dimana merupakan wilayah yang
berada di antara perkotaan dan pedesaan,
wilayah ini mengalami perubahan bentuk
pemanfaatan lahan yang dampaknya bisa
berupa hilangnya lahan pertanian, adanya
gejala komersialisasi dan intensifikasi
lahan pertanian, sampai menurunnya
produksi dan produktivitas pertanian
(Yunus, 2008. Dalam Dewi, 2013).
Salah satu ciri khas daerah
pangandaran adalah lingkungan fisik dan
sosialnya yang sangat menunjang
terhadap aktifitas pariwisata. Keindahan
alam, sarana transportasi yang menunjang,
akses yang mudah, serta masyarakatnya
yang ramah, menjadikan pangandaran
sebagai kawasan wisata favorit yang
senantiasa didatangi wisatawan lokal
maupun internasional. Komoditas khas
pangandaran yang sangat terkenal adalah
ikan asin jambal roti, kemudian liputan
vegetasi yang sangat dominan adalah
pohon kelapa, dan pohon pisang.

Perubahan pengunaan lahan dari


vegetasi menjadi non-vegetasi, seperti
hutan menjadi permukiman dapat
merubah albedo dari jumlah sinar
9
Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan
Geografi P-ISSN: 2716-2737; E-ISSN:
2716-2001
Vol. 03 No.01 (2020)
secara global (Hairiah et al. 2001. Dalam lahan rawa, maupun lahan non rawa yang
Prasetyo, 2010). memungkinkan untuk digenangi atau diirigasi.
Dilihat dari kenampakan pada citra,
Lahan basah yang sesuai untuk lahan sawah
pola pemukiman masyarakat kecamatan
seluas 25,4 juta ha, terluas terdapat di Papua
pangandaran adalah linear mengikuti garis
pantai, hal ini menyebabkan daerah-daerah (7,4 juta ha), kemudian yang lainnya terdapat
yang tidak berasosiasi dengan pantai di Kalimantan Tengah (2,3 juta ha),
cenderung dijadikan sebagai wilayah Kalimantan Barat (1,8 juta ha), Jawa Tengah
perkebunan, dan beberapa diantaranya (1,6 juta ha), Jawa Timur (1,5 juta ha), Riau
dibiarkan sebagai hutan alami. Komoditas (1,1 juta ha), dan provinsi lainnya di bawah 1
hasil pertanian yang sangat tinggi kuantitasnya juta ha. Tanpa mempertimbangkan RT/RW
adalah pisang dan kelapa, hal ini jelas Kabupaten/Kota, lahan tersedia tersebut
merupakan suatu potensi yang dapat terdapat di kawasan budidaya pertanian atau di
dimanfaatkan oleh para wirausahawan untuk kawasan hutan. Pada kawasan pertanian, lahan
mendirikan perusahaan-perusahaan yang tersedia dapat berupa padang
memanfaatkan komoditas hasil pertanian atau alang-alang/rumput, semak belukar, dan hutan
bahkan memanfaatkan pangandaran sebagai
sekunder. Pada kawasan hutan, lahan tersedia
tempat wisata yang senantiasa ramai
pengunjung dengan mendirikan industri berupa hutan konversi dan hutan produksi
perhotelan dan tempat rumah makan. yang secara hukum jika dibutuhkan dan
Sebagai suatu bidang kajian, ilmu disepakati dapat dijadikan sebagai lahan
perencanaan dan pengembangan wilayah pertanian (Hidayat, 2009).
tergolong dalam keilmuan yang multidisiplin, Potensi suatu wilayah untuk
meliputi bidang-bidang ilmu fisik, sosial, pengembangan pertanian pada dasarnya
ekonomi, hingga manajemen ( Rustadi, 2018). ditentukan oleh sifat lingkungan fisik dan
Berdasarkan analisa tersebut, pemerintah dan persyaratan penggunaan tertentu. Kecocokan
masyarakat setempat dihadapkan pada kondisi antara sifat lingkungan fisik suatu wilayah
yang menguntungkan secara ekonomi. Tetapi, dengan persyaratan penggunaan atau
apabila suatu daerah didatangi banyak komoditas memberikan gambaran atau
pendatang maka beban tanggungan pemerintah
informasi bahwa lahan tersebut potensial
pun semakin meningkat. Jika pembangunan
untuk dikembangkan bagi tujuan tersebut.
sarana-prasarana dan infrastruktur tidak siap
untuk melayani masyarakat lokal dan para Maksudnya, lahan tersebut akan mampu
wisatawan, maka daerah pangandaran akan memberikan hasil yang sesuai dengan yang
mengalami kondisi yang tidak teratur dan tidak diharapkan dengan tetap mempertimbangkan
nyaman. Oleh karena itu kesadaran dari tiap- masukan (input) yang diperlukan (Tim Pusat
tiap stakeholder yang berkepentingan dengan Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1993.
wilayah pangandaran harus menyiapkan Dalam lahan, 2008)
berbagai perencanaan untuk menghindari Indonesia merupakan salah satu
dampak-dampak negatif yang dapat terjadi di negara berkembang yang sedang
balik potensi besar wilayah pangandaran ini. melaksanakan pembangunan di berbagai
Berdasarkan hasil kajian Badan sektor. Seperti yang diketahui selama ini,
Penelitian dan Pengembangan Pertanian pembangunan memberikan banyak sekali
(2007), yang utamanya didasarkan pada hasil manfaat terutama penyediaan lapangan kerja
pemetaan sumberdaya lahan tingkat tinjau, bagi masyarakat, tetapi di samping itu
dari total daratan Indonesia seluas 188,2 juta pembangunan juga membutuhkan
ha, lahan yang berpotensi atau sesuai untuk pengorbanan-pengorbanan lingkungan seperti
pertanian seluas 94 juta ha, yaitu 25,4 juta ha perubahan tata guna lahan, dari semula
untuk pertanian lahan basah (sawah) dan 68,6 merupakan ruang hijau menjadi gedung-
juta ha untuk pertanian lahan kering (Tabel 2). gedung bertingkat atau permukiman, pertanian
Lahan basah adalah lahan-lahan yang secara ataupun industri (Yuniarti, 2013).
biofisik sesuai untuk pengembangan lahan Kegiatan pembangunan selain
sawah, meliputi lahan sawah yang saat ini ada, menghasilkan manfaat juga membawa risiko
(dampak negatif) terhadap lingkungan.
1
Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan
Geografi P-ISSN: 2716-2737; E-ISSN:
2716-2001
Vol. 03 No.01 (2020)
Manfaat dan risiko tersebut harus Pendidikan Geografi UPI angkatan 2018 yang
diperhitungkan secara seimbang. Dampak telah bekerjasama dalam merancang penelitian
negatif harus dapat ditekan menjadi minimal ini.
atau jika mungkin dihilangkan sama sekali,
sedangkan manfaat harus ditingkatkan agar DAFTAR PUSTAKA
kegiatan pembangunan berdampak optimal Bode, C., Saroinsong, F. B., Tasirin, J. S., &
terhadap lingkungan bio-fisik, sosial dan Rombang, J. A. (2015, July). ANALISIS
ekonomi (Hidayat, 2009). PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI
TAMAN HUTAN RAYA GUNUNG
TUMPA MENGGUNAKAN SISTEM
SIMPULAN
INFORMASI GEOGRAFIS.
Berdasarkan nilai akurasi ketelitian yang
In Cocos (Vol. 6, No. 11).
cukup tinggi dan memenuhi syarat yang
Dewi, N. K., & Rudiarto, I. (2013).
ditetapkan oleh USGS yang menyatakan Identifikasi Alih Fungsi Lahan Pertanian
ketelitian interpretasi lebih dari 85%, sehingga dan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
hasil klasifikasi citra Landsat 8 di Kabupaten Daerah Pinggiran di Kecamatan
Pangandaran dapat digunakan untuk berbagai Gunungpati Kota Semarang. Jurnal
macam tujuan. Kelas-kelas penutup lahan yang Wilayah dan Lingkungan, 1(2), 175-188.
terdapat pada wilayah penelitian berdasarkan Hayati, S. (2010, July). Partisipasi masyarakat
citra adalah liputan vegetasi alami/semi alami dalam pengembangan ekowisata di
lain, hutan mangrove, bangunan bukan Pangandaran-Jawa Barat. In Forum
pemukiman, dan bangunan pemukiman Geografi (Vol. 24, No. 1, pp. 12-27).
campuran. Manfaat spesifik peta hasil Hidayat, A. (2009). Sumberdaya lahan
klasifikasi tutupan lahan tersebut adalah untuk indonesia: potensi, permasalahan, dan
strategi pemanfaatan. Jurnal
analisis spasial dalam bidang perencanaan dan
Sumberdaya Lahan, 3(2).
pengembangan wilayah atau pembangunan. Hidayat, M. (2011). Strategi Perencanaan Dan
Pengembangan Objek Wisata (Studi
REKOMENDASI Kasus Pantai Pangandaran Kabupaten
Dilihat dari segi data luas wilayah tutupan Ciamis Jawa Barat). THE Journal:
lahan Kabupaten Pangandaran didominasi oleh Tourism and Hospitality Essentials
liputan vegetasi alami/semi alami lain, saat Journal, 1(1), 33-44.
groundchek diperoleh fakta bahwa jenis Indarto, I., & Faisol, A. (2009).
tanaman yang mendominasi adalah pohon IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI
kelapa yang tumbuh liar. Hal ini merupakan PERUNTUKAN LAHAN
suatu potensi yang dapat dimanfaatkan oleh MENGGUNAKAN CITRA ASTER
para wirausahawan untuk mengolahnya (Landuse Identification and
Classification Using ASTER
menjadi suatu komoditas yang khas dan
Multispectral Data). Media Teknik
bernilai ekonomis tinggi. Pemerintah dan
Sipil, 9(1), 1-8.
masyarakat juga dapat leluasa melakukan Jaya, L. M. (2013). Analisis perubahan tutupan
pembangunan dan pengembangan kawasan lahan di wilayah pesisir teluk kendari
wisata Pangandaran dengan melakukan alih menggunakan citra satelit resolusi tinggi
pungsi lahan. (kurun waktu 2003-2009).
Lahan, S. D. (2008). “PENENTUAN
PEMANFAATAN LAHAN” Kajian
UCAPAN TERIMA KASIH Land Use Planning dalam Pem anfaatan
Terimakasih kepada yang terhormat Bapak Lahan Untuk Pertanian.
Prof. Dr. H. Dede Sugandi, M.Si dan Bapak Maksum, Z. U., Prasetyo, Y., & Haniah, H.
Riki Ridwana, S.Pd. M.Sc., selaku dosen yang (2016). Perbandingan Klasifikasi
membimbing penulis dalam penulisan artikel Tutupan Lahan Menggunakan Metode
bertema penginderaan jauh ini, yang sangat Klasifikasi Berbasis Objek Dan
bermanfaat. Begitu juga kepada mahasiswa Klasifikasi Berbasis Piksel Pada Citra

1
Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan
Geografi P-ISSN: 2716-2737; E-ISSN:
2716-2001
Vol. 03 No.01 (2020)
Resolusi Tinggi Dan Menengah. Jurnal Penutup Lahan di Kabupaten
Geodesi Undip, 5(2), 97-107. Buleleng. Jurnal Geografi: Media
Muttaqin, S., & Aini, Q. (2011). Analisis Informasi Pengembangan dan Profesi
perubahan penutup lahan hutan dan Kegeografian, 16(2), 90-96.
perkebunan di Provinsi Jambi Periode Setiawan, A. K., & Rahayu, S. (2018). Kajian
2000-2008. STUDIA INFORMATIKA: Perubahan Penggunaan Lahan dan
JURNAL SISTEM INFORMASI, 4(2). Kesesuaiannya Dengan Rencana Tata
Pahleviannur, M. R. (2019). Pemanfaatan Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Informasi Geospasial Melalui Rejang Lebong Berbasis Sistem
Interpretasi Citra Digital Penginderaan Informasi Geografis dan Penginderaan
Jauh untuk Monitoring Perubahan Jauh. Teknik PWK (Perencanaan
Penggunaan Lahan. JPIG (Jurnal Wilayah Kota), 7(3).
Pendidikan dan Ilmu Geografi), 4(2), Umar, F. P., Sela, R. L., & Tarore, R. C.
18- (2016). Perubahan Fungsi Pemanfaatan
26. Ruang di Kelurahan
Prasetyo, A. (2010). “Carbon Stock Changes Mogolaing Kota
Assessment in Tambling Wildlife Kotamobagu. SPASIAL, 3(3), 156-163.
Nature Conservation Bukit Barisan Wibowo, L. A., Sholichin, M., Rispiningtati,
Selatan National Park”. R., & Asmaranto, R. (2013).
Rustiadi, E. (2018). Perencanaan dan Penggunaan Citra Aster Dalam
pengembangan wilayah. Yayasan Identifikasi Peruntukan Lahan Pada Sub
Pustaka Obor Indonesia. DAS Lesti (Kabupaten Malang). Jurnal
Sampurno, R. M., & Thoriq, A. (2016). Teknik Pengairan, 4(1), 39-46.
Klasifikasi Tutupan Lahan Yekti, A., Sudarsono, B., & Subiyanto, S.
Menggunakan Citra Landsat 8 (2013). Analisis perubahan tutupan
Operational Land Imager (Oli) Di lahan DAS Citanduy dengan metode
Kabupaten Sumedang (Land Cover penginderaan jauh. Jurnal Geodesi
Classification Using Landsat 8 UNDIP, 2(4).
Operational Land Imager (Oli) Data In Yuniarti, F. (2013). Analisis Geospasial
Sumedang Regency). Jurnal Teknotan Perubahan Tata Guna Lahan terhadap
Vol, 10(2).
Debit DAS Way Kuala Garuntang
Septiani, R., Citra, I. P. A., & Nugraha, A. S.
Bandar Lampung. Universitas Lampung,
A. (2019). Perbandingan Metode
Supervised Classification dan Lampung.
Unsupervised Classification terhadap

Anda mungkin juga menyukai