Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/315349199

KLASIFIKASI TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8


OPERATIONAL LAND IMAGER (OLI) DI KABUPATEN SUMEDANG

Article · November 2016


DOI: 10.24198/jt.vol10n2.9

CITATIONS READS

7 1,315

2 authors, including:

Rizky Mulya Sampurno


Universitas Padjadjaran
9 PUBLICATIONS   14 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Rizky Mulya Sampurno on 31 January 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Teknotan Vol. 10 No. 2, November 2016
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

KLASIFIKASI TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 OPERATIONAL LAND IMAGER (OLI) DI KABUPATEN
SUMEDANG
(Land Cover Classification using Landsat 8 Operational Land Imager (OLI) Data in Sumedang Regency)

Rizky Mulya Sampurno1), Ahmad Thoriq1)


1)
Laboratorium Sistem dan Manajemen Mekanisasi Pertanian, Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem,
Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor Bandung 40600
Email: rizky.mulya@unpad.ac.id

ABSTRAK
Informasi tutupan lahan terbaru berupa peta hasil klasifikasi citra dapat diperoleh melalui teknik
penginderaan jauh. Teknik ini dianggap penting dan efektif dalam pemantauan tutupan lahan karena
kemampuannya dalam menyediakan informasi keragaman spasial di permukaan bumi dengan cepat, luas,
tepat, serta mudah. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan klasifikasi tutupan lahan di Kabupaten
Sumedang menggunakan citra satelit Landsat 8 OLI (Operational Land Imager) hasil perekaman terakhir.
Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pra-pengolahan citra, pemilihan kombinasi band
terbaik, interpretasi visual citra, membuat penciri kelas, analisis separabilitas, klasifikasi citra, dan uji
akurasi. Metode klasifikasi yang digunakan adalah metode maximum likelihood classification (MLC). MLC
mempertimbangkan faktor prior probability yaitu peluang dari suatu piksel untuk dikelaskan ke dalam kelas
atau kategori tertentu. Hasil klasifikasi citra Landsat 8 OLI di Kabupaten Sumedang menghasilkan 10 kelas
tutupan lahan yaitu lahan terbangun, sawah menjelang panen, sawah baru tanam, semak belukar, hutan
tutupan padat, hutan tutupan sedang, hutan campuran, kebun campuran, tanah terbuka dan badan air.
Ketelitian klasifikasi ditunjukkan dengan akurasi overall dan kappa masing-masing sebesar 99.61% dan
99.51%. Hasil ini memenuhi syarat yang ditetapkan oleh USGS (> 85%). Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa peta hasil klasifikasi citra Landsat 8 dapat digunakan.

Kata kunci: penginderaan jauh, klasifikasi, MLC

ABSTRACT
Remote sensing has been an important and effective means for land cover monitoring. It is able to quickly
provide broad, precise, impartial and easily available information regarding the spatial variability of the
land surface. This study aims to classify land cover in Sumedang regency using Landsat 8 OLI satellite
imagery with the latest recording data. Research carried out by several phases: pre-processing, band
selection, visual interpretation, determination of signature class, separability analysis, image classification,
and accuracy assessment. Classification method was maximum likelihood classification (MLC). MLC method
considers several factors, including the prior probability that chances of a pixel to be grouped into classes or
certain categories. The classification result indicated 10 land cover classes. They were developed land,
paddy field (before harvest), paddy field (new planting), shrubs, forest (high density), forest (medium
density), mixed forest, mixed farms, open land and water bodies. Classification accuracy showed by overall
and kappa accuracy, 99.61% and 99.52% respectively and it has met the requirements established by the
USGS (> 85%). Finally, the classification result of Landsat 8 mapping usable for various purposes.

Keywords: remote sensing, classification, MLC

Diterima : 26 September 2016 ; Disetujui : 10 Oktober 2016

Klasifikasi Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat 8 Operational Land Imager (OLI) Di Kabupaten
61
Sumedang
Jurnal Teknotan Vol. 10 No. 2, November 2016
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

PENDAHULUAN data penginderaan jauh merupakan faktor penting


Tutupan lahan adalah kenampakan material dalam keberhasilan klasifikasi tutupan lahan (Jia et
fisik permukaan bumi. Tutupan lahan dapat al., 2014). Data satelit Landsat biasanya digunakan
menggambarkan keterkaitan antara proses alami dalam penginderaan jauh untuk klasifikasi tutupan
dan proses sosial. Tutupan lahan dapat lahan (Gumma et al., 2011; Gong et al., 2013),
menyediakan informasi yang sangat penting untuk dengan demikian peta tutupan lahan terbaru dapat
keperluan pemodelan serta untuk memahami diperoleh dengan mudah. Berdasarkan
fenomena alam yang terjadi di permukaan bumi keterbaruan data, informasi yang diperoleh melalui
(Liang, 2008). Data tutupan lahan juga digunakan penginderaan jauh dinilai lebih baik dibandingkan
dalam mempelajari perubahan iklim dan dengan informasi dari instansi pemerintah yang
memahami keterkaitan antara aktivitas manusia terkait. Melalui pengindraan jauh, data satelit yang
dan perubahan global (Running, 2008; Gong et al., digunakan dapat berupa data hasil perekaman
2013; Jia et al., 2014). Informasi tutupan lahan terbaru.
yang akurat merupakan salah satu faktor penentu Teknik penginderaan jauh telah berkembang
dalam meningkatkan kinerja dari model-model sangat pesat sejak diluncurkannya Landsat 1 pada
ekosistem, hidrologi, dan atmosfer. (Bounoua et tahun 1972 hingga peluncuran Landsat 7. Saat ini
al., 2002; Jung et al., 2006; Miller et al., 2007). Landsat 7 masih berfungsi namun pada Mei 2003
Tutupan lahan merupakan informasi dasar dalam mengalami kegagalan pada Scan Line Corrector
kajian geoscience dan perubahan global (Jia et al. sehingga sangat mengganggu dalam melakukan
2014). analisis citra (Mentari, 2013; USGS, 2016). Pada
Tutupan lahan merupakan informasi yang tanggal 11 Februari 2013 diluncurkan satelit
sangat penting dalam sektor pertanian. Misalnya generasi terbaru yaitu Landsat Data Continuity
dalam kajian perluasan sawah baru. Perluasan Mission (LDCM) yang dikenal sebagai Landsat 8.
sawah baru bertujuan untuk meningkatkan Keberhasilan ini melanjutkan misi satelit Landsat
produksi padi guna meningkatkan ketahanan dalam pengamatan permukaan bumi (Lulla et al.,
pangan. Menurut Dinas Pertanian dan Tanaman 2013). Landsat 8 mengorbit bumi setiap 99 menit,
Pangan Provinsi Jawa Barat (2015), peningkatan serta melakukan liputan pada area yang sama
produksi padi melalui perluasan sawah masih setiap 16 hari kecuali untuk lintang kutub tertinggi.
dimungkinkan karena potensi lahan yang sesuai Landsat 8 mengorbit bumi pada ketinggian rata-
untuk perluasan sawah di Jawa Barat masih cukup rata 705 km dengan sudut inklinasi 98.2°. Landsat 8
luas. Sebelum melaksanakan kegiatan perluasan memiliki 2 sensor yaitu sensor Operasional Land
sawah, terlebih dahulu diperlukan upaya Imager (OLI) terdiri dari 9 saluran (band) termasuk
mengetahui kelayakan potensi lahan hasil band pankromatik beresolusi tinggi, dan Thermal
identifikasi Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL) Infra Red Sensor (TIRS) dengan 2 band termal.
untuk dijadikan sawah baru dengan melakukan Penelitian ini bertujuan untuk melakukan
survei dan investigasi calon lokasi yang layak untuk klasifikasi tutupan lahan di Kabupaten Sumedang
dijadikan sawah baru. Oleh karena itu, informasi menggunakan citra Landsat 8 OLI. Hasil klasifikasi
tutupan lahan membantu dalam identifikasi calon diperoleh merupakan peta tutupan lahan
lokasi perluasan sawah baru. Kabupaten Sumedang terbaru yang dapat
Informasi tutupan lahan terbaru berupa peta digunakan untuk berbagai kajian terutama dalam
dapat diperoleh melalui teknik penginderaan jauh. investigasi calon lokasi perluasan sawah baru.
Penginderaan jauh telah lama menjadi sarana yang
penting dan efektif dalam pemantauan tutupan BAHAN DAN METODE
lahan dengan kemampuannya menyediakan
Area Penelitian
informasi mengenai keragaman spasial di
permukaan bumi dengan cepat, luas, tepat, serta Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat,
mudah. (Hansen et al., 2000; Liu et al., 2003; Indonesia terletak pada 6°34’43.63’’ - 7°2’29.21’’
Thenkabail et al., 2009; Gong et al., 2013). Sumber LS dan 107°44’26.63’’ - 108°13’12.25’’ BT, dengan

62 Klasifikasi Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat 8 Operational Land Imager (OLI) Di Kabupaten Sumedang
Jurnal Teknotan Vol. 10 No. 2, November 2016
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

Gambar 1. Wilayah Kabupaten Sumedang, Indonesia. Informasi yang ditampilkan adalah


warna palsu standar/standard false image (R: NIR, G: red, B: green) citra Landsat 8 OLI
perekaman tanggal 25 Agustus 2016.

luas area sekitar 1,522 km2 terdiri dari 26 memiliki sumber daya alam memadai yang siap
administrasi kecamatan (Gambar 1). Jumlah diolah. Luas lahan pertanian secara keseluruhan
penduduk Sumedang mencapai 1.13 juta jiwa pada seluas 1136.39 km2, yang terdiri dari lahan sawah
tahun 2014 (BPS, 2015). Rata-rata jenis tanah di seluas 331.43 km2 (29,17 %) dan lahan pertanian
Sumedang adalah latosol dan sisanya adalah tanah bukan sawah seluas 804.96 km2 (70,83%) (BPS,
grumosol, andosol, dan regosol. Sebagian besar 2015). Namun, di bagian Tenggara Kabupaten
wilayah sumedang adalah pegunungan, kecuali Sumedang terdapat beberapa kecamatan yang
sebagian kecil di bagian utara adalah dataran mengalami perubahan lahan menjadi badan air
rendah. Titik terendah di atas permukaan laut berupa waduk Jatigede yang baru diresmikan pada
adalah 26 m dan titik tertinggi 1,684 m merupakan tahun 2015. Bagian Barat Daya Kabupaten
puncak gunung Tampomas (BPS, 2014). Sumedang Sumedang merupakan kawasan perkembangan
termasuk ke dalam iklim tropis dengan suhu rata- Kota dan Kabupaten Bandung sehingga banyak
rata dan curah hujan tahunan berturut-turut terjadi perubahan tutupan lahan dari pertanian
adalah 24.7°C dan 2570 mm. Kabupaten Sumedang dan vegetasi menjadi wilayah terbangun

Klasifikasi Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat 8 Operational Land Imager (OLI) Di Kabupaten
63
Sumedang
Jurnal Teknotan Vol. 10 No. 2, November 2016
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

diantaranya, pemukiman, pusat pendidikan, diinterpretasi ditampilkan dalam format RGB (Red
perekonomian dan industri. Green Blue) dalam bentuk citra komposit.
Pengolahan Data Tabel 1. Karakteristik citra Landsat 8 OLI
Citra Landsat 8 OLI (path/row: 121/65) untuk Band Tipe Spektral (µm)
area penelitian didownload dari website United 1 30 m Coastal/Aerosol 0.435 – 0.451
States Geological Survey (USGS) 2 30 m Blue 0.452 – 0.512
(http://earthexplorer.usgs.gov/). Untuk membantu 3 30 m Green 0.533 – 0.590
interpretasi citra digunakan peta Rupa Bumi 4 30 m Red 0.636 – 0.673
Indonesia (RBI) dari Badan Informasi Geospasial 5 30 m NIR 0.851 – 0.879
dan peta Penggunaan Lahan 2014 dari Kementrian 6 30 m SWIR-1 1.566 – 1.651
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik 7 30 m SWIR-2 2.107 – 2.294
Indonesia. Penutupan awan pada citra sebesar 8 15 m Pan 0.503 – 0.676
<10% dengan kualitas multispektral yang baik. 9 30 m Cirrus 1.363 – 1.384
Kondisi cuaca pada saat perekaman citra cukup Sumber: USGS, 2016
baik dengan tidak adanya kabut di atmosfer. Oleh
karena itu diasumsikan tidak ada pengaruh dari Penciri kelas diperlukan dalam proses
kondisi udara di atmosfer. klasifikasi. Penciri kelas merupakan satu set data
Secara umum penelitian dilakukan dengan yang diperoleh dari suatu training area, feature
beberapa tahap, yaitu: pra-pengolahan citra, space, atau cluster. Training area atau area contoh
pemilihan kombinasi band terbaik, interpretasi digunakan untuk mendapatkan penciri kelas.
visual citra, membuat penciri kelas, analisis Sekelompok training area mewakili satu kelas
separabilitas, klasifikasi citra, dan uji akurasi. Tahap tutupan lahan, misalnya hutan, sawah, badan air,
pra-pengolahan yang dilakukan adalah perubahan dan kawasan terbangun. Menurut Jaya (2010),
format data GeoTiffdari setiap band menjadi secara teoritis jumlah piksel yang harus diambil
format image (.img) dengan menggunakan perkelas adalah sebanyak jumlah band yang
software Erdas Imagine 9.1. Citra dipotong sesuai digunakan ditambah satu (N+1). Training area
areal yang menjadi fokus penelitian. Selanjutnya dibuat dengan memanfaatkan data pendukung
citra ditumpuk (layer stack) untuk dapat dilakukan yang diperoleh dari data lapang, peta Google Earth
analisis multispektral. Tahap selanjutnya adalah dan citra satelit World View 2 tanggal perekaman 9
pemilihan kombinasi band terbaik. Pemilihan September 2016 guna meningkatkan akurasi
kombinasi band terbaik untuk klasifikasi tutupan klasifikasi.
lahan dapat dilakukan melalui evaluasi optimum Penentuan area contoh dilakukan untuk
index factor (OIF) (Jaya, 2010). Nilai OIF merupakan mengidentifikasi area contoh yang mewakili setiap
ukuran banyaknya informasi yang dimuat pada kelas penutupan lahan yang diinginkan dan
suatu citra komposit. Menurut Mentari (2013) membangun suatu deskripsi numerik dari spektral
kombinasi band terbaik menggunakan nilai OIF tiap penutupan lahan tersebut (Lillesand dan
untuk klasifikasi tutupan lahan citra Landsat 8 Kiefer, 1990). Penentuan dan pengambilan contoh
adalah kombinasi band 754 dimana band 7 adalah dilakukan berdasarkan data yang didapatkan dari
spektrum SWIR-2, band 5 adalah spektrum NIR, pemeriksaan lapangan kemudian dilakukan
dan band 4 adalah spektrum red. Rentang nilai penentuan dan pemilihan lokasi-lokasi training
spektral Landsat 8 OLI ditunjukkan pada Tabel 1. area untuk pengambilan informasi statistik tipe-
Interpretasi visual citra dilakukan tipe tutupan lahan. Pengambilan informasi statistik
berdasarkan pada pengenalan ciri obyek secara dilakukan dengan cara mengambil contoh-contoh
spasial. Karakteristik obyek dapat dikenali piksel dari setiap kelas tutupan lahan dan
berdasarkan unsur-unsur interpretasi seperti ditentukan lokasinya pada citra komposit.
warna, bentuk, ukuran, pola, tekstur, bayangan, Informasi statistik dari setiap kelas tutupan lahan
letak dan asosiasi kenampakan obyek. Citra yang ini digunakan untuk menjalankan fungsi
separabilitas (keterpisahan) dan fungsi akurasi.

64 Klasifikasi Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat 8 Operational Land Imager (OLI) Di Kabupaten Sumedang
Jurnal Teknotan Vol. 10 No. 2, November 2016
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

Informasi yang diambil adalah nilai rata-rata, Karakteristik citra Landsat 8 OLI dapat dilihat
simpangan baku, nilai digital minimum dan pada Tabel 1. Band 1 (0.435 – 0.451 µm)
maksimum, serta matriks varian-kovarian untuk merupakan coastal/aerosol dirancang untuk
setiap kelas tutupan lahan. monitoring perairan pesisir dan aerosol erat
Analisis separabilitas merupakan analisis kaitannya dengan band 2 yaitu visible blue (0.452 –
kuantitatif yang memeberikan informasi mengenai 0.512 µm), oleh karena itu band 1 tidak disertakan
evaluasi keterpisahan training area dari setiap dalam proses klasifikasi. Band Cirrus (1.363 – 1.384
kelas. Evaluasi keterpisahan ini menentukan µm) dirancang untuk identifikasi awan dan
apakah suatu kelas layak digabung atau tidak. mengandung informasi permukaan daratan yang
Metode analisis separabilitas yang digunakan terbatas juga dihilangkan dari proses klasifikasi.
dalam penelitian ini adalah metode tranformasi Band yang digunakan dalam proses klasifikasi
divergensi (TD). Metode ini digunakan untuk menggunakan MCL adalah band 2, 3, 4, 5, 6 dan 7.
mengukur tingkat keterpisahan antar kelas. Nilai Berdasarkan hasil interpretasi visual dan
TD ini dapat diketahui dengan persamaan (1) (Jaya, pengetahuan analis mengenai karakteristik
2010; Mentari, 2013): distribusi tutupan lahan di Kabupaten Sumedang,
sepuluh kelas telah diidentifikasi sebagai tipe kelas
………………… (1) akhir tutupan lahan, yaitu lahan terbangun, sawah
menjelang panen, sawah baru tanam, semak
keterangan: belukar, hutan tutupan padat, hutan tutupan
TDij = separabilitas antara kelas i dengan kelas j sedang, hutan campuran, kebun campuran, tanah
exp = -2.718 terbuka dan badan air.
Dij = divergensi Data tutupan lahan pada area contoh
dijadikan data pendukung karena berkaitan erat
Kriteria tingkat keterpisahan antar kelas dari nilai dengan proses dan hasil klasifikasi. Namun,
transformasi divergensi adalah sebagai berikut: pengumpulan data pada area contoh merupakan
a. Tidak terpisah (unseparable) : <1600 kegiatan yang memerlukan banyak waktu, tenaga,
b. Kurang keterpisahannya : 1600 - <1800 dan biaya. Penelitian ini menggunakan sampel
c. Cukup keterpisahannya : 1800 - <1900 secara acak berdasarkan area-area yang telah
d. Baik keterpisahannya : 1900 - <2000 diketahui melalui area of intersest (AOI) tools pada
e. Sangat baik keterpisahannya : 2000 software Erdas Imagine 9.1 didukung dengan data
lapang, peta penggunaan lahan, peta Google Earth
Metode Klasifikasi Tutupan Lahan dan citra satelit beresolusi tinggi. Distribusi piksel-
Maximum likelihood classification (MLC) piksel area contoh disebar secara merata pada
dipilih untuk klasifikasi tutupan lahan data OLI. area di Kabupaten Sumedang.
MLC merupakan metode yang paling umum
digunakan dalam klasifikasi data remote sensing Uji Akurasi
(Foody et al.,1992; Jia et al., 2011). MLC Evaluasi akurasi digunakan untuk melihat
mempertimbangkan faktor peluang dari satu piksel tingkat kesalahan yang terjadi pada klasifikasi area
untuk dikelaskan ke dalam kelas atau kategori contoh sehingga dapat ditentukan besarnya
tertentu. Peluang ini sering disebut prior persentase ketelitian pemetaan. Evaluasi ini
probability, dapat dihitung dengan menghitung menguji tingkat keakuratan secara visual dari
persentase tutupan pada citra yang akan klasifikasi terbimbing. Akurasi ketelitian pemetaan
diklasifikasi. Jika peluang ini tidak diketahui maka dilakukan dengan membuat matrik kontingensi
besarnya peluang dinyatakan sama untuk semua atau matrik kesalahan (confusion matrix) seperti
kelas (satu per jumlah kelas yang dibuat). Aturan yang disajikan pada Tabel 2.
pengambilan keputusan ini disebut dengan Aturan Akurasi yang bisa dihitung berdasarkan tabel
Keputusan Bayes (Bayesian Decision Rule) (Jaya 2 antara lain, User’s accuracy, Producer’s Accuracy
2010). dan Overall accuracy.

Klasifikasi Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat 8 Operational Land Imager (OLI) Di Kabupaten
65
Sumedang
Jurnal Teknotan Vol. 10 No. 2, November 2016
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

Tabel 2. Matriks kesalahan (confusion matrix) HASIL DAN PEMBAHASAN


Diklasifikasikan ke Produ Interpretasi Citra
Data dalam kelas cer’s Berdasarkan interpretasi citra Landsat 8
Jumlah
referensi (data kelas di peta) accura menggunakan kombinasi band terbaik untuk
A B C D cy klasifikasi tutupan lahan, pengamatan kebenaran
A Xii Xi+ Xii/Xi+ objek-objek tutupan lahan secara visual di
B lapangan di Kabupaten Sumedang teridentifikasi
C menjadi 10 kelas tutupan lahan. Kelas tutupan
D Xii lahan tersebut terdiri dari tanah terbuka, sawah
Total siap panen, sawah baru tanam, semak/belukar,
Xi+ lahan terbangun, kebun campuran, hutan padat,
kolom
User’s Xii/ hutan campuran, hutan sedang, dan badan air.
accuracy Xi+ Kenampakan jenis tutupan lahan padat citra
ditampilkan dengan warna yang berbeda-beda.
Secara matematis akurasi diatas dapat Misalnya badan air diwakili dengan warna biru.
dinyatakan sebagai berikut: Warna biru juga digunakan untuk menampilkan
sawah baru tanam. Sawah baru tanam biasnya
memiliki banyak air. Vegetasi diwakili dengan
𝑠𝑒𝑟 𝑠 𝑎𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦 warna hijau terang sampai gelap. Derajat
kecerahan warna hijau ini biasanya mewakili
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑒𝑟 𝑠 𝑎𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦 kerapatan vegetasinya. Hutan dengan kerapatan
tinggi akan tampak dengan hijau gelap bila
𝑒𝑟𝑎𝑙𝑙 𝑎𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦 dibandingkan dengan hutan berkerapatan rendah
Keterangan: atau hutan campuran. Lahan terbangun dan lahan
Xii = nilai diagonal matriks kontingensi baris terbuka diwakili dengan warna merah. Gambar 2
ke-i dan kolom ke-i merupakan contoh kenampakan reflektan objek
Xi+ = jumlah piksel dalam baris ke-i permukaan bumi dengan kombinasi band 754
X+i = jumlah piksel dalam kolom ke-i Landsat 8.

Menurut Jaya (2010), saat ini akurasi yang


dianjurkan adalah akurasi kappa, karena overral
accuracy secara umum masih over estimate.
Akurasi kappa ini sering juga disebut dengan
indeks kappa. Secara matematis akurasi kappa (a) (b) (c)
disajikan sebagai berikut:

𝑎𝑝𝑝𝑎 𝑘
Keterangan :
N = banyaknya piksel dalam contoh (d) (e) (f)
X = nilai diagonal dari matriks kontingensi Gambar 2. Contoh kenampakan objek permukaan
baris ke-i dan Kolom ke-i bumi a) badan air, b) sawah baru tanam, c)
Xii = jumlah piksel dalam baris ke-i semak/belukar, d) hutan tutupan rapat, e) lahan
Xi+ = jumlah piksel dalam kolom ke-i terbangun, dan f) tanah terbuka

66 Klasifikasi Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat 8 Operational Land Imager (OLI) Di Kabupaten Sumedang
Jurnal Teknotan Vol. 10 No. 2, November 2016
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

Klasifikasi Tutupan Lahan data OLI di Kabupaten Bagian barat daya sebagian besar merupakan
Sumedang lahan terbangun yang merupakan wilayah
Hasil klasifikasi tutupan lahan data OLI perkembangan dari Kota dan Kabupaten Bandung.
menggunakan MLC ditunjukkan pada Gambar 3. Lahan terbangun lainnya terletak di bagian tengah
Secara visual, setiap kelas dapat diidentifikasi merupakan pemukiman dan pusat pemerintahan
menggunakan pengklasifikasi MLC berdasarkan Kabupaten Sumedang. Bagian timur wilayah
pengetahuan analis. Bagian utara tersebar hutan Kabupaten Sumedang terdapat penggunaan lahan
campuran dan sawah. Hutan tutupan padat dan badan air yang cukup luas, merupakan waduk
sedang terdapat pada bagian selatan dan barat. Jatigede.

Gambar 3. Peta Klasifikasi Tutupan Lahan Kabupaten Sumedang menggunakan Landsat 8

Klasifikasi Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat 8 Operational Land Imager (OLI) Di Kabupaten
67
Sumedang
Jurnal Teknotan Vol. 10 No. 2, November 2016
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

Akurasi Klasifikasi Tutupan Lahan 99.61%. Nilai akurasi overall dianggap terlalu over
Akurasi klasifikasi dan kappa statistik estimate sehingga jarang digunakan sebagai
dihitung/diperkirakan berdasarkan sampel dan indikator yang baik dalam mengukur kesuksesan
matriks konfusi pada hasil klasifikasi data OLI klasifikasi karena hanya menggunakan piksel-piksel
menggunakan pengkelas MCL ditunjukkan pada yang terletak pada diagonal suatu matrik
Table 2. Akurasi overall klasifikasi adalah 99.61% kontingensi, sedangkan nilai akurasi kappa yang
sedangkan akurasi kappa adalah 99.52%. Kelas didapatkan adalah sebesar 99.52%. Akurasi yang
sawah baru taman memiliki user akurasi yang dianjurkan untuk digunakan adalah akurasi kappa.
paling rendah (96.81%) dan memiliki konfusi Akurasi kappa menggunakan semua elemen dalam
maksimum dengan badan air. Hal ini disebabkan matriks. Berdasarkan nilai akurasi memberikan
karena sawah baru tanam pada umumnya ketelitian yang cukup tinggi karena memenuhi
diberikan genangan air atau irigasi sehingga syarat yang ditetapkan oleh USGS yang
menyerupai badan air. Kelas lainnya terpisahkan menyatakan ketelitian interpretasi lebih dari 85%
dengan baik serta dengan tingkat akurasi user dan sehingga hasil klasifikasi citra Landsat 8 di
producer yang cukup tinggi. Kabupaten Sumedang dapat digunakan untuk
United States Geological Survey (USGS) telah berbagai macam tujuan salah satunya untuk
menetapkan tingkat ketelitian klasifikasi atau perluasan sawah.
interpretasi minimum dengan menggunakan
penginderaan jauh yaitu kurang dari 85% (Mentari,
2013). Nilai akurasi overal yang didapatkan adalah

Tabel 2. Matriks konfusi klasifikasi tutupan lahan data Landsat 8 OLI menggunakan MLC

Pemanfaatan Peta Tutupan Lahan untuk dengan kelas hutan terluas yaitu hutan campuran
Investigasi Calon Lokasi Perluasan Sawah (20.77%). Kelas tutupan lahan terbesar kedua yaitu
Persentase kelas tutupan lahan Kabupaten sawah yang terdiri dari sawah baru tanam dan
Sumedang berdasarkan hasil klasifikasi citra sawah menjelang panen. Terbesar ketiga adalah
Landsat 8 ditunjukkan pada Tabel 3. Kelas tutupan tanah terbuka. Tanah terbuka di lapangan dapat
lahan terbesar adalah hutan yaitu mencapai lebih berupa tanah terbuka, pertambangan, tanah
dari 34% dari total luas Kabupaten Sumedang lapang, dan kebun palawija yang baru dipanen.

68 Klasifikasi Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat 8 Operational Land Imager (OLI) Di Kabupaten Sumedang
Jurnal Teknotan Vol. 10 No. 2, November 2016
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

Luasan terbesar selanjutnya adalah tanah tanam, semak belukar, hutan tutupan padat, hutan
terbangun. Tanah terbangun dapat berupa tutupan sedang, hutan campuran, kebun
pemukiman, pasar, pabrik, gudang, gedung, dan campuran, tanah terbuka dan badan air. Hasil uji
perkantoran. Kebun campuran, semak/belukar, akurasi klasifikasi menunjukkan ketelitian yang
dan badan air berturut-turut merupakan kelas cukup tinggi serta memenuhi syarat yang
tutupan lahan terkecil yaitu 8.72%, 3.57, dan ditetapkan oleh USGS (>85%) yaitu akurasi overall
2.00%. sebesar 99.61% dan akurasi kappa sebesar 99.52%.
Secara normatif kawasan hutan lindung Dengan hasil yang diperoleh ini menunjukkan
merupakan kawasan yang tidak dapat dijadikan bahwa peta hasil klasifikasi citra Landsat 8 dapat
sebagai lahan sawah (Kementrian Pertanian, 2013). digunakan salah satunya sebagai bahan dalam
Hasil klasifikasi tutupan lahan dapat digunakan menentukan lokasi sawah baru.
untuk mengidentifikasi awal lokasi hutan dan
jenisnya. Tutupan lahan yang berpotensi dapat DAFTAR PUSTAKA
dijadikan lokasi perluasan sawah baru diantaranya
Bounoua L, DeFries R, Collatz GJ, Sellers P, Khan H.
adalah kebun campuran, tanah terbuka, hutan
2002. Effects of land cover conversion on
campuran, dan, semak/belukar. Badan air dapat
surface climate. Climatic Change. 52: 29-64.
digunakan sebagai pendukung pengambilan
BPS. 2015. Sumedang Dalam Angka 2015. Badan
keputusan dalam menentukan lokasi sawah baru
Pusat Statistik.
terhadap sumber air, sedangkan sawah baru
Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi
tanam dan sawah menjelang panen tidak dapat
Jawa Barat. 2015. Laporan Akhir Kegiatan
dijadikan lokasi perluasan sawah, dengan
Pekerjaan Survei Calon Petani dan Calon
demikian, potensi perluasan sawah baru di
Lokasi (CPCL) Percetakan Sawah Baru di
Kabupaten Sumedang masih cukup besar.
Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat.
Kerjasama antara Kementrian Pertanian
Tabel 3. Hasil klasifikasi tutupan lahan Kabupaten
Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan
Sumedang menggunakan Landsat 8
Provinsi Jawa Barat dengan Universitas
Kelas Tutupan Jumlah Luas Persentas
Padjadjaran.
Lahan piksel (km2) e (%)
Kebun campuran 148235 133.41 8.72
Foody GM, Campbell NA, Trodd NM, Wood TF.
1992. Derivation and applications of
Badan air 34084 30.68 2.00
probabilistic measures of class membership
Lahan terbangun 173368 156.03 10.20
from the maximum-likelihood classification.
Tanah terbuka 323644 291.28 19.03 Photogrammetric Engineering and Remote
Sawah menjelang 64271 57.84 3.78 Sensing. 58: 1335-1341.
panen Gong P, Wang J, Yu L, Zhao YC, Zhao YY, Liang L,
Hutan sedang 174670 157.20 10.27 Niu ZG, Huang XM, Fu HH, Liu S, Li CC, Li XY,
Hutan campuran 353236 317.91 20.77 Fu W, Liu CX, Xu Y, Wang XY, Cheng Q, Hu LY,
Hutan padat 60721 54.65 3.57 Yao WB, Zhang H, Zhu P, Zhao ZY, Zhang HY,
Sawah baru 304231 273.81 17.89 Zheng YM, Ji LY, Zhang YW, Chen H, Yan A,
tanam Guo JH, Wang L, Liu XJ, Shi TT, Zhu MH, Chen
Semak/belukar 64037 57.63 3.77 YL, Yang GW, Tang P, Xu B, Giri C, Clinton N,
Jumlah 1700497 1530.45 100 Zhu ZL, Chen J, Chen J. 2013. Finer resolution
observation and monitoring of global land
KESIMPULAN cover: first mapping results with Landsat TM
and ETM+ data. International Journal of
Klasifikasi citra Landsat 8 OLI di Kabupaten Remote Sensing. 34: 2607-2654.
Sumedang menghasilkan 10 kelas tutupan lahan. Gumma MK, Thenkabail PS, Hideto F, Nelson A,
Kelas tutupan lahan tersebut yaitu lahan Dheeravath V, Busia D, Rala A. 2011.
terbangun, sawah menjelang panen, sawah baru
Klasifikasi Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat 8 Operational Land Imager (OLI) Di Kabupaten
69
Sumedang
Jurnal Teknotan Vol. 10 No. 2, November 2016
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

Mapping irrigated areas of Ghana using Lulla K, Duane Nellis M, Rundquist B. 2013. The
fusion of 30 m and 250 m resolution remote- Landsat 8 is ready for geospatial science and
sensing data. Remote Sensing. 3: 816-835. technology researchers and practitioners.
Hansen MC, Defries RS, Townshend JRG, Sohlberg Geocarto International. 28: 191-191.
R. 2000. Global land cover classification at 1 Miller SN, Phillip Guertin D, Goodrich DC. 2007.
km spatial resolution using a classification Hydrologic modeling uncertainty resulting
tree approach. International Journal of from land cover misclassification. Journal of
Remote Sensing. 21: 1331-1364. the American Water Resources Association.
Irons JR, Dwyer JL, Barsi JA. 2012. The next landsat 43:1065-1075.
satellite: the landsat data continuity mission. Running SW. 2008. Climate change: ecosystem
Remote Sensing of Environment. 122: 11-21. disturbance, carbon, and climate. Science.
Jaya INS. 2010. Analisis Citra Digital Perspektif 321: 652-653.
Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Thenkabail PS, Biradar CM, Noojipady P,
Sumber Daya Alam. Fakultas Kehutanan Dheeravath V, Li YJ, Velpuri M, Gumma M,
Institut Pertanian Bogor. Gangalakunta ORP, Turral H, Cai XL,
Jia K, Xiangqin W, Xingfa G, Yunjun Y, Xianhong X, Vithanage J, Schull MA, Dutta R. 2009.
Bin L. 2014. Land cover classification using Global irrigated area map (GIAM), derived
Landsat 8 Operational Land Imager data in from remote sensing, for the end of the last
Beijing, China. Geocarto International. 29: millennium. International Journal of Remote
941-951. Sensing. 30: 3679-3733.
Jung M, Henkel K, Herold M, Churkina G. 2006. Tollefson J. 2013. Landsat 8 to the rescue. Nature.
Exploiting synergies of global land cover 494: 13-14.
products for carbon cycle modeling. Remote USGS. 2016. LANDSAT 8 (L8) DATA USERS
Sensing of Environment. 101: 534-553. HANDBOOK. Department of the Interior U.S.
Kementrian Pertanian. 2013. Pedoman Teknis Geological Survey.
Perluasan Sawah. Direktorat Perluasan dan
Pengelolaan Lahan Direktorat Jenderal
Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementrian
Pertanian.
Liu JY, Zhuang DF, Luo D, Xiao X. 2003. Land-cover
classification of China: integrated analysis of
AVHRR imagery and geophysical data.
International Journal of Remote Sensing.
24:2485-2500.

70 Klasifikasi Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat 8 Operational Land Imager (OLI) Di Kabupaten Sumedang

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai