HALAMAN SAU
Oleh :
NIM 191710201074
Penginderaan jarak jauh adalah ilmu dan seni untuk memeroleh informasi tentang
obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan
menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang
dikaji (Syah, 2010). Penginderaan jarak jauh memiliki makna lainnya seperti berbagai
teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi atau
ilmu yang digunakan untuk memeroleh, mengolah dan menginterpretasi citra yang
telah direkam berasal dari interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan suatu
obyek. Menurut (Syah, 2010) dalam penerapan penginderaan jarak jauh terdapat
kelebihan dan kekurangan, diantaranya :
1. Citra menggambarkan obyek, daerah dan gejala di permukaan bumi dengan
wujud dan letak obyek yang mirip dengan wujud dan letaknya di permukaan
bumi, relatif lengkap, permanen dan meliputi daerah yang sangat luas,
2. Karakteristik obyek tidak tampak dapat diwujudkan dalam bentuk citra,
sehingga memungkinkan pengenalan obyek,
3. Jumlah data yang dapat digunakan dalam waktu sekali pengambilan data sangat
banyak,
4. Pengambilan data di wilayah yang sama dapat dilakukan berulang – ulang
sehingga analisis data dapat dilakukan tidak berdasarkan variasi spasial tetapi
juga berdasarkan variasi temporal,
5. Tidak semua parameter kelautan dan wilayah pesisir dapat dideteksi dengan
teknologi penginderaan jarak jauh,
6. Akurasi data lebih rendah jika dibandingkan dengan metode pendataan
lapangan (survey in situ).
Penginderaan jarak jauh dapat digunakan untuk Sistem Informasi Geografi
(SIG), citra yang diperoleh melalui penginderaan jarak jauh merupakan data dasar atau
input yang kemudian akan diolah dan disajikan oleh Sistem Informasi Geografi (SIG),
sehingga integrasi antara penginderaan jarak jauh dengan Sistem Informasi Geografi
akan memperoleh yang optimal sebagai data pemanfaatan wilayah seperti tutupan
lahan.
1.3 Algoritma K-Nearest Neighbors
Adapun software yang digunakan dalam analisis tutupan adalah Qgis 3.16 dengan
plugin dzetsaka, ArcGis 10.3, dan Microsoft visio 2007; sedangkan untuk bahan yang
digunakan adalah Data_Training_Area_Kec_Wongsorejo_Lansat 8 dan Lansat 4-5;
Clip _Kec_Wongsorejo_Lansat_8 dan Lansat 4-5.tif; Kec_Wongsorejo;
LC08_L1TP_117065_20211218_20211223_01_T1;LC08_L1TP_117065_20211218
_20211223_01_T1_B2;LC08_L1TP_117065_20211218_20211223_01_T1_B3;LC08
_L1TP_117065_20211218_20211223_01_T1_B4;LC08_L1TP_117065_20211218_2
0211223_01_T1_B5;LC08_L1TP_117065_20211218_20211223_01_T1_B6;LC08_
L1TP_117065_20211218_20211223_01_T1_B7;Composite_LC08_L1TP_117065_2
0211218_20211223_01_T1_B2.TIF;Clip_Composite_LC08_L1TP_117065_2021121
8_20211223_01_T1_B2;Clip_Kec_Wongsorejo_Lansat_8.tif;
LT05_L1TP_117066_20000428_20161214_01_T1;LT05_L1TP_117066_20000428_
20161214_01_T1_B1;LT05_L1TP_117066_20000428_20161214_01_T1_B2;LT05_
L1TP_117066_20000428_20161214_01_T1_B3;LT05_L1TP_117066_20000428_20
161214_01_T1_B4;LT05_L1TP_117066_20000428_20161214_01_T1_B5;Composi
te_LT05_L1TP_117066_20000428_20161214_01_T1_B1.tif;Clip_Composite_LT05
_L1TP_117066_20000428_20161214_01_T1_B1.tif;World Imagery.
Tabel 2.1 Raw metadata
Date Acquired Path/ Rows Cloud Cover (%) Land Cloud Cover (%)
28/04/2000 117/66 23,00 17,00
18/12/2021 117/65 27,51 14,80
2.3 Diagram Alir Tahapan Kajian
MULAI
Data Sentinel 2
Klasfikasi
SELESAI
B-4 Near Infrared 0,77 – 0,90 Menekankan konten biomassa dan garis pantai.
Sumber : https://www.usgs.gov/media/images/landsat-4-5-tm-and-landsat-7-etm-bands-and-
their-uses
Tabel 2.4 Keterangan masing-masing band pada Landsat 8
Band Gelombang Keterangan
B-5 Near Infrared 0,85 – 0,88 Menekankan kandungan biomassa dan garis
(NIR) pantai.
B-6 Short-wave 1,57 – 1,65 Peningkatan kadar air tanah dan vegetasi dan
Infared (SWIR) 1 penetrasi awan tipis.
B-7 Short-wave 2,11 – 2,29 Peningkatan kadar air tanah, vegetasi dan
Infrared (SWIR) 2 penetrasi awan tipis.
B-8 Panchromatic 0,50 – 0,68 Resolusi 15 meter, dan definisi gambar lebih
tajam.
B-10 TIRS 1 10,60 – 11,19 Resolusi 100 meter, pemetaan thermal dan
perkiraan kelembaban tanah.
Sumber : https://www.usgs.gov/media/images/landsat-8-oli-and-tirs-and-their-uses
Gambar 3.1 Data kelas tutupan lahan Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi
Pada semua kelas memiliki total 20 polygon dengan masing-masing kelas terdiri
atas 5 polygon yang kemudian digabungkan untuk memudahkan dalam melakukan
penggolahan data, dan memberikan warna yang sesuai dengan ketentuan pada polygon
setiap kelas. Warna untuk mewakili badan air, sungai, atau danau adalah cretan blue;
lahan terbangun adalah fire red; sawah adalah sodalite blue; dan hutan adalah leaf
green.
Tabel 3.1 Keterangan nilai RGB untuk masing-masing kelas tutupan lahan
Berdasarkan analisis tutupan lahan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
distribusi training area pada tahun 2000 memiliki total luas 122, 68 km2 dengan badan
air seluas 0,4 km2; lahan terbangun seluas 7,8 km2; sawah 13,15 km2; dan hutan 101,33
km2, sedangkan distribusi training area pada tahun 2022 memiliki total luas 124,34
km2 dengan badan air seluas 0,6 km2; lahan terbangun seluas 10,95 km2; sawah 20,50
km2; dan hutan 92,29 km2. Perbedaan total luas wilayah kajian distribusi training area
pada tahun 2000 – 2022 dikarenakan digitasi yang dilakukan untuk setiap polygon pada
masing-masing kelas kurang akurat dan sama, sehingga menyebabkan perbedaan total
luas wilayah kajian distribusi training area sebesar1,66 km2. Digitasi merupakan
proses penggambaran peta yang dilakkan secara on-screen pada layar yang akan
menghasilkan sebauh data vektor dengan format shapefile (.shp)(Endang dan Denih,
2021). Menurut Jumardi., et al. (2016), Salah satu faktor yang mempengaruhi
keterampilan dalam melakukan digitasi adalah alat bantu berupa mouse, hal tersebut
dikarenakan mouse memudahkan dalam menyusuri tiap objek garis pada peta yang
akan didigit, dan memudahkan dalam menggerak atau mengarahkan kursor jika
dibandingkan menggunakan touchpad.
6
4 3.15
Area (Km2)
2
0.2
0
-2
-4
-6
-8
-10 -9.04
Badan Air Lahan Terbangun Sawah Hutan
Gambar 3.2 Grafik perubahan tutupan lahan yang terjadi pada 2000-2022 Kecamatan
Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi
Tabel 3.3 Sebaran jumlah penduduk pada Kecamatan Wongsorejo Banyuwangi pada
tahun 2009-2013
B Perkotaan
Indonesia yang termasuk pada daerah tropis memiliki perbedaan tutupan lahan
secara temporal sesuai dengan musimnya, misalnya hasil interpretasi tutupan lahan
sawah yang berbeda antara musim hujan dengan musim kemarau (Wahyuni., et al.
2021). Menurut Verburg., et al. (2009), Sistem tanam memiliki pola yang bergantian
antara lahan kosong – lahan tergenang – padi – lahan kosong – tanaman sekunder yang
urutannya berulang dari tahun ke tahun, sehingga waktu pengakuisisi citra landsat
memiliki pengaruh terhadap hasil distribusi klasifikasi tutupan lahan. Hasil klasifikasi
lahan pertanian dapat bervariasi tergantung pada tanggal akuisisi citra karena tampilan
di citra satelit dipengaruhi oleh musim tanam dan panen tanaman (Setiawan., et al.
2013). Pergantian musim tidak hanya mempengaruhi klasifikasi distribusi tutupan
lahan sawah saja, namun juga pada tutupan lahan badan air karena terdapat daerah yang
masih tergenang oleh air dikarenakan oleh hujan begitu sebaliknya disaat musim
kemarau terdapat daerah yang menjadi kering jika dibandingkan dengan kondisi
normalnya.
BAB 4. KESIMPULAN
Dwiprabowo, H., Djaenuddin, D., Alviya, I., & Wicaksono, D. (2014). Dinamika
Tutupan Lahan: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit PT
Kanisius.
Jumardi, A., Nurfalaq, A. and Busrah, Z., 2016. Penerapan Modul Pratikum SIG untuk
Memberikan Keterampilan Pemetaan Bagi Mahasiswa Fisika Sains Universitas
Cokroaminoto Palopo. Prosiding, 2(1).
Nurjanah, U., Parwati, E., Mayestika, P. and Hartati, R., 2022. Analisis Multitemporal
Topografi Pesisir Wonorejo Surabaya dan Pengaruhnya Terhadap Distribusi
Sedimen Menggunakan Software ArcGIS 10.3. Jurnal Perikanan dan
Kelautan, 27(2).
Rosdiana, A. C., Elmira, G., & MP, R. A. (2018). The Agricultural land conversion:
Finding the Legal, Social and Economic Impacts. Advances in Social Science,
Education and Humanities Research, 192, 108-112.
Syah, A.F., 2010. Penginderaan jauh dan aplikasinya di wilayah pesisir dan
lautan. Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of Marine Science and
Technology, 3(1), pp.18-28.
Tanesib, J.L. and Johannes, A.Z., 2016. Pemetaan Tutupan Lahan Kawasan Hutan
Gunung Timau dalam Mendukung Pembangunan Observatorium Nasional di
Kabupaten Kupang. Jurnal Fisika: Fisika Sains dan Aplikasinya, 1(2), pp.72-77
Verburg, P. H., van de Steeg, J., Veldkamp, A., & Willemen, L. (2009). From land
cover change to land function dynamics: A major challenge to improve land
characterization. Journal of Environmental Management, 90(3), 1327–1335.
Wahyuni, N.I., Hasyim, A.W. and Soemarmo, S., 2021. Dynamic of the Land Use and
Land Cover Change in Banyuwangi Regency From 1995-2019. Jurnal
Wasian, 8(2), pp.121-132.
LAMPIRAN