Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum Pengindraan Jarak Jauh (PJJ) Medan, 01 Oktober 2022

PENGINSTALAN Citra Sentinel 2

Dosen Penanggung Jawab :

Dr. Anita Zaitunah, S.Hut., M.Sc.

Oleh :

Kevin Ferdinan

1954251016

MNH 7

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
segala puji syukur kehadirat Allahu rabbi, penulis panjatkan. Karena hanya dengan taufid dan
hidayah-Nya penulis dapat meyelesaikan laporan yang berjudul “Penginstalan Citra Sentinel
2” meskipun terdapat beberapa kesulitan yang penulis alami. Penyelesaian laporan praktikum
ini sebagai salah satu syarat dalam mata kuliah “Pengindraan Jarak Jauh (PJJ)” Departemen
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatra Utara, Medan.

Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad Saw, segenap keluarga, sahabat keluarga, sahabat-sahabatnya serta siapa saja
yang mengikuti dan mematuhi sesudah-Nya.

Penulisan laporan ini semaksimal mungkin kami upayakan dan di dukung bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancarkan dalam penulisanya. Untuk itu tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
meranmpungkan laporan ini.

Namun tidak lepas dari semua itu penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. oleh karena itu, dengan
lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin
memberi saran maupun kritik demi memperbaiki laporan praktikum ini.

Akhirnya penulis sangat mengharapkan semoga dari laporan praktikum sederhana


ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada laporan-laporan selanjutnya.

Medan, 01 Oktober 2022

Kevin Ferdinan

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

PENDAHULUAN..............................................................................................................1

Latar Belakang.....................................................................................................................1

Tujuan .................................................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................4

METODE PRAKTIKUM.................................................................................................7

Waktu dan Tempat...............................................................................................................7

Alat dan Bahan....................................................................................................................7

Prosedur Praktikum.............................................................................................................7

HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................................10

Hasil.....................................................................................................................................10

Pembahasan.........................................................................................................................10

KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................................13

Kesimpulan..........................................................................................................................13

Saran....................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14

ii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemajuan teknologi sudah terjadi sangat pesat sehingga berpengaruh pada


perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pemetaan merupakan salah satu ilmu yang sangat
besar dipengaruhi oleh kemajuan teknologi tersebut, ditandai dengan proses perekaman jarak
jauh yang perekamannya dilakukan melalui berbagai wahana, termasuk satelit. Gambar yang
dihasilkan dari proses perekaman jarak jauh ini dikenal dengan nama citra penginderaan jauh.
Dengan menggunakan data penginderaan jarak jauh kita dapat mengkaji objek permukaan
bumi yang tergambar pada citra tersebut.

Indonesia merupakan salah satu negara yang telah memanfaatkan perkembangan


teknologi citra satelit untuk memudahkan pengambilan keputusan dalam bidang pemetaan.
Namun, dikarenakan letak Indonesia yang berada pada daerah dengan iklim tropis dan
kondisi cuaca yang seringkali tertutup awan dan kabut, hal ini dapat menghilangkan
informasi penting dari obyek di balik area yang tertutup oleh awan tersebut. Oleh karena itu,
penelitian ini akan mencoba melakukan kombinasi citra radar dengan citra optis. Kedua citra
ini digunakan untuk saling melengkapi kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.Pelaksanaan
kombinasi kedua citra ini, menggunakan metode teknik fusi citra transformasi PCA, IHS dan
Brovey untuk menggabungkan citra Sentinel-1A GRDH product dengan citra Sentinel-2A
komposit band 432 serta mencoba melakukan kombinasi nilai indeks (NDVI, NDBI dan
NDWI). Hasil dari pengolahan data kombinasi tersebut selanjutnya dilakukan
pengklasifikasian tutupan lahan menggunakan metode supervised classification.Berdasarkan
penelitian serta kajian yang telah dilakukan pada kedua citra tersebut, hasil proses fusi citra
antara Sentinel-1A dengan Sentinel-2A dari metode PCA, Brovey dan IHS memiliki tampilan
visual yang terlihat dari segi pewarnaan, mengadopsi warna dari citra Sentinel-2A, tetapi
dengan perentangan kontras yang berbeda, sedangkan dari segi kualitas piksel terintegrasi
oleh citra Sentinel-1A. Pada daerah perbukitan, hasil fusi citra memperlihatkan adanya
kenampakan relief yang tidak terlihat pada citra Sentinel-2A, sehingga sangat tepat untuk
menganalisis morfologi dan struktur geologi suatu kawasan di area perbukitan atau
pegunungan. Citra baru yang dihasilkan dari ketiga metode tersebut memiliki keunggulan
yang lebih terlihat pada wilayah yang mengandung vegetasi rapat atau lebat, pemukiman
serta perairan dan menguntungkan jika digunakan untuk melihat bentuk serta lekukan sungai.
2

Sedangkan pada kombinasi nilai indeks dapat digunakan untuk menganalisis obyek sawah,
hutan rawa, hutan, perairan dan lahan terbangun.

Penginderaan jauh (remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh
dengan sutu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji
Lillesand dan Kiefer (dalam Syah, 2010). Sedangkan Sutanto (dalam Arifin dkk, 2014)
mengatakan penafsiran citra penginderaan jauh berupa pegenalan obyek dan elemen yang
tergambar pada citra penginderaan jauh serta penyajiaanya ke dalam bentuk peta tematik.
Sistem satelit dalam penginderaan jauh tersusun atas pemindai (scanner) dengan dilengkapi
sensor pada wahana (platform) satelit, dan sensor tersebut dilengkapi oleh detektor. Integrasi
teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu bentuk yang potensial dalam penyusunan
arahan fungsi penggunaan lahan. Dasar penggunaan lahan dapat dikembangkan untuk
berbagai kepentingan penelitian, perencanaan, dan pengembangan wilayah, adapun tingkat
ketelitian citra merupakan ukuran atau nilai kemampuan suatu cita dalam menyajikan atau
menampilkan objek yang ada di permukaan bumi. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, citra satelit mulai marak digunakan sebagai komponen data
penginderaan jauh.

Penginderaan jauh berkembang sangat pesat sejak lima dasawarsa terakhir ini.
Perkembangannya meliputi aspek sensor, wahana atau kendaraan pembawa sensor, jenis citra
serta liputan dan ketersediaannya, alat dan analisisdata, dan jumlah pengguna serta bidang
penggunaannya. Di Indonesia, penggunaan foto udara untuk survey pemetaan sumberdaya
telah dimulai oleh beberapa instansi pada awal tahun 1970-an. Saat initelah beredar banyak
jenis satelit sumber daya. Mulai dari negara maju sepertiAmerika Serikat, Kanada, Perancis,
Jepang, Rusia, hingga negara-negara besar namun dengan pendapatan per kapita yang rendah
seperti India dan Republik Rakyat Cina. Berbagai satelit sumber daya yang diluncurkan itu
menawarkan kemampuan yang bervariasi, dari resolusi spasial 0,6 meter (Quick Birth milik
Amerika) hingga sekitar 1,1 kilometer (NOAA-AVHRR juga milik Amerika Serikat).
Berbagai negara di Eropa, Amerika Utara, Amerika Latin, Asia dan bahkan Afrika telah
banyak memanfaatkan satelit itu untuk pembangunan.

Integrasi teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu bentuk yang potensial
dalam penyusunan arahan fungsi penggunaan lahan. Dasar penggunaan lahan dapat
dikembangkan untuk berbagai kepentingan penelitian, perencanaan, dan pengembangan
3

wilayah, adapun tingkat ketelitian citra merupakan ukuran atau nilai kemampuan suatu cita
dalam menyajikan atau menampilkan objek yang ada di permukaan bumi. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, citra satelit mulai marak digunakan sebagai
komponen data penginderaan jauh. Citra Quickbird merupakan citra beresolusi tinggi yang
memiliki resolusi spasial 0,6 m (pankromatik) dan 2,4 m (multispektral). Hal tersebut dapat
dilihat dari resolusi spasial (RS) yang melekat pada suatu citra satelit. Resolusi spasial adalah
ukuran objek terkecil yang masih dapat disajikan/dibedakan dan dikenali pada citra. Resolusi
spasial mencerminkan seberapa rinci suatu sensor yang dipasang pada satelit dapat merekam
suatu objek di permukaan bumi secara terpisah. Semakin besar nilai resolusi spasial yang
dimiliki oleh suatu citra satelit, maka informasi objek yang ditampilkan akan terlihat semakin
rinci. Kerincian informasi atas suatu objek yang divisualisasikan pada citra akan
memudahkan operator dalam melakukan proses identifikasi suatu objek secara detail.

Tujuan

Tujuan dari praktikum Pengindraan Jarak Jauh (PJJ) yang berjuful “Penginstalan Citra
Sentinel 2” adalah untuk mengetahui pengertian dan fungsi beserta cara mendowload citra
yang tidak berawan.
4

TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia merupakan salah satu negara yang telah memanfaatkan perkembangan


teknologi citra satelit untuk memudahkan pengambilan keputusan dalam bidang pemetaan.
Namun, dikarenakan letak Indonesia yang berada pada daerah dengan iklim tropis dan
kondisi cuaca yang seringkali tertutup awan dan kabut, hal ini dapat menghilangkan
informasi penting dari obyek di balik area yang tertutup oleh awan tersebut. Untuk mengatasi
gangguan awan tersebut, dapat menggunakan pencitraan radar dengan metode SAR
(Synthetic Aperture Radar) yang menggunakan sensor gelombang mikro sehingga dapat
beroperasi siang maupun malam dan dalam cuaca apapun. Dibalik keunggulan tersebut,
metode SAR ini memiliki kelemahan yaitu sangat sulitnya memprediksikan korelasi antara
gelombang mikro dengan karakteristik obyek di permukaan bumi termasuk jenis tanah dan
batuan, karena citra aktif tersebut hanya menampilkan warna abu-abu dalam tampilan
visualnya. Untuk mengatasi kesulitan ini, maka pada penelitian ini dilakukan kombinasi
antara citra SAR dengan citra optis. Pada penelitian ini citra satelit yang digunakan adalah
citra satelit radar Sentinel-1A dan citra satelit optis Sentinel-2A yang keduanya dapat
diunduh gratis di internet. Kedua data tersebut akan dikombinasikan menggunakan teknik
fusi citra dengan metode PCA (Principal Component Analysis), metode transformasi IHS
(Intensity Hue Saturation) dan metode transformasi Brovey. Penggunaan metode fusi citra ini
merupakan metode yang paling umum digunakan dan berdasarkan pada penelitian
Sitanggang, G dkk (2004) yang menjelaskan bahwa ketiga metode tersebut menunjukkan
kenampakan yang lebih tajam dan jelas pada informasi relief atau permukaan lahan serta
menampilkan variasi Hue yang mempresentasikan nilai spektral permukaan lahan dan
morfologi permukaan lahan. Selain itu, penelitian ini juga akan mengkombinasikan ekstraksi
nilai indeks dari citra Sentinel-2A. Nilai indeks yang akan dikombinasikan adalah nilai
indeks NDVI, NDBI dan NDWI. Kemudian, hasil nilai ekstraksi tersebut akan dianalisis
untuk melihat perbedaan tutupan lahannya. Kombinasi citra ini dilakukan dengan maksud
untuk saling melengkapi kekurangan dari masingmasing citra, meningkatkan ketajaman citra,
karakteristik obyek-obyek yang terkandung dalam citra tersebut, serta informasi yang
dibutuhkan sehingga akan menghasilkan citra baru, yang diharapkan mampu meningkatkan
5

visualisasi citra dan dapat meningkatkan kemampuan dalam menginterpretasikan suatu citra
yang lebih informatif dalam menghasilkan klasifikasi tutupan lahan.

penginderaan jarak jauh dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang dan kepentingan,
salah satunya adalah untuk mengidentifikasi suatu wilayah. Melalui citra penginderaan jauh
ini kita dapat mengetahui vegetasi apa saja yang terdapat di wilayah tersebut. Pengindraan
jarak jauh (PJJ) sangat berkaitan erat dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) karena,
Penginderaan Jarak Jauh adalah ilmu teknik untuk memeroleh informasi dari suatu
objek yang berada disekitar permukaan bumi tanpa melalui kontak langusng,
melainkan dengan bantuan teknologi sensor untuk menghasilkan citra. Sementara
Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah sistem berbasis komputer untuk mengelola
data-data informasi spasial yang memiliki referensi lokasi pasti di permukaan bumi.

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu teknologi baru yang pada saat ini
menjadi alat yang sangat esensial dalam menyimpan, memanipulasi,menganalisis, dan
menampilkan kembali kondisi-kondisi alam dengan bantuandata atribut dan spasial (Prahasta,
2002). Aplikasi SIG dapat digunakan untuk berbagai kepentingan selama data yang
diolah memiliki referensi geografi.

Sentinel atau Misi Sentinel (Sentinel Mission) adalah salah satu misi yang tergabung
dalam program Copernicus dari European Space Agency (ESA) atau agensi antariksa
gabungan beberapa negara benua Eropa. Program Copernicus sendiri bertujuan untuk
menyediakan wahana observasi bumi berkelanjutan, yang berguna untuk berbagai tujuan
seperti mitigasi perubahan iklim, manajemen lingkungan, dan sebagainya. Misi Sentinel
terdiri dari beberapa satelit dengan bermacam macam goal. Satelit pertama diluncurkan pada
April 2014 (Sentinel 1A). Sampai saat ini ada 8 satelit sentinel telah diluncurkan dan
beberapa satelit, termasuk generasi baru telah direncenakan untuk diluncurkan secara
bertahap.

Sentinel 2A diluncurkan tanggal 23 Juni 2015 dari pangkalan antariksa Kourou


(Guyana Prancis) menggunakan roket Vega milik Arianespace. Pada tanggal 7 Maret 2017,
saudara kembarnya Sentinel 2B diluncurkan melalui tempat dan roket sejenis.

Semua satelit Sentinel berada pada jalur orbit Sun-Synchronous (98.62O dengan


separasi fase antara 2A dan 2B sebesar 180 derajat). Parameter orbit ini untuk memastikan
keduanya selalu berada pada sisi bumi yang mendapatkan sinar matahari. Dengan konfigurasi
6

ini, daerah yang sama di bumi dapat diobservasi setiap 5 hari sekali secara oleh keduanya
secara bergantian. Sinar matahari yang dipantulkan bumi menjadi faktor utama dari
pengamatan sensor pasif Multispectral Instrument (MSI) pada keduanya.

Data citra Sentinel-2 efektif digunakan untuk area yang tidak terlalu luas seperti
danau atau waduk,karena memiliki resolusi spasial yang tinggi dan waktu perekaman yang
singkat. Citra yang dihasilkan olehsatelit Sentinel-2 memiliki resolusi spasial sebesar 10
meter untuk 4 band, 20 meter untuk 6band, dan 3band sisanya memiliki resolusi spasial
sebesar 60 meter. Citra satelit Sentinel-2 juga memiliki 13bandmultispektral, yang dibagi atas
spektrum visible (coastal aerosol , merah, hijau), near infrared, dansortwaveinfrared.
7

METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Pengindraan Jarak Jauh (PJJ) yang berjudul “Penginstalan Citra Sentinel
2” ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 1 Oktober 2022 pada pukul 17.00 WIB sampai dengan
selesai. Praktikum ini dilaksanakan secara offline untuk yang pembagian materi beserta
pembagian arahan dan juga di laksanakan secara online untuk lebih detail tata caranya
melalui google classroom, WhatsApp (WA), dan Youtube sebagai acuan tutorial.

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah laptop, Telepon seluler,
dan aplikasi Citra Sentinel 2. Adapun bahan yang digunakan adalah alat tulis dan kamera
untuk dokumentasi.

Prosedur Praktikum
a) Login/ Daftar
1. Kunjungi situs USGS Earth Explore, setelah berada dihalaman situs earth explore ini
anda bisa langsung mencari data. Namun karena untuk bisa mengunduh syaratnya
harusnya harus mempunyai akun.
8

b) Menetukan area
1. Geocoder, cari lokasi dengan mengetik tempat kita jadi, dibawah pilih world features
pada location name = ketikan nama tempat yang akan dicari, SIAK. Setelah itu klik
show.

2. Setelah itu akan muncul koordinat titik lokasi, selanjutnya klik data sets, pilih clear
all selected, lalu centang sentilent dan klik result.
9

3. Selanjutnya silahkan tentukan tanggal liputan data (data range), dan tutupan awan
(cloud cover)

4. Setelah tuntas, silahkan donload data.


10

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pembahasan
Adapun hasil yang di peroleh dari praktikum praktikum Pengindraan Jarak Jauh (PJJ)
yang berjudul “Penginstalan Citra Sentinel 2” adalah sebagai berikut :
Pengindraan Jarak Jauh (Remote sensing) merupakan ilmu dan teknologi perolehan
informasi objek atau fenomena di permukaan bumi tanpa kontak langsung. Untuk dapat
memperoleh informasi itu, diperlukan sensor yang di pasang di pesawat udara, pesawat
ulang-alik, atau satelit tak berawak. Sensor itu dapat berupa kamera fotografik, antena radar,
maupun scanner multispektral/hiperspektral. Hasil dari sensor dapat berupa citra (gambar)
untuk di analisis lanjut sesuai tema menjadi peta.
Pengindraan jauh dibedakan menjadi dua berdasarkan sensor yang digunakan yakni
pencitraan optis yang menggunakan sensor pasif dengan pencahayaan yang bersumber dari
cahaya matahari serta menggunakan gelombang tampak dan inframerah, dan yang kedua
11

yaitu pencitraan radar dengan sensor aktif yang tidak membutuhkan cahaya matahari serta
menggunakan gelombang mikro. Pengindraan jauh optik merupakan sesnsor optik untuk
mendeteksi radiasi sinyal matahari dalam gelombang visible dan near infrared (disingkat
menjadi VNIR) yang dipantulkan atau dihamburkan dari permukaan bumi. Bentuk citranya
seperti fotografi dengan kamera tinggi pada wahana luar angkasa. Perbedaan material
permukaan seperti air, tanah, pepohonan, gedung dan jalan terletak pada pantulan gelombang
tampak dan infrared nya (Pradipta, I.M.D., 2015). Pengindraan jauh dengan radar ini ialah
pencitraan dengan memancarkan radiasi gelombang radar ke suatu permukaan bumi yang
dicitrakan. Citra permukaan bumi dibentuk oleh pantulan atau hamburan energi gelombang
radar dari permukaan daratan maupun perairan dan sinyal gelombangnya dikembalikan lagi
ke sensor. Kelebihan dengan menggunakan pencitraan ini adalah perekamannya dapat
dilakukan pada kondisi siang dan malam hari, serta penetrasi gelombangnya dapat
menembuas awan, pepohonan serta perairan dangkal tergantung dari jenis band yang
digunakan(Pradipta, I.M.D., 2015).

Sentinel-2 merupakan pencitraan optik Eropa yang diluncurkan pada tahun 2015.
Sentinel-2 merupakan satelit pertama yang diluncurkan sebagai bagian dari program
European Space Agency (ESA) Copernicus. Satelit ini membawa berbagai petakresolusi
tinggi imager multispectral dengan 13 band spektral. Satelit ini akan melakukan pengamatan
terestrial dalam mendukung layanan seperti pemantauan hutan, deteksi perubahan lahan
tutupan, dan manajemen bencana alam.

Luas wilayah desa/kelurahan disetiap kabupaten/kota sangat variatif, luas wilayah


desa/kelurahan di Pulau Jawa dan Pulau Bali tidak seluas wilayah desa/kelurahan di luar
Pulau Jawa. Metode kartometris penerapannya mengacu pada Permendagri No.76 Tahun
2012 pada BAB I Pasal 1 Ayat 3 yang menyatakan bahwa “batas daerah di darat adalah
pembatas wilayah administrasi pemerintah antar daerah yang merupakan rangkaian titik-titik
koordinat yang berada pada permukaan bumi dapat berupa tanda-tanda alam seperti
igir/punggung gunung/pegunungan (watershed), median sungai dan/atau unsur buatan di
lapangan dituangkan dalam bentuk peta”.

Batas wilayah didefinisikan sebagai garis khayal yang menggambarkan batas antar
wilayah kelurahan/desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan negara. Sesuai UU No. 4
Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, batas wilayah merupakan salah satu unsur yang
harus digambarkan pada peta dasar. Sementara itu, UU No. 6 Tahun 2014 membawa
12

implikasi pada arti penting pemetaan batas desa. Pada BAB III Pasal 8 Ayat 3 disebutkan
bahwa pembentukan desa harus memenuhi syarat batas wilayah desa yang dinyatakan
dalambentuk peta desa yang ditetapkan dalam peraturan bupati/walikota. Selanjutnya, Pasal
17 Ayat 1 menyatakan bahwa “peraturan daerah kabupaten/kota tentang pembentukan,
penghapusan, penggabungan, dan perubahan status desa jadi kelurahan dan/atau kelurahan
menjadi desa diundangkan setelah mendapat nomor registrasi dari gubernur dan kode desa
dari Kementerian Dalam Negeri”. Peraturan daerah tersebutharus disertai lampiran peta batas
wilayah desa. Penetapan dan penegasan batas desa/kelurahan menjadi penting terkait
keuangan dan aset desa karena dana alokasi desa dihitung berdasarkan jumlah penduduk,
angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis.Pada tahun 1969/1970,
jumlah desa tercatat sebanyak 44.478, dan pada tahun 1973/1974 bertambah menjadi 45.587,
kemudian pada tahun 1978/1979 desa bertambah lagi sekitar 15.000 total menjadi 60.645.
Pada tahun 1983/1984, ketika terjadi penataan desa baru berdasarkan UU No. 5 Tahun 1979,
jumlah desa/kelurahan bertambah menjadi 66.437. Berdasarkan Permendagri No. 18
Tahun2013 tentang Kode dan Data Wilayah AdministrasiPemerintahan jumlah
desa/kelurahan telah mencapai 81.253. Namun demikian, laju pemekaran yang meningkat
dari tahun ke tahun ini hampir keseluruhan tidak didahului bahkan diikuti dengan penetapan
dan penegasan desa yang mengakibatkan tidak jelasnya pembagian aset desa, sehingga
mengakibatkan konflik antar-desa dan bahkan antar-daerah kabupaten/kota jika batas desa
yang belum ditetapkan dan ditegaskan tersebut sekaligus merupakan batas daerah.

Citra digital atau peta hasil unduhan, biasanya belum memiliki koordinat bumi
(georeferensi), atau masih berkoordinat lokal (baris dan kolom). Syarat utama untuk dapat
digunakan atau ditampilkan bersama dengan data lain misalnya peta rupabumi yang sudah
bergeoreferensi atau titik batas hasil tracking di lapangan, untuk itu data citra digeoreferensi
sesuai dengan sistem georeferensi peta dasar yang digunakan sebagai acuan. Untuk
memastikan posisi citra terkoreksi (rectified) maka dilakukan superimpose dengan peta RBI.
Apabila posisi citra baru sudah menempel pada peta rupabumi maka proses rektifikasi
dianggap sudah benar, tetapi apabila sebaliknya, maka proses orthorektifikasi perlu diulang
dengan memperbaiki posisi titik ikat (Ground Control Point/GCP) atau mencari GCP lain
yang lebih representatif.
13

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Sentinel-2 merupakan pencitraan optik Eropa yang diluncurkan pada tahun 2015.
Sentinel-2 merupakan satelit pertama yang diluncurkan sebagai bagian dari program
European Space Agency (ESA) Copernicus. Satelit ini membawa berbagai
petakresolusi tinggi imager multispectral dengan 13 band spektral. Satelit ini akan
melakukan pengamatan terestrial dalam mendukung layanan seperti pemantauan
hutan, deteksi perubahan lahan tutupan, dan manajemen bencana alam.
2. Penginderaan jauh secara umum didefinisikan sebagai ilmu-teknik-seni untuk
memperoleh informasi atau data mengenai kondisi fisik suatu benda atau obyek,
target, sasaran maupun daerah dan fenomena tanpa menyentuh atau kontak langsung
dengan benda atau target tersebut (Soenarmo, 2009).
3. Penginderaan jauh (remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang
14

diperoleh dengan sutu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau
fenomena yang dikaji Lillesand dan Kiefer (dalam Syah, 2010).

Saran
Sebaiknya dalam melakukan penginstalan Citra Sentinel 2 ini lebih teliti lagi dan
memiliki akses internet dan kapasitas komputer yang cukup kuat biar tidak terjadi hal-hal
yang tidak di inginkan seperti hangnya komputer karena sistem komputer tidak support.
Serta dalam menentukan lokasi suatu daerah, baik provinsi, kabupaten, kecamatan dan
lain-lain lebih detail lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Putri Abdi. Sudarsono, Bambang., D. R. S. (2018) ‘Analisis Kombinasi Citra Sentinel-1a Dan
Citra Sentinel-2a Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan (Studi Kasus: Kabupaten Demak,
Jawa Tengah)’, Jurnal Geodesi Undip, 7(2), pp. 85–96. doi:
10.1016/j.cirp.2008.03.009.
Riadi, B. and Makmuriyanto, A. (2014) ‘Kajian Percepatan Penetapan dan Penegasan Batas
Kecamatan/Distrik, Desa/Kelurahan Secara Kartometris’, Majalah Ilmiah Globe, 16(2).
Lasmi R, Sawitri S, Bambang DY. 2015. Kajian Pemanfaatan Data Pengindraan Jauh
Untuk Identifikasi Objek Pajak Bumi Dan Bangunan (Studi Kasus : Kecamatan
Tembalang Kota Semarang). Jurnal GEODESI UNDIP, 4(1):2337-845X.
Muhammad I , Hadinoto. 2015. Aplikasi Teknologi Pengindraan Jarak Jauh Untuk
15

Mengidentifikasi Heat Island (“PULAU PANAS”) Di Kota Pekanbaru. Jurnal


Kehutanan, 10(2):2015.
Denni A, Bandi S, Arwan PW.2014. Pengolahan Citra Satelit Lansat Multi Temporal
Dengan Metode Bilko Dan Agso Untuk Mengetahui Dinamika Morfometri Waduk Gajah
Mungkur. Jurnal Geodesi Undip, 3(3): (2337-845X).

Anda mungkin juga menyukai