net/publication/320058513
Makalah : Penginderaan Jauh Jillid 1-Cetakan 2 Tahun 1992 Prof. Dr. Sutanto
CITATIONS
READS
0
18,285
1 author:
Aprizon Putra
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Profil Pariwisata Nagari Kajai (Pengembangan Potensi Daerah Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat) View project
All content following this page was uploaded by Aprizon Putra on 27 September 2017.
MAKALAH
Penginderaan
Jauh Jillid
1_Cet.2_1992
Prof.Dr.Sutanto
Disusun Oleh:
Aprizon Putra
Nim : 89059.07
Dosen Pembimbing:
Dra.Ernawati,M.Si
Febriandi.S.Pd,M.Si
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL
SP Geo 144 Penginderaan Jauh 1
Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2009
Kata Pengantar..............................................................................................................!
Daftar isi......................................................................................................................!!
Daftar Gambar
Struktur Ilmu (Aprizon, 2009)................................................................................................................6
Panjang gelombang yang digunakan dalam penginderaan jauh (Sabins Jr., 1978)...............................10
Interaksi antara tenaga elektromagnetik dan atmosfer...........................................................................11
Sistem Penginderaan Jauh. (Prof Dr. Sutanto, Penginderaan Jauh, jilid I, 1999)..................................17
Bentuk liputan foto udara. Blok bujur sangkar pada foto udara (Smith, 1943).....................................17
Daftar Table
Tabel 1 Spektrum Elektromagnetik dan bagian-bagiannya......................................................................9
Tabel 2 Beda antara citra foto dan non foto............................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAH....................................................................................................................................1
BAB II
PENGINDERAAN JAUH DAN INTERPRETASI CITRA....................................................................4
BAB III
DASAR FISIKA PENGINDERAAN JAUH..........................................................................................8
BAB IV
SISTEM PENGINDERAAN JAUH......................................................................................................13
BAB V
JENIS CITRA........................................................................................................................................15
BAB VI
UNSUR DAN TEKNIK INTERPRETASI...........................................................................................20
BAB VII
ALAT INTERPRETASI CITRA............................................................................................................31
BAB VII
PENUTUP..............................................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA
1.3 Tujuan
Penggunaan data satelit penginderaan jauh di bidang kebumian telah banyak
dilakukan di negara maju untuk keperluan pemetaan geologi, eksplorasi mineral dan
energi, bencana alam dan sebagainya. Di Indonesia penggunaan dalam bidang
kebumian belum sebanyak di luar negeri karena berbagai kendala, diantaranya data
satelit cukup mahal, memerlukan software khusus dan paling utama adalah
ketersediaan sumberdaya manusia yang terampil sangat terbatas.
Dalam pembahasan kali ini akan lebih ditekankan pada perkembangan
teknologi penginderaan jauh tanpa membahas prinsip dasarnya secara mendalam,
selain itu membahas mengenai prospek penggunaannya untuk bidang ilmu secara
umum. (La An: Prinsip dasar penginderaan Jauh 27:2007)
1.4 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a) Dapat memperoleh pengetahuan secara luas, baik dari dalam ataupun dari luar
jangkauan pendidikan secara umum khususnya pendidikan dalam ilmu
Penginderaan Jauh.
b) Meningkatkan kualitas keilmuan
c) Menghindari ketertinggalan informasi dalam ilmu-ilmu Geografi pada umumnya.
2. Bagi Dosen
a) Membantu dan memperlancar jalannya Proses Belajar Mengajar.
b) Membantu pencarian materi secara cepat, tepat dan luas.
3. Bagi Pembaca
a) Ikut mendukung dan turut serta meningkatkan mutu pendidikan khususnya ilmu
Geografi.
b) Memiliki nilai tambah bagi akreditasi pendidikan Geografi dari Karya tulis
tentang Ilmu Penginderaan Jauh.
BAB II
PENGINDERAAN JAUH DAN INTERPRESTASI CITRA
2.1.2 Citra
Citra penginderaan jauh yang selanjutnya disingkat dengan citra, termasuk
dalam artian ketiga menurut Hornby.
1. Citra merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor lainnya
(Hornby).
2. Citra adalah gambaran objek yang dibuahkan oleh pantulan atau pembiasan sinar
yang difokuskan dari sebuah lensa atau cermin (Simonett, 1983).
Didalam bahasa Inggris ada dua istilah yang masing-masing diterjemahkan
dengan citra, yaitu Image dan Imagery. Untuk membedakannya. Berikut dikemukakan
batasannya menurut Ford (1979), yaitu:
Image ialah gambaran suatu objek atau suatu perwujudan suatu image
pada umumnya berupa sebuah peta, gambar, atau foto.
Imagery ialah gambaran visual tenaga yang direkam dengan
menggunakan piranti penginderaan jauh.
Diskriminasi
Resolusi
Strategi jamak
Everett dan Simonett (1976) menyatakan bahwa yang menjadi masalah utama
bagi para filosofiwan dalam penginderaan jauh yaitu antara lain :
a. Tingkat konsistensi yang diperoleh.
b. Pengubah ujud alamiah menjadi ujud budaya (artefacting).
c. Ketidak pastian.
d. Tidak tepatnya ekstrapolasi antara data yang skalanya berbeda.
e. Keanekaan parameter lingkungan secara spasial dan secara temporal untuk diubah
menjadi data.
2.2.4 Abler, Adams, dan Gould (1972)
Abler, Adams, dan Gould (1972) mengutarakan bahwa ilmu pengetahuan atau
sains dikembangkan dan dilaksanakan oleh kelompok-kelompok pakar dengan tugas
yang berbeda-beda. Berdasarkan pendapat empat orang pakar kenamaan tersebut
maka penulis berpendapat bahwa penginderaan jauh merupakan ilmu. Bila digunakan
oleh pakar lain untuk menopang penelitian atau pekerjaan, maka penginderaan jauh
merupakan teknik bagi mereka itu.
Kendala yang terjadi pada jendela atmosfer bersifat selektif. Kendala-kendala yan
tampak berupa:
a.Hamburan
H.Rayleigh = Atmosfer yang mengandung butir-butir oksigen dan nitrogen.
H. Mie = Atmosfer yang putih hingga kemerahan disebabkan oleh butir debu d
H. Nonselektif = Butiran dalam atmosfer yang diameternya jauh lebih besar
dari panjang spektrum tampak.
b. Serapan
Merupakan gangguan yang lebih parah terhadap terhadap tenaga
elektromagnetik.karena merupakan kendala utama bagi spektrum inframerah.
Penyebab utama uap air. Karbon dioksid dan ozon.
BAB IV
SISTEM PENGINDERAAN JAUH
Penginderaan jauh dengan menggunakan tenaga matahari dinamakan
penginderaan jauh sistem pasif. Penginderaan jauh sistem pasif menggunakan
pancaran cahaya, hanya dapat beroperasi pada siang hari saat cuaca cerah.
Penginderaan jauh sistem pasif yang menggunakan tenaga pancaran tenaga thermal,
dapat beroperasi pada siang maupun malam hari. Citra mudah pengenalannya pada
saat perbedaan suhu antara tiap objek cukup besar. Kelemahan penginderaan jauh
sistem ini adalah resolusi spasialnya semakin kasar karena panjang gelombangnya
semakin besar.
Penginderaan jauh dengan menggunakan sumber tenaga buatan disebut
penginderaan jauh sistem aktif. Penginderaan sistem aktif sengaja dibuat dan
dipancarkan dari sensor yang kemudian dipantulkan kembali ke sensor tersebut untuk
direkam. Pada umumnya sistem ini menggunakan gelombang mikro, tapi dapat juga
menggunakan spektrum tampak, dengan sumber tenaga buatan berupa laser.
Penginderaan jauh yang menggunakan Matahari sebagai tenaga alamiah
disebut penginderaan jauh sistem pasif, sedangkan yang menggunakan sumber
tenaga lain (buatan) disebut penginderaan jauh sistem aktif.
Tenaga elektromagnetik pada penginderaan jauh sistem pasif dan sistem aktif
untuk sampai di alat sensor dipengaruhi oleh atmosfer. Atmosfer mempengaruhi
tenaga elektromagnetik yaitu bersifat selektif terhadap panjang gelombang, karena itu
timbul istilah “Jendela atmosfer”, yaitu bagian spektrum elektromagnetik yang dapat
mencapai bumi. Adapun jendela atmosfer yang sering digunakan dalam penginderaan
jauh ialah spektrum tampak yang memiliki panjang gelombang 0,4 mikrometer hingga
0,7 mikrometer.
Spektrum elektromagnetik merupakan spektrum yang sangat luas, hanya
sebagian kecil saja yang dapat digunakan dalam penginderaan jauh, itulah sebabnya
atmosfer disebut bersifat selektif terhadap panjang gelombang. Hal ini karena
sebagian gelombang elektromagnetik mengalami hambatan, yang disebabkan oleh
butirbutir yang ada di atmosfer seperti debu, uap air dan gas. Proses
penghambatannya terjadi dalam bentuk serapan, pantulan dan hamburan.
Gambar 4
Sistem Penginderaan Jauh.
(Prof Dr. Sutanto, Penginderaan Jauh, jilid I, 1999)
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah tenaga matahari untuk sampai
ke permukaan bumi adalah:
1. Waktu (jam atau musim)
Faktor waktu berpengaruh terhadap banyak sedikitnya energi matahari untuk
sampai ke bumi. Misalnya pada siang hari jumlah tenaga yang diterima lebih banyak
dibandingkan dengan pagi.
2. Lokasi
Lokasi ini erat kaitannya dengan posisinya terhadap lintang geografi dan
posisinya terhadap permukaan laut. Misalnya di daerah khatulistiwa jumlah tenaga
yang diterima lebih banyak dari pada daerah lintang tinggi.
3. Kondisi cuaca
Kondisi cuaca mempengaruhi adanya hambatan di atmosfer. Misalnya saat
cuaca berawan jumlah tenaga yang diterima lebih sedikit dari pada saat cuaca cerah.
BAB V
JENIS CITRA
Penginderaan jauh berupa bermacam-macam data. Hasil proses rekaman data
penginderaan jauh tersebut berupa:
1. Data digital atau data numerik untuk dianalisis dengan menggunakan komputer.
2. Data visual dibedakan lebih jauh atas data citra dan data non citra untuk
dianalisis dengan cara manual. Data citra berupa gambaran mirip aslinya,
sedangkan data non citra berupa garis atau grafik.
Citra dapat dibedakan atas citra foto (photographic image) atau foto udara dan
citra non foto (non photographic image).
Tabel 2
Beda antara citra foto dan non foto.
gambar 5
Blok bujur sangkar pada foto udara (Smith, 1943)
A = Foto vertikal, B = Foto agak condong, C = Foto sangat
condong. (Sutanto, Penginderaan jauh, jilid I, 1999).
BAB VI
UNSUR DAN TEKNIK INTERPRESTASI CITRA
Pada awal bab 5 telah diutarakan bahwa teknik adalah alat khusus untuk
melaksanakan metode. Teknik dapat pula diartikan sebagai cara melaksanakan
sesuatu secara ilmiah. Teknik interpretasi citra dimaksudkan sebagai alat atau cara
khusus untuk melaksanakan metode penginderaan jauh, Ia jiga merupakan cara
melaksanakan sesuatu secara ilmiah. Sesuatu itu tidak lain adalah interpretasi citra.
Bahwa interpretasi citra dilakukan secara ilmiah, kiranya tidak perlu diragukan lagi.
Interpretasi citra dilakukan dengan metode dan teknik tertentu, berlandaskan teori
tertentu pula. Mungkin kadang-kadang ada orang yang menyebutnya sebagai dugaan,
akan tetapi ia berupa dugaan ilmiah (Scientific guess).
Di dalam teknik interpretasi citra ini dibincangkan cara-cara interpretasi citra
yang lebih menguntungkan. Istilah menguntungkan ini dapat diartikan dalam segi
kemudahan pelaksanaan interpretasinya, lebih akurat hasil interpretasinya, atau lebih
banyak informasi yang dapat diperoleh. Cara-cara tersebut antara lain dilakukan
dengan: (1) data acuan), (2) kunci interpretasi citra, (3) penanganan data, (4)
pengamatan stereoskopik, (5) metode pengkajian, dan (6) penerapan konsep multi.
6.1.2 Data Acuan
Pada bab pertama telah diutarakan bahwa citra menyajikan gambaran lengkap
yang mirip ujud dan letak sebenarnya. Kemiripan ujud ini memudahkan
pengenalannya pada citra, sedang kelengkapan gambarannya memungkinkan
penggunaannya oleh pelbagai pakar untuk pelbagai keperluan. Meskipun demikian,
masih diperlukan data lain untuk lebih meyakinkan hasil interpretasinya dan untuk
menambah data yang diperlukan, tetapi tidak diperoleh dari citra. Data ini disebut data
acuan yang dapat berupa pustaka, pengukuran, analisis laboratorium, peta, kerja
lapangan, foto teresterial maupun foto udara selain citra yang digunakan. Ia dapat
berupa tabel statistik tentang meteorologi atau penggunaan lahan yang dikumpulkan
oleh perorangan maupun instansi pemerintah. Penggunaan data acuan yang ada akan
meningkatkan ketelitian hasil interpretasi yang dapat memperjelas lingkup, tujuan,
dan masalah sehubungan dengan proyek tertentu
Seperti pekerjaan medan yang dilakukan dengan maksud ganda, data acuan
pun bermanfaat ganda pula yaitu untuk: (a) membantu proses interpretasi dan analisis,
dan (b) verifikasi hasil interpretasi dan analisis.
Kunci interpretasi citra pada umunya berupa potongan citra yang telah
diinterpretasi dan diyakinkan kebenarannya, dan diberi keterangan seperlunya.
Keterangan ini meliputi jenis objek yang digambarkannya, unsur interpretasinya, dan
keterangan tentang citra yang menyangkut jenis, skala, saat perekaman, dan lokasi
daerahnya.
1) Kunci langsung (direct key), ialah kunci interpretasi citra yang disiapkan
untuk objek atau kondisi yang tampak langsung pada citra, seperti bentuklahan
dan pola aliran permukaan.
2) Kunci asosiatif (Asosiative key), ialah kunci interpretasi citra yang terutama
digunakan untuk deduksi informasi informasi yang tidak tampak langsung
pada citra, seperti misalnya tingkat erosi dan kepadatan penduduk.
Kunci interpretasi citra sebaiknya digunakan untuk daerah tertentu saja tertentu
saja, yaitu yang dibuat untuk daerah A tidak seyogianya diterapkan begitu saja untuk
daerah B (mengapa), kecuali untuk kunci analog.
Meskipun dalam interpretasi citra masih banyak digunakan citra dalam bentuk
kertas cetakan, transparansi juga semakin banyak digunakan. Transparansi dat berujud
lembaran tunggal maupun gulungan. Dalam menanganinya perlu berhati-hati jangan
sampai menimbulkan goresan atau bahkan penghapusan padanya. Untuk transparansi
gulungan lebih mudah penangannya, akan tetapi terhadap yang lembaran perlu lebih
berhati-hati, baik lembaran transparansi maupun lembaran kertas cetak.
Cara yang terbaik untuk mengatur citra dengan baik ialah : (1) menyusun citra
tiap satuan perekaman atau secara numerik dan menghadap ke atas, (2) mengurutkan
tumpukan citra sesuai dengan urutan interpretasi yang akan dilaksanakan dan
meletakkan kertas penyekat diantaranya, (3) meletakkan tumpukan citra sedemikian
rupa sehingga jalur terbang membentang dari kiri ke kanan terhadap arah pengamat,
sedapat mungkin dengan arah bayangan mengarah ke pengamat, (4) meletakkan citra
yang akan digunakan sebagai pembanding di sebelah menyebelah yang akan
diinterpretasi, dan (5) pada saat citra dikaji, tumpukan menghadap ke bawah dalam
urutannya.
6.1.5 Pengamatan stereoskopik
6.1.6Metode Pengkajian
1) ‘Fishing expedition’
2) ‘Logical Search’
Dalam logical search, penafsir citra juga mengamati citra secara menyeluruh,
tetapi ia secara selektif hanya mengkaji objek atau daerah secara selektif. Sebagai
contoh, eksplorasi deposist minyak bumi hanya dicari didaerah endapan marin,
khususnya yang berupa daerah lipatan.
Konsep multi ialah cara perolehan dan analisis data penginderaan jauh yang
meliputi : (1) multispektral, (2) multitingkat, (3) multitemporal, (4) multiarah, (5)
multipolarisasi, dan (6) multidisiplin (Estess, 1985)
1) Multispektral
Ada tiga manfaat citra multispektral, yaitu: (a) meningkatkan kemampuan citra
secara manual, (b) dimungkinkannya pembuatan citra komposit warna (color)
composit berdasarkan citra multispektral hitam putih, dan (c) dimungkinkannya
peragaan citra paduan warna dengan menggunakan alat pengamat warna aditif (aditif
color viewer). Bila datanya berupa data digital multispektral, mak : (d)
memungkinkan dilakukannya pengenalan pola sehingga kemampuan interpretasinya
meningkat sangat berarti.
Objek pada citra lebih mudah dikenali pada citra multispektral maupun
multisaluran dengan spektrum elektromagnetik yang dirinci menjadi spektrum sempit.
Hal ini disebabkan karena pada spektrum sempit tertentu maka karakteristik objek
sering menonjol bedanya terhadap karakteristik spektral objek pada saluran sempit
lainnya maupun terhadap spektrum lebar.
Rincian spektrum ini dapat dilakukan pada spektrum tertentu seperti pada
spektrum ultraviolet, spektrum tampak, inframerah, atau pada spektrum gelombang
mikro. Ia dapat pula berupa rincian lebih dari satu spektrum, misalnya spektrum
tampak dan spektrum atau spektrum tampak dan spektrum inframerah termal. Citra
yang dibuat berdasarkan rincian satu spektrum disebut citra multisaluran (multiband),
sedangkan yang dibuat berdasarkan rincian lebih dari satu spektrum disebut citra
multispektral.
8.1.1 Kesimpulan
Penggunaan data satelit penginderaan jauh di bidang kebumian telah banyak
dilakukan di negara maju untuk keperluan pemetaan geologi, eksplorasi mineral dan
energi, bencana alam dan sebagainya. Di Indonesia penggunaan dalam bidang
kebumian belum sebanyak di luar negeri karena berbagai kendala, diantaranya data
satelit cukup mahal, memerlukan software khusus dan paling utama adalah
ketersediaan sumberdaya manusia yang terampil
sangat terbatas.
8.2.1 Saran
Melalui pendidikan yang modern, para ahli diharapkan mampu mengolah
(menginterpretasi, mengoreksi, dan menyajikan) data dari satelit agar dapat digunakan
untuk membantu pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA