1
KERJA PRAKTIK – RG141335
i
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
ii
LEMBAR PENGESAHAN
IDENTIFIKASI DEFORMASI WILAYAH
PONOROGO MENGGUNAKAN CITRA SATELIT
SENTINEL-1A
Oleh:
Mengetahui,
iii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
iv
KATA PENGANTAR
v
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak
terdapat kekurangan, oleh karenanya penulis memohon maaf yang
sebesar-besarnya. Akhirnya, penulis sangat mengharapkan agar laporan
hasil kerja praktik ini dapat dibaca oleh siapa saja dan dapat
memberikan tambahan wawasan serta manfaat yang besar.
Penulis
vi
IDENTIFIKASI DEFORMASI WILAYAH PONOROGO
MENGGUNAKAN CITRA SATELIT SENTINEL-1A
Abstrak
vii
Hasil metode (DInSAR) ini menunjukkan beberapa lokasi
mengalami subsidence dan beberapa mengalami uplift, tergantung
peristiwa yang terjadi pada kurun waktu tersebut. Untuk mengetahui
keakuratan metode DInSAR dalam mengamati penurunan tanah maka
dilakukan analisa dengan membandingkan beberapa penelitian lain
terkait.
viii
DAFTAR ISI
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Spesifikasi Sentinel-1A .................................................... 12
Tabel 4. 2 Jadwal Pekerjaan Kerja Praktik ....................................... 32
xii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan daripada Kerja Praktik di Badan Geologi ini antara
lain:
1.3 Manfaat
Manfaat daripada Kerja Praktik di Badan Geologi ini antara
lain:
1. Dapat menyajikan hasil pengolahan citra satelit
SENTINEL-1A dengan menggunakan software SNAP
yang digunakan untuk pemantauan perubahan permukaan
tanah baik uplift
2. Dapat mengetahui sebarapa besar wilayah yang mengalami
perubahan permukaan tanah baik uplift maupun subsidence
di beberapa tempat sekitar Ponorogo.
BAB II
MANAJEMEN PEKERJAAN
3
4
Pembuatan Laporan
2.7 Tugas dan Tanggung Jawab Elemen dan Unit Organisasi Pusat
Survei Geologi
1. Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan rencana kerja dan anggaran, urusan keuangan,
kerja sama, umum, kepegawaian, hukum, dan pengelolaan
informasi.
2. Bidang Pemetaan
Bidang Pemetaan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan penyusunan kebijakan teknis, norma, standar,
prosedur, kriteria, rencana, program, evaluasi, pelaporan, serta
pelaksanaan pemetaan, penelitian, penyelidikan, perekayasaan,
pengelolaan basis data di bidang pemetaan.
3. Bidang Geosains
Bidang Geosains mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan penyusunan kebijakan teknis, norma, standar,
prosedur, kriteria, rencana, program, evaluasi, pelaporan serta
pelaksanaan penelitian, penyelidikan, perekayasaan,
pemodelan, dan bimbingan teknis, pengelolaan basis data di
bidang geologi dan geofisika.
4. Bidang Sumber Daya Minyak dan Gas Bumi
Bidang Sumber Daya Minyak dan Gas Bumi mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan penyusunan kebijakan teknis,
norma, standar, prosedur, kriteria, rencana, program, evaluasi,
pelaporan, serta pelaksanaan penelitian, penyelidikan,
perekayasaan, pemodelan dan pengelolaan basis data di bidang
sumber daya minyak dan gas bumi.
5. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas Jabatan
Penyelidik Bumi, Pengamat Gunungapi, Peneliti, Perekayasa,
Teknisi Litkayasa, Surveyor Pemetaan, Perencana, Pranata
10
Dimana :
fd : frekuensi Doppler
vr : kecepatan relatif
λ : panjang gelombang
fo : frekuensi transmisi
c : kecepatan rambat
14
Dimana:
R1 : slant range 1
R2 : slant range 2
S1 : sensor SAR 1
S2 : sensor SAR 2
B⊥ : baseline perpendicular
B : sensor SAR 1 dan sensor SAR 2
φ1=
ϕ2 =
ϕ=
3.2.2.4 Autofocus
Akibat pencitraan dilakukan pada saat
satelit bergerak dengan gerakan yang tidak teratur
sempurna maka akan terdapat gangguan pada saat
pencitraan sehingga hasil pencitraan dapat
kelihatan kabur. Pemrosesan pemgfokusan azimut
yang efisien membutuhkan jalur orbit berupa orbit
yang halus.
φ=
Dimana:
φtopografi : fasa akibat pengaruh topografi
φdeformasi : fasa akibat pengaruh deformasi
φatmosfer : fasa akibat pengaruh atmosfer
φnoise : fasa akibat pengaruh noise
3.3 Deformasi
Deformasi adalah perubahan bentuk, posisi, dan dimensi dari
suatu benda (Kuang,1996). Berdasarkan definisi tersebut
deformasi dapat diartikan sebagai perubahan kedudukan atau
pergerakan suatu titik pada suatu benda secara absolut maupun
relatif. Dikatakan titik bergerak absolut apabila dikaji dari
perilaku gerakan titik itu sendiri dan dikatakan relatif apabila
gerakan itu dikaji dari titik yang lain. Perubahan kedudukan atau
pergerakan suatu titik pada umumnya mengacu kepada suatu
sistem kerangka referensi (absolut atau relatif). Deformasi yang
dimaksudkan dalam pemantauan survey ini adalah besarnya
perubahan posisi suatu titik yang diamati pada jangka waktu
tertentu secara kontinyu.
Deformasi yang terjadi pada objek infrastuktur dapat
disebabkan oleh faktor alam misalnya pergerakan tanah di lokasi
berdirinya infrastruktur tersebut. Untuk mengetahui besar
deformasinya, diperlukan monitoring posisi terhadap target yang
terdapat pada infrastruktur. Target dapat berupa titik, garis atau
bidang yang dapat dianggap mewakili objek infrastruktur.
Monitoring dilakukan secara kontinyu (time series). Dengan
mengetahui posisi target di setiap pengamatan, nantinya
perubahan posisi yang terjadi tersebut diolah dan dianalisis untuk
diambil kesimpulan deformasinya.
3.4 Radar
Salah satu penerapan dari teknologi masa kini adalah teknologi
RADAR (Radio Detecton and Ranging) di mana pada teknologi ini
dilakukan dengan pemancaran gelombang elektromagetik terhadap
suatu objek dan gelombang tersebut akan dipantulkan oleh objek
20
tersebut dan akan diterima kembali oleh sensor RADAR. Hal ini
diilustrasikan oleh Gambar 2.2 berikut.
Dimana:
s : jarak antara perangkat RADAR dan objek diamati
c : kecepatan rambat gelombang RADAR (gelombang mikro)
t : selang waktu pemancaran dan penerimaan gelombang
(2.1)
Panjang
Band Gelombang (*paling sering digunakan)
gelombang (cm)
Ka 0,75 – 1,10
K 1,10 – 1,67
Ku 1,67 – 2,40
X* 2,40 – 3,75
C* 3,75 – 7,50
S 7,50 – 15,0
L* 15,0 – 30,0
P 30,0 – 130,0
25
26
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
SLC 1 SLC 2
DEM
Interferogram SRTM
Global
DEM Generation
Differential Interferogram
Analisis
Kesimpulan
a. Studi Literatur
Tahap awal yang dilakukan adalah studi literatur
dimana dalam studi literatur ini bertujuan untuk mencari
referensi terkait dengan pekerjaan yang akan dilakukan
sehingga diharapkan dapat menjadi pendoman dalam
melaksanakan pekerjaan nantinya.
b. Pengumpulan Data
Setelah melakukan studi literatur, tahap selanjutnya
adalah melakukan pengumpulan data. Pada tahap
pengumpulan data ini dilakukan pengunduhan data citra
satelit SENTINEL-1A.
c. Pengolahan Data
Pada tahap pengolah data ini dilakukan beberapa
tahap diantaranya adalah:
1. Coregistration
Coregistration adalah proses menentukan hubungan
antara dua citra SAR yang didefinisikan sebagai citra
master dan citra slave. Baik tidaknya data yang yang
29
Tanggal Kegiatan
24/7/2017 Mempelajari tentang deformasi di
lumpur lapindo Sidoarjo.
25/7/2017 Mempelajari tentang citra satelit
SENTINEL-1A.
26/7/2017 Membuat review tentang deformasi di
lumpur lapindo Sidoarjo.
27/7/2017 Membuat review tentang citra satelit
SENTINEL-1A.
28/7/2017 Studi literatur di perpustakaan Badan
Geologi dan Institut Teknologi
Bandung.
31/7/2017 - Download data citra satelit
SENTINEL-1A Kota Batam.
- Pengolahan citra satelit
SENTINEL-1A Kota Batam
31
35
36
13. Hasil akhir pengolahan data disajikan dalam bentuk peta. Peta uplift
dan subsidence wilayah Ponorogo seperti pada gambar 5.13.
41
42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DINSAR PROCESSING SENTINEL-1A SENTINEL APLICATION PLATFORM
1. Menyiapkan DataSet
2. Import DataSet
4. Membuat Project
a. Pembuatan project akan membantu
mengorganisasi data dengan menyimpan semua
pekerjaan yang saling terkait.
b. Folder project mencerminkan struktur file pada
hardisk, maka perubahan yang dibuat ke folder
project akan ditampilan pada project tersebut.
DINSAR PROCESSING SENTINEL-1A SENTINEL APLICATION PLATFORM
5. Proses Co-registration
coherence
Phase
Gambar 20. Hasil dari coherence band Interferometry
7. S1 TOPS Debursting
Untuk menggabungkan sub-swaths. Setelah Deburst,
produk targetnya seperti biasa dengan satu dimensi untuk semua
band dan geocoding yang sama untuk keseluruhan produk.
Phase
Coherence
DINSAR PROCESSING SENTINEL-1A SENTINEL APLICATION PLATFORM
9. Fase Filtering
Fase Interferometri dapat dirusak oleh gangguan sinyal (noise)
dari:
• Temporal decorrelation
• Geometric decorrelation
• Penyebaran Volume
• Kesalahan Prosessing
Dimana saat ada kehilangan koherensi, pola interferensi akan
hilang. Untuk dapat membuka sebuah Fase, rasio signal-to-noise
perlu ditingkatkan dengan melakukan filtering pada Fase
STEP 1
DINSAR PROCESSING SENTINEL-1A SENTINEL APLICATION PLATFORM
STEP 2
STEP 3
DINSAR PROCESSING SENTINEL-1A SENTINEL APLICATION PLATFORM
STEP 4
STEP 5
STEP 6
STEP 7
STEP 8
Gambar 51.
Menyimpan hasil
unwrapped phase
MULTILOOKING
Proses multilooking meningkatkan resolusi
Radiometrik dari citra *.slc yang mana citra intensitas
(*.pwr) dihasilkan dengan cara
merataratakan range(cakupan) dan/atau sel resolusi
azimuth. Produk dari tahap ini yaitu citra intensitas
(*.pwr)