Anda di halaman 1dari 25

UNIVERSITAS DIPONEGORO

ANALISIS DEFORMASI PERMUKAAN DI BENDUNGAN BUDONG-


BUDONG DENGAN PENDEKATAN TIME SERIES
INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (INSAR)

PROPOSAL TESIS

IRFAN BAHARUDIN
21010122413035

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

SEMARANG
OKTOBER 2022
ABSTRAK

Bendungan adalah sebuah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air
sehingga menjadi suatu tampungan atau waduk yang memiliki banyak manfaat dan tujuan
sesuai kebutuhan. Selain memiliki manfaat yang banyak, bendungan juga memiliki potensi
bahaya yang sangat besar jika terjadi kegagalan bendungan. Salah satu penyebab dari
deformasi bendungan yaitu deformasi, baik permukaan maupun dalam tubuh bendungan.
Salah satu perkembangan di dunia penginderaan jauh yaitu Satelit Interferometric
Synthetic Aperture Radar (InSAR) yang dapat diolah dengan beberapa metode untuk
menghasilkan model deformasi. Model tersebut selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk
pengamatan gunung berapi, potensi longsor, penurunan tanah, serta deformasi dari suatu
bangunan. Pengamatan deformasi bendungan menggunakan data InSAR memiliki beberapa
kelebihan yaitu efisiensi pengambilan data, model secara time series, dan skala pengamatan
yang luas.
Citra Satelit InSAR yang dipakai menggunakan data dari Satelit Sentinel 1 dilakukan
pemodelan menggunakan metode time series sehingga akan didapat laju deformasi pada
wilayah cakupan citra tersebut. Hasil pemodelan tersebut nantinya akan dianalisis terkait
laju deformasi dan pengaruhnya terhadap Bendungan Budong-Budong yang sedang dalam
tahap konstruksi. Selain itu penulis juga dapat menyarankan peletakan instrumen-instrumen
pemantauan keamanan bendungan, utamanya pemantau deformasi.

Kata Kunci : Penginderaan Jauh, InSAR, Sentinel 1, Sentinel 2, Deformasi Bendungan

i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ iv
Bab I Pendahuluan .......................................................................................................... 5
I.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 5
I.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 6
I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian.............................................................................. 6
I.4 Pembatasan Masalah ............................................................................................. 6
I.5 Ruang Lingkup Penelitian..................................................................................... 7
Bab II Tinjauan Pustaka ................................................................................................... 8
II.1 Studi Penelitian Terdahulu .................................................................................... 8
II.2 Konsep Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) ................................. 9
II.3 Deformasi Menggunakan InSAR ........................................................................ 12
II.4 LiCSAR dan LiCSBAS ......................................................................................... 13
Bab III Metodologi Penelitian ......................................................................................... 14
III.1 Lokasi Penelitian ................................................................................................. 14
III.2 Alat dan Bahan .................................................................................................... 19
III.3 Diagram Alir Penelitian ...................................................................................... 20

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar II-1 Satelit Sentinel 1-A (ESA, 2012).................................................................... 10


Gambar II-2 Prinsip akuisisi TOPSAR (Meyer, 2017; Sanders dkk., 2016)....................... 11
Gambar III-1 Lokasi penelitian di Bendungan Budong-Budong ........................................ 14

iii
DAFTAR TABEL

Tabel II-1 Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 8


Tabel II-2 Resolusi spasial Sentinel-1A (ESA, 2012) ......................................................... 10
Tabel II-3 Produk dan karakteristik citra Sentinel-1A (ESA, 2012) ................................... 11
Tabel III-1 Data yang digunakan dalam penelitian ............................................................. 19
Tabel III-2 Diagram Alir Penelitian .................................................................................... 21

iv
Bab I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pembangunan infrastruktur/sarana dan prasarana sumber daya air di seluruh wilayah
Indonesia hingga saat ini terus berkembang dan ditingkatkan adalah dalam rangka
meningkatkan ketahanan pangan nasional, Pencegahan Bencana dan untuk tujuan lainnya,
telah dilakukan oleh Pemerintah, khususnya Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Salah satu bentuk nyata dari
pembangunan infrastruktur yaitu Bendungan Budong-Budong, Kab. Mamuju Tengah yang
menjadi Wilayah Sungai (WS) kewenangan Balai Wilayah Sungai Sulawesi III Palu.
Sungai Budong-Budong terletak di Wilayah Sungai Kalukku-Karama Kabupaten
Mamuju Tengah Propinsi Sulawesi Barat. Pada tahun 2014 telah dilakukan Penyusunan
Rancangan Rencana Pengelolaan SDA WS Kalukku-Karama Tahap II, dimana dari hasil
kegiatan tersebut, ditemukan beberapa alternatif lokasi untuk pemanfaatan sumber air
permukaan, diantaranya Bendungan Budong-Budong di Sungai Budong dan Sungai
Salulebo, sebagai bendungan multipurpose untuk kebutuhan irigasi dan melayani kebutuhan
air bersih di Kabupaten Mamuju Tengah. Hasil akhir dari studi ini berupa penentuan titik
bendungan pada Sungai Salulebo, Kab, Mamuju Tengah.
Salah satu penyebab terjadinya kegagalan bendungan yaitu deformasi, baik eksternal
maupun internal. Untuk pengamatan deformasi internal dapat menggunakan alat seperti
multilayer settlement plate, inclinometer atau vertical slope manual sedangkan untuk
deformasi eksternal dapat diamati menggunakan patok geser. Berkembangnya teknologi
membuat pengamatan deformasi eksternal/permukaan bendungan tidak hanya menggunakan
survey terestris, tetapi dapat juga diamati menggunakan penginderaan jauh. Salah satu
metode penginderaan jauh yang dapat digunakan yaitu menggunakan data InSAR.
Interferometric Synthetic Aperture Radar (InsAR) adalah teknologi penginderaan Jauh
yang menggunakan citra hasil dari satelit radar. Satelit radar memancarkan gelombang radar
secara konstan, kemudian gelombang radar tersebut direkam setelah diterima kembali oleh
sensor akibat dipantulkan oleh target di permukaan bumi.
Citra yang diperoleh dari satelit radar berisi dua informasi penting. Informasi tersebut
adalah daya sinar pancar berupa fasa dan amplitudo yang dipengaruhi oleh banyaknya
gelombang yang dipancarkan serta dipantulkan kembali. Pada saat gelombang dipancarkan
5
dilakukan pengukuran fasa. Pada citra yang diperoleh dari tiap-tiap pikselnya akan memiliki
dua informasi tersebut. Intensitas sinyal dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik
dari bahan yang memantulkan gelombang tersebut, sedangkan fasa gelombang digunakan
untuk menentukan apakah telah terjadi pergerakan (deformasi) pada permukaan yang
memantulkan gelombang tersebut.

I.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana laju deformasi permukaan tanah di lokasi Bendungan Budong-
Budong jika dilakukan pemodelan menggunakan time series InSAR?
2. Bagaimana perbandingan laju deformasi yang dihasilkan melalui data time
series InSAR dengan laju deformasi pada CORS BIG?
3. Bagaimana analisis kebutuhan instrumentasi Bendungan Budong-Budong
berdasarkan hasil intepretasi dari laju deformasi yang dihasilkan?

I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


Adapun maksud dan tujuan penelitian ini adalah :
1. Melakukan analisis laju deformasi permukaan bendungan jika dilakukan
pemodelan menggunakan time series InSAR
2. Melakukan perbandingan laju deformasi yang dihasilkan melalui data time
series InSAR dengan laju deformasi pada CORS BIG.
3. Melakukan analisis kebutuhan instrumentasi Bendungan Budong-Budong
berdasarkan hasil intepretasi dari laju deformasi yang dihasilkan.
I.4 Pembatasan Masalah
Adapun batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dalam penelitian ini yang dijadikan daerah penelitian adalah Bendungan Budong-
Budong, Kab. Mamuju Tengah.

2. Penelitian ini dilakukan bersamaan dengan proses konstruksi pada Bendungan


Budong-Budong.
3. Data yang digunakan adalah data satelit Sentinel tahun 2020-2022, CORS BIG di
sekitar wilayah yang masuk dalam 1 scene citra satelit Sentinel dan analisis dari

6
penulis. Untuk data dari lapangan belum dapat dianalisis karena masih dalam tahap
konstruksi.
4. Penelitian ini menganalisis laju deformasi pada lokasi Bendungan Budong-Budong
dan membandingkannya dengan laju deformasi pada CORS BIG.
I.5 Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan laju deformasi dan time series di lokasi
Bendungan Budong-Budong menggunakan citra satelit Sentinel-1 dari tahun 2020-2022.
Laju deformasi dan time series yang dihasilkan akan dibandingkan dengan laju deformasi
dari stasiun CORS BIG yang berada dalam area yang diolah. Hasil yang diharapkan yaitu
adanya korelasi antara kedua data yang dibandingkan tersebut. Selanjutnya laju deformasi
yang terjadi akan dijadikan acuan penulis untuk melakukan analisis kebutuhan instrumentasi
keamanan di Bendungan Budong-Budong serta penempatannya yang ideal berdasarkan laju
deformasi yang terjadi di lokasi.

7
Bab II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Studi Penelitian Terdahulu
Studi penelitian terdahulu yang dimaksud adalah beberapa penelitian tedahulu guna
dijadikan referensi untuk penelitian ini. Ringkasan penelitian terdahulu dapat dilihat pada
Tabel II.1 sebagai berikut :

Tabel II-1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Tahun Judul Penelitian Tujuan Metode Analisis


1. Sajidah 2019 Penerapan mengetahui Pembandingan antara
Salsabil, Estu Metode PS deformasi yang velocity rate hasil PS
K., Ira Mutiara InSAR Untuk terjadi pada InSAR dengan GPS
Analisis Gunung gunungapi
Api (Studi Kasus menggunakan
: Gunung Api metode PS-InSAR
Sinabung) dengan validasi
menggunakan data
GPS.
2. Toifatul Ulma 2021 Analisis mengurangi pengamatan
deformasi kota tingkat risiko yang perubahan permukaan
surabaya di terjadi maka perlu tanah atau deformasi
wilayah sekitar dilakukan adalah metode
sesar kendeng pemantauan Permanent Scatterer
Dengan metode pada aktivitas Interferometry
ps-insar Sesar Kendeng Synthetic Aperture
secara berkala Radar (PS-InSAR)
menggunakan citra
satelit Sentinel-1 tipe
single look
complex dengan
akuisisi data tahun
2017-2019

8
Tabel II-1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Peneliti Tahun Judul Penelitian Tujuan Metode Analisis


3. Wang Teng, 2011 Three Gorges mengetahui Analisis
Danielle Dam stability deformasi Deformasi
Perisin, monitoring with bendungan Three menggunakan 40
Fabio time-series InSAR Gorges metode citra SAR dari
Rocca,Liao image analysis Time Series InSAR tahun 2003-2008
Ming Sheng
4. Jiawei Dun, 2021 Detection and mengetahui Analisis
Deformasi
Wenkai Mapping of deformasi
menggunakan 18
Feng, Active Landslides bendungan Three citra Satelit ALOS
PALSAR (2007-
Xiaoyu Yi, before Gorges metode
2010) dan 56 citra
Guoqiang Impoundment in Time Series InSAR Sentinel 1 (2017-
2020)
Zhang, the Baihetan
Mingtang Reservoir Area
Wu (China) Based on
the Time-Series
InSAR Method

II.2 Konsep Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR)


Interferometry Synthetic Aperture Radar (InSAR) adalah teknik akuisisi dua citra
SAR berpasangan kombinasi data citra kompleks pada posisi spasial yang sama atau
posisinya sedikit berbeda pada area sama dengan melakukan perkalian konjugasi berganda
yang hasilnya berupa Digital Elevation Model (DEM) atau pergeseran suatu permukaan
bumi (Cumming dkk., 2005). Menurut (Pepe & Calò, 2017), secara konvensional teknik
akuisisi dari InSAR dapat dideskripsikan sebagai berikut.

1. Pada waktu yang sama tetapi dari posisi yang berbeda yang disebut dengan
across-track interferometry.
2. Pada waktu yang berbeda dan posisi yang sama yang disebut dengan along-track
interferometry.
3. Pada waktu yang berbedan dan posisi yang berbeda yang disebut dengan repeat-
pass across-track direction interferometry.

Pada beberapa tahun belakangan Interferometric Synthetic Aperture RADAR


(InSAR) secara luas digunakan untuk mengidentifikasi penurunan muka tanah. InSAR

9
biasanya dikombinasikan dengan pengukuran secara konvensional seperti Global
Navigation Satellite System (GNSS). InSAR dapat mendeteksi dan memantau penurunan
muka tanah dengan biaya yang terjangkau dengan ketelitian sentimeter sampai milimeter.
Namun, permasalahan mungkin terjadi dikarenakan perubahan hamburan efek dari seri
waktu pada pengamatan jangka panjang. Time Series InSAR dicanangkan sebagai salah satu
metode alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut (Zhou dkk., 2017).

Citra Sentinel-1 adalah citra SAR hasil akuisisi satelit Sentinel-1 yang dibuat dan
dikembangkan oleh European Space Agency (ESA). Satelit Sentinel-1 dibagi menjadi dua,
yaitu Sentinel-1A dan Sentinel-1B. Satelit Sentinel-1 dapat dilihat pada Gambar II-17.
Sentinel-1A dapat merekam permukaan bumi siang dan malam, tidak terpengaruh oleh cuaca
dan awan, karena citra Sentinel-1A merupakan citra radar. Sentinel-1A menggunakan
gelombang saluran C dengan frekuensi 5,405 GHz.

Gambar II-1 Satelit Sentinel 1-A (ESA, 2012)

Sentinel-1A menggunakan tipe orbit sun-synchronous dengan ketinggian 693


kilometer di inklinasi 98,180 dan mengorbit setiap 12 hari sekali. Sentinel-1A sendiri
terdapat banyak resolusi. Jenis dan besar resolusi spasial tergantung pada mode yang
digunakan seperti pada Tabel II.2.

Tabel II-2 Resolusi spasial Sentinel-1A (ESA, 2012)


Jenis Resolusi Spasial Resolusi Spasial
Strip map mode : 80 km Swath 5mx5m
Interferometric Wide Swath : 250 km Swath 5 m x 20 m
Extra-Wide Swath Mode : 400 km Swath 25 m x 100 m
10
Wave-mode : 20 km x 20 km 5 m x 20 m

Produk yang tersedia pada Sentinel-1A yaitu polarisasi tunggal (VV atau HH)
untuk Wave-mode, dual polarisasi (VV + HH atau HH + HV) dan polarisasi tunggal
untuk SM, IW dan EW-mode. Setiap mode berpotensi menghasilkan produk yang
berbeda. Produk dan karakteristik citra Sentinel-1A dijelaskan pada Tabel II-7.

Tabel II-3 Produk dan karakteristik citra Sentinel-1A (ESA, 2012)


Produk Sentinel-1A Ukuran Data Karakteristik
Level-0 Raw Data 1 GB Data mentah
Level-1 SLC 8 GB Terdiri dari amplitude dan fase
Terdiri dari amplitude dengan
Level-1 GRD 1 GB
intensitas multilook
Terdapat parameter untuk geofisika
Level-2 Ocean
(arus, gelombang, arah angin)

Pada proses pemantauan deformasi, citra Sentinel-1 yang sering digunakan adalah
citra Level-1 bertipe polarisasi VV Interferometric Wide mode. Interferometric Wide mode
sendiri menerapkan prinsip akuisisi Terrain Observation with Progressive Scans SAR
(TOPSAR) seperti Gambar II.2.

Gambar II-2 Prinsip akuisisi TOPSAR (Meyer, 2017; Sanders dkk., 2016)

Prinsip akuisisi ini mengartikan bahwa akuisisi dilakukan dari belakang ke depan
dalam arah azimuth untuk masing-masing burst sehingga menghasilkan kualitas citra
yang homogen pada seluruh swath
11
II.3 Deformasi Menggunakan InSAR
Menurut Xiaobing Zhou, dkk (2009), deformasi disebabkan oleh konsolidasi
lapisan tanah baik akibat kondisi geologi maupun pergerakan tektonik, pengambilan
fluida dari dalam tanah secara berlebihan baik air, minyak bumi maupun fluida lainnya,
terjadinya sinkholes (biasanya terjadi pada lapisan batu gamping), terjadinya keruntuhan
pada tambang di bawah tanah, mengeringnya lapisan tanah organik, dan terjadinya
hidrokompaksi pada tanah kering. Dalam hal ini, InSAR dapat menganalisa berubahnya
informasi spasial dan temporal menggunakan interferogram yang dihasilkan dari
pengolahan data InSAR.
Semakin berkembangnya teknologi, deformasi tidak hanya dapat diamati secara
survey terestris melainkan juga dapat diamati menggunakan penginderaan jauh, salah
satunya InSAR. data InSAR yang semakin lengkap dan meningkat kualitasnya membuat
semakin banyak aplikasi data InSAR di berbagai bidang. Beberapa kelebihan melakukan
pengamatan deformasi menggunakan InSAR antara lain waktu pengolahan data yang
relatif lebih singkat, cakupan data yang luas (1 citra satelit InSAR Sentinel 1 mencakup
ukuran 250 x 250 km), serta dapat menghasilkan data yang cukup baik.
Secara konsep, pemodelan deformasi menggunakan InSAR yaitu melakukan
inversi unwrapped interferogram hasil pengolahan yang nantinya akan menghasilkan
data laju deformasi dan time series. Interferogram yang diolah berasal dari beberapa
pasang citra InSAR yang berpasangan secara time series. Ada beberapa kriteria yang
harus dipenuhi oleh interferogram yang terbentuk sebelum dapat dianalisis menjadi laju
deformasi dan time series. Nantinya laju deformasi dan time series hasil pengolahan
InSAR akan dilakukan komparasi dengan laju deformasi dan time series dari stasiun
CORS BIG yang berada pada cakupan area citra satelit Sentinel 1 yang diolah.
Laju deformasi dan time series yang dihasilkan dapat diaplikasikan pada deformasi
berbagai hal seperti deformasi permukaan tanah, deformasi jalan dan jembatan, maupun
deformasi pada bendungan. Sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh Wei Zhou
dkk (2016) yang melakukan analisis deformasi pada permukaan tubuh bendungan
menggunakan 21 citra satelit ALOS PALSAR dari Februari 2007 hingga Maret 2011
menghasilkan korelasi sebesar 0,93 antara laju deformasi hasil dari pengolahan data
InSAR dan laju deformasi dari hasil pengamatan instrument di lapangan.

12
Untuk bisa menghasilkan data yang baik dan akurat, tentunya diperlukan juga
paerangkat lunak yang dapat mendukung proses pengolahan data tersebut. Proses ini
akan membutuhkan perangkat lunak khusus yaitu LiCSAR dan LiCSBAS yang akan
dijelaskan pada subbab selanjutnya.
II.4 LiCSAR dan LiCSBAS

Hampir 10 tahun memberikan data SAR, European Space Agency (ESA) melalui
satelit Sentinel 1 dan Sentinel 2 telah mengembangkan InSAR kearah yang semakin
menjanjikan, dengan menghasilkan data SAR yang semakin baik dalam hal resolusi
spasial serta temporal. Meskipun demikian, pengolahan data SAR juga bukanlah hal yang
mudah. Sebagian besar peneliti pasti setuju jika dikatakan bahwa pengolahan data SAR
rumit serta membutuhkan usaha yang besar. Beberapa aplikasi perangkat lunak yang
biasa digunakan antara lain GMTSAR, ISCE, SNAP, GIAnT, MintPy serta aplikasi
lainnya. Tetapi keberadaan aplikasi tersebut tidak menghilangkan tantangan peneliti
pengguna data SAR.
Saat ini, Centre fot the Observation and Modelling of Earthquakes, Volcanoes and
Tectonics (COMET) yang merupakan Lembaga berada di bawah Pemerintah Inggris
membuat perangkat lunak open source yang bernama LiCSAR. Menurut Milan Lazecky,
dkk (2020), LiCSAR memiliki kemampuan yang mumpuni untuk mengolah data SAR
secara global dimana hasilnya nanti dapat diunduh secara online dan gratis melalui portal
resmi COMET. Data yang dihasilkan berupa Single Look Complex (SLC) data.
Selain LiCSAR, COMET juga membuat aplikasi LiCSBAS yang bertujuan untuk
melakukan pengolahan data lebih lanjut dari hasil pengolahan data di LiCSAR.
Pengolahan data yang dilakukan berupa pembuatan interferogram serta laju deformasi
dan time series dimana terdapat citra Sentinel 1 yang mencukupi. Pada LiCSBAS,
interferogram dengan error unwrapping yang banyak dapat diketahui melalui proses
pengolahan dan akan dibuang. Oleh sebab itu, aplikasi LiCSBAS sangat membantu dalam
menghemat waktu pengolahan data serta penyimpanan data yang dibutuhkan.

13
Bab III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
III.1 Lokasi Penelitian
Kabupaten Mamuju Tengah adalah sebuah daerah otonomi baru di Provinsi Sulawesi
Barat yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Mamuju. Kabupaten ini dibentuk
berdasarkan Undang — Undang Nomor 4 Tahun 2013 dan mempunyai luas wilayah 306.527
km2.
Secara geografis Kabupaten Mamuju Tengah terletak pada Bagian Barat Pulau
Sulawesi dan berposisi pada bentangan Selat Makassar, yakni 1° 47’- 2°17’ Lintang Selatan
119°08’ – 119° 60’ Bujur Timur, mempunyai luas wilayah 3.014, 37 km2 dengan batas-
batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : Sungai Benggaulu Desa Benggaulu Kecamatan Dapurang
Kabupaten Mamuju Utara
Sebelah Timur : Desa Batu Bicara, Kecamatan Seko Kabupaten Luwu Utara Provinsi
Sulawesi Selatan
Sebelah Selatan : Sungai Karama dan Desa Tarailu Kecamatan Sampaga. Kecamatan
Tommo Kabupaten Mamuju. Mamasa. dan Tana Toraja
Sebelah Barat : Selat Makassar

Gambar III-1 Lokasi penelitian di Bendungan Budong-Budong (Sumber: Dokumen perencanaan


Bendungan Budong-Budong;2018)

14
Kabupaten Mamuju Tengah yang terdiri dari 5 Kecamatan memiliki luas wilayah
3014,37 km2, yaitu Kecamatan Karossa adalah kecamatan terluas dengan luas 1093,54 km2
atau 36,28 persen dari seluruh wilayah Kabupaten Mamuju Tengah. Kecamatan Pangale
dengan luas wilayah sebesar 115.69 km2 atau 3,84 persen dari total luas wilayah Kabupaten
Mamuju Tengah, merupakan kecamatan terkecil di Kabupaten Mamuju Tengah.
Sesuai Permen PUPR No. 4 Tahun 2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah
Sungai, Sungai Budong-Budong merupakan sungai orde 1 yang bermata air dari pegunungan
Pasangkayu dan perbukitan Miliwintu mengalir sepanjang ± 131.45 km dan bermuara di
selat Makasar, dengan luas DAS Budong-budong 2.444 km2, dengan bentuk DAS
meyerupai kipas, dan sungai yang bermeander dengan lebar 150 s.d 200 m. Kelerengan DAS
Budong-budong didominasi curam hingga sebagian landai di bagian Barat. Sungai Budong-
Budong dan anak-anak sungainya terbentang di pegunungan Pasangkayu (3.240 m), dan dan
perbukitan Miliwintu (2.986 m). Bendungan Budong-Budong direncanakan akan dibangun
pada salah satu anak Sungai Budong-Budong, yaitu Sungai Salulebo.

Gambar III-2 lokasi Bendungan Budong-Budong (Sumber: Dokumen perencanaan Bendungan


Budong-Budong;2018)

Rencana Bendungan Budong-Budong (Salulebo) berada di sungai Salulebo, yang


merupakan sungai orde 2 berkuala di sungai Budong-Budong, dengan luas DTA 136.79
km2, bentuk DTA memanjang dengan panjang sungai 20.60 km. Sungai Lebo mempunyai
lembah yang rata-rata cukup sempit pada bagian middle, dengan lebar palung sungai berkisar
antara 30 – 40 m, bentuk lembah simetris antara bukit tumpuan kanan dan bukit tumpuan
kiri, dengan kemiringan lereng berkiesar 300-500, dan ketinggian elevasi antara + 25 m dpl

15
sampai + 500 m dpl di bukit tumpuan kiri dan di bukit tumpuan kanan. Sepanjang sungai
Lebo pada bukit kanan di beberapa tempat dijumpai alur sungai kecil.

III.2 Geologi Teknis Pada Lokasi Bendungan Budong-Budong


Batuan yang ditemui di daerah rencana As Bendungan Budong-Budong dan
sekitarnya adalah Tuf, batupasir tufan dan breksi. Sedangkan di atasnya adalah berupa
endapan Resen terdiri dari endapan sungai dan endapan kaki bukit (endapan talus). Penyusun
utama dari satuan batuan ini adalah tuf dan batupasir tufan. Satuan tuf berwarna abu-abu
kekuningan-putih kekuningan, segar – lapuk ringan, memperlihatkan retak-retak yang cukup
intensif karena pelapukan fisik, terbentuk oleh kaca, feldspar, berbutir halus sampai sedang,
terpilah sedang, agak rapuh, kedudukan perlapisan N 17°E/25°, ketebalan lapisanl 5 cm
sampai 10 cm. Pada tuf dijumpai struktur kekar gerus dengan bidang yang tidak beraturan.

Gambar III-3 Singkapan tuf (A) dan batupasir (B) di lokasi (Sumber: Dokumen perencanaan
Bendungan Budong-Budong;2018)

Satuan batupasir tufan tersingkap di bukit tumpuan kanan-kiri dan tebing sungai,
warna segar abu-abu, warna lapuk coklat keabuan ukuran butir pasir halus-sedang, bentuk
buti membulat-membulat tanggung, kemas terbuka, sortasi agak baik, agak keras sampai
keras. Kesan perlapisan terekspresikan dengan baik. Jenis struktur geologi pada batupasir
yaitu perlapisan batuan dengan jurus-kemiringan N 17°E/25°, kekar yang dijumpai berupa
kekar tarik (Tension joint), dengan arah umum kekar N27°E. Lapisan penutup (Overburden)
yang ditemui di daerah rencana As Bendungan Budong- Budong berupa tanah residu. Tanah
residu sesuai dengan kejadiannya adalah merupakan material hasil rombakan akibat
pelapukan lanjut dari batuan dasar.

16
Batuan yang ditemui di daerah rencana area genangan Bendungan Budong-Budong
dan sekitarnya adalah hampir sama dengan yang dijumpai pada rencana tapak bendungan
yaitu tuf, batupasir tufan, breksi dan perselingan batupasir tuffan-napal. Sedangkan
diatasnya adalah berupa endapan resen terdiri dari endapan sungai dan endapan kaki
bukit(endapan talus), dibedakan dengan stratigrafi area tapak bendungan yaitu dijumpai
perlapisan perselingan batupasir dan napal. Pada lokasi, dijumpai potensi longsoran di bukit
tumpuan kanan pada area tapak bendungan di atas elevasi rencana genangan, dan beberapa
di titik di area genangan.

Gambar III-4 Longsoran yang terjadi di tapak bendungan bukit tumpuan sebelah kanan (Sumber:
Dokumen perencanaan Bendungan Budong-Budong;2018)

III.3 Data Teknis Bendungan Budong-Budong


Berdasarkan dokumen perencanaan, berikut data teknis dari Bendungan Budong-
Budong:
• Tipe : Urugan Batu dengan Zona
• Panjang puncak : 301 meter
• Lebar puncak : 10,5 meter
• Elevasi puncak : +76 meter
• Tinggi bendungan dari dasar sungai : 40 meter
• Tinggi bendungan dari dasar galian : 64 meter
• Jenis pondasi : breksi vulkanik
• Kemiringan lereng hulu : 1 : 2,5
• Kemiringan lereng hilir : 1 : 2,25
• Volume tubuh bendungan : 2.558.183 m3
• Sungai : Salulebo
• Panjang sungai : 20,6 km
• Luas DTA : 136,77 km2
• CH tahunan : 2500 mm/th
• Stasiun hujan : Topoyo, Budong-Budong

17
• Inflow tahunan rata-rata : 289,63 juta m3
• PMP Hersfield : 518,71 mm
• PMP Isohit : 473,28 mm
• Debit banjir inflow Q25 : 99,8 m3/det
• Debit banjir inflow Q100 : 174,10 m3/det
• Debit banjir inflow Q1000 : 353,7 m3/det
• Debit Inflow QPMF Hersfield : 1.154,4 m3/det
• Sedimentasi : 1,5 mm/tahun
• Elevasi Muka Air Rendah (MAM) : +51 m
• Elevasi Muka Air Normal (MAN) : +70 m
• Elevasi Muka Air Banjir (MAB) : +73,68 m
• Volume tampungan (MAM) : 8,54 juta m3 (143,47 Ha)
• Volume tampungan (MAN) : 57,28 juta m3 (351,19 Ha)
• Volume tampungan (MAB) : 65,18 juta m3 (369,13 Ha)
• Volume tampungan efektif : 48,74 juta m3
• Tipe Pelimpah : Samping, Ambang Bebas Mercu Ogee
• Kapasitas pelimpah : 1.205,94 m3
• Elevasi pelimpah : +70 m
• Bangunan Intake : Menara
• Tinggi Intake : 19 m ; elevasi +51 m
• Tipe pengelak : Terowongan
• Kapasitas terowongan : 329,74 m3/det
• Patok geser : 15 buah SS dan 18 buah CS
• Multilayer settlement : 3 buah
• Inklinometer : 3 buah
• Pisometer Pneumatik : Timbunan 39 buah dan pondasi 15 buah\
• Pisometer Pipa tegak terbuka : 9 buah
• Sumur pengamatan (OW) : 12 buah
• V-Notch weir : 1 buah
• Peilschaal air waduk : 1 buah
• Stasiun CH : 1 buah
• AWLR : 1 buah
• Strong Motion Accelerograph : 3 buah

18
Bab IV METODOLOGI PENELITIAN

IV.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. komputer dengan spesifikasi seperti berikut
Tipe Komputer : Notebook ASUS Vivobook Pro 14X OLED
Sistem Operasi : Windows 11 64 bit
Processor : Intel(R) Pentium(R) core i7
Tipe Sistem : 64-bit Operating System
Memory : RAM 8 GB, Hard Drive Memory 1TB
2. Software-software seperti :
1. LiCSAR
2. LiCSBAS
3. Arc GIS 10.8
4. Microsoft Office 2021
5. Web browser
Sedangkan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
No Data Tahun Sumber
1 Citra SAR Sentinel 1-A 2020-2022 European Satellite
Agency (ESA)
2 Data laju deformasi pada CORS BIG 2022 Badan Informasi
di sekitar lokasi dan DEMNAS Geospasial
3 Data SID/DED, Laporan Geologi 2022 Balai Wilayah
Teknik dan data pendukung lainnya Sungai Sulawesi III
Palu

Tabel IV-1 Data yang digunakan dalam penelitian

19
IV.2 Diagram Alir Penelitian
Diagram alir pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

20
Tabel IV-2 Diagram Alir Penelitian

21
Bab V RENCANA PELAKSANAAN PENELITIAN
V.1 Rencana Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini, diperlukan perencanaan pelaksanaan penelitian yang baik supaya
setiap tahapan dapat terselesaikan sesuai rencana dengan hasil yang memuaskan. Rincian
dari rencana pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penentuan topik dilakukan pada minggu 1 dan 2 bulan Oktober 2022.


2. Studi dan pengumpulan Pustaka dilaksanakan mulai minggu 2 hingga 4 bulan
Oktober 2022.
3. Perumusan masalah dan kerangka berpikir dimulai pada minggu ke 3 bulan
Oktober hingga minggu ke 4 bulan November.
4. Penyusunan proposal penelitian dimulai pada minggu 1 bulan November hingga
minggu ke 2 bulan Januari 2023.
5. Ujian proposal direncanakan dilaksanakan pada minggu ke 3 atau 4 bulan Januari
2023.
6. Pengumpulan data untuk penelitian dimulai pada minggu 4 bulan Januari hingga
akhir Juli 2023.
7. Pengolahan dan analisis data dimulai pada minggu ke 2 bulan Maret hingga
minggu 2 bulan Oktober 2023.
8. Penyusunan jurnal ilmiah dilaksanakan pada awal Januari 2023 hingga Akhir
Maret 2023.
9. Kegiatan magang direncakan dilaksanakan pada awal Mei hingga akhir Agustus
2023.
10. Publikasi jurnal ilmiah direncakan pada awal April 2023.
11. Penyusunan naskah akhir tesis direncanakan pada akhir Mei hingga minggu ke 3
bulan November 2023.
12. Seminar hasil dan Sidang Akhir direncanakan dilaksanakan antara minggu 1 dan
2 bulan Desember 2023.
13. Perbaikan dan pengumpulan naskah akhir tesis dilaksanakan sejak selesai sidang
akhir hingga akhir Desember 2023.

Jadwal secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut:

22
Tabel V-1 Rencana pelaksanaan kegiatan penelitian

23
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Rifki Purnama, Yudo Prasetyo, Moehammad Awaluddin. 2018. Studi Sesar Lembang
Menggunakan Citra Sentinel-1A Untuk Pemantauan Potensi Bencana Gempa Bumi.
Jurnal Geodesi Undip.
Arbad, Arliandy Pratama, dkk. 2018. Surface Deformation Estimation of Mt. Bromo
Indonesia Using Time Series InSAR Analysis of Small Baseline Subset. Jurnal Teknik
Universitas Diponegoro.
Bella Esti Ajeng Syahputri, Ira Mutiara Anjasmara, Amien Widodo. 2020. Deformasi
Permukaan pada Manifestasi Gunung Lumpur di Wilayah Cekungan Jawa Timur dari
Pengolahan Data SAR menggunakan Metode PS-InSAR. ITS repository.
Dun, Jiawei, dkk. 2021. Detection And Mapping of Active Landslides Before Impoundment
In The Baihetan Reservoir Area (China) Based on the Time Series InSAR Method. MDPI
journal.
Salsabil, Sajidah, Ira M.A., Estu K. 2019. Penerapan Metode Permanent Scatterers
Interferometry Synthetic Aperture Radar (PS-INSAR) Untuk Analisis Deformasi
Gunungapi (Studi Kasus: Gunungapi Sinabung). Jurnal Teknik ITS Vol. 8
Teng, Wang, dkk. 2011. Three Gorges Dam Stability Monitoring With Time Series InSAR
Image Analysis. Sci China Earth Sci 54:720-732.
Ulma, Toifatul. 2021. Analisis Deformasi Kota Surabaya di Wilayah Sekitar Sesar Kendeng
Dengan Metode PS-INSAR. Jurnal Geosaintek Vol 7 No. 2 Tahun 2021.
Vinueza, Alexandra Urgilez, dkk. 2022. A New Method To Detect Changes In Displacement
Rates of Slow-Moving Landslides Using InSAR Time Series. Landslides 19.
Zhou, Wei dkk. 2016. Remote Sensing of Deformation of a High Concrete-Faced Rockfill
Dam Using InSAR: A Study of Shuibuya Dam, China. MDPI journal.

24

Anda mungkin juga menyukai