Anda di halaman 1dari 28

Dosen Pembimbing :

Dr. Yudo Prasetyo, ST., MT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

PEMETAAN KERENTANAN BENCANA GUNUNG BROMO DENGAN CITRA


SENTINEL-1 MENGGUNAKAN METODE INTERFEROMETRIC SYNTHETIC
APERTURE RADAR (InSAR)

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ADITO MAULANA

21110113130096

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI

SEMARANG

NOVEMBER 2016
UNIVERSITAS DIPONEGORO

PEMETAAN KERENTANAN BENCANA GUNUNG BROMO DENGAN CITRA


SENTINEL-1 MENGGUNAKAN METODE INTERFEROMETRIC SYNTHETIC
APERTURE RADAR (InSAR)

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ADITO MAULANA

21110113130096

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI

SEMARANG

NOVEMBER 2016

1
ABSTRAK

Bencana alam erupsi gunung berapi merupakan bencana alam yang menghasilkan dampak
yang luas terhadap daerah yang terkena dampak dari erpusi gunung berapi tersebut.
Dampak dan kerugian yang dialami dari erupsi gunung berapi pun tidak sedikit. Namun
ancaman akibat bencana alam gunung berapi tersebut dapat diminimalisir dengan
pembuatan peta kerentanan bencana pada daerah yang rawan terjadi bencana erupsi
gunung berapi. Gunung Bromo merupakan gunung berapi yang masih aktif dan terkenal
sebagai salah satu destinasi wisata terbaik di Indonesia. Karena hal tersebut maka peta
kerentanan bencana Gunung Bromo sangat diperlukan untuk meminimalisir kerugian yang
dapat terjadi di daerah wisata tersebut.

Pemetaan kerentanan bencana Gunung Bromo ini menggunakan teknologi penginderaan


jauh dengan menggunakan citra sentinel -1 untuk mendapatkan aliran lava dengan proses
InSAR. Serta citra Landsat 8 untuk mendapatkan tutupan lahan dengan metode klasifikasi
supervised. Serta menggunakan teknologi SIG untuk membuat parameter kerentanan
bencana. Parameter kerentanan bencana yang digunakan mengacu pada PERKA BNPB
no.2 tahun 2012 tentang pedoman umum pengkajian risiko bencana. Dengan
menggabungkan seluruh data yang telah disebutkan akan menghasilkan peta kerentanan
bencana Gunung Bromo yang dapat digunakan untuk meminimalisir dampak dari erupsi
Gunung Bromo tersebut.

Kata Kunci : Gunung Bromo, Kerentanan Bencana, InSAR, Supervised, Parameter

2
DAFTAR ISI

Bab I PENDAHULUAN...................................................................................................7
I.1 Latar Belakang.........................................................................................................7
I.2 Rumusan Masalah...................................................................................................8
I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................................9
I.3.1 Tujuan Penelitian.................................................................................................9
I.3.2 Manfaat Penelitian...............................................................................................9
I.4 Batasan Masalah....................................................................................................10
I.5 Ruang Lingkup Penelitian.....................................................................................10
I.6 Metodologi Penelitian...........................................................................................11
I.7 Sistematika Penulisan Laporan..............................................................................12
Bab II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................14
II.1 Studi literatur.........................................................................................................14
II.2 Kajian Geografis Wilayah Penelitian....................................................................15
II.3 Bencana.................................................................................................................15
II.4 Bencana Erupsi Gunung Berapi............................................................................16
II.5 Konsep mitigasi bencana.......................................................................................17
II.6 Indeks Kerentanan Berdasarkan PERKA BNPB No.2 Tahun 2012.....................18
II.7 Metode InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar).................................19
II.8 Klasifikasi Supervised...........................................................................................19
II.9 Citra Sentinel – 1...................................................................................................20
Bab III METODOLOGI PENELITIAN............................................................................22
III.1 Tahapan Persiapan.................................................................................................22
III.2 Tahapan Pengolahan..............................................................................................22
III.2.1 Pra Pengolahan Data......................................................................................22
III.2.2 Pengolahan Peta Administrasi , Data Kependudukan dan Data Kawasan
Pariwisata Gunung Bromo............................................................................................22
III.2.3 Pengolahan Data Citra Sentinel 1...................................................................22
III.2.4 Pengolahan Data Citra Landsat 8...................................................................23
III.2.5 Penggabungan Seluruh Data ( Overlay).........................................................23
III.3 Tahapan Analisis...................................................................................................23
III.3.1 Analisis Spasial Terkait Parameter Kerawanan Bencana dari BNPB............23
III.3.2 Analisis Spasial Terhadap Tutupan Lahan di Sekitar Area Gunung Bromo..23
3
III.3.3 Analisis Kesesuaian Peta Kerentanan Bencana dengan Peraturan BNPB.....24
III.4 Analisis Hasil Validasi Peta Kerentanan Bencana Terhadap Data Lapangan.......24
Bab IV JADWAL PENELITIAN......................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar I-1 Lokasi Penelitian di Kawasan Wisata Gunung Bromo.....................................11


Gambar I-2 Diagram Alir Penelitian....................................................................................12
Gambar II-1 Wilayah penelitian Gunung Bromo.................................................................15
Gambar II-2 Perbedaan erupsi eksplosif dan efusif.............................................................17
Gambar II-3 Parameter kerentanan bencana........................................................................18
Gambar II-4 Contoh hasil dari pengolahan InSAR..............................................................19
Gambar II-5 Citra Sentinel -1...............................................................................................21
Gambar IV-1 Timeline jadwal penelitian.............................................................................25

5
DAFTAR TABEL

Tabel II-1 Penelitian Terdahulu...........................................................................................14

6
Bab I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai banyak gunung api yang
masih aktif. Banyaknya gunung berapi ini disebabkan adanya tumbukan antara
lempeng benua dan lempeng samudera yang mengakibatkan adanya rangkaian
pegunungan yang melewati Indonesia bahkan rangkaian tersebut hingga mencapai
Negara Filipina dan Jepang yang biasa disebut sebagai cincin gunung berapi atau
Ring of Fire. Keadaan ini menyebabkan Indonesia termasuk negara rawan terjadi
bencana alam khususnya bencana erupsi gunung berapi yang jika tidak ditangani
dengan baik dapat menyebabkan kerugian yang besar untuk negara ini.

Diantara banyak sekali gunung berapi di Indonesia yang memasuki kawasan Ring
of Fire, Gunung Bromo merupakan salah satu gunung yang paling terkenal di
Indonesia. Gunung Bromo terkenal karena merupakan salah satu gunung berapi
aktif yang menjadi tempat pariwisata. Saat kondisi aktif normal, Gunung Bromo
merupakan obyek wisata yang sangat menarik untuk dinikmati, namun saat terjadi
erupsi/letusan, Gunung Bromo merupakan sumber potensi bahaya yang
mengancam keselamatan manusia yang ada di sekitarnya (Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi,2007).

Gunung Bromo merupakan sebuah gunung berapi aktif yang terletak di Jawa
Timur. Gunung ini memiliki ketinggian mencapai 2.329 meter di atas permukaan
laut dan berada pada empat wilayah kabupaten. Kabupaten Probolinggo,
Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang. Gunung
Bromo merupakan salah satu obyek wisata terkenal di Indonesia dan Gunung
Bromo ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Gunung ini terkenal karena masih berstatus gunung berapi yang masih aktif
sehingga menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Gunung Bromo
tersebut.

Gunung Bromo telah mengalami banyak sekali letusan dengan interval waktu
yang teratur yaitu 30 tahun mulai dari tahun 1775 sampai sekarang (wikipedia,
2016). Letusan yang teratur hingga sekarang ini jelas menjadi kekhawatiran

7
tersendiri karena dapat membahayakan wisatawan yang berwisata ke Gunung
Bromo jika tiba – tiba terjadi erupsi dari Gunung Bromo tersebut. Oleh karena
itu , peta mengenai kerentanan bencana Gunung Bromo sangat dibutuhkan agar
dampak dari erupsi Gunung Bromo dapat diantisipasi dengan baik.

Dengan adanya peta kerentanan bencana Gunung Bromo dengan menggunakan


parameter – parameter seperti data kependudukan , data administrasi ,data daerah
pariwisata Kawasan Wisata Gunung Bromo (KWGB) hingga aliran lava Gunung
Bromo diharapkan dapat menjadi suatu solusi untuk meminimalisir dampak jika
terjadi erupsi pada Gunung Bromo.Sehingga wisatawan dapat lebih waspada
terhadap apa yang dapat terjadi di gunung bromo saat sedang berwisata. Sehingga
dapat lebih meminimalisir resiko yang akan terjadi.

Penelitian ini menggunakan teknologi penginderaan jauh dengan citra radar


(Sentinel-1) dan citra optis Landsat 8 serta pengolahan dan analisis data dengan
menggunakan SIG. Kombinasi teknologi dapat menghasilkan kenampakan
gunung bromo yang jelas dan dapat menghasilkan peta kerentanan bencana
Gunung Bromo yang lebih akurat. Akuisisi data citra yang digunakan adalah
pasca bencana erupsi Gunung Bromo karena keadaan pasca erupsi adalah keadaan
dimana perubahan lingkungan akibat erupsi tersebut paling terlihat. Sehingga
dapat menghasilkan peta kerentanan bencana yang up to date sesuai dengan
kondisi lingkungan setelah erupsi.

Urgensi dari penelitian ini sebagai suatu solusi bagi warga sekitar dan wisatawan
di Gunung Bromo untuk dapat menyelamatkan diri ke tempat aman (safety zone)
saat terjadi erupsi Gunung Bromo. Secara tidak langsung dengan adanya
penelitian ini dapat meminimalisir dampak dan kerugian yang terjadi dari bencana
erupsi Gunung Bromo. Serta dapat menjadi referensi bagi pemerintah setempat
dalam menanggulangi jika terjadi bencana erupsi Gunung Bromo.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana analisis spasial terkait dampak bencana erupsi Gunung Bromo
terhadap parameter kerawanan bencana dari BNPB (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana)?

8
2. Bagaimana analisis spasial terkait dampak bencana erupsi Gunung Bromo
terhadap tutupan lahan di sekitar area Gunung Bromo tersebut?
3. Bagaimana analisis kesesuaian peta kerentanan bencana Gunung Bromo
dalam penelitian ini dengan standar pembuatan peta kerentanan bencana yang
sudah ditetapkan dari BNPB?
4. Bagaimana analisis hasil validasi peta kerentanan bencana Gunung Bromo
terhadap data lapangan?

I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


I.3.1 Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui analisis spasial terkait dampak bencana erupsi Gunung Bromo


terhadap paramter kerentanan bencana dari BNPB.
2. Mengetahui analisis spasial terkait dampak bencana erupsi Gunung Bromo
terhadap tutupan lahan yang ada disekitar area Gunung Bromo tersebut.
3. Mengetahui analisis kesesuaian peta kerentanan bencana dengan aturan dan
ketentuan pembuatan peta kerentanan bencana dari BNPB.
4. Mengetahui analisis hasil validasi dari peta kerentanan bencana Gunung
Bromo terhadap data lapangan.

I.3.2 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Segi Keilmuan
Manfaat penelitian ini dalam segi keilmuan adalah DEM dari proses
InSAR yang dikombinasikan dengan peta tutupan lahan dari citra landsat 8
serta data – data sekunder lain. Data – data tersebut diolah dan analisis
dengan ilmu SIG sehingga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
kerentanan bencana erupsi Gunung Bromo.
2. Segi Kerekayasaan
Manfaat penelitian ini dalam segi kerekayasaan adalah peta kerentanan
bencana Gunung Bromo dapat digunakan sebagai referensi bagi

9
pemerintah setempat dan BPNB daerah Gunung Bromo terkait dengan
mitigasi bencana erupsi Gunung Bromo.

I.4 Batasan Masalah


Untuk membatasi permasalahan yang akan dibahas agar tidak terlalu melebar dari
topik utama dari permasalahan tersebut, maka penelitian ini akan dibatasi pada hal
– hal berikut :
1. Daerah yang menjadi objek penelitian adalah Kawasan Wisata Gunung Bromo
(KWGB)
2. Menggunakan data citra sentinel – 1 mode Interferometric Wide Swath (IW)
dan Citra Landsat 8 akuisisi Oktober tahun 2016.
3. Metode yang digunakan untuk memperoleh Digital Elevation Model (DEM)
dari citra sentinel 1 adalah dengan menggunakan metode InSAR
4. Metode yang digunakan untuk memperoleh tutupan lahan pada citra landsat 8
adalah menggunakan klasifikasi supervised
5. Metode yang digunakan untuk memperoleh pola aliran lava adalah dengan
menggunakan analisis watershed
6. Parameter kerentanan bencana yang digunakan adalah mengacu pada PERKA
BNPB No2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.
7. Parameter kerentanan yang digunakan adalah kerentanan ekologi/lingkungan.

I.5 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang Lingkup dalam penelitian ini adalah :

1. Wilayah Penelitian
Area studi penelitian ini adalah Kawasan Wisata Gunung Bromo (KWGB)
yang merupakan salah satu bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru (TnBTS)

10
Gambar I-1 Lokasi Penelitian di Kawasan Wisata Gunung Bromo

2. Alat dan Bahan :


a. Alat :
1) Laptop
2) Software ENVI 4.8
3) Software Arc Map 10.4.1.
4) Software Sentinel 1 Tool Box
5) Microsoft Word
b. Bahan
1) Citra Satelit Landsat 8 akuisisi bulan Oktober 2016
2) Citra Sentinel -1 akuisisi bulan Oktober 2016
3) Data kepadatan penduduk disekitar Gunung Bromo
4) Peta administrasi kawasan Gunung Bromo
5) Peta kawasan pariwisata Gunung Bromo

I.6 Metodologi Penelitian


Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tahap persiapan yang
meliputi studi literatur dengan mengumpulkan berbagai referensi yang ada
hubungannya dengan penelitian ini. Dilanjutkan dengan pengumpulan data
penelitian mulai dari citra satelit hingga peta administrasi. Setelah data terkumpul,
lalu dilakukan proses pra pengolahan seperti koreksi geometrik pada citra landsat
8. Proses pengolahan dilakukan dengan menggunakan metode InSAR untuk citra
sentinel , klasifikasi supervised untuk citra landsat 8 serta pengolahan lebih lanjut
menggunakan analisis watershed . Setelah seluruh data diproses lalu dijadikan
satu dan diolah untuk mendapatkan tingkat kerentanan sesuai dengan PERKA

11
BNPB no.2 tahun 2012 . Dari hasil pengolahan tersebut maka akan mendapatkan
peta kerentanan bencana erupsi Gunung Bromo. Langkah terakhir adalah
menganalisis kerugian akibat dampak dari erupsi Gunung Bromo tersebut. Skema
metodologi penelitian dapat dilihat di diagram alir berikut ini.

Gambar I-2 Diagram Alir Penelitian

I.7 Sistematika Penulisan Laporan


Sistematika penulisan laporan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang , tujuan dan manfaat ,batasan masalah
, metodologi penelitian dan sistematika penulisan laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai tinjauan pustaka dari ruang lingkup penelitian,
konsep mitigasi bencana, bencana alam erupsi gunung berapi, parameter
kerentanan bencana sesuai PERKA BNPB no.2 Tahun 2012, metode InSAR dan
klasifikasi supervised

12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai langkah – langkah penelitian yang dilakukan mulai
dari persiapan data lalu pengolahan data hingga hasil akhir dari olahan data
tersebut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai hasil dan pembahasan pembuatan peta kerentanan
bencana Gunung Bromo , klasifikasi tutupan lahan , sebaran dampak erupsi
Gunung Bromo, kesesuaian peta kerentanan dengan peraturan BNPB dan analisis
ketelitian dari peta kerentanan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini membahas mengenai kesimpulan yang penulis dapatkan dari penelitian ini
serta saran dari penulis agar penelitian selanjutnya dapat lebih baik dari penelitian
ini.

13
Bab II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Studi literatur


Beberapa penelitian mengenai kerentanan bencana Gunung Bromo telah
dilakukan sebelumnya . Peneltitan – penelitian terdahulu ini menjadi referensi
penulis untuk mengerjakan penelitian ini. Ringkasan penelitian terdahulu tersebut
dapat dilihat pada tabel II-1.

Tabel II-1 Penelitian Terdahulu

No Judul Penulis Tahun Metode


1 Pemetaan Potensi Polin Mouna April Menggunakan metode
Bencana Aliran Lava Togatorop, 2016 analisis watershed untuk
Gunung Sinabung Sawitri mengetahui aliran lava serta
Menggunakan Citra Subiyanto, citra Landsat 8 untuk
Aster GDEM Arwan Putra klasifikasi tutupan lahan
Wijaya
2 Pemodelan Kawasan Arliandy Oktober Menggunakan metode
Rawan Bencana Pratama , Arief 2014 analisis watershed untuk
Erupsi Gunung Api Laila N. , mengetahui aliran lava serta
Berbasis data Arwan Putra citra Landsat 8 untuk
Penginderaan Jauh W. klasifikasi tutupan lahan
(Studi Kasus di
Gunung api Merapi)
3 Pemetaan Ekosistem Bangun Muljo Agustus Menggunakan komposit
di Wilayah Gunung Sukojo 2003 warna citra yang berbeda –
Bromo dengan beda untuk interpretasi citra,
Teknologi menggunakan analisis
Penginderaan Jauh tutupan lahan , pola
pengaliran dan indeks
vegetasi
4 Potensi Bahaya di Eva Septemb Metode yang digunakan
Kawasan Wisata Rachmawati, er 2007 adalah terjun langsung ke
Gunung Bromo, Nunung lokasi seperti studi literatur,
Resort Tengger Laut Khusnul melakukan wawancara
Pasir, Taman Faizah, E.K.S dengan warga sekitar serta
Nasional Bromo Harini pengukuran langsung di
Tengger Semeru , Muntasib lapangan. Lalu seluruh data
Jawa Timur tersebut diurai secara
deskriptif
5 Pemetaan Multi Rosika Dyah Septemb Pemetaan dengan
Bencana Kota Partiwi, Arief er 2016 menggunakan parameter –
Semarang Laila Nugraha, parameter yang sada di olah
Hani’ah menggunakan AHP dan di
overlay menjadi satu peta

14
II.2 Kajian Geografis Wilayah Penelitian
Gunung Bromo secara administratif terletak pada provinsi Jawa Timur dan berada
dalam empat wilayah kabupaten sekaligus. Yaitu Kabupaten Probolinggo,
Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang. Secara
geografis Gunung Bromo berada pada posisi 7o 56’ 30’ LU dan 112o57’0’ BT.
Dengan ketinggian mencapai 2.329 meter di atas permukaan laut. Gunung Bromo
masih berada dalam satu kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
(TNBTS) dan tipe Gunung Bromo ini adalah stratovolcano.

Gambar II-3 Wilayah penelitian Gunung Bromo

II.3 Bencana
Menurut Undang Undang no.24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis (Depdagri,2007).

Selanjutnya Asian Disaster Reduction Center (2003) mendefinisikan bencana


adalah suatu gangguan serius terhadap masyarakat yang menimbulkan kerugian
secara meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat, berbagai material dan

15
lingkungan (alam) dimana dampak yang ditimbulkan melebihi kemampuan
manusia guna mengatasinya dengan sumber daya yang ada. Bencana sendiri
terdiri dari beberapa macam antara lain sebagai berikut :

 Bencana alam : Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian


peristiwa yang diakibatkan oleh alam. (gempa bumi, gunung meletus ,banjir
dll)
 Bencana non alam : Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam seperti epidemi , wabah penyakit dan gagal teknologi.
 Bencana Sosial : Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat dan teror.

II.4 Bencana Erupsi Gunung Berapi


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , erupsi didefinisikan sebagai letusan
gunung berapi atau semburan sumber minyak dan uap panas dari dalam bumi.
Erupsi gunung berapi terjadi jika terdapat pergerakan atau aktivitas magma dari
dalam perut bumi menuju ke permukaan bumi. Secara umum erupsi dibedakan
menjadi 2 macam yaitu :

- Erupsi eksplosif : Adalah proses keluarnya magma, gas atau abu disertai
tekanan yang sangat kuat sehingga melontarkan material padat dan gas
yang berasal dari magma ke angkasa. Erupsi eksplosif ini terjadi akibat
tekanan gas yang teramat kuat.
- Erupsi Efusif : Peristiwa keluarnya magma dalam bentuk lelehan lava.
Erupsi efusif terjadi karena tekanan gas magmatiknya tidak begitu kuat
sehingga magma dari lubang kepundan hanya tumpah mengalir ke lereng –
lereng puncak gunung tersebut. Contoh erupsi elusif adalah erupsi Gunung
Semeru , erupsi Gunung Merapi dll.

16
Gambar II-4 Perbedaan erupsi eksplosif dan efusif

II.5 Konsep mitigasi bencana


Menurut Undang Undang no.24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.
Mitigasi adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungking
kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat
oleh lembaga yang berwenang. Mitigasi bencana ini penting dilakukan untuk
mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan
bencana. Berikut adalah kegiatan mitigasi bencana sebagaimana di maksud pada
pasal 47 ayat 1 UU no.24 Tahun 2007 (Depdagri, 2007)

a. Pelaksanaan penataan ruang


b. Pengaturan pembangunan infrastruktur , tata bangunan
c. Penyelenggaraan pendidikan , penyuluhan dan pelatihan baik secara
konvensional maupun modern.
Sementara mitigasi bencana ini juga memiliki tahapan tersendiri dalam
mengurangi risiko dan peningkatan kesiapsiagaan pada berbagai tahap .
Berdasarkan Peraturan Pemerintah no.21 tahun 2008 penyelenggaraan
penanggulangan bencana meliputi 3 tahap. Tahap penanggulangan bencana
(depdagri, 2008) adalah
1. Pra bencana
Dalam tahap pra bencana ini perencanaan penanggulangan bencana dapat
dilakukan. Selain itu langkah – langkah lainnya dalam tahap pra bencana
adalah pengurangan risiko bencana, pencegahan, pemaduan dalam
perencanaan pembangunan yang dilakukan dan analisis risiko bencana.

17
2. Saat tanggap darurat
Tahap tanggap darurat dilakukan saat terjadi bencana jadi tahap – tahap yang
dilakukan pada proses ini antara lain penyelamatan dan evakuasi masyarakat,
pemenuhan kebutuhan dasar para korban bencana , perlindungan terhadap
kelompok yang rentan dan pemulihan dengan segera prasarana dan sarana
vital.
3. Pascabencana
Penyelenggaran penanggulangan bencana pada tahap pascabencana meliputi
rehabilitasi lingkungan yang terkena dampak bencana erupsi dan rekonstruksi
saran dan prasarana yang rusak karena terkena dampak bencana tersebut.

II.6 Indeks Kerentanan Berdasarkan PERKA BNPB No.2 Tahun 2012


Dalam pembuatan peta kerentanan bencana, BNPB sudah mempunyai ketentuan
dan parameter sendiri. Peta kerentanan dapat dibagi ke dalam beberapa kategori
yaitu kerentanan sosial, ekonomi, fisik dan ekologi/lingkungan. Sumber informasi
yang digunakan untuk analisis kerentanan terutama berasal dari BPS dan
informasi peta dasar dari BIG. Untuk mencari data – data yang berhubungan
dengan parameter kerawanan bencana disarankan menggunakan data – data
terbaru dan lengkap dari BPS dan BIG untuk menghasilkan peta kerawanan
bencana yang mempunyai informasi yang lengkap. Gambar dengan komposisi
indikator kerentanan ditunjukkan pada gambar II-3 (BNPB, 2012).

Gambar II-5 Parameter kerentanan bencana

18
II.7 Metode InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar)
InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar) adalah teknik pencitraan radar
aperture sintetik menggunakan pesawat terbang atau satelit dimana tujuan akhir
pengolahannya untuk mengekstraksi tinggi permukaan atau pergeseran dari data
citra kompleks (Cumming and Wong,2005)

InSAR merupakan suatu teknik untuk mendapatkan informasi tiga dimensi dari
permukaan bumi dengan memanfaatkan unsur fasa dari sinyal rada sebagai
sumber informasi tambahan yang diturunkan dari data kompleks radar
(Ismullah,2002). Proses InSAR ini menggunakan 2 Citra radar dimana satu citra
tersebut menjadi citra master dan citra slave. Lalu kedua citra tersebut diolah terus
menerus hingga menjadi DEM yang memiliki data ketinggian yang akurat dengan
data geografis yang sudah akurat juga.

Gambar II-6 Contoh hasil dari pengolahan InSAR

II.8 Klasifikasi Supervised


Teknik klasifikasi supervised dapat diartikan sebagai teknik klasifikasi yang
diawasi. Menurut Projo Danoedoro (1996) klasifikasi supervised ini melibatkan
interaksi analis secara intensif, dimana analis menuntun proses klasifikasi dengan
identifikasi objek pada citra (training area). Sehingga pengambilan sampel perlu
dilakukan dengan mempertimbangkan pola spektral pada setiap panjang
gelombang tertentu, sehingga diperoleh daerah acuan yang baik untuk mewakili
suatu objek tertentu. Proses klasifikasi dengan pemilihan kategori informasi yang

19
diinginkan dan memilih training area untuk tiap ketegori penutup lahan yang
mewakili sebagai kunci interpretasi merupakan klasifikasi terbimbing. Klasifikasi
terbimbing digunakan data penginderaan jauh multispektral yang berbasis
numerik, maka pengenalan polanya merupakan proses otomatis dengan bantuan
komputer. Klasifikasi terbimbing yang didasarkan pada pengenalan pola spektral
terdiri atas tiga tahapan

1. Tahap training sample: Training sample dibutuhkan untuk mengklasifikasi


kenampakan apa saja yang ingin kita ketahui. Serta menjadi dasar dalam
melakukan klasifikasi supervised

2. Tahapan klasifikasi: Tahap klasifikasi dilakukan untuk mendapatkan hasil


klasifikasi dari training sample area. Dalam tahap ini terdapat berbagai macam
jenis klasifikasi (maximum likehood , minimum distance , pararelpiped dll).
Setiap macam klasifikasi mempunyai hasil klasifikasi yang berbeda karena
pendekatan dari setiap macam klasifikasi tersebut berbeda juga.

3. Tahapan keluaran: Tahapan keluaran ini adalah hasil akhir dari klasifikasi. Citra
yang telah di klasifikasi akan terlihat perbedaan tutupan lahannya berdasarkan
warna dari klasifikasi tersebut

II.9 Citra Sentinel – 1


Sentinel-1 adalah citra radar terbaru keluaran ESA (Europe Space Agency) yang
beroperasi penuh setiap hari dengan menggunakan C-band. Sentinel -1 ini
mempunyai waktu revisit yang lebih pendek dari citra radar lainnya yang berguna
untuk lebih mensupport berbagai macam bidang seperti monitoring laut,
monitoring darat dan untuk penanggulangan bencana (ESA , 2015).

Sentinel -1 Synthetic Aperture Radar (SAR) mempunyai empat mode eksklusif


yang bisa digunakan sesuai kebutuhan kita. Mode tersebut antara lain

Stripmap (SM) - Sebuah mode pencitraan stripmap SAR dimana sapuan tanah
diterangi dengan pulsa yang berjalan secara kontinyu. Sedangkan laser antenna
mengarah ke sebuah azimuth dan elevasi sudut tetap

20
Interferometric Wide Swath (IW) - Data yang diperoleh di tiga sapuan
menggunakan Pengamatan Medan dengan teknik pencitraan Progressive
Scanning SAR (TOPSAR). Dalam mode IW, semburan disinkronisasi dari puncak
ke puncak untuk memastikan keselarasan pasangan interferometric. IW adalah
mode operasional utama dari Sentinel – 1 untuk wilayah daratan.

Extra Wide Swath (EW) - Data yang diperoleh dalam lima sapuan menggunakan
teknik pencitraan TOPSAR . Mode EW memberikan cakupan sapuan yang sangat
besar.

Wave (WV) - Data yang diperoleh dalam stripmap kecil yang disebut "sketsa",
terletak secara berkala dari 100 km di sepanjang jalur. Sketsa diperoleh oleh
akuisisi salah satu sketsa pada incidence angle yang berjarak dekat sedangkan
sketsa berikutnya diperoleh pada incidence angle yang berjarak jauh. WV adalah
mode operasional Sentinel-1 untuk daerah laut lepas.
Sentinel-1 mempunyai beberapa data produk yang dikeluarkan oleh ESA yaitu :

-Raw level- 0 data (untuk penggunaan khusus)

-Level – 1 Single Look Complex (SLC) data yang terdiri dari citra kompleks
dengan amplitude dan fasa

-Level-1 Ground Range Detected (GRD) data dengan hanya intensitas multi-
looked

-Level-2 Ocean (OCN) untuk mengdapatkan parameter geofisika dari laut

Gambar II-7 Citra Sentinel -1

21
Bab III METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Tahapan Persiapan


Kegiatan pada tahap persiapan ini meliputi :

1. Studi literatur, mempelajari berbagai penelitian dan tulisan yang berkaitan


dengan tujuan penelitian.
2. Mempelajari citra yang akan digunakan dalam penelitian serta mendalami
software pengolahan yang akan digunakan.
3. Mempelajari metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian.

III.2 Tahapan Pengolahan


III.2.1 Pra Pengolahan Data
Pada tahap ini kita mengumpulkan berbagai macam data yang akan digunakan
untuk penelitian . Mulai dari peta administrasi daerah Gunung Bromo , data
kependudukan Gunung Bromo , citra sentinel 1 untuk mendapatkan data
ketinggian gunung bromo untuk menganalisis aliran lava Gunung Bromo, Citra
landsat 8 untuk mendapatkan tata guna lahan kawasan Gunung Bromo dan peta
berbagai macam pariwisata kawasan Gunung Bromo. Semua data ini akan diolah
untuk menghasilkan peta kerentanan bencana Gunung Bromo

III.2.2 Pengolahan Peta Administrasi , Data Kependudukan dan Data


Kawasan Pariwisata Gunung Bromo
Peta administrasi digunakan untuk mengetahui daerah mana saja (desa.
kelurahan , kecamatan) yang masuk kedalam daerah yang berada di kawasan
Gunung Bromo. Data kependudukan diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah
penduduk yang ada di daerah Gunung Bromo. Data kawasan pariwisata Gunung
Bromo dibutuhkan sebagai acuan untuk mengetahui seberapa besar kawasan
pariwisata yang ada disekitar kawasan Gunung Bromo itu sendiri . Ketiga data ini
dalam format shapefile agar bisa di overlay dengan data – data lain.

III.2.3 Pengolahan Data Citra Sentinel 1


Citra Sentinel 1 adalah citra radar keluaran terbaru dari ESA ( European Space
Agency ) . Citra Sentinel 1 ini dapat diolah dengan metode Interferometric

22
Synthetic aperture Radar (InSAR) yang akan menghasilkan data Digital Elevation
Model (DEM). DEM yang telah dihasilkan ini dapat dilakukan proses analisis
hidrologi untuk menghasilkan aliran lava dari titik erupsi Gunung Bromo menuju
kawasan sekitar Gunung Bromo tersebut. Sehingga kita bisa mengetahui daerah
mana saja yang terdampak aliran lava Gunung Bromo secara akurat

III.2.4 Pengolahan Data Citra Landsat 8


Citra Landsat 8 adalah citra multispektral dengan resolusi spasial 30 m x 30 m.
Klasifikasi tutupan lahan dengan citra landsat 8 ini menggunakan klasifikasi
supervised. Klasifikasi supervised dipilih untuk mendapatkan hasil klasifikasi
yang maksimal dengan akurasi yang baik.Sehingga dapat menghasilkan tutupan
lahan yang sesuai dengan kondisi aslinya di lapangan.

III.2.5 Penggabungan Seluruh Data ( Overlay)


Seluruh data yang sudah ada diatas tersebut lalu diolah dengan menggunakan
metode overlay. Overlay ini harus dilakukan untuk menggabungkan seluruh
parameter penentu kerentanan bencana erupsi Gunung Bromo ini. Sehingga akan
dihasilkan peta kerentenan bencana yang mempunyai parameter yang lengkap dan
dapat menjadi acuan bagi wisatawan dan warga sekitar dalam meminimalisir
resiko jika terjadi bencana erupsi gunung bromo yang besar.

III.3 Tahapan Analisis


III.3.1 Analisis Spasial Terkait Parameter Kerawanan Bencana dari BNPB
Analisis dilakukan untuk mengetahui dampak kerugian dari erupsi Gunung
Bromo berdasarkan parameter kerentanan bencana dari PERKA BNPB No.2
Tahun 2002. Tipe kerentanan yang diambil adalah kerentanan lingkungan.

III.3.2 Analisis Spasial Terhadap Tutupan Lahan di Sekitar Area Gunung


Bromo
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Bromo terhadap
tutupan lahan di wilayah terdampak erupsi. Seberapa luas wilayah tutupan lahan
yang terkena erupsi.

23
III.3.3 Analisis Kesesuaian Peta Kerentanan Bencana dengan Peraturan
BNPB
Analisis kesesuaian peta dilakukan untuk mengetahui apakah hasil peta
kerentanan Gunung Bromo dari penelitian ini sudah sesuai dengan peraturan
pembuatan peta kerentanan bencana dari BNPB. BNPB sudah memiliki aturan
tersendiri mengenai pembuatan peta kerentanan bencana sehingga peta kerentanan
hasil penelitian ini harus dianalisis kesesuaiannya agar memenuhi standar dari
BNPB.

III.4 Analisis Hasil Validasi Peta Kerentanan Bencana Terhadap Data


Lapangan
Analisis hasil validasi dilakukan untuk mengetahui seberapa akurat data dari peta
kerentanan bencana Gunung Bromo dengan keadaan sesungguhnya dilapangan.
Analisis validasi peta ini penting karena peta kerentanan bencana yang baik
adalah peta yang sesuai dengan keadaan sesungguhnya dilapangan.

24
Bab IV JADWAL PENELITIAN

Uraian kegiatan yang anak dilakukan dalam penelitian ini mulai dari persiapan
hingga sidang akhir.

Bulan ke 1 Bulan ke 2 Bulan ke 3 Bulan ke 4


No Tahapan Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
2 Studi Literatur
3 Pengumpulan Data
3a Download Citra Sentinel -1
3b Download citra landsat 8
3c Mencari data kepadatan penduduk
3d Mencari peta administrasi wilayah
3e Mencari peta pariwisata KWGB
4 Pengolahan Data
4a Pra Pengolahan Data
4b Pengolahan data sekunder
4c pengolahan InSAR dengan Sentinel-1
4d Pengolahan klasifikasi tutupan lahan
4e Penggabungan Seluruh Data
4f Analisis dampak erupsi
4g Analisis Kesesuaian dan ketelitian peta
5 Validasi Data penelitian
6 Penyajian Informasi
7 Pembuatan Laporan
8 Seminar Hasil dan Sidang Akhir

Gambar IV-8 Timeline jadwal penelitian

25
DAFTAR PUSTAKA

Asean Conference on Disaster Reduction. 2003. Asean Conference on Disaster


Reduction 2003 summary report. Kobe Japan.
Cumming, I. G. Dan Frank H.W. 2005. Digital Processing of Synthetic Aperture
Radar Data. Artech House Remote Sensing Library.
Danoedoro, P. 1996. Pengolahan Citra Digital. Yogyakarta : Universitas Gadjah
Mada.
Departemen Dalam Negeri. 2007. Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana. Jakarta : Departemen Dalam Negeri.
Departemen Dalam Negeri. 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008
Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Jakarta :
Departemen Dalam Negeri.
Ismullah, I. H. 2002. Pengolahan Fasa untuk Mendapatkan Model Tinggi
Permukaan Dijital (DEM) pada Radar Apertur Sintentik Interferometri
(InSAR) Data Satelit. Disertasi. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Pratama, A. Arief L. N. Dan Arwan P. W. 2014. Pemodelan Kawasan Rawan
Bencana Erupsi Gunung Api Berbasis Data Penginderaan Jauh (Studi
Kasus di Gunung Api Merapi). Skripsi. Semarang : Universitas
Diponegoro.
Pratiwi, R. D., Arief L. N. Dan Hani’ah. 2016. Pemetaan Multi Bencana Kota
Semarang. Skripsi. Semarang : Universitas Diponegoro.
PVMBG. “Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya
di Indonesia”. Jakarta : Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(PVMBG)
Rachmawati, E., Nunung K. F. Dan Harini M.E.K.S. 2007. Potensi Bahaya
Kawasan Wisata Gunung Bromo, Resort Tengger Laut Pasir, Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru.Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sukojo, B. M.2003. Pemetaan Ekosistem di Wilayah Gunung Bromo dengan
Teknologi Penginderaan Jauh. Skripsi. Surabaya : Institut Teknologi
Sepuluh November.
Togatorop, P. M., Sawitri S. Dan Arwan P. W. 2016. Pemetaan Potensi Bencana
Aliran Lava Gunung Sinabung Menggunakan Citra Aster GDEM. Skripsi.
Semarang : Universitas Diponegoro.

26
Pustaka Dari Internet
Wikipedia (2016) : Gunung Bromo, https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Bromo,
diunduh pada 17 November 2016.
Arcgis (2016) : Closest facility Analysis, http://desktop.arcgis.com/en/arcmap
/latest /extensions/network-analyst/closest-facility.html. Diunduh pada 17
November 2016.
ESA (2016). Sentinel -1 overview. https://sentinel.esa.int/web/sentinel/user-
guides/sentinel-1-sar/overview. Diunduh pada 17 November 2016.

27

Anda mungkin juga menyukai