UNIVERSITAS DIPONEGORO
ADITO MAULANA
21110113130096
FAKULTAS TEKNIK
SEMARANG
NOVEMBER 2016
UNIVERSITAS DIPONEGORO
ADITO MAULANA
21110113130096
FAKULTAS TEKNIK
SEMARANG
NOVEMBER 2016
1
ABSTRAK
Bencana alam erupsi gunung berapi merupakan bencana alam yang menghasilkan dampak
yang luas terhadap daerah yang terkena dampak dari erpusi gunung berapi tersebut.
Dampak dan kerugian yang dialami dari erupsi gunung berapi pun tidak sedikit. Namun
ancaman akibat bencana alam gunung berapi tersebut dapat diminimalisir dengan
pembuatan peta kerentanan bencana pada daerah yang rawan terjadi bencana erupsi
gunung berapi. Gunung Bromo merupakan gunung berapi yang masih aktif dan terkenal
sebagai salah satu destinasi wisata terbaik di Indonesia. Karena hal tersebut maka peta
kerentanan bencana Gunung Bromo sangat diperlukan untuk meminimalisir kerugian yang
dapat terjadi di daerah wisata tersebut.
2
DAFTAR ISI
Bab I PENDAHULUAN...................................................................................................7
I.1 Latar Belakang.........................................................................................................7
I.2 Rumusan Masalah...................................................................................................8
I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................................9
I.3.1 Tujuan Penelitian.................................................................................................9
I.3.2 Manfaat Penelitian...............................................................................................9
I.4 Batasan Masalah....................................................................................................10
I.5 Ruang Lingkup Penelitian.....................................................................................10
I.6 Metodologi Penelitian...........................................................................................11
I.7 Sistematika Penulisan Laporan..............................................................................12
Bab II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................14
II.1 Studi literatur.........................................................................................................14
II.2 Kajian Geografis Wilayah Penelitian....................................................................15
II.3 Bencana.................................................................................................................15
II.4 Bencana Erupsi Gunung Berapi............................................................................16
II.5 Konsep mitigasi bencana.......................................................................................17
II.6 Indeks Kerentanan Berdasarkan PERKA BNPB No.2 Tahun 2012.....................18
II.7 Metode InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar).................................19
II.8 Klasifikasi Supervised...........................................................................................19
II.9 Citra Sentinel – 1...................................................................................................20
Bab III METODOLOGI PENELITIAN............................................................................22
III.1 Tahapan Persiapan.................................................................................................22
III.2 Tahapan Pengolahan..............................................................................................22
III.2.1 Pra Pengolahan Data......................................................................................22
III.2.2 Pengolahan Peta Administrasi , Data Kependudukan dan Data Kawasan
Pariwisata Gunung Bromo............................................................................................22
III.2.3 Pengolahan Data Citra Sentinel 1...................................................................22
III.2.4 Pengolahan Data Citra Landsat 8...................................................................23
III.2.5 Penggabungan Seluruh Data ( Overlay).........................................................23
III.3 Tahapan Analisis...................................................................................................23
III.3.1 Analisis Spasial Terkait Parameter Kerawanan Bencana dari BNPB............23
III.3.2 Analisis Spasial Terhadap Tutupan Lahan di Sekitar Area Gunung Bromo..23
3
III.3.3 Analisis Kesesuaian Peta Kerentanan Bencana dengan Peraturan BNPB.....24
III.4 Analisis Hasil Validasi Peta Kerentanan Bencana Terhadap Data Lapangan.......24
Bab IV JADWAL PENELITIAN......................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
4
DAFTAR GAMBAR
5
DAFTAR TABEL
6
Bab I PENDAHULUAN
Diantara banyak sekali gunung berapi di Indonesia yang memasuki kawasan Ring
of Fire, Gunung Bromo merupakan salah satu gunung yang paling terkenal di
Indonesia. Gunung Bromo terkenal karena merupakan salah satu gunung berapi
aktif yang menjadi tempat pariwisata. Saat kondisi aktif normal, Gunung Bromo
merupakan obyek wisata yang sangat menarik untuk dinikmati, namun saat terjadi
erupsi/letusan, Gunung Bromo merupakan sumber potensi bahaya yang
mengancam keselamatan manusia yang ada di sekitarnya (Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi,2007).
Gunung Bromo merupakan sebuah gunung berapi aktif yang terletak di Jawa
Timur. Gunung ini memiliki ketinggian mencapai 2.329 meter di atas permukaan
laut dan berada pada empat wilayah kabupaten. Kabupaten Probolinggo,
Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang. Gunung
Bromo merupakan salah satu obyek wisata terkenal di Indonesia dan Gunung
Bromo ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Gunung ini terkenal karena masih berstatus gunung berapi yang masih aktif
sehingga menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Gunung Bromo
tersebut.
Gunung Bromo telah mengalami banyak sekali letusan dengan interval waktu
yang teratur yaitu 30 tahun mulai dari tahun 1775 sampai sekarang (wikipedia,
2016). Letusan yang teratur hingga sekarang ini jelas menjadi kekhawatiran
7
tersendiri karena dapat membahayakan wisatawan yang berwisata ke Gunung
Bromo jika tiba – tiba terjadi erupsi dari Gunung Bromo tersebut. Oleh karena
itu , peta mengenai kerentanan bencana Gunung Bromo sangat dibutuhkan agar
dampak dari erupsi Gunung Bromo dapat diantisipasi dengan baik.
Urgensi dari penelitian ini sebagai suatu solusi bagi warga sekitar dan wisatawan
di Gunung Bromo untuk dapat menyelamatkan diri ke tempat aman (safety zone)
saat terjadi erupsi Gunung Bromo. Secara tidak langsung dengan adanya
penelitian ini dapat meminimalisir dampak dan kerugian yang terjadi dari bencana
erupsi Gunung Bromo. Serta dapat menjadi referensi bagi pemerintah setempat
dalam menanggulangi jika terjadi bencana erupsi Gunung Bromo.
8
2. Bagaimana analisis spasial terkait dampak bencana erupsi Gunung Bromo
terhadap tutupan lahan di sekitar area Gunung Bromo tersebut?
3. Bagaimana analisis kesesuaian peta kerentanan bencana Gunung Bromo
dalam penelitian ini dengan standar pembuatan peta kerentanan bencana yang
sudah ditetapkan dari BNPB?
4. Bagaimana analisis hasil validasi peta kerentanan bencana Gunung Bromo
terhadap data lapangan?
1. Segi Keilmuan
Manfaat penelitian ini dalam segi keilmuan adalah DEM dari proses
InSAR yang dikombinasikan dengan peta tutupan lahan dari citra landsat 8
serta data – data sekunder lain. Data – data tersebut diolah dan analisis
dengan ilmu SIG sehingga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
kerentanan bencana erupsi Gunung Bromo.
2. Segi Kerekayasaan
Manfaat penelitian ini dalam segi kerekayasaan adalah peta kerentanan
bencana Gunung Bromo dapat digunakan sebagai referensi bagi
9
pemerintah setempat dan BPNB daerah Gunung Bromo terkait dengan
mitigasi bencana erupsi Gunung Bromo.
1. Wilayah Penelitian
Area studi penelitian ini adalah Kawasan Wisata Gunung Bromo (KWGB)
yang merupakan salah satu bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru (TnBTS)
10
Gambar I-1 Lokasi Penelitian di Kawasan Wisata Gunung Bromo
11
BNPB no.2 tahun 2012 . Dari hasil pengolahan tersebut maka akan mendapatkan
peta kerentanan bencana erupsi Gunung Bromo. Langkah terakhir adalah
menganalisis kerugian akibat dampak dari erupsi Gunung Bromo tersebut. Skema
metodologi penelitian dapat dilihat di diagram alir berikut ini.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang , tujuan dan manfaat ,batasan masalah
, metodologi penelitian dan sistematika penulisan laporan
Bab ini membahas mengenai tinjauan pustaka dari ruang lingkup penelitian,
konsep mitigasi bencana, bencana alam erupsi gunung berapi, parameter
kerentanan bencana sesuai PERKA BNPB no.2 Tahun 2012, metode InSAR dan
klasifikasi supervised
12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai langkah – langkah penelitian yang dilakukan mulai
dari persiapan data lalu pengolahan data hingga hasil akhir dari olahan data
tersebut
Bab ini membahas mengenai hasil dan pembahasan pembuatan peta kerentanan
bencana Gunung Bromo , klasifikasi tutupan lahan , sebaran dampak erupsi
Gunung Bromo, kesesuaian peta kerentanan dengan peraturan BNPB dan analisis
ketelitian dari peta kerentanan
Bab ini membahas mengenai kesimpulan yang penulis dapatkan dari penelitian ini
serta saran dari penulis agar penelitian selanjutnya dapat lebih baik dari penelitian
ini.
13
Bab II TINJAUAN PUSTAKA
14
II.2 Kajian Geografis Wilayah Penelitian
Gunung Bromo secara administratif terletak pada provinsi Jawa Timur dan berada
dalam empat wilayah kabupaten sekaligus. Yaitu Kabupaten Probolinggo,
Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang. Secara
geografis Gunung Bromo berada pada posisi 7o 56’ 30’ LU dan 112o57’0’ BT.
Dengan ketinggian mencapai 2.329 meter di atas permukaan laut. Gunung Bromo
masih berada dalam satu kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
(TNBTS) dan tipe Gunung Bromo ini adalah stratovolcano.
II.3 Bencana
Menurut Undang Undang no.24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis (Depdagri,2007).
15
lingkungan (alam) dimana dampak yang ditimbulkan melebihi kemampuan
manusia guna mengatasinya dengan sumber daya yang ada. Bencana sendiri
terdiri dari beberapa macam antara lain sebagai berikut :
- Erupsi eksplosif : Adalah proses keluarnya magma, gas atau abu disertai
tekanan yang sangat kuat sehingga melontarkan material padat dan gas
yang berasal dari magma ke angkasa. Erupsi eksplosif ini terjadi akibat
tekanan gas yang teramat kuat.
- Erupsi Efusif : Peristiwa keluarnya magma dalam bentuk lelehan lava.
Erupsi efusif terjadi karena tekanan gas magmatiknya tidak begitu kuat
sehingga magma dari lubang kepundan hanya tumpah mengalir ke lereng –
lereng puncak gunung tersebut. Contoh erupsi elusif adalah erupsi Gunung
Semeru , erupsi Gunung Merapi dll.
16
Gambar II-4 Perbedaan erupsi eksplosif dan efusif
17
2. Saat tanggap darurat
Tahap tanggap darurat dilakukan saat terjadi bencana jadi tahap – tahap yang
dilakukan pada proses ini antara lain penyelamatan dan evakuasi masyarakat,
pemenuhan kebutuhan dasar para korban bencana , perlindungan terhadap
kelompok yang rentan dan pemulihan dengan segera prasarana dan sarana
vital.
3. Pascabencana
Penyelenggaran penanggulangan bencana pada tahap pascabencana meliputi
rehabilitasi lingkungan yang terkena dampak bencana erupsi dan rekonstruksi
saran dan prasarana yang rusak karena terkena dampak bencana tersebut.
18
II.7 Metode InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar)
InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar) adalah teknik pencitraan radar
aperture sintetik menggunakan pesawat terbang atau satelit dimana tujuan akhir
pengolahannya untuk mengekstraksi tinggi permukaan atau pergeseran dari data
citra kompleks (Cumming and Wong,2005)
InSAR merupakan suatu teknik untuk mendapatkan informasi tiga dimensi dari
permukaan bumi dengan memanfaatkan unsur fasa dari sinyal rada sebagai
sumber informasi tambahan yang diturunkan dari data kompleks radar
(Ismullah,2002). Proses InSAR ini menggunakan 2 Citra radar dimana satu citra
tersebut menjadi citra master dan citra slave. Lalu kedua citra tersebut diolah terus
menerus hingga menjadi DEM yang memiliki data ketinggian yang akurat dengan
data geografis yang sudah akurat juga.
19
diinginkan dan memilih training area untuk tiap ketegori penutup lahan yang
mewakili sebagai kunci interpretasi merupakan klasifikasi terbimbing. Klasifikasi
terbimbing digunakan data penginderaan jauh multispektral yang berbasis
numerik, maka pengenalan polanya merupakan proses otomatis dengan bantuan
komputer. Klasifikasi terbimbing yang didasarkan pada pengenalan pola spektral
terdiri atas tiga tahapan
3. Tahapan keluaran: Tahapan keluaran ini adalah hasil akhir dari klasifikasi. Citra
yang telah di klasifikasi akan terlihat perbedaan tutupan lahannya berdasarkan
warna dari klasifikasi tersebut
Stripmap (SM) - Sebuah mode pencitraan stripmap SAR dimana sapuan tanah
diterangi dengan pulsa yang berjalan secara kontinyu. Sedangkan laser antenna
mengarah ke sebuah azimuth dan elevasi sudut tetap
20
Interferometric Wide Swath (IW) - Data yang diperoleh di tiga sapuan
menggunakan Pengamatan Medan dengan teknik pencitraan Progressive
Scanning SAR (TOPSAR). Dalam mode IW, semburan disinkronisasi dari puncak
ke puncak untuk memastikan keselarasan pasangan interferometric. IW adalah
mode operasional utama dari Sentinel – 1 untuk wilayah daratan.
Extra Wide Swath (EW) - Data yang diperoleh dalam lima sapuan menggunakan
teknik pencitraan TOPSAR . Mode EW memberikan cakupan sapuan yang sangat
besar.
Wave (WV) - Data yang diperoleh dalam stripmap kecil yang disebut "sketsa",
terletak secara berkala dari 100 km di sepanjang jalur. Sketsa diperoleh oleh
akuisisi salah satu sketsa pada incidence angle yang berjarak dekat sedangkan
sketsa berikutnya diperoleh pada incidence angle yang berjarak jauh. WV adalah
mode operasional Sentinel-1 untuk daerah laut lepas.
Sentinel-1 mempunyai beberapa data produk yang dikeluarkan oleh ESA yaitu :
-Level – 1 Single Look Complex (SLC) data yang terdiri dari citra kompleks
dengan amplitude dan fasa
-Level-1 Ground Range Detected (GRD) data dengan hanya intensitas multi-
looked
21
Bab III METODOLOGI PENELITIAN
22
Synthetic aperture Radar (InSAR) yang akan menghasilkan data Digital Elevation
Model (DEM). DEM yang telah dihasilkan ini dapat dilakukan proses analisis
hidrologi untuk menghasilkan aliran lava dari titik erupsi Gunung Bromo menuju
kawasan sekitar Gunung Bromo tersebut. Sehingga kita bisa mengetahui daerah
mana saja yang terdampak aliran lava Gunung Bromo secara akurat
23
III.3.3 Analisis Kesesuaian Peta Kerentanan Bencana dengan Peraturan
BNPB
Analisis kesesuaian peta dilakukan untuk mengetahui apakah hasil peta
kerentanan Gunung Bromo dari penelitian ini sudah sesuai dengan peraturan
pembuatan peta kerentanan bencana dari BNPB. BNPB sudah memiliki aturan
tersendiri mengenai pembuatan peta kerentanan bencana sehingga peta kerentanan
hasil penelitian ini harus dianalisis kesesuaiannya agar memenuhi standar dari
BNPB.
24
Bab IV JADWAL PENELITIAN
Uraian kegiatan yang anak dilakukan dalam penelitian ini mulai dari persiapan
hingga sidang akhir.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Pustaka Dari Internet
Wikipedia (2016) : Gunung Bromo, https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Bromo,
diunduh pada 17 November 2016.
Arcgis (2016) : Closest facility Analysis, http://desktop.arcgis.com/en/arcmap
/latest /extensions/network-analyst/closest-facility.html. Diunduh pada 17
November 2016.
ESA (2016). Sentinel -1 overview. https://sentinel.esa.int/web/sentinel/user-
guides/sentinel-1-sar/overview. Diunduh pada 17 November 2016.
27