STUDI POTENSI
PLTA DI DAS MAMBERAMO
LOKASI ALTERNATIF-1
BLU P3TKEBTKE
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
2021
LAPORAN SITE RECONNAISSANCE
DAFTAR ISI
Hal.
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................................. 1
1.2. TUJUAN .............................................................................................................. 1
1.3. LOKASI PROYEK ................................................................................................ 2
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
Salah satu potensi EBT yang ada di Papua adalah di Wilayah Mamberamo yang berlokasi
di Sungai Mamberamo, Kabupaten Mamberamo Raya, Propinsi Papua. PLTA di DAS
Mamberamo telah diidentifikasi sebagai potensi yang dapat dikembangkan dalam laporan
Hydro Power Potentials Study (HPPS) tahun 1983 dan 1999. Hasil studi dalam dokumen
tersebut menjelaskan terkait Potensi yang terdapat pada DAS Mamberamo yaitu lokasi
Mamberamo 1 sebesar 6,446.30 MW dan Mamberamo 2 sebesar 955.1 MW.
1.2. TUJUAN
Tujuan Studi Potensi PLTA Di DAS Mamberamo 1 dan Mamberamo 2 dilakukan untuk
Mendapatkan gambaran umum terkait potensi daya yang mampu dihasilkan berdasarkan
kondisi terkini sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan PLN dalam
menentukan kelanjutan PLTA di DAS Mamberamo.
Lokasi rencana proyek PLTA di DAS Mamberamo terletak di Daerah aliran sungai (DAS)
Mamberamo, yang secara administratif berada di Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi
Papua. Secara geografis berada pada koordinat 2°26'48.19"S dan 138°12'25.20"E untuk
lokasi Mamberamo 1, sedangkan untuk Mamberamo 2 berada pada koordinat 2°
9'56.38"S dan 137°53'31.20"E. Kabupaten Mamberamo Raya merupakan hasil
pemekaran dari Kabupaten Sarmi dan Kabupaten berdasarkan UU No. 19 Tahun
2007 yang disahkan pada tanggal 15 Maret 2007.
Untuk pelaksanaan pekerjaan “Studi Potendi DAS PLTA Mamberamo” ini, agar
tercapai hasil kerja yang optimal konsultan akan menyiapkan rencana operasional
proyek yang efektif dan efisien. Unsur-unsur utama yang mendukung dan
mempengaruhi jalannya operasional proyek meliputi:
• Personil (Tenaga Ahli dan Tenaga Penunjang)
• Organisasi
• Sistem Koordinasi
• Fasilitas kerja
• Tempat (kantor dan base camp)
Tenaga Ahli merupakan unsur utama dalam pelaksanaan pekerjaan perencanaan. Agar
diperoleh hasil yang baik, penyedia jasa akan menempatkan tenaga ahli dari berbagai
disiplin ilmu sesuai kebutuhan pekerjaan, yang sudah berpengalaman dalam menangani
proyek-proyek yang sejenis.
No Tenaga Ahli
1 Kepala Tim Proyek
2 Ahli Sipil
3 Ahli Hidrologi
4 Ahli Geologi/Geoteknik
5 Ahli Geodesi
6 Ahli Kelistrikan
7 Ahli Finansial
8 Ahli Lingkungan Sosial
Koordinasi yang baik dengan pihak-pihak yang terkait akan sangat diperlukan demi
kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Dan untuk menghindarkan terjadinya kesalahan
persepsi dan demi kelancaran pelaksanaan pekerjaan, maka dalam setiap pengambilan
keputusan penting, konsultan akan selalu berkoordinasi dengan direksi pekerjaan.
Diskusi dan pertemuan-pertemuan dengan direksi akan selalu ditindaklanjuti dengan
berita acara pertemuan atau diskusi.
Secara garis besar fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk menunjang pekerjaan
ini, antara lain:
• Ruang kerja/kantor
Untuk kelancaran pekerjaan ini, maka sangat diperlukan surat pengantar dari pihak
direksi pekerjaan untuk keperluan tersebut. Jenis data yang akan dikumpulkan adalah
sebagai berikut :
b. Pengumpulan dan pengadaan peta topografi dan geologi lokasi studi skala
terbesar yang ada dan telah dipublikasikan.
c. Pengumpulan data hidrologi meliputi data curah hujan harian, data klimatologi,
dan data debit series sampai tahun terkini.
d. Pengumpulan data sarana dan prasarana atau data pemanfaatan air sungai yang
ada di sepanjang sungai Mamberamo.
e. Pengumpulan data dan peta tata guna lahan khususnya di area DAS Sungai
Mamberamo dan lokasi rencana bendungan, powerhouse dan area genangan.
g. Pengumpulan data harga satuan bahan bangunan, upah, dan harga peralatan
h. Pengumpulan data kelistrikan antara lain data pembangkit yang ada dan rencana
pembangkit, rute dan kapasitas transmisi (data jaringan) yang sudah ada maupun
rencana, data kebutuhan listrik pada pusat-pusat beban (load centre), captive
power dan daftar tunggu.
▪ Survei dan dokumentasi akses jalan eksisting dan rencana jalan akses menuju lokasi
bendungan dan powerhouse.
▪ Kunjungan untuk melihat kondisi sungai dan interview dengan masyarakat setempat
terkait kondisi sungai baik di musim penghujan maupun musim kemarau
▪ Survei kondisi dan tata guna lahan saat ini di lokasi rencana PLTA Mamberamo 1 dan
Mamberamo 2
▪ Pengecekan kondisi topografi dibandingkan dengan peta topo dari bakosurtanal dan
pengecekan titik koordinat rencana lokasi bendungan dan powerhouse
▪ Tracking GPS dari kota besar terdekat sampai dengan lokasi PLTA Mamberamo
▪ Kunjungan untuk melihat kondisi visual geologi di daerah rencana bendungan, foto-
foto singkapan batuan kanan kiri sungai, pengukuran strike dip batuan jika ada,
pengambilan sampel berukuran hand specimen untuk deskripsi jenis batuan yang
ada dilokasi, sekaligus verifikasi jenis batuan terhadap informasi dari peta regional,
pengecekan struktur geologi minor mencakup kekar, gores garis, bidang patahan,
dsb yang terdapat pada lokasi sekitar bendungan dan PH.
▪ Survei dan dokumentasi contoh kondisi jalan desa dan perumahan daerah genangan
waduk
Analisa data dan studi terdahulu dilakukan dari laporan terdahulu terkait data Potensi PLTA
Mamberamo. Perencanaan Studi Potensi PLTA ini meliputi titik lokasi pembangkit, rencana
head dan pengukuran arus dan informasi lainnya yang sudah ada pada studi terdahulu.
❖ Hidrologi
Pada bagian ini akan dideskripsikan peta yang berhasil dikumpulkan untuk
pembuatan peta DAS, apakah dari peta Bakosurtanal, peta GIS (Geographic
Information System) atau sumber lainnya beserta tahun keluaran peta. Tampilkan
peta DAS lengkap dengan keterangan sumber peta yang digunakan.
Uraikan tata guna lahan apakah berupa hutan, kawasan perumahan, sawah dan
ladang, lahan kritis dan lain sebagainya. Apabila tersedia peta tata guna lahan akan
lebih baik untuk ditampilkan.
Uraikan data topografi DAS apakah berupa pegunungan atau cenderung datar, serta
ketinggian maksimum yang ada di DAS serta minimum elevasi yg ada di lokasi
rencana bendung.
Pada sub-bab ini Penyusun agar memploting tata letak stasiun hidrometri stasiun
AWLR (Automatic Water Level Recorder) atau staff gauge terhadap lokasi rencana
bendung, apakah di hulu lokasi rencana, di hilir atau di sungai lain di sekitar lokasi
pada peta yang sama menjadi satu dengan ploting data lokasi stasiun klimatologi
dan hujan.
Kemudian Penyusun agar menjelaskan data hidrologi apa saja yang telah diperoleh,
baik nama stasiun, jenis stasiun apakah hujan, iklim AWLR, panjang data dan letak
(lokasi) serta instansi asal data yang dapat berupa dari BMKG, Balai Wilayah Sungai,
Puslitbang Air maupun Dinas Pertanian.
Data Iklim
Data Hujan
masing stasiun hujan sampai dengan jumlah curah hujan tahunannya agar diketahui
rata-rata hujan tahunan masing-masing stasiun. Kemudian ditentukan bulan basah
dan bulan kering.
Data Debit
Penyusun agar menguraikan apabila di lokasi proyek terdapat data debit (AWLR),
jelaskan Stasiun AWLR yang digunakan sebagai referensi meliputi : jumlah stasiun
AWLR, lokasi dan koordinat stasiun AWLR, luas DAS AWLR, panjang pencatatan.
Hasil olahan dan kompilasi dari data debit ditampilkan dalam debit rata-rata harian
atau bulanan dilengkapi dengan tabel dan grafik. Jelaskan debit maksimum, debit
minimum dan debit rata-tara tiap-tiap AWLR.
Pada sub-bab ini Penyusun agar menguraikan analisa data hujan sebelum dipakai
untuk analiss hidrologi. Data curah hujan yang diperoleh dari suatu lokasi
pengamatan kadang kala tidak lengkap, atau kadang kala di daerah tersebut tidak
ada data pencatatan sama sekali, untuk itu perlu dilakukan analisis agar data yang
digunakan mewakili karakteristik daerah proyek yang bersangkutan.
Pada sub-bab ini Penyusun agar menguraikan analisa hujan wilayah (hujan
daerah/DAS). Analisis hujan wilayah dilakukan apabila di DAS lokasi studi ada
beberapa stasiun hujan yang tersedia (tidak hanya 1 stasiun) dan stasiun tersebut
masih berpengaruh terhadap DAS.
Lampirkan hasil perhitungan hujan wilayah dan gambar analisis hujan wilayah, yang
dilengkapi dengan posisi stasiun hujan dan besaran pengaruh hujan.
Kemudian akan ditampilkan juga peta Atlas (Isohayet) yang diterbitkan oleh
Bakosurtanal untuk DAS daerah studi dan gunakan untuk cross cek dengan hasil
analsisi hujan wilayah untuk mengetahui kisaran hujan rata-rata tahunannya apakah
Konsultan akan menguraikan hasil survei banjir dan kekeringan yang dilakukan di
lapangan/lokasi.
Konsultan akan menguraikan tinggi air saat kemarau terkering berdasarkan infomasi
dari warga setempat. Demikian pula informasi saat banjir rata-rata tahunan maupun
banjir terbesar yang pernah terjadi, dan melampirkan dokumentasi jejak banjir yang
terlihat saat survei.
Survei banjir dan kekeringan dilakukan pada saat pengukuran debit dengan
mewawancarai penduduk setempat.
Konsultan akan menguraikan metode perhitungan debit. Jika terdapat data debit di
sungai atau disekitar lokasi studi dan data tersebut dianggap baik dengan data
series yang panjang maka prioritas pertama dalam pembuatan analisa debit
ketersediaan air atau debit andalan adalah menggunakan data debit tersebut.
Analisis aliran rendah cara teoritis diperoleh dengan cara simulasi dari data hujan
hasil analisis hujan wilayah sebelumnya. Untuk PLTA dengan sistim run off river,
sebaiknya dilakukan dengan data harian, atau paling tidak 5 harian. Panjang data
minimum 20 tahun, kecuali kondisi tertentu stasiun yang ada yang dipasang belum
beroperasi sampai 20 tahun.
Motode Teoritis yang dimaksud diantaranya : Model FJ. Mock, N’RECA, Thorwaite,
Model tank dan lain-lain.
Hasil analisis debit andalan ditampilkan dalam kurva durasi lengkung debit
dilengkapi dengan gambar grafik dan tabel debit dengan probabilitas tiap interval
5% atau 10%.
❖ Topografi
Pada sub-bab ini, akan dijelaskan secara ringkas tentang karakteristik topografi
permukaan tanah eksisting (perbukitan, dataran tinggi ataupun dataran rendah,
kemiringan tanah secara umum serta rentang elevasi pada area tersebut) dan
informasi karakteristik sungai yang dimanfaatkan alirannya secara umum (kondisi
arus sungai, bentukan yang ada di sungai, ataupun tingkat kecuraman sungai).
Ketersediaan Data
Data yang disajikan berupa data sekunder dan data primer untuk mendapatkan
informasi geospasial di lokasi studi. Data sekunder dan Data Primer dapat berupa:
▪ Data sekunder:
- Peta Citra Penginderaan Jauh
- Peta Rupa Bumi Indonesia
- Peta Digital Elevation Model Indonesia
- Peta Tematik Lainnya
▪ Data Primer:
- Pengamatan GPS Geodetic
Survey Reconnaisannce
Survey ini adalah bentuk survey untuk mencari informasi dan identifikasi awal di
lapangan mengenai sebuah objek yang akan diteliti. Dalam hal pekerjaan ini, survey
reconnaissance dilakukan dengan tujuan:
▪ Validasi data sekunder yang digunakan
Resume yang dilakukan dari hasil analisa data dan informasi umum berupa:
▪ Kondisi Visual
Berisi informasi lokasi studi secara visual seperti bentuk sungai dan kondisi relief
permukaan tanah
▪ Koordinat Lokasi Studi
Penyusun agar menyampaikan koordinat lokasi-lokasi penting rencana letak
peralatan sesuai layout dan obstacle yang ada di lokasi studi
❖ Geologi
Geologi Regional
Pengumpulan data yang terkait dengan kondisi geologi regional pada daerah PLTA
dilakukan dengan metode desk study dengan melakukan review literatur kondisi
geologi regional yang relevan, peta topografi, peta geologi regional,
penampang/profil geologi serta citra satelit dan foto udara (jika ada).berdasarkan
peneliti terdahulu atau badan/lembaga resmi di Indonesia yang mempublikasi
penelitian terkait bidang geologi (misal : BAKOSURTANAL dan LIPI). Scope
pekerjaannya antara lain mencakup:
• Mengumpulkan dan mereview literatur yang relevan, antara lain peta topografi,
peta geologi, penampang geologi dan foto udara (jika ada).
• Menyiapkan kajian terkait geologi dan struktur regional di lokasi PLTA
berdasarkan data studi terdahulu, serta melakukan survey lapangan untuk
verifikasi data berdasarkan kajian terdahulu.
• Geomorfologi regional, menjelaskan kondisi geomorfologi regional baik secara
morfografi, morfometri, dan morfogenesis.
• Menyiapkan peta (plan) dan profil geologi dalam skala detil (1:5.000) untuk
menganalisis kondisi geologi dan geomorfologi umum di lokasi PLTA.
- bangunan powerhouse
Kriteria pemilihan type, kapasitas dan jumlah unit peralatan pembangkit erat
kaitannya dengan kondisi lokasi, rencana operasi pembangkit sesuai dengan
ketersediaan debit yang ada, perkembangan teknologi terkini, keandalan dan
efisiensi mesin pembangkit, dimensi power house, keterbatasan disain (apabila
ada), harga yang murah dengan memperhatikan proses procurement, disain,
spesifikasi, pengiriman, dan berbagai aspek terkait lainnya.
Secara umum 2 – 4 unit turbin generator dalam satu pembangkit dipilih untuk
menjaga kehandalan operasi, terutama ketika memasuki masa pemeliharaan
Pemilihan tipe turbin pada penjelasan diatas menggunakan selection chart yang
diperoleh berdasarkan catatan/pengalaman dari pemasok turbin dimana turbin
beroperasi optimal pada range debit dan head tertentu. Secara umum turbin
Francis dapat digunakan untuk berbagai keperluan (wide range) dengan head
menengah dan turbin Kaplan dengan adjustable blade untuk head rendah dan
debit yang besar.Turbin Deriaz memiliki konstruksi runner mirip dengan turbin
Kaplan dengan sudut blade yang lebih tajam untuk head medium dan debit yang
besar.
Oleh sebab itu pemilihan tipe, kapasitas dan jumlah unit yang paling optimal
perlu mempertimbangkan keterbatasan disain seperti debit dan head lokasi
terpilih, pola operasi pembangkit, energy yang dibangkitkan, dimensi turbin
generator, ketersediaan lahan untuk lokasi power house, transportasi dan lain
sebagainya.
Daya yang mampu dibangkitkan untuk setiap alternatif lokasi PLTA Konawea
dapat dihitung dengan menggunakan rumus/persamaan sebagai berikut:
P = ρ x g x Q x H x T x G
Dimana:
P : Daya yang mampu dibangkitkan (W)
ρ : Masa jenis air (kg/m3)
g : Gravitasi bumi (m/det2)
Q : Debit pembangkit (m3/det)
H : Net Head (m)
T : Efisiensi Turbin
G : Efisiensi Generator
Dari data lengkung kapasitas waduk, besarnya debit inflow sungai, dan data
tinggi jatuh (head) dapat diestimasi daya dan energi yang dihasilkan dengan
melakukan simulasi operasi waduk dan simulasi operasi pembangkit
Dari hasil update perhitungan energi saat ini maka akan disajikan dengan
perkiraan energi tahunan pada saat studi sebelumnya untuk mengetahui
perubahan kondisi hidrologi terhadap energi pembangkit
Dalam menyusun Studi Kelayakan Proyek, Konsultan akan menampaikan grid code
dan kondisi sistem kelistrikan eksisting, karena PLTM yang akan dibangun, nantinya
harus dapat dioperasikan sesuai dengan grid code terkait dan harus dapat
beroperasi sinkron pada sistem kelistrikan eksisting.
Pada sub-bab ini Konsultan akan mengkaji bagaimana beban tenaga listrik akan
tumbuh pada beberapa tahun kedepan. Periode kajian setidaknya adalah mulai
tahun 0 (tahun terkini) sampai dengan beberapa tahun setelah Proyek PLTA yang
dibangun tersebut beroperasi. Informasi ini nantinya pada pembuatan Neraca Daya
akan digunakan untuk menentukan besar dan tipe pasokan yang harus disediakan
guna memenuhi kebutuhan beban tenaga listrik tersebut.
Melalui kajian ini dapat diperoleh informasi tentang perkiraan kebutuhan beban
tenaga listrik pada tahun-tahun mendatang, yang dapat dipilah berdasarkan jenis
penggunanya (pengguna industri, komersial, rumah tangga, sosial, dsb) ataupun
jenis bebannya (beban dasar, menengah dan beban puncak). Juga bisa diperoleh
informasi tentang perkiraan kurva beban dan load factor / faktor beban serta kurva
lama beban pada tahun-tahun mendatang.
Pembangkit Listrik
memiliki periode cakupan 10 tahun, dan disyahkan oleh Menteri ESDM. Dalam
RUPTL ini seharusnya PLTM yang sedang dibuat FS-nya ini sudah tercantum dalam
daftar.
Konsultan akan menyalin data dari RUPTL yang memuat daftar pembangkit yang
akan dibangun dan beroperasi dalam beberapa tahun mendatang, termasuk proyek
PLTM ini. Dalam daftar ini perlu ditampilkan informasi tentang Nama Pembangkit,
Jenis Pembangkit, Kapasitas Pembangkit, Pihak yang akan bertindak sebagai pemilik
(PLN atau IPP) dan tahun rencana COD (Commecial Operation Date).
Pada sub-bab ini akan menampilkan data yang terdapat dalam RUPTL tentang
pengembangan saluran transmisi dan gardu induk beberapa tahun mendatang di
sistem tempat PLTA ini akan dibangun.
Selain dari RUPTL informasi rencana pengembangan saluran transmisi dan Gardu
Induk bisa diperoleh dari Rencana Pengembangan Sistem Tenaga Listrik yang
dilakukan oleh PLN Wilayah setempat. Informasi dari RUPTL dan dari PLN Wilayah
harus di-cross check dan dikaji mana yang paling tinggi tingkat kepastian
realisasinya.
Konsultan akan melakukan kajian terkait akan disalurkan kemana energi yang
dibangkitkan oleh PLTA yang sedang dibuat FS-nya ini. Apakah saluran transmisi
dan Gardu Induknya sudah tersedia dan mencukupi, sudah tersedia namun tidak
mencukupi atau belum tersedia tapi sudah ada dalam daftar di RUPTL atau PLN
Wilayah diatas. Harus diteliti juga apakah jadwal operasi saluran transmisi dan
Gardu Induk yang akan dibangun tsb sesuai dengan jadwal. Dalam mengusulkan
kemana energi dari PLTA harus disalurkan, Konsultan akan berkonsultasi dan
berkoordinasi dengan pihak terkait seperti Divisi Perencanaan Sistem dan PLN
Wilayah.
Konsultan akan memastikan bahwa hal-hal terkait penyaluran energi dari PLTA tidak
mengalami kendala baik dalam keadaan normal maupun darurat. Selain itu
Konsultan akan mengkaji dari mana kebutuhan daya untuk peralatan bantu PLTA
diperoleh pada saat kondisi start-up dan shut- down maupun house load baik pada
keadaan normal ataupun darurat.
❖ Neraca Daya
Kajian Neraca Daya ditujukan untuk melihat dari tahun ke tahun apakah pembangkit
yang ada di sistem dapat memenuhi beban tenaga listrik yang ada sesuai
persyaratan yang ditetapkan.
Beban tenaga listrik yang menjadi perhatian adalah beban puncak, yaitu beban
terbesar yang terjadi di sistem tenaga listrik dalam periode tertentu. Untuk periode
harian, di Indonesia umumnya beban puncak terjadi pada periode waktu antara jam
17 sampai dengan jam 22, yaitu ketika aktifitas perniagaan dan perindustrian di
masyarakat telah selesai dan konsumen tenaga listrik mulai menyalakan
penerangan dan menghidupkan peralatan listrik lainnya. Hal ini menandakan bahwa
konsumen tenaga listrik PLN umumnya masih didominasi oleh konsumen rumah
tangga. Jika kondisi perindustrian di suatu daerah lebih dominan, maka beban
puncak bisa bergeser waktunya ke siang hari.
Kondisi paling minimum yang diharapkan dari Kajian Neraca Daya adalah ketika
beban tenaga listrik yang ada (dinyatakan dalam beban puncak) setidaknya sama
dengan daya mampu pembangkit yang ada di sistem. Ini berarti tidak ada beban
tenaga listrik di sistem yang tidak terlayani oleh pembangkit yang tersedia.
Kajian aspek legal dan kajian lingkungan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
▪ Analisa pengaruh genangan antar PLTA/PLTM apabila ada pembangki di hulu atau
hilir rencana PLTA Mamberamo 1 dan 2
▪ Analisa tata guna lahan dan status lahan di lokasi rencana PLTA Mamberamo 1 dan
Mamberamo 2 , apakah lahan saat ini bisa dipergunakan untuk PLTA
▪ Analisa pengaruh genangan antar PLTA/PLTM apabila ada pembangkit di hulu atau
hilir rencana PLTA Mamberamo 1 dan Mamberamo 2
▪ Analisa tata guna lahan dan status lahan di lokasi rencana PLTA Mamberamo 1 dan
Mamberamo 2, apakah lahan saat ini bisa dipergunakan untuk PLTA
▪ Informasi terkait jenis perizinan yang diperlukan oleh PLN untuk pengembangan
PLTA PLTA Mamberamo 1 dan Mamberamo 2
Penilaian risiko, pemetaan risiko dan tindakan untuk mengamati dan mengurangi risiko
dilakukan untuk mendapatkan suatu jaminan pencapaian proses dan tujuan. Suatu
strategi manajemen risiko yang efektif memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi
kekuatan proyek, kelemahan, kesempatan dan ancaman dengan merencanakan
kejadian-kejadian yang tidak diharapkan, sehingga manajemen proyek dapat disiapkan
untuk mengambil tindakan jika hal-hal yang tidak diharapkan tersebut terjadi. Untuk
memastikan keberhasilan proyek, jika diperlukan harus ada suatu upaya untuk
mengatasi potensi risiko yang teridentifikasi, memitigasinya atau menghindari masalah-
masalah yang mungkin terjadi.
Kategori Risiko
Mitigasi risiko dilakukan untuk melakukan penanganan risiko baik untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya risiko (pencegahan/preventif), untuk memperkecil potensi
dampak yang ditimbulkannya (pemulihan), mengalihkan (mentransfer) risiko ke pihak
lain maupun penanganan risiko untuk memperkecil kemungkinan dan dampaknya
sekaligus. Adapun analisis mitigasi risiko sebagai berikut:
Analisis Finansial
Pada segi keekonomian, analisis kelayakan proyek pada dasarnya ditekankan
terhadap analisis kelayakan keuangan/finansial dan pada analisis ekonomi secara
makro.
Evaluasi kelayakan finansial secara prinsip memandang bahwa pembangunan
proyek oleh perusahaan swasta, termasuk juga pemerintah bertujuan untuk
memajukan kepentingan ekonomi perusahaan dan kesejahteraan lingkungan
dengan ukuran tingkat efisiensi penanaman modal yang mengindikasikan masih
adanya keuntungan finansial.
- Dihitung perihal pembiayaan dari pinjaman temasuk total loan principle, loan
balance, total debt service, serta debt service coverage.
- Dilakukan perhitungan biaya operasi dan pemeliharaan. Baik biaya operasi dan
pemeliharaan tetap (fixed O & M) maupun tidak tetap (variable O & M). Fixed O
& M termasuk biaya kantor, manajemen, tenaga kerja, pajak, asuransi dan
pemeliharaan peralatan pembangkit.
- Dari keempat tahapan sebelumnya diatas dapat dihitung nilai energi terjual, total
investasi, serta total biaya operasi dan pemeliharaan.
- Setelah nilai-nilai tersebut diketahui, maka dikorelasikan dengan asumsi atau
data-data dasar yang wajar seperti pajak, discount rate, dan depresiasi sehingga
dapat diketahui perkiraan tarif jual listrik yang layak.
- Dilakukan analisis sensitivitas serta perhitungan parameter tingkat kelayakan
yang nil. Seperti nilai NPV, GBCR, NBCR, IRR, ARR maupun DSCR.
- Untuk mengetahui tingkat kelayakan suatu proyek dari segi keekonomian, maka
nilai parameter-parameter nil tersebut dibandingkan dengan nilai-nilai batasnya.
- Jika perhitungan mengindikasikan nilai yang belum atau tidak layak, dapat
dilakukan koreksi atau evaluasi terhadap besaran biaya konstruksi, komposisi
modal, maupun asumsi-asumsi yang digunakan.
Parameter dasar dalam analisis finansial pada umumnya adalah menyangkut hal-hal
antara lain sebagai berikut:
- Energi Pembangkitan
- Estimasi Biaya Konstruksi
- Organisasi Tenaga Kerja Pembangkit
- Asumsi dan Data Dasar Keekonomian
Tarif energi listrik yang dijual dari pembangkit ke PLN pada awal tahun operasi,
ditentukan dengan mengacu pada biaya pembangkitan. Tarif energi listrik diambil
dari Biaya Produksi Pembangkitan per kWh pada akhir umur ekonomis, Rp/kWh
sebagai variasi tarif energi listrik pada PLTA.
Aliran uang dalam proyek pembangunan pembangkit listrik dan operasinya sangat
dipengaruhi oleh model atau skema rencana pembiayaan (Project Financing Plan).
Pada rencana umum pembiayaan proyek ditentukan atau diputuskan kelompok
biaya pembangunan sekaligus pembebanannya terhadap pihak-pihak yang terlibat
baik JOB maupun lender.
Biaya konstruksi, biaya lain sebelum konstruksi, biaya lain setelah konstruksi dan
biaya pajak pertambahan nilai. Biaya ini sebagian dibebankan pada JOB sebagai
equity dan sisanya dibebankan kepada lender sebagai loan.
success fee, komitmen fee, bank/agent fee, bank guarantee cost, bank
guarantee interest, dan biaya-biaya lain. Biaya ini dibebankan seluruhnya kepada
JOB.
Nilai-nilai yang diasumsikan serta data-data yang merupakan hasil perhitungan atau
simulasi analisis finansial yang dilakukan, harus dievaluasi tingkat kerentanan atau
perubahannya. Metode yang sering digunakan untuk mengevaluasi tingkat
kerentanan atau perubahan tersebut adalah Metode Analisis Sensitivitas. Parameter
keekonomian yang terpilih sebagai indiaktor kelayakan proyek diharapkan memiliki
tingkat sensitivitas yang relatif stabil untuk jangka waktu yang cukup panjang, serta
juga stabil terhadap perubahan kondisi politik dan ekonomi.
Dari hasil pengumpulan data, kunjungan lapangan, dan analisis dan kajian menyeluruh
selanjutnya dapat disusun kesimpulan terkait Studi Potensi PLTA Mamberamo 1 dan
Mamberamo 2 berdasarkan kondisi terkini sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil
keputusan PLN dalam menentukan kelanjutan PLTA Mamberamo 1 dan Mamberamo 2.
3.1. UMUM
Rencana kerja ini disusun berdasarkan kebutuhan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
konsultan sesuai dengan ruang lingkup yang tercantum dalam kerangka acuan kerja
dan metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan.
Rencana kerja ini akan digunakan sebagai pedoman maupun alat untuk memantau
perkembangan pekerjaan dan target perkembangan yang harus dicapai dalam tiap
tahap pekerjaan, sehingga pelaksanaannya dapat berjalan secara efisien dan efektif.
Rencana kerja ini dibuat agar konsultan melaksanakan tugasnya dengan baik, serta
dapat menghemat waktu dan bekerja secara efisien dan efektif, sehingga seluruh tugas
yang diberikan oleh pemberi tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan mencapai
tujuan seperti yang tertera dalam kerangka acuan pekerjaan ini.
Program kerja ini akan dilaksanakan oleh konsultan berdasarkan waktu yang telah
ditentukan oleh pemberi tugas, walaupun untuk penyusunan laporan ini diperlukan
waktu yang lebih lama lagi.
Rencana kerja ini dibuat agar konsultan melaksanakan tugasnya dengan baik, serta
dapat menghemat waktu dan bekerja secara efisien dan efektif, sehingga seluruh tugas
yang diberikan oleh pemberi tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan mencapai
tujuan seperti yang tertera dalam kerangka acuan pekerjaan ini.
Program kerja ini akan dilaksanakan oleh konsultan berdasarkan waktu yang telah
ditentukan oleh pemberi tugas, walaupun untuk penyusunan laporan ini diperlukan
waktu yang lebih lama lagi.
Berdasarkan metodologi yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka untuk
melaksanakan pekerjaan ini dibuat suatu program kerja secara rinci dapat dibagi dalam
beberapa tahapan sebagai berikut :
➢ Tahap Pendahuluan
▪ Pekerjaan Persiapan
▪ Studi Meja
▪ Pengumpulan Informasi dan Data Sekunder
▪ Kunjungan (Survei) Lapangan
▪ Penyusunan Laporan Site Reconanssance
1. Analisa Topografi
▪ Analisis kondisi topografi hasil survei dan peta hasil pengumpulan peta topografi
▪ Analisis data kondisi tanah dan batuan berdasarkan hasil survei dan peta geologi
3. Analisa Hidrologi
▪ Analisis debit andalan atau debit ketersediaan air untuk dipergunakan dalam
analisis kapasitas dan energi pembangkit untuk kondisi saat ini.
Dari data lengkung kapasitas waduk, besarnya debit inflow sungai, dan data tinggi
jatuh (head) dapat diestimasi daya dan energi yang dihasilkan dengan melakukan
simulasi operasi waduk dan simulasi operasi pembangkit
Membuat estimasi biaya proyek pembangkit listrik berdasarkan pra desain studi
terdahulu. Metode analisis untuk perkiraan biaya proyek, termasuk data penunjang
dan referensi, harus disetujui oleh Pemberi Kerja.
makro.
Pada tahap ini dilakukan penyusunan laporan seluruh hasil pengumpulan data sekunder,
hasil survei lapangan, analisis kajian pembangkit baik dari analissi Hidrologi, topografi
dan geologi, studi kelistrikan, apek hokum perijinan dan lingkungan, kajian resiko dan
kajian ekonomi dan finansial seperti yang telah diuraikan dalam Kerangka Acuan Kerja.
Sesuai dengan ketentuan dalam KAK, jangka waktu pelaksanaan untuk pekerjaan Studi
Pembangkit adalah 60 (enam puluh) hari kalender.
September Oktober
NO KEGIATAN
W1 W2 W3 W4 W1 W2 W3 W4
1 Persiapan
Penyusunan Rencana Kerja
Persiapan Administrasi
2 Pengumpulan data literatur
Data curah hujan
Data geologi
Data kelistrikan
Data Lingkungan
Data Peta Kehutanan DAS Mamberamo
Data Potensi Industri DAS Mamberamo
Data Potensi PLTA DAS Mamberamo
Studi-Studi terdahulu DAS Mamberamo
Data Sekunder Hidrologi
Data kegempaan Radius 50 km
Peta Topografi (RBI, Denmas)
Data Perizinan Rencana PLTA Swasta
3 Survei dan Pengambilan data lapangan
Survei
Survei kondisi jalan akses dan jembatan
Survei identifikasi lokasi Quarry, Borrow Area dan spoil bank
4 Pembuatan dan Penyusunan Laporan
Analisa Topografi
Analisa Hidrologi
Analisa Geologi
Analisa Lingkungan
Kajian Kelistrikan
Tata Letak dan profil Lokasi serta potensi Pembangkit
Analisa Perkiraan blaya
Penentuan Skala Prioritas
5 Serah Terima Hasil Pekerjaan
Draft Final Kajian Potensi DAS Mamberamo
Laporan Final Kajian Potensi DAS Mamberamo
Jadwal kunjungan lapangan yang dilakukan diuraikan pada tabel berikut ini.
Bulan 1
No. Aktivitas
15 16 17 18 19 20 21
1 Perjalanan dari Jakarta ke Jayapura
2 Koordinasi Dinas ESDM Provinsi
3 Perjalanan ke Mamberamo Raya
4 Koordinasi PEMDA-PLN
5 Survei Lokasi-1
6 Perjalanan kembali ke Jayapura
7 Diskusi Provinsi
8 Perjalanan kembali ke Jakarta
Uraian singkat perjalanan menuju lokasi pekerjaan dapat dilihat pada penjelasan tabel
berikut.
Makassar -
±3 ½ jam Waktu tempuh ± 3 ½ jam perjalanan dengan
Jayapura pesawat terbang dari Bandara Sultan Hasanuddin
penerbangan
menuju Bandara Sentani di Kabupaten Jayapura,
Papua.
Jayapura-
±1 jam Untuk menuju Kabupaten Mamberamo Raya terdapat
Mamberamo
tiga opsi antara lain:
Penerbangan
- Opsi mengunakan pesawat subsidi dari Pemda
atau 28 Jam
Setempat Mamberamo setiap hari selasa
Kapal Laut
(seminggu sekali) dari bandara sentani menuju
Bandara Kasonaweja
- Opsi menggunakan kapal laut setiap hari rabu
siang (seminggu sekali) dari Pelabuhan Jayapura
menuju Pelabuhan Kasonaweja.
- Opsi sewa Pesawat khusus melayani rute ke
Mamberamo.
Foto-foto kondisi akses menuju lokasi rencana PLTA Mamberamo 1 dan 2 dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Peta pada gambar dibawah ini merupakan peta Kawasan kehutanan wilayah Kabupaten
Mamberamo Raya dengan tambahan lokasi PLTA Mamberamo 1 dan 2.
Peta lokasi PLTA Mamberamo 1 dan 2 dapat dilihat pada gambar berikut.
Genangan
Waduk
Gambar 10. Peta Potensi PLTA Mamberamo 1 – Lokasi Bendungan dan Genangan Waduk
Untuk genangan pada bendungan PLTA Mamberamo 2 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
PLTA Mamberamo 2 memiliki ketinggian 20 m sampai 30 m dikarenakan kondisi sungai datar.
Area genangan berupa long storage atau sangat kecil di sepanjang sungai. Karena tinggi jatuh
merupakan tinggi jatuh dari bendungan maka posisi powerhouse juga di dekat kaki atau tapak
hilir bendungan.
Gambar 11. Peta Potensi PLTA Mamberamo 2 – Lokasi Bendungan dan Genangan Waduk
Gambar 13. Peta Stasiun Hidrometri/Hidrologi dari Sistem Informasi Hidrologi dan
Kualitas Air – SDA PU
Gambar 14. Peta Stasiun Iklim dan Hujan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika
Berikut ini adalah peta tatak letak stasiun hujan/klimatologi terhadap lokasi potensi pembangkit
yang dipilih yaitu stasiun hujan otomatis dari BMKG, stasiun hujan Wamena dan Dok Jayapura.
Gambar 15. Peta Stasiun Hujan yang dipilih untuk Lokasi Studi
Data curah hujan dan iklim diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG). Stasiun
hujan Sarmi dan Stasiun Dok Jayapura, banyak data yang bolong atau tidak terisi yang
dimungkinkan karena alat rusak atau dalam perbaikan.
Dengan demikian stasiun hujan dan iklim yang dipakai yaitu stasiun Wamena yang berada di
bandara Wamena. Data hujan stasiun ini akan di cek nantinya dengan peta Atlas hujan dan
disesuikan agar lebih mendekati kondisi sebaran hujan di DTA/DAS Mamberamo yang sangat
besar.
Data Iklim
Data klimatologi diperoleh dari stasiun Wamena, dimana stasiun ini adalah stasiun klimatologi
terdekat dari lokasi proyek dimana posisi koordinatnya adalah 4°4'12”LS dan 138°69'60” BT
dengan ketersediaan data iklim dan hujan selama 17 tahun dari tahun 1999 sampai dengan
2017. Daerah studi sebagaimana halnya daerah lain di Indonesia beriklim tropika basah yang
dipengaruhi dua angin musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan.
Beberapa parameter meterologi dari pos Meteorologi Wamena, yang dapat menggambarkan
kondisi iklim daerah proyek adalah sebagai berikut:
❖ Suhu Udara
Data suhu udara diperoleh dari stasiun Wamena seperti yang terlihat pada gambar di
bawah ini, suhu udara rata-rata bulanan terletak pada kisaran 18.73°C sampai 20.05°C.
18.50 18.73
18.00
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
❖ Kelembaban
Data kelembaban udara stasiun Wamena seperti yang terlihat pada grafik di bawah adalah
kelembaban rata-rata tertinggi bulanan 84.75%, minimum 79.27%, dan kelembaban udara
rata-rata tahunan adalah 82.61%.
Kelembaban Udara- Rata-Rata Bulanan
86.00
84.75
85.00 84.96
Kelembaban Relatf (%)
84.00 83.02
82.72
83.35
83.00 82.13 82.84 82.74
82.00 81.89 82.79
81.00 80.92
80.00
79.27
79.00
78.00
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
❖ Kecepatan angin
Data kecepatan angin yang tercatat di Stasiun Wamena seperti yang terlihat pada grafik di
bawah ini menunjukkan kecepatan rata-rata tertinggi 2.94 m/detik dan minimum adalah
2.22 m/detik dan rata-rata sebesar 2.68 m/detik.
1.50
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
❖ Penyinaran Matahari
Penyinaran matahari merupakan data yang sangat bervariasi di beberapa daerah di
Indonesia. Data ini bervariasi pula dari satu lokasi ke lokasi lain sesuai ketinggian.
Data penyinaran matahari diperoleh dari stasiun Wamena. Data rata-rata bulanan
memperlihatkan bahwa penyinaran matahari tertinggi adalah 5.58 jam dan penyinaran
rata-rata terpendek 4.12 jam, dan rata-rata penyianaran matahari selama 4.79 jam.
Lama Penyinaran Matahari - Rata-Rata Bulanan
7.00
Penyinaran Matahari (jam)
6.00
5.58
4.86 4.81 5.25 5.23
5.00 5.05
4.88
4.61 4.73
4.27
4.00 4.12 4.12
3.00
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Data Hujan
Data hujan diperlukan untuk analisa hujan, analisa banjir dan analisa ketersediaan air apabila
tidak ada data pengamatan debit (data AWLR) yang relative panjang atau tidak ada sama sekali
di lokasi studi.
Data hujan stasiun Wamena yang merupakan stasiun otomatis yang berada di bandara Wamena
yang berhasil dikumpulkan dari tahun tahun 1999 sampai dengan 2017. Hasil olahan dari
stasiun curah hujan harian tersebut di atas, berupa curah hujan tahunan dan curah hujan
bulanan rerata ditampilkan dalam gambar dan tabel berikut ini.
Average 197 197 239 221 136 123 124 111 157 163 160 168 2008
Berdasarkan data hujan tersebut dapat diketahui bahwa pada stasiun Wamena memiliki curah
hujan tahunan rerata sedang yaitu pada kisaran 1981 mm. Curah hujan tahunan tertinggi tahun
2012 ssebesar 2672 mm dan terendah tahun 2015 sebesar 960 mm.
Berdasarkan gambar di atas curah hujan hampir terjadi sepanjang tahun, dengan hujan tinggi
pada bulan Desember sampai dengan April. Dan hujan bulanan yang lebih rendah terjadi antara
bulan Mei sampai dengan Nopember.
Peta topografi diperlukan untuk menentukan batas Daerah Tangkapan Air (DTA) atau DAS yang
berkontribusi terhadap aliran di sungai mamberamo di lokasi rencana pengambilan debit (intake
bendungan).
Titik lokasi pengambilan air merupakan titik yang sangat penting yaitu lokasi rencana
bendungan. Titik ini menjadi awal penentuan Daerah Tangkapan Air (DTA), yang menjadi unsur
penting dalam analisa debit air sungai. Dari titik bendungan tersebut dibuat garis batas DTA,
dengan prinsip sebagai berikut:
▪ DTA harus mencakup seluruh sungai dan cabang sungai yang ada, dihitung dari titik
bendungan ke arah hulu sungai (daerah bagian atas dari titik bendungan)
▪ Garis batas DTA dibuat sedemikian rupa sehingga titik hujan yang jatuh di dalam DTA
akhirnya akan masuk ke sungai dititik bendungan. Biasanya garis batas DTA berupa garis
pada puncak punggungan bukit pemisah dengan sungai lain, atau lembah lain. Sungai
atau lembah lain ini dalam pengertian bahwa hujan yang jatuh tidak akan masuk ke sungai
dalam DTA dan tidak sampai ke titik bendungan.
▪ Garis batas DTA harus tertutup, dimulai dari titik bendungan hingga bertemu ke titik
bendungan lagi dari sisi sebelahnya.
Peta topografi juga digunakan untuk menentukan lokasi stasiun hujan, automatic water level
recorder (AWLR) debit dan stasiun meteorologi yang yang ada yang akan dipakai dalam analisa
apakah letaknya di dalam atau di sekitar DTA. Selain itu peta topografi juga digunakan untuk
menentukan karakteristik DTA seperti panjang sungai utama, kemiringan rata-rata dan
ketinggian titik-titik dalam DTA. Peta Daerah Tangkapan Air (DTA) rencana bendungan PLTA
Mamberamo 1 dan PLTA Mamberamo 2 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Dari peta topografi yang diperoleh dengan melakukan penentuan batas DTA pada maka dapat
diketahui luas DTA di rencana intake bendungan PLTA Mamberamo 1 sebesar 73.300 km2 dan
di rencana intake bendungan PLTA Mamberamo 2 sebesar 74.990 km2.
Dari hasil kunjungan lapangan adanya jaringan distribusi 20 KV eksisting disekitar Desa
Kasonaweja, dimana jarak antara rencana pembangkit PLTA Mamberamo 1 & 2 dengan
jaringan 20 KV Kasonaweja diperkirakan sekitar 27 km ke hulu Dari lokasi Mamberamo
1 dan 33 km ke hilir dari lokasi mamberamo 2 mengikuti jalur sungai.
Sistem di Kasonaweja masih merupakan sistem isolated dengan jam nyala + 8 jam dan
masih disuplai oleh PLTD
Berikut peta dan jarak sistem Kasonaweja ke Lokasi PLTA Mamberamo 1 & 2.