Anda di halaman 1dari 37

Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral


Republik Indonesia

PELAKSANAAN DAN PENTARIFAN POWER WHEELING


PADA NEGARA LAIN

Gigih Udi Atmo, S.T., M.EPM., Ph.D.


Direktorat Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan
Yogyakarta, 3 Juni 2021
DAFTAR ISI

01 Pengaturan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik di Beberapa Negara 3

02 Metode Perhitungan Tarif Pemanfaatan Bersama Jaringan Tenaga Listrik 13

03 Usulan Pertimbangan Pengaturan Power Wheeling di Indonesia 21


PENGATURAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DI BEBERAPA NEGARA

3
PENGATURAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DI BEBERAPA NEGARA (1)

Jepang

Meksiko India
Filipina
Thailand

Afrika
Selatan

4
PENGATURAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DI BEBERAPA NEGARA (1)
Jepang
Reformasi sektor ketenagalistrikan

Liberalisasi Electric Power Market Reformasi ke-5 dari Sektor Ketenagalistrikan

Sumber: Final Report Data Collection Survey on New Power Supply Scheme by Using Power Wheeling in Indonesia, JICA & TEPCO (2016)
5
PENGATURAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DI BEBERAPA NEGARA (2)
Jepang
Kementerian/Lembaga/Badan Pengatur
• Meskipun otoritas pengatur terkait sistem tenaga listrik adalah Electricity Market Surveillance Commission, saat ini berada di
bawah Ministry of Economy, Trade and Industry (METI), ia juga tunduk pada peraturan yang disediakan oleh Fair Trade
Commission of Japan (sesuai dengan Antimonopoly Act).
• Organization for Cross-regional Coordination of Transmission Operators, yang berafiliasi dengan semua perusahaan listrik,
telah dibentuk secara independen, dengan mempertimbangkan pembuatan aturan non diskriminatif terkait sistem tenaga
listrik.

Regulatory Rates Sistem Transmisi dan Distribusi


• Tarif transmisi dan distribusi tunduk pada peraturan yang mewajibkan penghitungan biaya total (unit rate ditetapkan
sehingga biaya yang diperkirakan untuk periode masa depan tertentu (berdasarkan tahun bisnis) sama dengan pendapatan
tarif. Untuk tingkat tegangan tertentu di lokasi demand, tarif yang terdiri dari tarif dasar dan energy charge, ditetapkan
masing-masing untuk EHV, HV, dan LV.
• Metode penghitungan tarif ditentukan oleh Peraturan Menteri untuk memastikan bahwa sektor ritel utility dan Power
Producer & Supplier akan bersaing secara adil.

Sumber: Final Report Data Collection Survey on New Power Supply Scheme by Using Power Wheeling in Indonesia, JICA & TEPCO (2016)
6
PENGATURAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DI BEBERAPA NEGARA (3)
Thailand
Penyederhanaan Regulasi: Pengaturan Tarif dan Pelaku Usaha:
• Hingga tahun 1992, terdapat 3 perusahaan tenaga listrik yaitu: EGAT (Electric
Generating Authority of Thailand) di sisi pembangkitan dan transmisi; MEA
(Metropolitan Electricity Authority) dan PEA (Provincial Electricity Authority) di
sisi distribusi.
• Mulai tahun 1992, perusahaan swasta mulai masuk bisnis pembangkit. Selain itu,
SPP (Small Power Producer) untuk kapasitas 10-90 MW dan VSPP (Very Small
Power Producers) untuk kapasitas <10 MW telah muncul.

Kementerian/Lembaga/Badan Pengatur: Regulatory Formula:


Retail price = basic fixed costs + automatic adjustment price
Basic fixed costs/base tariff = construction costs for power
equipment + basic fuel costs + repair costs

Automatic Adjustment Price:

Sumber: Final Report Data Collection Survey on New Power Supply Scheme by Using Power Wheeling in Indonesia, JICA & TEPCO (2016)

7
PENGATURAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DI BEBERAPA NEGARA (4)
Filipina
Penyederhanaan Regulasi: Pengaturan Tarif dan Pelaku Usaha:
• Reformasi bisnis ketenagalistrikan dilakukan berdasarkan Electric
Power Industry Reform Act (EPIRA) yang disahkan Juni 2001
• Setelah itu, dilakukan langkah-langkah liberalisasi seperti penjualan
gaset pembangkit NPC ke swasta, mengalihkan hak bisnis
Transmission Corporation (TransCo), pendirian Wholesale Electricity
Spot Market (WESM) dan pengenalan open access jaringan transmisi.
• Dengan pemberlakuan EPIRA, dilakukan privatisasi NPS dan dibagi
menjadi sektor pembangkitan, transmisi, dan distribusi & penjualan Regulatory Formula:
tenaga listrik. Max. allowed revenue = (Max. allowed revenue in previous year x
{1+ Change in Weighted Index – Productivity factor)) – Correction
Kementerian/Lembaga/Badan Pengatur: Factor – Portion of the net income derived

Sumber: Final Report Data Collection Survey on New Power Supply Scheme by Using Power Wheeling in Indonesia, JICA & TEPCO (2016)
8
PENGATURAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DI BEBERAPA NEGARA (5)
India
• Kementerian Ketenagalistrikan yang mengatur sektor energi listrik
Isu yang dihadapi sektor ketenagalistrikan di India: dibentuk pada 2 Juli 1992 bertanggung jawab atas perencanaan,
• Complex arrangements: Pemerintah, Pemda, swasta perumusan kebijakan, pemrosesan investasi proyek, pemantauan
• Inkonsistensi kebijakan pelaksanaan proyek, diklat tenaga kerja, serta administrasi dan
• Distorsi tarif regulasi ketenagalistrikan.
• Demand-supply gap • Dalam struktur pemerintahan federal India, pemerintah pusat maupun
• Ketergantungan tinggi terhadap batubara pemerintah negara bagian terlibat dalam menetapkan kebijakan dan
• Cautious reform & restructuring regulasi sektor kelistrikan. Hal ini mengharuskan pemerintah pusat dan
• Multiple operational challenges pemerintah negara bagian untuk menandatangani nota kesepahaman
untuk membantu mempercepat proyek di masing-masing negara
bagian.
• Karnataka Electricity Regulatory Commission berpandangan perlu
untuk merevisi biaya power wheeling untuk proyek pembangkit EBT
Non-REC dan fasilitas perbankan, dengan mempertimbangkan: situasi
supply demand, Renewable Purchase Obligation (RPO) yang dipenuhi
oleh ESCOM, biaya pembangkit EBT yang semakin kompetitif, dan
integrasi skala besar proyek pembangkit EBT ke jaringan.
• Salah satu yang menarik adalah pengaturan wheeling charges untuk
proyek pembangkit EBT yang teregister REC vs non REC:
ü PLTS untuk konsumsi sendiri non REC dikenakan 50% biaya power
wheeling dan losses
ü PLTS untuk konsumsi sendiri yang teregister REC dikenakan 100%
biaya power wheeling dan losses
Sumber: Discussion Paper on “Wheeling Charges nad Banking Facility for Renewable Energy Power Projects” (2020)
9
PENGATURAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DI BEBERAPA NEGARA (6)
Afrika Selatan
• Eskom mengizinkan power wheeling dengan kondisi sebagai
berikut:
ü Pembangkit harus memiliki izin pengoperasian dari NERSA
termasuk persetujuan untuk transaksi wheeling
ü Baik konsumen maupun pembangkit (yang terletak dalam
satu atau antar dua jaringan kota) harus merupakan
pelanggan Eskom dan tidak ada ekspor energi ke jaringan
Eskom
ü Pembangkit akan diminta menandatangani perjanjian
penyambungan dan penggunaan sistem dengan Eskom. Jika
pembangkit memasok dalam satu area kota, maka
• Pembangkit menjual langsung produksi energi listrik kepada konsumen perjanjian penyambungan dan penggunaan sistem perlu
tenaga listrik (bukan kepada utility – Eskom) dengan memanfaatkan dibuat dengan Pemerintah Kota. (Perjanjian ini mengacu
jaringan milik utility. pada Perjanjian Power Wheeling dan mencantumkan daftar
• National Energy Regulator of South Africa (NERSA) telah menerbitkan pembeli energi listrik)
aturan biaya jaringan untuk penyaluran energi listrik oleh pihak ketiga, ü Pembeli energi harus setuju mengizinkan Eskom melakukan
dimana perdagangan bilateral diperbolehkan, termasuk di dalamnya rekonsiliasi power wheeling dengan menandatangani
mengatur besaran wheeling cost. amandemen perjanjian jual beli tenaga listrik existing
• NERSA memiliki kewenangan menerbitkan izin pembangkit dan izin ü Akses pihak ketiga ke jaringan akan diterapkan untuk
penyaluran energi listrik oleh pihak ketiga. pembangkit ≤ 300 MW
• Setiap tahun, Eskom mengajukan permohonan persetujuan biaya ü Pembangkit tidak terhubung ke tegangan rendah (<1 kV)
tersebut kepada NERSA (mencakup biaya penggunaan sistem untuk
generator).
Sumber: Process and pricing for the third party transportation of energy (wheeling) over Eskom networks due to a bilateral trade (2012)
10
PENGATURAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DI BEBERAPA NEGARA (7)
Afrika Selatan Reliability services (pembangkit
Network charges (T&D)
Eskom & wheeled energy)

Losses (T&D) Network charges


Biaya yang dibayarkan Cost of energy losses (pembangkit
pembangkit Biaya yang dibayarkan
Reliability services (System ops.) Eskom & wheeled energy)
konsumen
Contribution to socio-economic
Service & admin charges (T&D) subsidies
Service & admin charges

= 0,754 centUSD/kWh
(1 Rand = 0,073 USD)

Sumber: Process and pricing for the third party transportation of energy (wheeling) over Eskom networks due to a bilateral trade (2012)
11
PENGATURAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DI BEBERAPA NEGARA (8)
Meksiko • Biaya transmisi diterapkan pada proyek EBT didasarkan pada
• Pada Desember 2013, kerangka hukum baru memisahkan Centro postage stamp rate
Nacional de Control de Energía (CENACE) (Pusat Pengendalian • Wheeling fee untuk pembangkit EBT lebih rendah
Energi Nasional) dari CFE menjadi pusat kendali nasional dibandingkan pembangkit fosil dan perubahannya hanya
independen yang dimiliki dan dikendalikan oleh pemerintah. untuk mengakomodir inflasi, sehingga pengembang PLTB
• Modifikasi lain yaitu liberalisasi penyediaan tenaga listrik (open memiliki kepastian terkait future costs.
wholesale market), meningkatkan penggunaan sumber EBT dan • Wheeling charge termasuk: biaya penggunaan infrastruktur,
losses, layanan transmisi, dan biaya tetap administrasi
secara signifikan membatasi monopoli CFE sebagai pembeli dan
kontrak interkoneksi.
pemasok tenaga listrik.
• Investor swasta dapat mengembangkan, memelihara, dan Wheeling charges Agustus 2015
mengoperasikan transmisi (aset transmisi dimiliki pemerintah). 1 MXN = 0,05 USD
• Undang-Undang Industri Ketenagalistrikan telah menetapkan
Clean Energi Certificates (CEL) sebagai mekanisme pendukung
baru. Persyaratan CEL menetapkan bahwa 5% total konsumsi
listrik harus berasal dari sumber EBT pada tahun 2018.

Wheeling
charges
terkini

Sumber: Wheeling & banking Strategies for Optimal Renewable Energy Deployment: International Experiences (2016)
12
METODE PERHITUNGAN TARIF PEMANFAATAN BERSAMA JARINGAN TENAGA
LISTRIK

13
METODE PERHITUNGAN TARIF PEMAANFATAN BERSAMA JARINGAN TENAGA LISTRIK
Short-run Incremental Cost pricing (SRIC): memerlukan evaluasi perhitungan biaya operasional terkait power
wheeling (ditentukan dengan operasi optimal power flow (OPF) yang memperhitungkan semua constraint pembangkit dan
transmisi

Long-run Incremental Cost pricing (LRIC): memerlukan evaluasi semua biaya jangka panjang (operasional dan
pengembangan) untuk mengakomodasi power wheeling dan menetapkan biaya power wheeling
Metode Incremental Transmission
Pricing Short-run Marginal Cost pricing (SRMC): biaya operasi yang timbul (tidak memperhitungkan biaya pengembangan)
(mengalokasikan biaya tambahan/biaya variabel
karena adanya daya tambahan pembangkit sebesar 1 MW dalam suatu transaksi power wheeling/perbedaan biaya marjinal bus
dari transaksi transmisi)
pembangkit dan bus beban

Long-run Marginal Cost pricing (LRMC): present value dari investasi masa depan yang dibutuhkan untuk mendukung
peningkatan beban marjinal di lokasi berbeda dalam sistem

Postage stamp method: mengalokasikan biaya transmisi berdasarkan besarnya daya


yang ditransaksikan
Roll in methods
Contract path method: dalam metode ini jalur khusus antara titik kirim dan terima daya
dipilih untuk transaksi power wheeling.

Metode Embedded Transmission MW-Mile method


Pricing (mengalokasikan embedded system
costs/fixed costs kepada seluruh pengguna sistem Network-based methods
transmisi) MVA-Mile method

Proportional sharing based: metode ini menghitung sharing biaya transmisi untuk
tiap pelanggan dari saluran transmisi tertentu menggunakan faktor sensitivitas.
Flow-based methods
Sumber: A Comprehensive Review of Embedded Transmission Pricing Method. Baseeem Khan & Ganga Circuit theory based: penelusuran aliran daya berdasarkan pemisahan pembangkit dan
Agnihotri (2013) beban yang berkontribusi pada saluran tersebut
14
PERBANDINGAN ANTAR METODE PERHITUNGAN TARIF PEMAANFATAN BERSAMA JARINGAN TENAGA LISTRIK
Metode Cost Transparansi Mendorong Stabilitas Non Mengakomodasi Kemudahan Ketersediaan Data Total
Recovery Efisiensi Harga Diskriminatif Daya VAR Implementasi
Teknis Non Teknis
Postage Stamp v v x v x x v v v 6
Contract Path v x x v x x v v v 5
MW-mile/km (Load Flow v v v - v x - v v 6
Based)
MVA-mile/km (Load Flow v v v - v v - v v 7
Based)
MVA-mile/km (Optimal v v v - v v x v v 6
Power Flow)
Proportional sharing - - - - - - - v - 1
based
Circuit theory based - - - - - - - v - 1
Locational Marginal Price - x v x v v x v v 5
(LMP)
SRIC - - v x v - - v - 2
LRIC - v v v v - - v - 4
v = ya, x = tidak, - = tidak dapat didefinisikan
Pertimbangan metode perhitungan tarif power wheeling: topologi jaringan, efisiensi keekonomian (memperhitungkan biaya/pemakaian, rugi-
rugi, congestion), tarif obyektif (pendapatan yang memadai, adil, stabil dan dapat diprediksi), mudah diimplementasikan (mempertimbangkan
SDM dan teknologi penunjang, kompleksitas)
Sumber: “Pemanfaatan Bersama Jaringan Tenaga Listrik(PBJT)” Prof. Sasongko Pramono Hadi (2016)

15
PENERAPAN PEMANFAATAN BERSAMA JARINGAN TENAGA LISTRIK DI BEBERAPA NEGARA
No Negara Metode Keterangan
1 Nord Pool System: Denmark, Finlandia, Postage Stamp Harga sewa jaringan berbeda dari satu titik (bus) ke titik yang lain
Swedia, Norwegia, Estonia, dan Lithuania
2 Irlandia Postage Stamp 25% biaya transmisi ditanggung pembangkit dan 75% ditanggung beban
3 Afrika bagian selatan power pool: Awalnya Postage
Angola, Botswana, Lesotho, Malawi, Stamp. Sejak tahun
Mozambik, Namibia, Swaziland, 2003 berubah
Tanzania, Zaire, Zimbabwe, dan Afrika metode menjadi MW-
Selatan km
4 Jamaika MW-km
5 Inggris Raya Nodal Pricing 27% biaya transmisi ditanggung pembangkit dan 73% ditanggung beban
6 Amerika Serikat: PJM System (13 negara Nodal Pricing 100% biaya transmisi ditanggung pembangkit
bagian dan Distrik Colombia)
7 Brazil Nodal Pricing 50% biaya transmisi ditanggung pembangkit dan 50% ditanggung beban
8 Malaysia MW-mile • Sistem tenaga listrik di Peninsular
• Owner & Maintenance: TNB
• Tegangan transmisi: 132 kV, 275 kV, dan 500 kV
• National grid terinterkoneksi dengan sistem transmisi Thailand (di
utara) dan sistem transmisi Singapura (di selatan)
Sumber: “Pemanfaatan Bersama Jaringan Tenaga Listrik(PBJT)” Prof. Sasongko Pramono Hadi (2016)

16
ILUSTRASI POSTAGE STAMP METHOD VS MW MILE METHOD
Postage Stamp Method MW Mile Method

Wheeling customer = 5 GWh Asumsi Transmission cost = Rp 5 Miliar Asumsi Transmission cost = Rp 5 Miliar
Non wheeling customer = 45 GWh Wheeling customer = 5 GWh Wheeling customer = 5 GWh
Wheeling distance = 300 km Wheeling distance (d) = 100 km Wheeling distance (d) = 400 km
Asumsi Transmission cost = Rp 5 Miliar Asumsi Wheeling tariff: Asumsi Wheeling tariff:
d≤100 km = Rp 80/kWh d≤100 km = Rp 80/kWh
Wheeling tariff = Rp 5 milyar/(25+15+5+5) GWh 100<d ≤ 300 km = Rp 100/kWh 100<d ≤ 300 km = Rp 100/kWh
= Rp 100/kWh 300<d ≤500 km = Rp 120/kWh 300<d ≤500 km = Rp 120/kWh
Income = 45x100x10^6 + 5x100x10^6 = Rp 5 Miliar
Income = Transmission cost Income = 45x100x10^6 + 5x80x10^6 Income = 45x100x10^6 + 5x120x10^6
= Rp 4,9 Miliar = Rp 5,1 Miliar
Income < Transmission cost Income > Transmission cost

Postage Stamp Method tidak memperhitungkan


Income dari wheeling customer sangat bergantung pada besaran wheeling distance
wheeling distance, sehingga total income dari wheeling
(cenderung menguntungkan untuk wheeling distance jauh dan berlaku sebaliknya)
customer dan non wheeling customer stabil
Sumber: Final Report Data Collection Survey on New Power Supply Scheme by Using Power Wheeling in Indonesia, JICA & TEPCO (2016)
17
WHEELING COST & WHEELING TARIFF DENGAN POSTAGE STAMP METHOD
1 Mengidentifikasi T&D operational expense untuk setiap level
tegangan
1

2
3 Wheeling cost = HV Wheeling Operation Expense (HVWOE) +
MV Wheeling Operation Expense (MVWOE) + LV Wheeling
4 Operation Expense (LVWOE)
HVWOE = HV Operation Expense (HVOE) – MVWOE portion of
HVOE – LVWOE portion of HVOE
MVWOE = MV Operation Expense (MVOE) – LVWOE portion of
MVOE + MVWOE portion of HVOE
LVWOE = LV Operation Expense (LVOE) + LVWOE portion of
HVOE + LVWOE portion of MVOE
2 Menghitung Anciliary Services (AS) expense Annualy reserved energy = ∫0
-./0
𝑆𝐿 𝑡 𝑥 %𝐴𝐺𝐶 𝑑𝑡 = %𝐴𝐺𝐶 𝑥 𝑛𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑑.
AS expense adalah besaran biaya pengaturan SL(t) = beban sistem pada waktu t, 8760 = periode 1 tahun
pembangkit yang bertujuan untuk menjaga kestabilan
frekuensi sistem (contoh: Automatic Generation AS cost = Average Generation Cost x anually reserved energy
= Average Generation Cost x %AGC x net production
Control/AGC) = %AGC x Total Generation Cost
Sumber: Final Report Data Collection Survey on New Power Supply Scheme by Using Power Wheeling in Indonesia, JICA & TEPCO (2016)

18
WHEELING COST & WHEELING TARIFF DENGAN POSTAGE STAMP METHOD
3 Menghitung Adequate Business Return (ABR)
Terdapat 3 pendekatan:
1 • Rate of Return (RoR): memungkinkan operator untuk recover
biaya operasi dan modal dengan formula tarif relatif mudah
diikuti dan operator tidak akan mendapatkan keuntungan
berlebih. Namun, tidak memberikan insentif untuk
penghematan biaya (inefisiensi). Untuk awal penerapan power
2 wheeling direkomendasikan menggunakan pendekatan ini;
%RoR = Financial Cost / Book Value
3
ABR for wheeling = %RoR x T&D Book Value
4 • Price cap: memisahkan keuntungan operator dari biaya dengan
menetapkan ceiling price transmisi. Pendekatan ini memberikan
insentif kepada operator untuk memaksimalkan keuntungan
dengan meminimalkan biaya dan memungkinkan utility menjaga
penghematan biaya. Namun total pendapatan tidak dibatasi dan
tidak mendukung Demand Side Management (DSM) untuk
penurunan emisi GRK;
• Revenue cap: mengatur pendapatan maksimum yang diizinkan
diperoleh utility. Pendekatan ini memberikan insentif kepada
operator untuk memaksimalkan keuntungan dengan
meminimalkan biaya. Pendapatan maksimum dipisahkan dari
jumlah tenaga listrik yang disalurkan setelah pendapatan
mencapai batas (ceiling), sehingga mendukung DSM untuk
penurunan emisi GRK.
Sumber: Final Report Data Collection Survey on New Power Supply Scheme by Using Power Wheeling in Indonesia, JICA & TEPCO (2016)

19
WHEELING COST & WHEELING TARIFF DENGAN POSTAGE STAMP METHOD
4 Menghitung Wheeling Cost & Average Wheeling Tariff untuk
setiap level tegangan
1 HV Wheeling Cost = HV Wheeling Expense + AS Cost + ABR
MV Wheeling Cost = MV Wheeling Expense + AS Cost + ABR
LV Wheeling Cost = LV Wheeling Expense + AS Cost + ABR

89:;
2 Average HV Wheeling Tariff = ;<=>?@ AB==C=D (89FG9FH9)
G9:;
3 Average MV Wheeling Tariff = ;<=>?@ AB==C=D (G9FH9)
H9:;
4 Average LV Wheeling Tariff = ;<=>?@ AB==C=D (H9)

5 5 Menentukan porsi biaya tetap dan biaya variabel power


wheeling
Belum ada teori mapan perhitungan porsi biaya tetap dan biaya
variabel dari power wheeling. Hal terpenting adalah konsensus
dari para pihak berkepentingan.

Sumber: Final Report Data Collection Survey on New Power Supply Scheme by Using Power Wheeling in Indonesia, JICA & TEPCO (2016)

20
USULAN PERTIMBANGAN PENGATURAN POWER WHEELING DI INDONESIA

21
DASAR HUKUM

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan


• Pembangunan ketenagalistrikan bertujuan untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik dalam jumlah yang cukup, kualitas
yang baik, dan harga yang wajar (Pasal 2 ayat 2)
• Harga jual tenaga listrik dan sewa jaringan tenaga listrik ditetapkan berdasarkan prinsip usaha yang sehat, dengan
persetujuan Pemerintah atau Pemda (Pasal 33 ayat 1 & 2)
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
• Usaha transmisi/distribusi tenaga listrik wajib membuka kesempatan pemanfaatan bersama jaringan transmisi untuk
kepentingan umum sesuai dengan kemampuan kapasitas jaringan transmisi/distribusi (Pasal 4/5 ayat 1 & 3)
• Kewajiban membuka kesempatan pemanfaatan bersama jaringan transmisi/distribusi dilakukan melalui sewa jaringan
antara pemegang IUPTL yang melakukan usaha transmisi/distribusi dengan pihak yang akan memanfaatkan jaringan
transmisi/distribusi dengan persetujuan harga Menteri/Gubernur (Pasal 4 ayat 2)
• Jual beli atau sewa jaringan tenaga listrik antar pemegang IUPTL tidak memerlukan IUPTL baru dan dilakukan berdasarkan
RUPTL (Pasal 12 ayat 1 & Pasal 25 ayat 1)
• Harga jual tenaga listrik dan sewa jaringan tenaga listrik dapat disesuaikan berdasarkan perubahan unsur biaya tertentu
atas dasar kesepakatan bersama yang dicantumkan dalam PJBL atau sewa jaringan tenaga listrik (Pasal 39 ayat 4)

22
PROFIL WILAYAH USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DI INDONESIA (1)
1. PT PLN BATAM

Total:
Pulau Batam dan sekitarnya, kecuali yang ditetapkan Pemerintah sebagai wilayah usaha bagi badan 1. PT KARIANGAU POWER
usaha lainnya atau koperasi 1. PT TELUK SUMBANG ENERGI
Kawasan Industri Kariangau, Kota Balikpapan
2. PT PANBIL UTILITAS SENTOSA Kawasan Pemukiman Penduduk Kampung
2. PT KALTIM DAYA MANDIRI

54 Wilayah Usaha
Kawasan Industri Panbil, Kota Batam Teluk Sumbang , Kab Berau
Kawasan Industri Kaltim Estate, Kota Bontang
3. PT TUNAS ENERGI 2. PT LONG BELIU TAU ENERGI
3. PT KALIMANTAN POWERINDO
Kawasan Industri Tunas, Kota Batam Kawasan Pemukiman Penduduk Long Beliu,
Wilayah Usaha Industri PT SBSA danPT KD
Kab Berau
4. PT BATAMINDO INVESTMENT CAKRAWALA Mineral IDN, Kab. Kutai Kartanegara
Kawasan Industri Batamindo, Kota Batam
3. PT SINANG PURI ENERGI
4. PT INDO PUSAKA BERAU
Kawasan Pemukiman Penduduk Desa
5. PT Bintan Resort Cakrawala Kawasan pertambangan PT Berau Coal, Kab.
Merabu, Kab Berau
: Belum Operasi : 11
Kawasan Pariwisata Terpadu Bintan Resort, Kec. Teluk Sebong, Kab. Bintan Berau
6. PT Bintan Inti Industrial Estate : Sudah Operasi : 43
Kawasan Industri Bintan, Desa Teluk Lobam, Kec. Seri Kuala Lobam, Kab. Bintan 1. PT BAKRIE POWER
1. PT SUMBER ALAM SEKURAU Kawasan Industri KimiaPT Batuta Chemical
Area Pertambangan PT Pesona Khatulistiwa Industrial Park, Kab. Kutai Timur
1. PT SOMA DAYA UTAMA Nusantara, Kab. Bulungan 2. PT KAYAN HYDRO ENERGY
Kawasan Pulau Karimun Zona I, Kab. Karimun Kab. Bulungan, Provinsi Kaltara & Kawasan
2. PT KARIMUN POWER PLANT Industri Sangkulirang,
Kawasan Pulau Karimun Zona II, Kab. Karimun Kab. Kutai Timur, Provinsi Kaltim
3. PT Bintan Alumina Indonesia 1. PT WEDA BAY ENERGI
KEK Galang Batang, Kab. Bintan 1. PT ENERGIA PRIMA Kawasan Industri PT IWIP (PT WBN)
NUSANTARA Kab. Halmahera Tengah, Prov. Maluku Utara
1. PT MABAR ELEKTRINDO Kawasan Tambang Batubara, Kab.
Kawasan Industri Medan, Kota Medan Kapuas
2. PT SURYA BORNEO INDUSTRI 1. PT KARAMPUANG MULTI DAYA
2. PT NATRUSTPARADIGMA LISTRIK MANDIRI
Kawasan Industri PT Surya Borneo Desa Karampuang, Kab. Mamuju
Kawasan Industri Medan Star (KIM Star), Kab. Deli Serdang
Industri, Kab. Kotawaringin Barat
1. PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
1. PT PERKEBUNAN NUSANTARA III
Kawasan Operasional PT Adaro, Kab. Tabalong
Kawasan KEK Sei Mangkei, Kab. Simalungun
2. PT WIJAYA TRIUTAMA PLYWOOD INDUSTRI
1. PT ENERGI PELABUHAN Kawasan Industri di PT Wijaya Tritama Plywood Industri,
1. PD TUAH SEKATA INDONESIA PT Basirih Industrial, dan PT Intan Wijaya Internasional,
Kec. Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Teluk Meranti dan Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Tbk, Kota Banjarmasin
Kawasan Teknopolitan, Kab. Pelalawan Kota Jakarta Utara
1. PT UNITED POWER 1. PT BIOGREEN POWER JAYAPURA
Kawasan Industri Kaliwungu, Kab. Kendal
1. PT DWI MAHARANI-NADI KUASA BERSEKUTU. SDN. BHD. JOINT Kawasan PT Tunas Sawa Erma, Kab. Boven Digoel
VENTURE
Desa Semelinang Tebing, Kab. Indragiri Hulu 1. PT INDONESIA MOROWALI INDUSTRIAL PARK
2. PT RIAU PERKASA ENERGI Kawasan Industri PT IMIP, Kab. Morowali
Kawasan Industri Pelindo, Kawasan Pengembangan Pelabuhan Terpadu 1. PT CIKARANG LISTRINDO
Kawasan Industri Jababeka, Kab. Bekasi
2. PT BEKASI POWER 1. PT SULTRA ENERGI INDONESIA
1. PT KRAKATAU POSCO ENERGY Kawasan Industri PT Kendari Industrial Pratama, Kab.
Wilayah PT Gerbang Teknologi Cikarang, Kab. Bekasi
Area Pabrik Baja Terpadu PT KP`dan Area pengembangan CRM #2 PT KP, Konawe Selatan
Kota Cilegon 3. PT TATAJABAR SEJAHTERA
Kawasan Industri Kota Bukit Indah, Kab. Karawang dan Kab.
2. PT KRAKATAU DAYA LISTRIK
Purwakarta 1. PT MIKRO KISI SUMBA
Kawasan Krakatau Industrial Estate Cilegon I,II,III, dan PT Krakatau Tirta
4. PT DIAN SWASTIKA SENTOSA – KARAWANG 1 Kawasan Pemukiman Penduduk di Kabupaten Sumba
industri (Stasiun Pompa Cidanau) serta Anyer Beach Hotel (Hotel Patra
Timur, NTT
Jasa), Prov Banten Wilayah Pabrik PT Indah Kiat Pulp & Paper, Kab. Karawang 1. PT LAMONG ENERGI INDONESIA
3. PT SUMBER TENAGA LESTARI 5. PT DIAN SWASTIKA SENTOSA – KARAWANG 2 Terminal Teluk Lamong
Kawasan City Light Apartment Ciputat, Kota Tangerang Selatan Wilayah Pabrik PT Indah Kiat Pulp & Paper, Kab. Karawang 2. PT BERKAH KAWASAN MANYAR SEJAHTERA
4. PT MERAK ENERGI INDONESIA 6. PT TEGAR PRIMAJAYA
Kawasan Industri dan Pergudangan Maruda Center, Kab. Bekasi
Kawasan JIIPE, Kab. Gresik
3. PT PUPUK INDONESIA ENERGI
Selainnya adalah:
Pabrik Sucofindo Adi Usaha, Kab. Serang
5. PT DIAN SWASTIKA SENTOSA – SERANG MILL
Wilayah Pabrik PT Indah Kiat Pulp & Paper, Kab. Serang
7. PT CIBINONG CENTER INDUSTRIAL ESTATE
Kp. Pasir Tangkil RT 013 RW 005, Bandarjati, Klapanunggal,
Kompleks Industri PT Petrokimia Gresik Unit II
Wilayah Usaha PT PLN (Persero)
6. PT DIAN SWASTIKA SENTOSA – TANGERANG MILL
Wilayah Pabrik PT Indah Kiat Pulp & Paper, Kota Tangerang Selatan
Kab. Bogor
(Kepmen ESDM 634-12/20/600.3/2011)

23
PROFIL WILAYAH USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DI INDONESIA (2)

Saat ini, wilayah usaha terintegrasi (memiliki pembangkit) masih didominasi oleh pembangkit fosil (PLTU, PLTGU, PLTG, PLTMG,
PLTD).

24
PELUANG PEMANFAATAN BERSAMA JARINGAN TENAGA LISTRIK DI INDONESIA
Wilayah Usaha PLN Wilayah Usaha PT X Peluang:
• Terdapat potensi EBT, namun berada di luar
PT X / IPP
wilayah usaha
G • Terdapat potensi demand EBT dari pelanggan
wilayah usaha yang termasuk perusahaan
PT X RE100
• Terdapat potensi excess power pembangkit
PLN
G G EBT dari pemegang IUPTL di luar wilayah
usaha
Tantangan:
IUPTLS G • Pemerintah memiliki target potensi EBT
sebesar 23% dari bauran energi nasional pada
tahun 2025
• Keterbatasan lahan pemegang wilayah usaha

Pemanfaatan bersama jaringan tenaga listrik (power wheeling) dapat “menjembatani” peluang dan tantangan yang ada

25
CONTOH KASUS: PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY(1)
Skema 1: Power Wheeling

1 2 3
Government
Electricity Law No. Ministry MEMR No.1 /
Regulation No. 14 /
30 / 2009 2015
2012

Power Wheeling Tariff PLN


Scheme (approved by
Government)
Electricity from PGE’s Assets in
West Java: Power Wheeling
Kamojang (~9MW) Nike’s Factories
Masigit (~55 MW)

West Java

Banten

26
CONTOH KASUS: PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY(2)
Skema 1: Power Wheeling Keterangan Skema Transaksi:
1. PGE menggunakan existing SAGS
Pabrik NIKE
2. PGE menggunakan Existing Power Plant
3. PGE menggunakan skema sewa jaringan Bersama (PGE & PLN)
4. PJBL (NIKE & PGE)
Jalur Transmisi Existing
Kontrak: Kontrak sewa jaringan bersama (PGE dan PLN)
NIKE Perizinan: IUPTL Penjualan (PGE)
Pajak: Invoice (Toll Fee) dari PLN ke PGE
• PPh 23 (sewa jaringan) sebesar 15% dibayar PGE (dipotong dari invoice PLN)
• PPh 15 % akan dibayarkan PGE langsung ke Dirjen Pajak
PLN

Power Plant Existing Kontrak: PJBL (NIKE dan PGE)


Perizinan: IUPTL Pembangkitan (PGE)
PGE Pajak: Invoice (Penjualan Listrik) dari PGE ke NIKE:
• Potensi PPN sebesar 10% dibayar NIKE (ditambahkan
dalam invoice PGE)
Note: • PPN 10 % akan diteruskan PGE ke Dirjen Pajak
Demand from NIKE’s Manufacturers:
• PT Chang Shin Cikarang = 11 MW
Steam & Piping
• PT Chang Shin Karawang = 9.4 MW Existing
• PT Chang Shin Leles = 4 MW
• PT Chang Shin Majalengka = 5 MW

27
CONTOH KASUS: PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY(3)
Skema 2: Tripartite Agreement (PGE, NIKE, PLN)

Pembayaran Listrik
Pajak: Invoice (penjualan listrik) dari PGE ke PLN
- Tidak ada perubahan skema pajak (as it is)
Listrik
- Tetap menggunakan all Inclusive 34%)

Tripartite Agreement

Listrik + jasa distribusi

Pembayaran Listrik + jasa distribusi

Keterangan Skema Transaksi Tripartite:


1. PGE menggunakan existing power plant
2. PLN menggunakan existing transmisi
3. Penyaluran listrik dari PGE ke NIKE menggunakan jaringan transmisi/distribusi PLN

Pokok-pokok perjanjian Tripartite:


1. PGE menjual listrik kepada PLN dari existing power plant (Kamojang)
2. PLN membayar listrik kepada PGE sesuai dengan listrik yang diserap (TOP kontrak existing + penggunaan listrik NIKE) dengan harga jual
listrik PGE existing
3. PLN menjual listrik kepada NIKE dengan harga jual listrik PLN yang mencakup harga dasar listrik + biaya transmisi (toll fee)
4. NIKE membayar listrik kepada PLN sesuai dengan listrik yang digunakan dengan harga jual listrik PLN
28
Power Wheeling Concept

1 2 3

Government
Electricity Law Ministry MEMR
Regulation No.
No. 30 / 2009 No.1 / 2015
14 / 2012

Power Wheeling PLN

Tariff Scheme
(approved by
Government)
Electricity from PGE’s
Assets in West Java:
Kamojang (~9MW) Power Wheeling Nike’s Factories
Masigit (~55 MW)

West Java

Banten
TERIMA KASIH

30
PENGATURAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DI BEBERAPA NEGARA (2)
Norwegia • Penyederhanaan Regulasi:
UU Energi mewajibkan seluruh penyedia tenaga listrik dan operator transmisi / distribusi untuk
mendapatkan izin masing-masing. Selain itu, pemisahan perizinan juga diperlukan antara
transmisi/distribusi dan pembangkitan/penjualan.
• Pengaturan Tarif dan Pelaku Usaha:

• Kementerian/Lembaga/Badan Pengatur Regulatory Formula


Revenue cap = 40% x cost base + 60% x cost norm

Revenue cap mengatur pendapatan maksimum yang


diizinkan yang dapat diperoleh utility.

Sumber: Final Report Data Collection Survey on New Power Supply Scheme by Using Power Wheeling in Indonesia, JICA & TEPCO (2016)
31
PENGATURAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DI BEBERAPA NEGARA (3)
Jerman • Penyederhanaan Regulasi:
Menindaklanjuti 1st EU Electricity Directive yang menginstruksikan deregulasi tenaga listrik, Jerman
melanjutkan deregulasi penuh penjualan retail serta pemisahan transmisi dan distribusi listrik dari
pembangkitan dan retail. Hasilnya, 8 perusahaan swasta berkonsolidasi menjadi 4 perusahaan yang
terintegrasi secara vertikal yaitu E.ON, RWE, EnBW dan Vattenfall.
• Kementerian/Lembaga/Badan Pengatur Regulatory Formula
Revenue cap = Permanently controllable cost + (Efficient
cost + Inefficient cost) x (∆CPI – Efficiency factor) +
Quality element + (Settlement of) Regulatory account

• Pengaturan Tarif dan Pelaku Usaha:

Sumber: Final Report Data Collection Survey on New Power Supply Scheme by Using Power Wheeling in Indonesia, JICA & TEPCO (2016)
32
PENGATURAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DI BEBERAPA NEGARA (4)
Inggris • Penyederhanaan Regulasi:
Hingga tahun 1990, sektor pembangkit, transmisi, dan distribusi dimonopoli oleh operator sektor publik.
Namun, aspek negatif dari monopoli yang dinasionalisasi menjadi sorotan dan sebagai hasilnya UU
Ketenagalistrikan 1989 disahkan pada Juli 1989 dan diberlakukan pada Maret 1990.
• Pengaturan Tarif dan Pelaku Usaha: Regulatory Formula
Revenue set with Incentives for delivering Innovation &
Outputs (RIIO)

• Kementerian/Lembaga/Badan Pengatur

TOTEX terbagi menjadi Slow money dan Fast money.


• Fast money adalah porsi dari TOTEX yang diizinkan
untuk direcover oleh operator pada tahun berjalan.
• Slow money ditambahkan terlebih dahulu ke
Regulatory Asset Value (RAV) tetapi operator diizinkan
untuk memungut depresiasi terkait dan pengembalian
RAV.

Sumber: Final Report Data Collection Survey on New Power Supply Scheme by Using Power Wheeling in Indonesia, JICA & TEPCO (2016)

33
PENGATURAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DI BEBERAPA NEGARA (5)
Australia
• Penyederhanaan Regulasi:
Sejak tahun 1990an, Pemerintah negara bagian telah mengambil langkah-langkah menuju deregulasi. Pada 2013, 6 dari 8 negara
bagian/kawasan telah sepenuhnya dideregulasi.
• Pengaturan Tarif dan Pelaku Usaha:

Sumber: Final Report Data Collection Survey on New Power Supply Scheme by Using Power Wheeling in Indonesia, JICA & TEPCO (2016)

34
PENGATURAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DI BEBERAPA NEGARA (6)
Australia
• Kementerian/Lembaga/Badan Pengatur • Regulatory Formula

Sumber: Final Report Data Collection Survey on New Power Supply Scheme by Using Power Wheeling in Indonesia, JICA & TEPCO (2016)

35
PENGATURAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DI BEBERAPA NEGARA (7)
Amerika Serikat • Pengaturan Tarif dan Pelaku Usaha:

• Penyederhanaan Regulasi:
Sebagai akibat krisis minyak dan krisis listrik California pada tahun 1970-an, Public Utilities Regulatory Policies Act (PURA), yang diberlakukan
pada tahun 1977, membuka pintu untuk deregulasi listrik. Deregulasi yang dimulai di sektor pembangkit mengalami kemajuan bertahap,
seperti mewajibkan akses terbuka ke operator transmisi dan membentuk operator independen yang menjamin netralitas.
Sumber: Final Report Data Collection Survey on New Power Supply Scheme by Using Power Wheeling in Indonesia, JICA & TEPCO (2016)
PENGATURAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DI BEBERAPA NEGARA (8)
Amerika Serikat

• Kementerian/Lembaga/Badan Pengatur • Regulatory Formula

Sumber: Final Report Data Collection Survey on New Power Supply Scheme by Using Power Wheeling in Indonesia, JICA & TEPCO (2016)
37

Anda mungkin juga menyukai