Anda di halaman 1dari 33

KEBIJAKAN DAN REGULASI

TERKAIT PENGUSAHAAN DAN IZIN OPERASI

Oleh:

Afrizal
Kasubdit Penyiapan Usaha Ketenagalistrikan

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN


KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Jakarta, 24 November 2016
PENGELOLAAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
PENGUASAAN
Regulasi, kebijakan, dan standar
Menyediakan dana untuk:
Kelompok masyarakat tidak mampu;
NEGARA Pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik di
daerah yang belum berkembang;
PEMERINTAH Pembangunan tenaga listrik di daerah terpencil dan
PEMERINTAH DAERAH perbatasan; dan
Pembangunan listrik perdesaan.

PENGUSAHAAN
PEMEGANG IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (IUPTL)

BUMN* BUMD** SWASTA** KOPERASI** SWADAYA MASYARAKAT**

* : Prioritas Pertama 1
** : Diberikan kesempatan sebagai penyelenggara UPTL
terintegrasi untuk wilayah belum berlistrik
1
DIREKTORAT
DJK 2015
KEMENTERIAN
JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 1
KEBIJAKAN PENGUSAHAAN KETENAGALISTRIKAN
(UU 30 Tahun 2009 dan PP 14 Tahun 2012)

Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dikuasai oleh Negara dan diselenggarakan


oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Pelaksanaan oleh Pemerintah dan Pemda dilakukan oleh BUMN (PLN) dan
BUMD.
BUMN (PLN) diberi prioritas pertama.
Badan Usaha Swasta, Koperasi dan Swadaya Masyarakat dapat berpartisipasi.
Untuk wilayah yang belum mendapatkan pelayanan tenaga listrik, diberi
kesempatan kepada BUMD, badan usaha swasta, atau koperasi sebagai
penyelenggara usaha penyediaan tenaga listrik terintegrasi.
Dalam hal tidak ada badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, atau
koperasi yang dapat menyediakan tenaga listrik di wilayah tersebut,
Pemerintah wajib menugasi badan usaha milik negara untuk menyediakan
tenaga listrik. 2

2
DJK 2015
PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

Pembangkit PLN

PLN Pembangkit IPP


(IUPTL)
Kerjasama (excess/antar
pemegang wil. usaha)
PENYEDIAAN
TENAGA LISTRIK

Pembangkit Sendiri
NON / Captive Power
(IZIN OPERASI)
PLN
TERINTEGRASI
(WILAYAH USAHA)
3

3
DJK 2015
REGULASI TERKAIT PENGUSAHAAN DAN IZIN OPERASI
UU No. 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan;
UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;
PP No. 14 Tahun 2012 Tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik ;
Permen ESDM No. 29 Tahun 2012 Tentang Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik
Untuk Kepentingan Sendiri Yang Dilaksanakan Berdasarkan Izin Operasi;
Permen ESDM No. 35 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Perizinan Usaha
Ketenagalistrikan;
Permen ESDM No. 27 Tahun 2014 Tentang Pembelian Tenaga Listrik dari
Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas oleh
PT PLN (Persero);
Permen ESDM No. 01 Tahun 2015 Tentang Kerja Sama Penyediaan Tenaga Listrik
dan Pemanfaatan Bersama Jaringan Tenaga Listrik;
Permen ESDM No. 03 Tahun 2015 Tentang Prosedur Pembelian Tenaga Listrik dan
Harga Patokan Pembelian Tenaga Listrik Dari PLTU Mulut Tambang, PLTU Batubara,
PLTG/PLTMG, dan PLTA oleh PT PLN (Persero) Melalui Pemilihan Langsung dan 4
Penunjukkan Langsung;
4
DJK 2015
USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
A. UNTUK KEPENTINGAN UMUM

Jenis usaha: 1. pembangkitan tenaga listrik; Dapat dilakukan secara


2. transmisi tenaga listrik; terintegrasi berdasarkan
3. distribusi tenaga listrik; dan/atau wilayah usaha
4. penjualan tenaga listrik. (PPU/Public Private Utility)

Diselenggarakan berdasarkan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPL) yang


diterbitkan oleh Menteri/Gubernur sesuai kewenangannya.
Pelaku Usaha: BUMN, BUMD, Swasta, Koperasi, dan Swadaya masyarakat yang
berusaha di bidang penyediaan tenaga listrik

B. UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI


Diselenggarakan berdasarkan Izin Operasi (IO) yang diterbitkan oleh
5
Menteri/Gubernur sesuai kewenangannya.
5
DJK 2015
WILAYAH USAHA
Peraturan Menteri ESDM No. 28 Tahun 2012 jo. No. 07 Tahun 2016
Definisi: Wilayah yang ditetapkan oleh Menteri sebagai tempat badan usaha
distribusi dan/atau penjualan tenaga listrik melakukan usaha penyediaan tenaga listrik.
Hanya satu badan usaha dalam satu wilayah usaha.
Pemegang Wilayah Usaha wajib menyediakan tenaga listrik atau jaringan distribusi
tenaga listrik dengan tingkat mutu dan keandalan yang baik di dalam wilayah
usahanya.
Persyaratan Kondisi Penetapan Wilayah Usaha:
1.Wilayah yang diusulkan belum terjangkau oleh pemegang Wilayah Usaha yang sudah
ada;
2.Pemegang Wilayah Usaha yang sudah ada tidak mampu menyediakan tenaga listrik atau
jaringan distribusi tenaga listrik dengan tingkat mutu, dan keandalan yang baik; atau
3.Pemegang Wilayah Usaha yang sudah ada mengembalikan sebagian atau seluruh
Wilayah Usahanya kepada Menteri.

Permen ESDM 07 Tahun 2016 Pasal 4 A


Dalam rangka penetapan Wilayah Usaha, Dirjen a.n. Menteri dapat menugaskan tim 6
teknis untuk menilai kelayakan teknis penetapan Wilayah Usaha
6
DJK 2015
PROSEDUR PENETAPAN WILAYAH USAHA
KELENGKAPAN DOKUMEN
PERSYARATAN
Badan Usaha Pelayanan Terpadu Satu
Pemerintah Provinsi
Pintu BKPM (Permen ESDM No. 28 Tahun 2012 Jo.
(Permen ESDM No 35/2014)
Permen ESDM No. 07 Tahun 2016)
berkoordinasi dengan:

1. Identitas Pemohon
DJK 2. Pengesahan badan usaha dari
KESDM
Penilaian Kelayakan instansi yang berwenang
Teknis Penetapan
Wilayah Usaha 3. Profil perusahaan
4. NPWP
Rekomendasi Penetapan 5. Kemampuan pendanaan
Wilayah Usaha Wlayah Usaha 6. Batasan wilayah usaha dan peta
lokasi yang dilengkapi dengan
titik koordinat
7. Analisis kebutuhan dan rencana
usaha penyediaan tenaga listrik
Penetapan Izin Usaha
Penyediaan Tenaga
di wilayah usaha yang diusulkan
Listrik 8. Rekomendasi dari gubernur
setempat di wilayah yang
7
diusulkan dalam hal wilayah yang
Dalam hal penerbitan izin diusulkan dalam satu provinsi 7
merupakan kewenangan
Pemerintah Provinsi
DJK 2015
KONDISI PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK TERINTEGRASI
(Status 3oleh
Penyediaan tenaga listrik tidak hanya dilakukan Agustus
PLN 2016)
saja.
Terdapat 24 badan usaha penyediaan tenaga listrik yang telah beroperasi dalam suatu wilayah usaha.

8
DJK 2015
IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
UNTUK KEPENTINGAN UMUM (IUPL)

KEWENANGAN PENERBITAN IUPL:

BUMN (PLN);
Badan usaha yang wilayah usahanya lintas
MENTERI Propinsi;
Badan usaha yang menjual tenaga listrik kepada
pemegang izin usaha yang diterbitkan Menteri.

Badan usaha yang wilayah usahanya lintas


Kabupaten/Kota.
GUBERNUR Badan usaha yang wilayah usahanya dalam satu
Kabupaten/Kota.
Badan usaha yang menjual tenaga listrik kepada
pemegang izin usaha yang diterbitkan Gubernur
9

9
DJK 2015
IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
(Peraturan Menteri ESDM Nomor 35 Tahun 2013)

Penetapan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik


1. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Sementara (IUPLS) (kecuali untuk usaha
Penjualan)
Ditetapkan Direktur Jenderal, dengan Jangka Waktu 2 tahun dan dapat
diperpanjang 1 kali
Untuk PLTP jangka waktu yang diberikan 3 tahun dan dapat diperpanjang.
Untuk IUPLS berada dikawasan hutan jangka waktu yang diberikan 4 tahun dan
dapat diperpanjang.
2. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPL)
Ditetapkan Menteri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun dan dapat
diperpanjang.
Pemegang IUPL melaporkan kegiatan usahanya setiap 6 bulan kepada Direktur
Jenderal.
IUPL harus diubah apabila terdapat perubahan kapasitas pembangkit tenaga listrik, jenis
usaha, nama badan usaha, atau wilayah usaha.
IUPL berakhir karena habis masa berlakunya dan tidak diajukan perpanjangan,
dikembalikan oleh pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, atau dicabut oleh 10
Menteri.
10
DJK 2015
TATA CARA PERMOHONAN IUPLS DAN IUPL
Persyaratan IUPL Sementara
A. IUPLS Persyaratan Administratif:
1. Identitas pemohon;
2. Profil Pemohon;
Permohonan 3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
IUPL Sementara
kepada Dirjen BKPM Persyaratan Teknis:
1. Studi kelayakan awal;
2. surat penetapan sebagai calon pengembang UPL dari pemegang IUPL selaku calon pembeli tenaga
listrik atau penyewa Jaringan Tenaga Listrik untuk usaha pembangkitan, usaha transmisi, atau
usaha distribusi tenaga listrik.

Persyaratan IUPL
Penerbitan IUPL Sementara Persyaratan Administratif:
Oleh Dirjen BKPM 1. Identitas pemohon;
2. Pengesahan sebagai badan hukum Indonesia;
3. Profil pemohon;
4. NPWP; dan
B. IUPL 5. Kemampuan pendanaan.

Persyaratan Teknis:
Permohonan IUPL 1. Studi kelayakan IUPL;
kepada Menteri 2. Lokasi instalasi kecuali untuk Usaha Penjualan Tenaga Listrik
melalui Dirjen BKPM 3. izin lokasi dari instansi yang berwenang kecuali untuk Usaha Penjualan Tenaga Listrik;
4. Diagram satu garis (single line diagram);
5. Jenis dan kapasitas usaha;
6. Jadwal Pembangunan;
7. Jadwal Pengoperasian
8. persetujuan harga jual tenaga listrik dan
Penerbitan IUPL Kesepakatan jual beli TL untuk Usaha Pembangkitan
Oleh Menteri BKPM Kesepakatan sewa jaringan untuk Usaha Transmisi atau Distribusi
9. Penetapan wilayah usaha (sesuai Permen ESDM No 28/2012) dan RUPTL untuk
Usaha Distribusi, Penjualan, atau Terintegrasi
Dasar Hukum:

Peraturan Menteri ESDM Nomor 35 Tahun 2013 tentang Tata Cara Perizinan Usaha Ketenagalistrikan Persyaratan Lingkungan 11
Sesuai peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan
Peraturan Menteri ESDM Nomor 35 Tahun 2014 tentang Pendelegasian Wewenang Pemberian Izin
Usaha Ketenagalistrikan Dalam Rangka Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kepada Kepala
lingkungan hidup
Badan Koordinasi Penanaman Modal 11
DJK 2015
KEWENANGAN BERKAITAN PENERBITAN IUPL
Penerbit IUPL Kewenangan

1. Penetapan tarif tenaga listrik untuk


konsumen
MENTERI 2. Penetapan persetujuan harga jual
tenaga listrik dan sewa jaringan
GUBERNUR
3. Penetapan izin pemanfaatan
jaringan tenaga listrik untuk
kepentingan telematika
4. Pembinaan dan pengawasan
5. Penetapan sanksi administratif
12

12
DJK 2015
USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI
Diselenggarakan berdasarkan Izin Operasi (IO) yang diterbitkan oleh
Menteri/Gubernur sesuai kewenangannya.
Dapat dilaksanakan oleh instansi pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha
milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, koperasi,
perseorangan, dan lembaga/badan usaha lainnya.
Terdiri atas jenis usaha:
a. pembangkitan tenaga listrik;
b. pembangkitan tenaga listrik dan distribusi tenaga listrik; atau
c. pembangkitan tenaga listrik, transmisi tenaga listrik, dan distribusi tenaga
listrik.
Berdasarkan sifat penggunaan:
- penggunaan utama
- penggunaan cadangan
- penggunaan darurat
- penggunaan sementara
13
Kelebihan tenaga listrik dapat dijual ke IUPL (PLN).
13
DJK 2015
KAPASITAS PEMBANGKIT UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI
(Permen ESDM No. 29 Tahun 2012 jo. Permen ESDM Nomor 12/2016)

IZIN OPERASI Kapasitas > 200 kVA

SURAT
KETERANGAN 25 kVA < Kapasitas 200 kVA
TERDAFTAR

LAPORAN Kapasitas 25 kVA

14

14
DJK 2015
PENERBITAN IZIN UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI
(Sesuai Permen ESDM Nomor 35/2013 jo. Permen ESDM Nomor 12/2016)

Kewenangan Menteri : fasilitas instalasinya lintas provinsi.


Dilaksanakan oleh Instasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Usaha
berbadan hukum Indonesia (BUMN, BUMD, Swasta, Koperasi, Swadaya
Masyarakat) , dan Perseorangan.

Penetapan Izin untuk Kepentingan Sendiri


1. Izin Operasi (IO)
Kapasitas > 200 kVA
ditetapkan Menteri, dengan Jangka Waktu 10 tahun dan dapat
diperpanjang
melaporkan kegiatan usahanya setiap 6 bulan
2. Surat Keterangan Terdaftar (SKT)
Kapasitas > 25 kVA s/d 200 kVA
Diterbitkan Surat Keterangan Terdaftar oleh Direktur Jenderal.
melaporkan kegiatan usahanya setiap 12 bulan
3. Penyampaian Laporan kepada Direktur Jenderal
Kapasitas sampai dengan 25 kVA 15

15
DJK 2015
TATA CARA PERMOHONAN IZIN OPERASI
Sesuai Permen ESDM Nomor 35/2013 jo. Permen ESDM Nomor 12/2016

Permohonan IO
kepada Menteri
melalui Dirjen 14 hari setelah
permohonan diterima
Lengkap dan memenuhi
syarat

Penerbitan IO Persyaratan IO
Oleh Menteri
Persyaratan Administratif:
1. Identitas pemohon;
2. Profil perusahaan;
3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Persyaratan Teknis:
1. Lokasi instalasi termasuk tata letak (gambar situasi);
2. Diagram satu garis (single line diagram);
3. Jenis dan Kapasitas instalasi penyediaan tenaga listrik;
4. Jadwal pembangunan;dan
5. Jadwal pengoperasian;

Persyaratan Lingkungan
Sesuai peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan
16
pengelolaan lingkungan hidup

16
DJK 2015
KEBIJAKAN EXCESS POWER
(UU 30 Tahun 2009 dan PP 14 Tahun 2012)
Pemegang izin operasi dapat menjual kelebihan tenaga listrik untuk dimanfaatkan bagi
kepentingan umum setelah mendapat persetujuan dari Pemerintah atau pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangannya.
Pemegang izin operasi yang mempunyai kelebihan tenaga listrik dapat menjual
kelebihan tenaga listriknya kepada pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik
atau masyarakat.
Penjualan kelebihan tenaga listrik kepada masyarakat dapat dilakukan dalam hal
wilayah tersebut belum terjangkau oleh pemegang izin usaha penyediaan tenaga
listrik.
Persetujuan harga jual tenaga listrik dapat berupa harga patokan.
Jual beli antar pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik tidak memerlukan izin
usaha penyediaan tenaga listrik baru.
Pembelian kelebihan tenaga listrik dapat dilakukan melalui penunjukan langsung;
Pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik dilarang menerapkan harga jual
tenaga listrik tanpa persetujuan Pemerintah atau pemerintah daerah.
17

17
DJK 2015
KERJASAMA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
MELALUI EXCESS POWER
(Permen ESDM No. 01 Tahun 2015)

Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik yang memiliki


Wilayah Usaha dapat membeli excess power dari Pemegang IO.
Pembelian excess power dapat lebih besar dari tenaga listrik yang
dipakai sendiri dan sesuai dengan kebutuhan sistem.
Apabila harga pembelian tenaga listrik dari excess power lebih tinggi
dari harga patokan wajib mendapat persetujuan Direktur Jenderal
atas nama Menteri.
Perjanjian jual beli kelebihan tenaga listrik (excess power) yang telah
ada tetap berlaku (sesuai masa kontrak).
Ketentuan excess power dalam Permen ESDM Nomor 04 Tahun 2012
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 18

18
DJK 2015
PEMANFAATAN JARINGAN & INTERKONESI
(Permen ESDM No. 01 Tahun 2015)
PEMANFAATAN BERSAMA JARINGAN MELALUI SEWA TRANSMISI
Pemegang IO dapat menyewa transmisi PLN untuk menyalurkan listrik ke perusahaan
sendiri di lokasi yang berbeda

Pemegang IO Wilayah Usaha PLN


PT X
G
Pemegang IO
PT X
PLN G G

PT X
pabrik/industri
Cat: Perusahaan sendiri dengan entity (badan usaha) yang sama dengan pemegang IO

INTERKONEKSI JARINGAN TENAGA LISTRIK


Pemegang IO dapat melakukan interkoneksi jaringan tenaga listrik dengan Pemegang
IUPL yang memiliki wilayah usaha.
Interkoneksi jaringan tenaga listrik dikenakan biaya interkoneksi yang telah mendapat
persetujuan Menteri/Gubernur sesuai dengan kewenangannya.
HARGA PATOKAN TERTINGGI
PEMBELIAN TENAGA LISTRIK DARI EXCESS POWER
(Permen ESDM No. 03 Tahun 2015)
PEMBANGKIT KAPASITAS (MW) ASUMSI

PLTU Mulut
100 150 300 600
Tambang
Harga (cent USD/kWh) 8,2089 7,6520 7,1862 6,9012 Availability Factor (AF): 80%,
Calorific Value (gar) : 3000 Kkal/kg, Harga Batubara: 30 USD/Ton,
Asumsi Heat rate 3.200 3.000 2.900 2.700 masa kontrak : 30 Tahun
(Kkal/kWh)

PLTU Non Mulut


<10 15 25 50 100
Tambang
Harga (cent USD/KWh) 11,82 10,61 10,60 9,11 8,43 Asumsi:
Availability Factor (AF): 80%, Calorific Value (gar) : 5000 Kkal/kg,
Asumsi Heat Rate Harga Batubara: 60 USD/Ton, masa kontrak : 25 Tahun. Untuk
(Kkal/kWh) 4.160 3.500 3.450 3.200 3.000 harga batubara menggunakan prinsip Passthrough

PLTG/PLTMG 40-60 100


Harga (cent USD/kWh) 8,64 7,31 Asumsi:
Availability Factor (AF): 85%, Harga Gas: 6,00 USD/MMBTU,
Asumsi Heat Rate 9.083 8.000 masa kontrak : 20 Tahun
(BTU/kWh)

PLTA >10 - <50 50 - 100 >100

Harga (cent USD/kWh) 9,00 8,50 8,00 Asumsi:


Availability Factor (AF): 60%, masa kontrak : 30 Tahun
20

20
DJK 2015
EXCESS POWER DARI BIOMASSA DAN BIOGAS
(Permen ESDM No. 27 Tahun 2014)

PT PLN (Persero) dapat membeli excess power dari


pemegang IUPTL dan Pemegang Izin Operasi dengan
harga :
a. Untuk PLTBm : Rp1.150,00/kWh (TM) atau Rp1.500,00/kWh (TR)
b. Untuk PLTBg : Rp1.050,00/kWh (TM) atau Rp1.400,00/kWh (TR)

Harga pembelian tenaga listrik tanpa negoisasi harga


dan persetujuan Menteri.
Jangka waktu perjanjian jual beli tenaga listrik paling
lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang.
Dalam kondisi tertentu (ditetapkan Direksi PLN),
PT PLN (Persero) dapat membeli excess power
dengan harga lebih tinggi (didasarkan HPS), dan
wajib mendapatkan persetujuan Dirjen
Ketenagalistrikan atas nama Menteri.

21

21
DJK 2015
SKEMA SAMBUNGAN LISTRIK UNTUK KAWASAN TERBATAS
Bangunan Dalam Kawasan Terbatas: rumah susun, apartemen, kondominium, pasar,
pusat perbelanjaan, perkantoran, pergudangan, atau bangunan dengan kepemilikan
individual dan bersama (strata title) untuk kegiatan lainnya.
SKEMA TARIF

Sambungan Langsung Sesuai Permen ESDM


dari PLN No.31 Tahun 2014

Sambungan melalui
Pengelola sebagai Sesuai Peraturan Gubernur
Usaha Penjualan
(PIUPL)

SESUAI PERMEN ESDM


Kawasan Terbatas NO. 31 TAHUN 2014
Kerja Sama Pengelola TENTANG PENYEDIAAN
dengan PLN TENAGA LISTRIK UNTUK
(Permen ESDM 31/2015 BANGUNAN DALAM
KAWASAN TERBATAS
LATAR BELAKANG PERMEN ESDM 31 TAHUN 2015

Sering ada kesalah


pahaman antara
Pengelola dengan
Penghuni/Tenant Permen
ESDM No Penugasan
31 Tahun Supervisi ke PLN
Banyaknya pertanyaan 2015
tentang metode
pengelolaan listrik, baik
dari Penghuni/Tenant
maupun Pengelola
KRITERIA USAHA (MENJUAL TL) &
KERJASAMA (TIDAK MENJUAL)

1) Jika pengelola meneruskan seluruh biaya terkait dalam penyaluran listrik


kepada tenant termasuk listrik untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial
yang digunakan bersama dengan tambahan margin keuntungan
tertentu, maka pengelola dikategorikan menjual listrik, dan karenanya
harus memiliki penetapan wilayah usaha (dari MESDM cq. BKPM) dan
memperoleh Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (dari Gubernur), dan
tarifnya ditetapkan oleh Gubernur setelah mendapatkan persetujuan
DPRD.
2) Jika pengelola meneruskan seluruh biaya terkait dalam penyaluran listrik
kepada tenant termasuk listrik untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial
yang digunakan bersama tanpa diperoleh margin keuntungan, maka
pengelola dikategorikan tidak menjual listrik.
POKOK-POKOK PERMEN ESDM NO 31/2015
PLN dapat bekerja sama dengan perhimpunan pemilik/penghuni atau pengelola.
PLN melakukan penyambungan TL kepada penghuni melalui pengelola dgn ketentuan a.l:
tidak mengambil keuntungan;
penyaluran Listrik dilengkapi alat pengukur dan pembatas (APP);
TTL mengacu pada tarif yang berlaku pada PLN; dan
Pemegang IUPL/PLN melakukan supervisi terhadap Penyaluran TL pada Bangunan
Dalam Kawasan Terbatas, Satuan Bangunan, Bagian Bersama, dan Benda Bersama
Dalam menyalurkan TL mengenakan biaya pemanfaatan/Tarif Tenaga Listrik, terdiri atas:
biaya untuk satuan bangunan (beban dan biaya pemakaian tenaga Listrik);
biaya tambahan, yaitu : biaya pemakaian daya reaktif (Rp/kVARh), biaya beban dan
biaya pemakaian listrik bersama, Selisih perhitungan tarif ganda (WBP dan LWBP),
Selisih perhitungan susut, dan PPJ.
Biaya tambahan menjadi tanggung jawab bersama pemilik/penghuni sesuai dengan
kesepakatan.
Dalam rekening tagihan, rincian biaya untuk satuan bangunan harus dipisahkan dengan
rincian biaya tambahan.
TARIF/BIAYA TENAGA LISTRIK KE KONSUMEN

BIAYA/TARIF
LISTRIK UTK SATUAN BANGUNAN
(Mengacu Tarif PLN Permen ESDM 31 Tahun 2014)

TOTAL
REKENING
BIAYA TAMBAHAN
- Biaya pemakaian daya reaktif (Rp/kVARh),
- Biaya beban dan biaya pemakaian listrik bersama,
- Selisih perhitungan tarif ganda (WBP dan LWBP),
Selisih perhitungan susut, dan
- Pajak Penerangan Jalan (PPJ)
Terima kasih

27

27
DJK 2015
PENYEDIAAN/PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK (1)
I. SEBAGAI PELANGGAN PLN

INDUSTRI BAJA PLN

Kondisi umum:
Pasokan tenaga listrik mengandalkan suplai listrik dari PLN.
Data prakira kebutuhan listrik dan lokasi industri dibutuhkan oleh PLN.
Tarif tenaga listrik yang disediakan terdiri atas 4 golongan tarif (I1-kecil, I2-sedang, I3-
menengah, dan I4-besar).
Layanan listrik lainnya (a.l. mutu dan kualitas listrik) didasarkan atas B to B.

Regulasi Pemerintah:
Kebutuhan listrik seluruh sektor, termasuk sektor industri wajib dipenuhi oleh PLN berdasarkan
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang telah ditetapkan oleh Menteri.
Golongan Tarif I1 dan I2 masih disubsidi oleh Pemerintah.
Golongan Tarif I3 dan I4 menggunakan tariff adjustment.
Pengawasan terhadap PLN atas efisiensi pengusahaan; mutu, keandalan, dan keamanan
penyediaan tenaga listrik; dan pelayanan kepada konsumen. 28

28
DIREKTORAT
DJK 2015
KEMENTERIAN
JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 28
PENYEDIAAN/PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK (2)
II. SEBAGAI PEMEGANG IZIN OPERASI Wilayah Usaha

Excess power
Termasuk Gen
pemanfaatan
bersama
transmisi/distribusi

suplai Excess power


INDUSTRI BAJA Gen. PLN

Kondisi umum:
Pasokan tenaga listrik mengandalkan suplai listrik dari pembangkit sendiri.
Semua kebutuhan pengoperasian pembangkit (a.l. bahan bakar, tenaga operator) dilakukan oleh pemilik
pembangkit sendiri.

Regulasi Pemerintah:
Kapasitas pembangkit tenaga listrik di atas 200 kVA wajib mendapatkan izin dari Menteri atau Gubernur
berdasarkan kewenangan.
Kapasitas pembangkit di atas 25 kVA s.d. 200 kVA wajib mendapatkan surat surat keterangan terdaftar dari
Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya.
Apabila memiliki kelebihan tenaga listrik (excess power) dapat dijual kepada pelaku usaha lain berdasarkan B to B.
29
Proses perizinan telah dilakukan dalam satu pintu (BKPM di Pusat).
29
DIREKTORAT
DJK 2015
KEMENTERIAN
JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 29
PENYEDIAAN/PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK (3)
III. SEBAGAI PEMEGANG IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK TERINTEGRASI
Gen
IO
Wilayah Usaha Wilayah Usaha

suplai Kerja sama


INDUSTRI BAJA Gen. Termasuk
Gen
Konsumen pemanfaatan
bersama
Lain
transmisi/distribusi

Kondisi umum:
Pembangkit, transmisi dan atau distribusi tenaga listrik hingga penjualan tenaga listrik dilakukan oleh
pemegang izin.
Semua kebutuhan pengoperasian pembangkit (a.l. bahan bakar, tenaga operator) dilakukan oleh pemegang
izin.
Contoh: PT. Krakatau Daya Listrik (Kawasan Industri Krakatau), PT. Krakatau Posco Energy (Kawasan Krakatau
Posco)
Regulasi Pemerintah:
Wilayah usaha ditetapkan oleh Menteri .
Pemegang wilayah usaha wajib memenuhi kebutuhan tenaga listrik di wilayah usahanya.
Wajib menyusun Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik.
Tarif tenaga listrik yang dijual ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. 30
Proses perizinan wilayah usaha dilakukan oleh BKPM.
Antar pemegang wilayah usaha dapat melakukan kerjasama penyediaan tenaga listrik. 30
Pemegang izin yang memiliki wilayah usaha dapat membeli listrik dari pemegang izin operasi.
DIREKTORAT
DJK 2015
KEMENTERIAN
JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 30
DUALISME PERIZINAN
1. Sejak diterbitkannya Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 12
Tahun 2015 yang diubah menjadi Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Nomor 35 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Listrik di Tempat Kerja, Dinas yang membidangi Pengawasan
Ketenagakerjaan tidak menerbitkan izin genset.
2. Perizinan instalasi tenaga listrik mengacu pada Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan.
3. Izin genset yang telah diterbitkan oleh Dinas yang membidangi
Ketenagakerjaan tetap berlaku sampai habis masa berlakunya.

31

31
31
DJK 2015
DUALISME PERIZINAN
Surat Direktur Jenderal Ketenagalistrikan ke Gubernur Jawa Timur Nomor 362/20/DJL.1/2016
tanggal 4 Februari 2016 Hal Dualisme Perizinan Ketenagalistrikan.
Surat Sekretaris Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan ke Kepala Dinas ESDM Provinsi Nomor
480/20/SDL.3/2016 tanggal 18 Februari 2016 Hal Perizinan terkait Genset.
Surat Sekretaris Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan ke Kepala Dinas ESDM Provinsi Nomor
519/20/SDL.3/2016 tanggal 23 Februari 2016 Hal Kewenangan Perizinan di Bidang
Ketenagalistrikan.

32

32
DJK 2015

Anda mungkin juga menyukai