Anda di halaman 1dari 47

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

DIREK TORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN

UPDATING REGULASI TATA NIAGA TENAGA LISTRIK


Regulasi Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PPA)
Oleh:
Eri Nurcahyanto
Kasubdit Harga Tenaga Listrik
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan

PELATIHAN HUKUMONLINE 2018

Hotel Aryaduta Jakarta | 30 Agustus 2018


OUTLINE PRESENTASI
I. Pengusahaan dan Penyediaan Tenaga Listrik
II. Pemanfaatan Batubara untuk Pembangkit dan Pembelian Excess
Power (PeraturanMenteri ESDM Nomor19 Tahun2017)
III. PemanfaatanSumberEnergi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga
Listrik (Peraturan Menteri ESDM Nomor 50 Tahun2017)
IV. Mekanisme Penetapan BPP Pembangkitan
V. Pokok-pokok dalam PerjanjianJual Beli Tenaga Listrik (Peraturan
Menteri ESDM Nomor 10 TAHUN 2017 dan Perubahannya)

2
Pengusahaan dan Penyediaan
I Tenaga Listrik

3
PENGELOLAAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
(UU 30/2009 tentang Ketenagalistrikan)

PENGUASAAN
• Regulasi, kebijakan, dan standar
• Menyediakan dana untuk:
― Kelompok masyarakat tidak mampu;
NEGARA ― Pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik di
daerah yang belum berkembang;
PEMERINTAH ― Pembangunan tenaga listrik di daerah terpencil dan
PEMERINTAH DAERAH perbatasan; dan
― Pembangunan listrik perdesaan.

PENGUSAHAAN
PEMEGANG IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (IUPTL)

BUMN* BUMD** SWASTA** KOPERASI** SWADAYA MASYARAKAT**

* : Prioritas Pertama
** : Diberikan kesempatan sebagai penyelenggara
UPTL terintegrasi untuk wilayah belum berlistrik

4
USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

A. UNTUK KEPENTINGAN UMUM

• Jenis usaha: 1. pembangkitan tenaga listrik; Dapat dilakukan secara


2. transmisi tenaga listrik; terintegrasi berdasarkan
3. distribusi tenaga listrik; dan/atau wilayah usaha
4. penjualan tenaga listrik. (PPU/Public Private Utility)

• Diselenggarakan berdasarkan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPL) yang


diterbitkan oleh Menteri/Gubernur sesuai kewenangannya.
• Pelaku Usaha: BUMN, BUMD, Swasta, Koperasi, dan Swadaya masyarakat yang
berusaha di bidang penyediaan tenaga listrik

B. UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI


• Diselenggarakan berdasarkan Izin Operasi (IO) yang diterbitkan oleh
Menteri/Gubernur sesuai kewenangannya.
USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (2)

❑ Usaha penyediaan tenaga listrik bersifat regulated.


❑ Jenis usaha : Pembangkitan, transmisi, distribusi dan/atau
penjualalan tenaga listrik.
❑ Usaha transmisi wajib membukakesempatan pemanfaatan
bersama jaringan transmisi.
❑ Usaha distribusi/penjualan memiliki wilayah usaha, satu wilayah
usaha satu pelaku.
❑ Praktek jual beli/sewa jaringan TL (sesuai UU) :
1. Utility menjual TL ke konsumen di wilayah usaha
2. IPP menjual TL/menyewakan jaringan ke utility
3. Kerjasama/Jual beli TL antar utility
4. Sewa jaringan milik utility
5. Pemegang IO menjual kelebihan TL ke utility
6. Interkoneksi pemegang IO ke utility
6
MEKANISME INVESTASI LISTRIK SWASTA (IPP)
(Sesuai PP 14/2012 jo PP 23/2014)

RUK dan RUPTL

Pelelangan Pemilihan Penunjukan


Umum Langsung Langsung

Pada dasarnya - dalam rangka diversifikasi energi - pembelian tenaga listrik dari pembangkit yang
pembelian tenaga listrik pembangkitan ke non BBM. menggunakan energi terbarukan, gas marjinal,
oleh Pemegang izin batubara di mulut tambang, dan energi setempat
- dalam hal pada lokasi pusat
usaha penyediaan lainnya;
pembangkit tenaga listrik yang
tenaga listrik dilakukan
telah beroperasi terdapat lebih dari - pembelian kelebihan tenaga listrik;
melalui pelelangan
1 (satu) pemegang izin usaha
umum, kecuali - sistem tenaga listrik setempat dalam kondisi krisis
penyediaan tenaga listrik.
memenuhi kondisi untuk atau darurat penyediaan tenaga listrik; dan/atau
dilakukan pemilihan - Penambahan kapasitas pembangkit
- penambahan kapasitas pembangkitan pada pusat
langsung atau pada pusat pembangkit yang telah
beroperasi di lokasi yang berbeda pembangkit tenaga listrik yang telah beroperasi di
penunjukan langsung
lokasi yang sama.
pada sistem setempat

Mekanisme IUPL, Harga Pengujian Laik Operasi


(Disahkan dengan Sertifikat Laik Operasi Operasi Komersial
Jual dan Kontrak , SLO)

7
PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT
II DAN EXCESS POWER

8
MAKSUD DAN TUJUAN

❑ Meningkatkan pemanfaatan batubara secara optimal dalam pengembangan


pembangkit listrik, serta meningkatkan peran Captive Power menjaga
ketersediaan daya listrik pada sistem ketenagalistrikan setempat
❑ Mengatur pola harga patokan tertinggi (HPT) dalam pengadaan pembangkit
listrik berbahan bakar batubara dan kelebihan tenaga listrik (excess power)
❑ Menjaga Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik (BPP) Pembangkitan
setempat lebih efektif dan efisien, agar tarif tenaga listrik dapat lebih
kompetitif
SKEMA PEMBELIAN TENAGA LISTRIK PLTU (MT DAN NON MT)
❑ Harga pembelian tenaga listrik pada saat COD, masa kontrak 30 tahun
dengan asumsi capacity factor 80% dengan pola BOOT (Build, Own,
Operate and Transfer)
❑ Pembangunan Jaringan listrik dapat dilakukan Pengembang Pembangkit
Listrik (PPL) berdasarkan mekanisme business to business
❑ Pembelian tenaga listrik dari Pembangkit Mulut Tambang dapat melalui
Penunjukan Langsung
❑ Penambahan kapasitas pembangkit (ekspansi) di lokasi yang sama dapat
dilakukan penunjukan langsung, dengan persyaratan harga listriknya
harus di bawah harga patokan
❑ Penambahan kapasitas pembangkit (ekspansi) di lokasi yang berbeda
pada sistem yang sama dapat dilakukan pemilihan langsung, dengan
persyaratan harga listriknya harus di bawah harga patokan
PATOKAN HARGA

Mulut Tambang Non Mulut Tambang

Kapasitas Semua Kapasitas >100 MW ≤100 MW

Harga Patokan Tertinggi


75% BPPS BPPS BPPS
(BPPS ≤ BPPN)

Harga Patokan Tertinggi (BPPS


75% BPPN BPPN Lelang atau B to B
> BPPN)
PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (EXCESS POWER)
❑ Filosofi dari penggunaan listrik Excess Power adalah untuk memperkuat
sistem kelistrikan setempat apabila pasokan daya kurang atau untuk
menurunkan BPP Pembangkit di sistem ketenagalistrikan setempat.
❑ Harga pembelian Excess Power maksimal 90% BPP Pembangkitan
setempat.
❑ Dilakukan dengan memperhatikan kondisi dan kebutuhan sistem
ketenagalistrikan setempat.
❑ Jangka waktu kontrak sesuai kebutuhan sistem ketenagalistrikan setempat
(dapat kurang atau lebih dari 1 Tahun), namun harganya dievaluasi setiap
tahun sesuai dengan perubahan BPP.
❑ Pengoperasian pembangkit tenaga listrik harus mengacu pada Aturan
Jaringan Sistem Tenaga Listrik (Grid Code) pada sistem setempat atau
aturan distribusi tenaga listrik.
❑ BPP pembangkit di sistem kelistrikan setempat yang dipergunakan sebagai
dasar dalam perjanjian jual beli tenaga listrik adalah BPP pembangkit di
sistem kelistrikan setempat pada tahun sebelumnya yang telah ditetapkan
oleh Menteri ESDM atas usulan PLN.
Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan Untuk
III Penyediaan Tenaga Listrik

1
PEMANFAATAN SUMBER ENERGI TERBARUKAN UNTUK PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
PLTS Fotovoltaik, PLTB,
JENIS
PEMBANGKIT PLT Air, PLTBm, PLTBg, PLTSa, PLTP dan PLTA Laut

Pemilihan Langsung Pemilihan Langsung


berdasarkan PLTA, PLTBm, PLTBg,
PELAKSANAAN
PEMBELIAN
Kuota Kapasitas dan PLTA Laut
TENAGA LISTRIK Sesuai Ketentuan Peraturan
PLTS Fotovoltaik dan PLTB Perundang-undangan
PLTSa dan PLTP
SUMBER
ENERGI
TERBARUKAN
POLA KERJASAMA Build, Own, Operate and Transfer
(BOOT)

PERSETUJUAN HARGA Pembelian tenaga listrik wajib mendapatkan


Persetujuan Menteri

PT. PLN (PERSERO) Wajib Menyusun dan


STANDAR PJBL Mempublikasikan Standar Dokumen Pengadaan, Standar
PJBL, dan Juknis Pelaksanaan Pemilihan Langsung
PELAKSANAAN PEMBELIAN LISTRIK DARI PEMBANGKIT ENERGI TERBARUKAN

❑ PLN wajib membeli tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan Sumber
Energi Terbarukan.
❑ Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan tersebut mengacu pada KEN dan RUKN
pembangkit listrik yang memanfaatkan
sumber energi terbarukan mekanisme pemilihan
langsung

pembangkit energi terbarukan berbasis


teknologi tinggi, efisiensi sangat variatif,
dan sangat tergantung pada tingkat mekanisme pemilihan
radiasi atau cuaca setempat (energi sinar langsung berdasarkan kuota
matahari dan angin) kapasitas.

❑ PLN wajib mengoperasikan pembangkit energi terbarukan dengan kapasitas s.d. 10 MW


secara terus menerus (must run).
❑ Pembangunan jaringan listrik (komponen E) untuk evakuasi daya dari Pembangkit ke titik
sambung PLN dapat dilakukan oleh Pengembang Pembangkit Listrik (PPL) berdasarkan
mekanisme Business to Business (B to B).
MEKANISME & HARGA PEMBELIAN LISTRIK DARI PEMBANGKIT ENERGI TERBARUKAN ...(1)

PLTS Fotovoltaik & PLTB

❑ Harga Pembelian:
Pembelian tenaga listrik melalui mekanisme ➢ Bila BPPPS > BPPPN maka Max. 85% x BPPPS
pemilihan langsung berdasarkan kuota ➢ Bila BPP PS ≤ BPPPN maka berdasarkan
kapasitas sesuai RUPTL Kesepakatan para pihak

PLTBm & PLTBg

❑ Pembelian listrik oleh PLN hanya dapat ❑ Harga Pembelian:


dilakukan kepada PPL yang memiliki sumber ➢ Bila BPPPS > BPPPN maka Max. 85% x BPPPS
pasokan bahan bakar (feedstock) yang cukup ➢ Bila BPPPS ≤ BPPPN maka berdasarkan
untuk kelangsungan operasi selama masa kesepakatan para pihak
PJBL.
❑ Pembelian tenaga listrik melalui mekanisme
pemilihan langsung

BPP PS dan BPP PN merupakan BPP Pembangkitan PLN pada tahun sebelumnya yang telah ditetapkan oleh Menteri ESDM berdasarkan usulan PT PLN (Persero).
-BPP PS : Biaya Pokok Penyediaan Pembangkitan Tenaga Listrik Sistem Setempat
-BPP PN : Biaya Pokok Penyediaan Pembangkitan Tenaga Listrik Rata-Rata Nasional
MEKANISME & HARGA PEMBELIAN LISTRIK DARI PEMBANGKIT ENERGI TERBARUKAN ...(2)
PLTA (Hidro)
❑ Untuk semua kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Air ❑ Harga Pembelian:
❑ Tenaga air yang berasal dari: ➢ Bila BPPPS > BPPPN maka Max. 100% x BPPPS
➢ aliran/terjunan air sungai ➢ Untuk wilayah Sumatera, Jawa, dan Bali atau sistem
➢ waduk/bendungan/saluran irigasi yang lainnya bila BPPPS ≤ BPPPN maka berdasarkan
pembangunannya bersifat multiguna kesepakatan para pihak
❑ Pembelian tenaga listrik dilakukan melalui mekanisme
pemilihan langsung
❑ Kapasitas ≤ 10 MW: Capacity Factor paling sedikit 65%
❑ Kapasitas > 10 MW: Capacity Factor tergantung kebutuhan
sistem

PLTA Laut
❑ Harga Pembelian:
➢ Bila BPPPS > BPPPN maka Max. 100% x BPPPS
➢ Untuk wilayah Sumatera, Jawa, dan Bali atau
Pembelian tenaga listrik melalui mekanisme pemilihan sistem dimana BPPPS ≤ BPPPN maka berdasarkan
langsung kesepakatan para pihak

BPP PS dan BPP PN merupakan BPP Pembangkitan PLN pada tahun sebelumnya yang telah ditetapkan oleh Menteri ESDM berdasarkan usulan PT PLN (Persero).
-BPP PS : Biaya Pokok Penyediaan Pembangkitan Tenaga Listrik Sistem Setempat
-BPP PN : Biaya Pokok Penyediaan Pembangkitan Tenaga Listrik Rata-Rata Nasional
MEKANISME & HARGA PEMBELIAN LISTRIK DARI PEMBANGKIT ENERGI TERBARUKAN...(2)
PLTSa
❑ Harga Pembelian:
❑ PLN wajib membeli listrik dari PLTSa dalam ➢ Bila BPPPS > BPPPN maka Max. 100% x BPPPS
rangka membantu Pemerintah/Pemda
➢ Untuk wilayah Sumatera, Jawa, dan Bali atau
menangani persoalan sampah kota.
sistem bila BPPPS ≤ BPPPN maka berdasarkan
→ Pembelian tenaga listrik sesuai ketentuan kesepakatan para pihak
perundangan
❑ PLTSa dapat menggunakan teknologi:
✓ Pengumpulan dan pemanfaatan gas metana
yang dihasilkan dari penimbunan sampah
yang ditutup dengan tanah (sanitary landfill);
✓ Pengumpulan dan pemanfaatan gas metana
yang dihasilkan dari proses penguraian
sampah organik dengan bantuan
mikroorganisme (anaerob digestion); atau
✓ Pemanfaatan panas/termal (thermochemical).
❑ Pengembang dapat diberikan insentif yang diatur
dalam peraturan tersendiri.
❑ Pembelian tenaga listrik melalui mekanisme
pemilihan langsung

BPP PS dan BPP PN merupakan BPP Pembangkitan PLN pada tahun sebelumnya yang telah ditetapkan oleh Menteri ESDM berdasarkan usulan PT PLN (Persero).
-BPP PS : Biaya Pokok Penyediaan Pembangkitan Tenaga Listrik Sistem Setempat
-BPP PN : Biaya Pokok Penyediaan Pembangkitan Tenaga Listrik Rata-Rata Nasional
MEKANISME & HARGA PEMBELIAN LISTRIK DARI PEMBANGKIT ENERGI TERBARUKAN ...(3)

PLTP

❑ Harga Pembelian:
❑ Pembelian listrik oleh PLN hanya
dapat dilakukan kepada PPL yang ➢ Bila BPP PS > BPP PN maka Max. 100%
x BPPPS
memiliki wilayah kerja panas bumi
sesuai dengan cadangan terbukti ➢ Untuk wilayah Sumatera, Jawa, dan
Bali atau sistem bila BPP PS ≤ BPP PN
setelah ekplorasi.
maka berdasarkan kesepakatan
→ Pembelian tenaga listrik sesuai para pihak
ketentuan perundangan
❑ Pembelian tenaga listrik melalui
mekanisme pemilihan langsung

BPP PS dan BPP PN merupakan BPP Pembangkitan PLN pada tahun sebelumnya yang telah ditetapkan oleh Menteri ESDM berdasarkan usulan PT PLN (Persero).
-BPP PS : Biaya Pokok Penyediaan Pembangkitan Tenaga Listrik Sistem Setempat
-BPP PN : Biaya Pokok Penyediaan Pembangkitan Tenaga Listrik Rata-Rata Nasional
Harga Pembelian Tenaga Listrik untuk PLTS Fotovoltaik, PLTB, PLTBm, PLTBg, PLTA Laut (dalam Rp/kWh)
(Sesuai Keputusan Menteri ESDM Nomor 1772 K/20/MEM/2018)

2,677
2,421
2,247

1,860 1,887
1,692 1,739 1,753
1,470 1,481 1,491
1,308
1,149
911 911 911 911 911 914 936 961 971 974

Rata-rata
Nasional
1.025

Keterangan : “ Pembangunan jaringan listrik (Komponen E) untuk evakuasi daya dari Pembangkit ke titik sambung
PLN berdasarkan mekanisme B to B”
Harga Pembelian Tenaga Listrik untuk PLT Air PLT Sampah, PLTP (dalam Rp/kWh)
(Sesuai Keputusan Menteri ESDM Nomor 1772 K/20/MEM/2018)

2677

2421
2247

1887 1861
1692 1739 1753
1470 1491 1481
1308
1149
911 911 911 911 911 914 936 961 971 974
Rata-rata
Nasional
1.025

Keterangan : “ Pembangunan jaringan listrik (Komponen E) untuk evakuasi daya dari Pembangkit ke titik sambung
PLN berdasarkan mekanisme B to B
KETENTUAN PERALIHAN
KETENTUAN PERALIHAN (2)
Mekanisme Penetapan
IV BPP Pembangkitan

24
PENETAPAN BPP PEMBANGKITAN

❑ Penghitungan BPP Pembangkitan dilaksanakan berdasarkan prinsip


efektivitas, efisiensi, dan akuntabel.
❑ BPP Pembangkitan terdiri dari BPP Pembangkitan di sistem
ketenagalistrikan setempat dan BPP Pembangkitan Nasional;
❑ BPP Pembangkitan di sistem ketenagalistrikan setempat dapat
berupa BPP Pembangkitan per-unit Distribusi/Wilayah, per-Sistem
Ketenagalistrikan, atau per-Subsistem Ketenagalistrikan.
❑ BPP Pembangkitan ditetapkan setiap tahun
❑ Harga pembelian merupakan harga pada titik keluaran busbar
pembangkit atau jika ada trafo step up, harga pada titik keluaran
busbar trafo step up;

25
MEKANISME PENETAPAN BPP PEMBANGKITAN
❑ PT PLN (Persero) wajib mengusulkan penetapan besaran BPP pembangkitan kepada
Menteri paling lambat minggu ke-2 bulan Maret tahun berjalan;
❑ Usulan penetapan besaran BPP pembangkitan merupakan BPP satu tahun
sebelumnya;
❑ Menteri melalui Direktur Jenderal melakukan evaluasi atas usulan yang disampaikan
(max 14 hari)
❑ Menteri menetapkan besaran BPP Pembangkitan berdasarkan hasil evaluasi;
❑ Penetapan besaran BPP pembangkitan berlaku untuk bulan April tahun berjalan s.d.
bulan Maret tahun berikutnya;
❑ Apabila sampai dengan akhir jangka waktu belum terdapat penetapan BPP
Pembangkitan terbaru, BPP Pembangkitan yanga da tetap berlaku.
❑ Dalam hal terdapat lokasi tertentu yang belum terlistriki dan belum terdapat
penetapan BPP Pembangkitan, besaran BPP Pembangkitan ditetapkan sama dengan
besaran BPP Pembangkitan tertinggi
26
SIKLUS PENETAPAN BPP PEMBANGKITAN

PLN mengusulkan BPP n-1


April n s.d. Maret n+1
periode pemberlakuan BPP

Jan Maret April Mei Juni Juli Des Maret

Penetapan oleh Menteri

Tahun ke-n Tahun ke-n+1

27
BPP PEMBANGKITAN TAHUN 2017
Sesuai Kepmen ESDM No. 1772 K/20/MEM/2018
(Dalam ¢US$/kWh)
20.00
18.09
16.79

13.90 14.10
12.64 13.00 13.10
10.98 11.07 11.14
9.77
8.58 Rata-rata
6.81 6.81 6.81 6.81 6.81 6.83 6.99 7.18 7.25 7.28 Nasional
7,39

Keterangan:
Realisasi Kurs Tengah BI rata-rata 2017 Rp. 13.383/US$
BPP PEMBANGKITAN 2016 PER SUBSISTEM
Sesuai Kepmen ESDM No. 1404 K/20/MEM/2017
BPP BPP BPP BPP
NO WILAYAH / DISTRIBUSI / SISTEM / SUB SISTEM NO WILAYAH / DISTRIBUSI / SISTEM / SUB SISTEM
(Rp. /kWh) (₵USD/kWh) (Rp. /kWh) (₵USD/kWh)

A SUMATERA B JAWA BALI


1 DKI 911 6,81
1 SUMATERA BAGIAN UTARA Kepulauan Seribu (Non Koneksi Kabel Laut Jawa 2.677 20,00
a
a Aceh 1.491 11,14 Bali)
a.1 Pulau Weh 1.818 13,58 2 BANTEN 911 6,81
a.2 Pulau Simeuleu 1.602 11,97 a Pulau Panjang 2.677 20,00
b SUMUT 1.308 9,77 3 JABAR 911 6,81
4 JATENG 911 6,81
b.1 Nias 2.677 20,00 a Karimun Jawa 2.677 20,00
2 SUMATERA BAGIAN TENGAH DAN SELATAN 5 JATIM 914 6,83
a SUMBAR 971 7,25 a Madura Isolated 2.677 20,00
2.583 19,30 b Bawean 1.699 12,69
a.1 Kepulauan Mentawai
c Gili Ketapang 2.677 20,00
b RIAU & KEP RIAU 6 BALI 911 6,81
b.1 Bintan 2.052 15,34 Sistem 3 Nusa (Nusa Penida, Nusa Lembongan, 2.425 18,12
a
Nusa Ceningan)
b.2 Tanjung Balai Karimun 1.682 12,57
7 SUB SISTEM KECIL LAINNYA 2.677 20,00
2.060 15,39 C KALIMANTAN
b.3 Natuna
1 KALBAR 1.692 12,64
b.4 Anambas 2.677 20,00 2 KALSELTENG 1.149 8,58
3 KALTIMRA 1.481 11,07
c S2JB (SUMSEL, JAMBI, BENGKULU) 961 7,18
4 SUB SISTEM KECIL LAINNYA 2.677 20,00
c.1 Pulau Enggano 2.677 20,00

d LAMPUNG 936 6,99


3 BANGKA 2.247 16,79

4 BELITUNG 1. 887 14,10

5 SUB SISTEM KEPULAUAN KECIL LAINNYA 2.677 20,00


BPP PEMBANGKITAN 2016 PER SUBSISTEM (2)
Sesuai Kepmen ESDM No. 1404 K/20/MEM/2017
BPP BPP BPP BPP
NO WILAYAH / DISTRIBUSI / SISTEM / SUB SISTEM (Rp. /kWh) (₵USD/kWh)
NO WILAYAH / DISTRIBUSI / SISTEM / SUB SISTEM (Rp. /kWh) (₵USD/kWh)
D SULAWESI & NUSA TENGGARA F MALUKU & PAPUA
1 SULUTTENGGO 1 MALUKU & MALUKU UTARA
Sulawesi Bagian Utara (Manado, Gorontalo, 1.739 13,00 a Ambon 2.677 20,00
a b Seram 2.677 20,00
Kotamobagu)
b Toli - Toli 2.225 16,62 c Saparua 2.221 16,59
c Tahuna 2.564 19,15 d Buru 2.206 16,48
1.130 8,44
e Ternate - Tidore 2.677 20,00
d Palu Grid (Sulbagsel)
f Sanana 1.871 13,98
e Luwuk 2.099 15,69
g Bacan 1.885 14,08
2 SULSELRABAR h Halmahera (Tobelo, Malifut, Jailolo, Sofifi, Maba) 2.677 20,00
Sulawesi Bagian Selatan (Makassar, Mamuju, 974 7,28 i Daruba 2.677 20,00
a
Palopo, Pinrang, Watampone, Pare-Pare) j Tual 2.677 20,00
b Kendari 1.925 14,38 k Dobo 2.677 20,00
c Bau - Bau 2.169 16,21 l Saumlaki 2.239 16,73
d Selayar 2.043 15,26 2 PAPUA & PAPUA BARAT
3 SUB SISTEM KECIL LAINNYA 2.677 20,00 a Jayapura 1.844 13,78
E NUSA TENGGARA b Sarmi 1.871 13,98
c Biak 2.139 15,99
1 NTB
d Serui 1.976 14,77
a Tambora (Bima dan Sumbawa) 2.239 16,73
e Nabire 1.849 13,81
b Lombok 1.861 13,90
f Wamena 2.677 20,00
2 NTT g Timika 2.210 16,51
a Sumba 2.275 17,00 h Merauke 2.059 15,39
b Timor 2.421 18,09 i Tanah Merah 1.915 14,31
c Flores Bagian Barat 2.372 17,72 j Manokwari 1.978 14,78
d Flores Bagian Timur 2.207 16,49 k Sorong 1.753 13,10
3 SUB SISTEM KECIL LAINNYA 2.667 20,00 l Teminabuan 1.868 13,96
m Fak Fak 2.677 20,00
n Kaimana 2.677 20,00
o Bintuni 2.677 20,00
p Raja Ampat 2.677 20,00
3 SUB SISTEM KECIL LAINNYA 2.677 20,00
RATA - RATA 1.025 7,66
IV Pokok-Pokok Dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik

31
POKOK – POKOK DALAM PERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK

Umur Teknis, Paling Lama


JANGKA WAKTU PERJANJIAN

❑ Jangka waktu Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL)


paling lama 30 tahun, dengan mempertimbangkan jenis
pembangkit, dan dihitung sejak COD
❑ PJBL menggunakan pola kerjasama berupa Build, Own,
Operate, Transfer (BOOT)
❑ Dalam PJBL, biaya kapasitas (komponen A) pada harga
jual tenaga listrik dihitung berdasarkan nilai investasi
yang didepresiasi sekurang-kurangnya 20 tahun.
❑ Ketentuan detail lain mengenai pola kerja sama diatur
dalam PJBL
JAMINAN PELAKSANAAN PROYEK
IPP perlu menyediakan jaminan pelaksanaan proyek yang terdiri:
❑ Performance Security Tahap 1
Menjamin pencapaian tahap Financing Date, berlaku sejak
tanda tangan Power Purchased Agreement (PPA) sampai
Financing Date;
❑ Performance Security Tahap 2
Menjamin pencapaian Commissioned Date, berlaku sejak
tanda tangan PPA sampai Commissioned Date;
❑ Performance Security Tahap 3
Menjamin pencapaian Commercial Operational Date (COD),
berlaku sejak tanda tangan PPA sampai COD.
KETENTUAN KOMISIONING DAN COD
❑ Ketentuan komisioning wajib mengacu pada Permen ESDM No 5/2014 jo.
10/2016 tentang Tata Cara Akreditasi dan Sertifikasi Ketenagalistrikan.
❑ Pengoperasian Pembangkit Tenaga Listrik wajib mengacu pada Permen
ESDM tentang Aturan Jaringan Tenaga Listrik (Grid Code) yang telah
tersusun:
▪ Jawa Madura Bali
▪ Sumatera
▪ Sulawesi
▪ Kalimantan
➢ Terhadap Sistem Tenaga Listrik yang belum memiliki Grid Code, Grid Code
ditetapkan oleh Direktur Jenderal; Pengoperasian pembangkit Tenaga listrik
dapat mengikuti Grid Code yang telah ada.
❑ Ketentuan COD:
▪ Jika PLN meminta percepatan COD → IPP berhak mendapat insentif
▪ Jika terjadi keterlambatan → IPP dikenakan pinalti
TAKE OR PAY (TOP) DAN DELIVER OR PAY (DOP)

❑ Badan Usaha wajib menyediakan tenaga listrik sesuai dengan PJBL.

❑ Dalam hal Badan Usaha selaku penjual tidak dapat mengirimkan tenaga
listrik sesuai dengan PJBL disebabkan kegagalan dan/atau kelalaian
Badan Usaha, Badan Usaha wajib membayar penalti kepada PT PLN
(Persero).
→ DELIVER OR PAY (DOP)

❑ Dalam hal PT PLN (Persero) tidak dapat menyerap tenaga listrik sesuai
PJBL disebabkan kesalahan PT PLN (Persero), PT PLN (Persero) wajib
membayar penalti kepada Badan Usaha selama periode tertentu.
→ TAKE OR PAY (TOP)

❑ Penalti ditetapkan secara proporsional sesuai dengan komponen investasi.


PENGENDALI OPERASI SISTEM (DISPATCHER)
❑ Pengendali Operasi Sistem (Dispatcher) berperan untuk mengatur operasi sistem (dispatch)
pembangkit tenaga listrik dalam rangka menjaga keandalan Sistem Tenaga Listrik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik (Grid
Code) pada sistem setempat.
❑ Pengendali Operasi Sistem (Dispatcher) harus membuat perencanaan dan melaksanakan operasi
sistem (dispatch) untuk mendapatkan keandalan dalam penyediaan tenaga listrik.

❑ Dalam perencanaan dan pelaksanaan operasi sistem (dispatch) dilaksanakan dengan


mempertimbangkan kondisi pembangkitan dengan biaya termurah (least cost) dan teknis
operasional pembangkit dalam memenuhi prakiraan beban, dengan tetap memperhatikan kendala
jaringan dan standar kualitas pelayanan.

❑ Dalam mengatur operasi sistem (dispatch) pembangkit tenaga listrik, Pengendali Operasi Sistem
(Dispatcher) harus memperhatikan setiap PJBL antara PT PLN (Persero) dan Badan Usaha.

❑ Operasi sistem (dispatch) bulanan untuk setiap pembangkit tenaga listrik harus dideklarasikan dan
dilaporkan kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal.
❑ Laporan atas operasi sistem (dispatch) termasuk memuat pelanggaran terhadap Aturan Jaringan
Sistem Tenaga Listrik (Grid Code) pada sistem setempat yang dilakukan baik oleh PT PLN
(Persero) maupun oleh Badan Usaha.
PENALTI TERHADAP KINERJA PEMBANGKIT
❑ Meliputi:
1. Liquidated Damaged (LD): Penalti kepada IPP akibat keterlambatan mencapai COD sesuai kontrak.
Penalti yang diberikan proporsional dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh PLN dikarenakan
ketiadaan energi yang dijanjikan.

2. Penalti AF (Availability Factor), sebesar biaya yang harus dikeluarkan oleh PLN dikarenakan
ketiadaan energi yang dijanjikan.

3. Penalti OF (Outage Factor), sebesar biaya yang harus dikeluarkan oleh PLN dikarenakan ketiadaan
energi yang dijanjikan.

4. Penalti Heat Rate (khusus proyek berbahan bakar gas yang gas-nya disiapkan PLN) , Nilainya
sebesar harga gas dikalikan selisih heat rate yang diperjanjikan dengan heat rate aktual. Untuk
pembangkit batubara, PLN membayar komponen C sesuai dengan heat rate yang diperjanjikan.

5. Penalti kegagalan memikul MVA, Penalti yang diakibatkan pembangkit IPP menyerap daya kapasitif
(MVAr) di sistem interkoneksi PLN.

6. Penalti kegagalan menjaga Frequency, Penalti yang diakibatkan apabila pembangkit IPP gagal
untuk mematuhi grid code pada sistem setempat.
7. Penalti Ramp Rate (kecepatan naik turun beban), Penalti yang dikenakan terhadap pembangkit
IPP yang tidak mampu mencapai jumlah dan waktu perubahan pembebanan memenuhi operasi
sistem.
PENGALIHAN HAK
❑ Pengalihan hak kepemilikan tidak dapat dialihkan sampai
pembangkit COD, kecuali untuk pengalihan kepada Afiliasi yang
sahamnya dimiliki lebih dari 90% oleh penyandang dana
(Sponsor) yang bermaksud untuk mengalihkan saham.

❑ Pengalihan hak sesudah COD dapat dilakukan apabila disetujui


secara tertulis oleh PLN dan dilaporkan kepada Menteri c.q.
Dirjen Ketenagalistrikan.

❑ Terhadap pengalihan hak untuk pembangkit listrik tenaga panas


bumi dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang panas bumi.
SKEMA SEBELUM COD
PT XYZ
PEMEGANG PT ABC PT CC
IUPTL (SPC/ IPP) (INDUK) (92% SAHAM
DIMILIKI PT
ABC)

No
PT A PT B PT C
20% 30% 50%

yes
pengalihan saham di
PT D
area ini yg masuk No 90% saham
lingkup permen
dimiliki PT C
48/2017

PT E
100% saham
SEBELUM COD dimiliki PT D
4
0
MEKANISME PENGALIHAN SAHAM
PM ESDM 42/2017 PM ESDM 48/2017

Pemegang IUPTL Persetujuan Pemegang IUPTL Persetujuan


“Usulan Persetujuan ke MESDM Pembeli (PLN) “Laporan ke MESDM melalui Pembeli (PLN)
melalui Dirjen Gatrik” Dirjen Gatrik”
Syarat Administratif:
1. surat permohonan
2. dasar atau alasan pengalihan
saham;
3. Salinan Akta hasil RUPS
4. dokumen anggaran dasar
terakhir/terbaru
Dirjen Gatrik 5. salinan IUPTL yang masih berlaku;

“Evaluasi”
6. persetujuan dari pembeli tenaga
listrik;
Dirjen Gatrik
7. surat pernyataan di atas materai
bahwa dokumen yang diserahkan
adalah benar; dan Kelengkapan Laporan
8. salinan digital dokumen persyaratan
permohonan.
a. salinan akta hasil Rapat Umum
Pemegang Saham;
Syarat Finansial b. dokumen anggaran dasar
1. laporan SPT Pajak Penghasilan terakhir/terbaru dengan
MESDM Badan 2 (dua) tahun terakhir serta
NPWP dari penerima pengalihan
pengesahan dari menteri yang
menyelenggarakan urusan
“Surat Persetujuan” saham;
pemerintahan di bidang hukum
2. laporan keuangan penerima
pengalihan saham 2 (dua) tahun dan hak asasi manusia; dan
terakhir yang telah diaudit akuntan c. salinan persetujuan dari pembeli
publik tenaga listrik;
41
MEKANISME PERUBAHAN DIREKSI DAN/ATAU KOMISARIS
PM ESDM 42/2017 PM ESDM 48/2017

Pemegang IUPTL
Pemegang IUPTL
“Usulan Persetujuan ke Rekomendasi Pembeli
“Laporan ke MESDM melalui
MESDM melalui Dirjen (PLN) Dirjen Gatrik”
Gatrik”

Lampiran:
1. surat permohonan
2. salinan akta hasil RUPS;
3. dokumen anggaran dasar
Dirjen Gatrik terakhir/terbaru dengan pengesahan dari
Dirjen Gatrik
menteri yang menyelenggarakan urusan
“Evaluasi” pemerintahan di bidang hukum dan hak
asasi manusia;
4. identitas/profil direksi dan/atau komisaris
baru yang disertai dengan, meliputi
salinan Kartu Tanda Penduduk bagi Kelengkapan Laporan
Warga Negara Indonesia atau salinan a. salinan akta hasil Rapat Umum
paspor bagi Warga Negara Asing; Pemegang Saham; dan
5. laporan Surat Pemberitahuan Tahunan
b. dokumen anggaran dasar
Pajak Penghasilan 2 (dua) tahun terakhir
terakhir/terbaru dengan
MESDM serta Nomor Pokok Wajib Pajak direksi
pengesahan dari menteri yang
dan/atau komisaris baru;
“Surat Persetujuan” 6. rekomendasi dari pembeli tenaga listrik. menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum
dan hak asasi manusia;

42
KETENTUAN PENYESUAIAN HARGA JUAL TENAGA LISTRIK
❑ Penyesuaian Harga Jual Tenaga Listrik dapat dilakukan dalam hal terjadi perubahan :
➢ Unsur Biaya dan;
➢ Unsur Teknis

❑ Perubahan Unsur Biaya, dapat dilakukan dalam hal terdapat perubahan:


➢ Peraturan terkait harga jual tenaga listrik;
➢ Peraturan Perpajakan;
➢ Peraturan Lingkungan; dan/ atau
➢ Peraturan terkait biaya energi.

➢Perubahan Unsur Teknis, ditetapkan berdasarkan Kesepakatan dalam PJBL antara PT


PLN (Persero) dan Badan Usaha.
ALOKASI RISIKO
❑ Risiko yang ditanggung PT PLN (Persero), meliputi:
a. Perubahan kebijakan atau regulasi (government force majeur);
b. Kebutuhan tenaga listrik/beban;
c. Kemampuan transmisi yang terbatas; dan Dihapus
d. Keadaan kahar (force majeur).
melalui
❑ Risiko yang ditanggung Badan Usaha, meliputi:
a. Perubahan kebijakan atau regulasi (government force majeur); Peraturan
b.
c.
Masalah pembebasan lahan;
Perizinan termasuk izin lingkungan;
Menteri
d.
e.
Ketersediaan bahan bakar;
Ketepatan jadwal pembangunan;
ESDM
f. Performa pembangkit; dan Nomor 49
g. Keadaan kahar (force majeur).
Tahun 2017
❑ Risiko PT PLN (Persero) dan risiko Badan Usaha terkait perubahan
kebijakan atau regulasi (government force majeur) diatur lebih
lanjut dalam PJBL.

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN


KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEUR)
❑ Para pihak dibebaskan dari kewajibannya apabila terjadi keadaan kahar (force majeur) Dihapus melalui
❑ Keadaan kahar (force majeur) berupa: Peraturan Menteri ESDM
a. Bencana alam (natural force majeur); Nomor 10 Tahun 2018
b. Perubahan peraturan perundang-undangan; atau Dihapus melalui
c. Perubahan kebijakan pemerintah (government force majeur)
Peraturan Menteri ESDM
❑ Dalam hal keadaan kahar dikarenakan bencana alam menyebabkan: Nomor 49 Tahun 2017
a. tertundanya pelaksanaan COD, maka jadwal pelaksanaan COD dapat diperpanjang
sesuai dengan waktu berlangsungnya bencana alam termasuk waktu untuk
perbaikan pada proyek yang diperlukan
b. energi yang dibangkitkan tidak dapat disalurkan, maka PJBL dapat diperpanjang
sesuai dengan waktu berlangsungnya bencana alam termasuk waktu untuk
perbaikan pada proyek yang diperlukan
❑ Dalam hal keadaan kahar dikarenakan perubahan peraturan perundang-undangan
menyebabkan:
a. adanya investasi baru atau tambahan biaya, maka Badan Usaha berhak Dihapus melalui
mendapatkan penyesuaian harga jual tenaga listrik Peraturan Menteri ESDM
b. adanya pengurangan biaya, maka PT PLN (Persero) berhak mendapatkan Nomor 10 Tahun 2018
penyesuaian harga jual tenaga listrik
❑ Dalam hal keadaan kahar dikarenakan perubahan kebijakan pemerintah menyebabkan Dihapus melalui
proyek dihentikan atau pembangkit tenaga listrik tidak dapat beroperasi, maka PT PLN Peraturan Menteri ESDM
(Persero) maupun Badan Usaha dibebaskan dari kewajibannya masing-masing
Nomor 49 Tahun 2017

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN


KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
KETENTUAN LAIN-LAIN DAN KETENTUAN PERALIHAN
❑ KETENTUAN LAIN-LAIN
➢ Ketentuan lain yang belum diatur dalam Peraturan Menteri ini akan diatur dalam PJBL secara business to
business antara PT PLN (Persero) dan Badan Usaha

❑ KETENTUAN PERALIHAN
➢ Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, terhadap proyek yang telah:
a) memasukkan penawaran (bid closing),
b) menandatangani surat penunjukan (letter of intent), atau
c) menandatangani PJBL, termasuk dalam hal adanya penyesuaian harga dan/atau proses
amandemen PJBL lainnya
sebelum Peraturan Menteri ini diundangkan, dinyatakan tetap berlaku.
➢ Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, terhadap proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi
yang telah:
a) dilakukan proses lelang dan sudah menawarkan harga;
b) ditetapkan sebagai pemenang lelang; atau
c) ditandatangani perjanjian jual belinya,
sebelum Peraturan Menteri ini diundangkan, dinyatakan tetap berlaku.

➢ Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, terhadap pengadaan proyek pembelian tenaga listrik
(Independent ower Producer/IPP) baru yang belum mencapai tanggal pemasukan penawaran (bid
closing), wajib menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini.

Anda mungkin juga menyukai