Anda di halaman 1dari 19

Makalah ekonomi energi listrik

MANAJEMEN PEMBANGKITAN

NAMA : MUH. AZRUL AZWAR HAFID

KELAS : PTE 02

NIM : 1824042003
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena


rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Manajemen
Pembangkitan guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Energi Listrik.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini sehingga dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan


bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.

Makassar, 20 Mei 2019

Penyusun

Page 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...2

DAFTAR ISI………………………………………………………………….…3

1. PENDAHULUAN……………………………………………………………4
2. PEMBAHASAN……………………………………………………………...5

2.1 Manajemen Operasi………………………………………………………….5

2.2 Manajemen Pemeliharaan…………………………………………………...6

2.3 Suku Cadang…………………………………………………………………7

2.4 Laporan Pemeliharaan……………………………………………………….8

2.5 Laporan Kerusakan………………………………………………………….9

2.6 Laporan dan Analisis Gangguan……………………………………………11

3. PENUTUP…………………………………………………………………..18

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….19

Page 3
BAB 1

PENDAHULUAN

Listrik merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia


karena manusia dalam menjalankan aktivitasnya tidak akan terlepas dari
kebutuhan terhadap listrik. Mulai dari perseorangan sampai perindustrian,
memiliki kebutuhan yang besar tehadap listrik sehingga lahirlah industri
pembangkitan listrik.

Pembangkitan energi listrik merupakan kegiatan yang berlangsung selama


24jam per hari tujuh hari dalam sepekan karena seperti yang diketahui bahwa
energi listrik dibutuhkan setiap harinya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan
tersebut maka diperlukan sebuah pengaturan yang baik mengenai pembangkitan.

Menurut salah seorang ahli ekonomi, Ricky W. Griffin, manajemen


adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan
efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan,
sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka
untuk memperoleh sistem pembangkitan yang baik maka perlu adanya
perencanaan, pengaturan, dan pengkoordinasian yang baik antarelemen yang
terkait.

Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana manajemen pembangkitan


yang baik yang meliputi manajemen operasi, manajemen pemeliharaan,
manajemen bahan bakar, manajemen suku cadang, dan aplikasi peralatan dan
metode kerja yang baru.

Page 4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Operasi

Penyediaan tenaga listrik kontinu selama 24 jam sehari maka dari itu
diperlukan sebuah manajemen operasi yang tertib agar kegiatan penyediaan
energi listrik tidak terhambat. Salah satunya dengan menyusun metode kerja
shift , yang mana mampu memenuhi kebutuhan petugas untuk beroperasi
selama 24 jam. Umumnya dalam terdapat lima shift sehingga dapat diberikan
istirahat sekali dalam satu minggu untuk setiap shift selama 24 jam penuh.

Dalam operasi pembangkitan, sebelumnya perlu dilakukan perencanaan


beban agar pengaturan distribusi beban dari pusat listrik ke pusat pengatur beban
dapat diatur dengan sesuai.

Jika diringkas dalam sebuah alur skematik maka hubungan antara pusat
listrik dan pusat pengatur beban adalah sebagai berikut

Pusat pengatur beban membuat


perkiraan beban

Interkoneksi

Membagikan jatah beban ke pusat


listrik

Pusat listrik merencanakan kinerja unit


pembangkit untuk memenuhi
kebutuhan beban

Page 5
Dalam operasi pembangkit dilakukan pencatatan besaran-besaran
tertentu yaitu :

a. Besaran yang berhubungan dengan keamanan peralatan, yaitu arus,


tegangan, daya, suhu, tekanan, dan getaran.

b. Besaran yang berhubungan dengan kinerja peralatan, yaitu


energi(kWh) dan pemakaian bahan bakar atau air jika pada PLTA.

Pencatatan besaran tersebut dapat dilakukan secara manual maupun


secara otomatis dengan menggunakan alat recorder atau komputer. Tujuan
pencatatan ini adalah untuk data yang nantinya dapat digunakan untuk
menganalisa kinerja alat yang nantinya dapat dijadikan dasar dalam transaksi
jual beli energi, pengawasan bahan bakar, dan mengetahui efisiensi unit
pembangkit dalam jaringan. Selain itu, data pencatatan tadi dapat digunakan
untuk menganalisa perkembangan sistem, dimana hasil analisa data tersebut
diperlukan untuk membuat rencana pengembangan sistem.

2.2 Manajemen Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan dengan beberapa tujuan, yaitu

1. Mempertahankan Efisiensi
Jika untuk pembangkitan 10KV listrik membutuhkan bahan bakar bensin
sebanyak 50 liter bensin, maka diharapkan dengan adanya pemeliharaan
alat efisiensi tersebut tidak mengalami penurunan.
2. Mempertahankan Keandalan
Keandalan ini dimaksudkan seperti misalkan bantalan pada pembangkit
dibiarkan saja,maka lama-kelamaan akan kotor dan kering sehingga akan
menyebabkan kinerja pembangkit yang tidak maksimal. Maka dari itu
dibutuhkan adanya pemeliharaan agar alat tetap dala kondisi baik.
3. Mempertahankan Umur Ekonomis
Misalkan generator yang bekerja terus-menerus diperkirakan umur
ekonomisnya adalah 10 tahun, maka bila tidak ada pemeliharaan yang
baik pencapaian umur alat tersebut tidak akan mencapai 10 tahun karena
akan muncul kerusakan-kerusakan pada bagian-bagiannya.

Page 6
Dalam perkembangannya pemeliharaan berdasarkan waktunya adanya dua jenis,
yaitu
a. Pemeliharaan Periodik
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan menurut periode waktu tertentu
berdasarkan buku petunjuk alat dari pabrik pembuat alat tersebut.
b. Pemeliharaan Prediktif
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
kerusakan dalam skala besar yang didasarkan pada adat dan informasi
yang menyangkut alat yang akan dipelihara.
Contoh beberapa jenis catatan besaran-besaran yang dicatat pada proses
pemeliharaan, yaitu
1. Tahanan isolasi
Misalkan dari hasil pengukuran tahanan isolasi tiap bulannya ternyata nila
tahanan isolasi cenderung menurun maka dari data tersebut dapat
ditentukan waktu pemeliharaan isolasi.
2. Sinar Inframerah
Sinar inframerah yang dipancarkan oleh suatu alat juga dapat
menggambarkan suhu dari bagian alat tersebut. Kamera inramerah
merupakan alat yang dapat dimanfaatkan untuk menganalisis kondisi
bagian alat. Misalkan jika pada sebuah lat difoto lalu pada hasil foto
terlihat adanya bagian yang lebih terang disbanding yang lain maka suhu
pada bagian tersebut berarti lebih tinggi daripada suhu pada bagian yang
lain.
3. Kandungan air
Pengamatan kandungan air dilakukan pada minyak transformator
bersamaan dengan pengamatan tegangan tembusnya. Pada umumnya
tegangan tembus aka menurun jika kandungan air pada minyak naik.
Penanganannya dapat dilakukan dengan penyaringan untuk membuang
kotoran dan pemanasan untuk menghilangkan kandungan air.
2.3 Suku Cadang
Suku Cadang diperlukan untuk menggantikan bagian-bagian tertentu
dalam pemeliharaan
unit pembangkit. Suku cadang pada dasarnya dibagi atas dua kategori, yaitu :
1. Consumable Parts

Page 7
Merupakan suku-suku cadang yang pasti akan digunakan atau
dikonsumsikan setelah waktu tertentu. Contohnya seperti busi mesin
bensin mobil yang setelah jam pemakaian tertentu harus diganti.
Begitu pula dengan elemen saringan minyak pelumas (filter cartridge)
yang terbuat dari kertas yang setelah jam pemakaian tertentu harus
diganti. Apabila tidak diganti, maka tekanan minyak pelumas akan
turun dan membahayakan bantalan yang menerima minyak pelumas.
Bantalan (bearing) juga merupakan consumable parts. Karena setelah
melampaui jam operasi tertentu menjadi aus (worn) dan harus segera
diganti.
2. Spare Parts
Merupakan suku yang dicadangkan untuk menggantikan suku yang
mengalami kerusakan yang tidk dapat diperkirakan sebelumnya kapan
akan terjadi. Pada dasarnya apabila pengoperasian unit pemabangkit
dilakukan secara benar maka kerusakan unit pembangkit tidak akan
terjadi. Contoh dari spare parts adalah cylinder head mesin diesel,
sudut-sudut turbin, dan kumparan stator generator.
2.4 Laporan Pemeliharaan
Laporan pemeliharaan khususnya pemeliharaan besar (overhaul)
haruslah memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Tanggal Pelaksanaan
Hal ini diperlukan untuk :
 Membandingkan pelaksanaan pemeliharaan dengan rencananya
 Jika ada penyimpangan terhadap rencana, harus dijelaskan
penyebabnya
 Membandingkan pelaksanaan pemeliharaan kali ini dengan
pelaksanaan pemeliharaan sebelumnya.
2. Pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan
Pekerjaan pemeliharaan umumnya sebagai berikut:
 Membongkar atau membuka unit-unit tertentu dari pembangkit.
 Memeriksa secara visual atau menggunaklan instrument terhadap
bagianbagian yang telah dibuka tadi.
 Melakukan pembersihan bagian-bagian alat atau instalasi.

Page 8
 Melakukan penggantian suku-suku tertentu serta melakukan
perbaikan perbaikan
 Melakukan penyetelan atau peneraan alat-alat ukur alat-alat control
dan alat-alat proteksi.
 Menutup Kembali bagian yang telah dibuka
 Melakukan uji coba dan mebandingkan kinerja unit pembangkit
sebelum dan sesudah menjalani pemeliharaan
3. Penggunaan suku-suku serta material dalam melaksanaka pekerjaan
pemelihaaran, volume maupun harganya.
4. Penggunaan Tenaga Kerja yang melaksanakan pekerjaan pemeliharaan,
baik hari, orangnya beserta klasifikasi dan biayanya.
5. Rekomendasi untuk operasi dan pemeliharaan yang akan datang
6. Perhitungan biaya pemeliharaan dalam rupiah per kWh, yaitu jumlah
pemeliharaan kali ini dibagi dengan jumlah produksi kWh dalam selang
waktu antara pemeliharaan sebelum ini dengan pemeliharaan ini.
2.5 Laporan Kerusakan
Kerusakan merupakan hal yang tidak dikehendaki untuk terjadi, tetapi
dalam praktiknya tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu setiap kerusakan
harus dianalisis penyebabnya dengan harapan agar tidak terulang lagi kejadian
yang sama.
Untuk dapat menganalisis penyebab kerusakan, diperluka laporan
kerusakan yang memadai. Oleh karena itu, laporan kerusakan harus berisi
tentang hal-hal sebagai berikut :
1. Tanggal dan jam terjadinya kerusakan
2. Situasi sistem tenaga listrik sewaktu terjadi kerusakan
3. Data dan informasi mengenai kerusakan yang sudah pernah terjadi
sebelumnya
4. Parameter-parameter, seperti arus, tegangan,daya, suhu, tekanan, dan lain-
lain yang berkaitan dengan alat yang rusak, sebelum dan sesudah
kerusakan terjadi.
5. Jika memyamgkut kerusakan unit pembangkit, maka lapiran overhaul
(pemeliharaan
besar) yang terakhir perlu dilampirkan.
Beberapa kerusakan berat beserta penyebabnya adalah sebagai berikut:

Page 9
1. Kerusakan Sudu-sudu Turbin PLTU
 Penyebab Kerusakan: Kebocoran kondensor yang menyebabkan air
laut pendingin masuk ke dalam sirkuit uap sehingga garam laut
(NaCl) ikut dalam uap dan “menggigit” sudu-sudu turbin uap
sampai akhirnya rusak
 Langkah Pencegahan: Unit PLTU harus segera dihentika apabila
ada tanda-tanda air laut masuk ke dalam sirkuit uap. Hal ini terlihat
daari naiknya daya hantar listrik air ketel. Air ketel harus
dibersihkan dari kontaminasi NaCl dan kebocoran kondensor harus
diperbaiki.
2. Poros Engkol Mesin Diesel Patah
 Penyebab Kerusakan: Bantalan Utama (main bearing) dari poros
engkol aus dan tidak diganti dengan yang baru sehingga defleksi
poros engkol menjadi besar. Ini mengakibatkan poros engkol
mengalami getaran besar dan patah.
 Langkah Pencegahan: Defleksi poros engkol harus selalu dikontrol
sebulan sekali dan defleksi ini harus diperbaiki dengan mengganti
bantalan uatama yang aus.
3. Cylinder Head Mesin Diesel Retak
 Penyebab Kerusakan: Pengabut BBM fungsinya kuran baik
sehingga pembuatan BBM dalam silinder tidak sempurna dan
terjasi hot spot pada cylinder head yang menimbulkan keretakan.
 Langkah Pencegahan: Mengganti pengabut tersebut dengan yang
baik atau menyetelnya supaya fungsinya normal kembali.
4. Sudut-sudut turbin gas rusak
 Penyebab Kerusakan: Kompresor kotor sehingga tekanan udara
yang dihasilkannya kurang besar dan tdapat terjadi overheating
pada pengabut.
 Langkah Pencegahan: Kompresor dibersihkan dan saluran
udaranya diganti serta memperbaiki pengabut.
5. Kerusakan Saluran Air di sisi hilir PLTA
 Penyebab Kerusakan: Tanah longsor di tepi saluran air sisi PLTA.
Sehingga menimbulkan permukaan air naik sehingga masuk ke
dalam ruang turbin dserta generator.

Page
10
 Langkah Pencegahan: Memasang Talud yang cukup kuat serta
menanam tanaman pencegah tanah longsor.
6. Lilitan stator generator Terbakar
 Penyebab Kerusakan: Terjadi gangguan pada saluran keluar pusat
listrik yang berdekatan dengan generator.
 Langkah Pencegahan: Penyebab gangguan saluran penggunaan
harus
dihilangkan.
7. Transformator Penaik Tegangan Rusak
 Penyebab Kerusakan: lilitan kumparan rusak dan bushing
transformatornya rusak karena kebocoran yang menyebabkan
hubung singkat.
 Langkah Pencegahan: Kondensator kosentris dari kertas harus
secara periodic diperiksa dan apabila ada gejala kebocoran harus
segera diganti.
8. Lilitan stator motor Listrik Terbakar
 Penyebab Kerusakan: beban lebih dan isolasi bocor.
 Langkah Pencegahan: Relai proteksi arus lebih dari motor harus di
cek dan distel secara periodik dan diganti apabila perlu dan tahanan
isolasi pada kumparan stator harus secara periodic diukur, terutama
setelah motor lama berhenti.
9. Pemutus Tenaga Meledak/Rusak
 Penyebab Kerusakan: Arus hubung singkat melampaui kemampuan
pemutus tenaga(PMT)
 Langkah Pencegahan: PMT diganti dengan yang mempunyai
kemampuan pemutus arus hubung singkat yang lebih besar.
2.6 Laporan dan Analisis Gangguan
Gangguan pada pembangkitan merupakan kejadian yang menyebabkan
PMT trip tidak atas kehendak (tindakan) operator. Karena dalam suatu sistem
pembangkitan melibatkan banyak komponen dan sangat kompleks, maka ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan pada pembangkitan, antara
lain:
1. Faktor manusia → Faktor ini terutama menyangkut kesalahan atau
kelalaian dalam memberikan perlakuan pada sistem. Misalnya, salah

Page
11
menyambung rangkaian, keliru dalam mengkalibrasi suatu piranti
pengamanm dan sebagainya.
2. Faktor internal → Faktor ini menyangkut gangguan-gangguan yang
berasal dari sistem itu sendiri. Misalnya, usia pakai (ketuaan), keausan,
dan sebagainya. Hal ini dapat mengurangisensitivitas relay pengaman,
juga mengurangi daya isolasi peralatan listrik lainnya.

Berdasarkan sifatnya, gangguan terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. Gangguan bersifat temporer → gangguan dikatakan temporer apabila


PMT trip dan jika dimasukkan lagi keadaannya normal kembali.
Walaupun gangguan bersifat temporer, namun jika menyangkut unit
pembangkit yang besar, maka dapat menimbulkan gangguan beruntun dan
menimbulkan pemadaman yang luas dalam sistem.
2. Gangguan bersifat permanen → gangguan dikatakan permanen apabila
PMT dimasukkan setelah trip, PMT ini akan trip kembali setelah
dimasukkan. Hal ini terjadi karena adanya kerusakan dalam instalasi yang
menimbulkan hubung singkat yang perlu diperbaiki terlebih dahulu
sebelum PMT dapat dimasukkan kembali secara normal.
Sementara itu, apabila ditinjau dari segi sifat dan penyebabnya, maka gangguan
pun akandikelompokkan menjadi:
1. Tegangan lebih atau over voltage → Tegangan lebih merupakan suatu
gangguan akibat tegangan pada sistem tenaga listrik lebih besar dari yang
seharusnya. Gangguan tegangan lebih dapat terjadi karena kondisi
eksternal dan internal pada sistem.
1. Kondisi Ekternal
Kondisi ini terutama akibat adanya sambaran petir. Petir
terjadi disebabkan oleh terkumpulnya muatan listrik, yang
mengakibatkan bertemunya muatan positif dan negatif. Pertemuan ini
berakibat terjadinya beda tegangan antara awan bermuatan positif
dengan muatan negatif, atau awan bermuatan positif atau negatif
dengan tanah. Bila beda tegangan ini cukup tinggi, maka akan terjadi
locatan muatan listrik dari awan ke awan atau dari awan ke tanah.
2. Kondisi Internal
Hal ini terutama karena isolasi akibat perubahan yang
mendadak dari kondisi rangkaian atau karena resonansi. Misalnya,

Page
12
operasi hubung pada saluran tanpa beban, perubahan beban yang
mendadak, operasi pelepasan pemutus tenaga yang mendadak akibat
hubungan singkat pada jaringan, kegagalan isolasi, dan sebagainya.
2. Hubung singkat → Hubung singkat adalah terjadinya hubungan
penghantar bertegangan atau penghantar tidak bertegangan secara langsung
tidak melalui media (resistor/beban) yang semestinya sehingga terjadi
aliran arus yang tidak normal (sangat besar). Hubung singkat merupakan
jenis gangguan yang sering terjadi pada sistem pembangkitan, terutama
pada saluran 3 fase. Meskipun semua komponen peralatan listrik selalu
diisolasi dengan isolasi padat, cair (minyak), udara, gas, dan sebagainya.
Namun karena usia pemakaian, keausan, tekanan mekanis, dan sebab-sebab
lainnya, maka kekuatan isolasi pada peralatan listrik bisa berkurang atau
bahkan bisa hilang sama sekali. Hal ini akan mudah menimbulkan hubung
singkat.
3. Beban lebih atau over load → Beban lebih merupakan gangguan yang
terjadi akibat konsumsi energi melebihi energi listrik yang dihasilkan pada
pembangkit. Gangguan beban lebih sering terjadi terutama pada generator
dan transformator daya. Ciri dari beban lebih adalah terjadinya arus lebih
pada komponen. Arus lebih ini dapat menimbulkan pemanasan yang
berlebihan sehingga bisa menimbulkan kerusakan pada isolasi.
4. Daya balik atau reverse power → Daya balik merupakan suatu gangguan
berubah fungsi generator menjadi motor (beban) pada sistem pembangkit
tenaga listrik. Gangguan ini terjadi pada sistem tenaga listrik yang
terintegrasi (interconnected system). Pada kondisi normal, generator-
generator yang tersambung paralel akan bekerja secara serentak dalam
membangkitkan tenaga listrik. Namun karena sesuatu sebab, misalnya
gangguan hubung singkat yang terlalu lama, gangguan medan magnet, dan
sebagainya, maka akan terjadi ayunan putar rotor sebagian dari generator
pada sistem tersebut. Ayunan bisa lebih cepat atau lebih lambat dari putaran
sinkron. Hal ini menyebabkan sebagian generator menjadi motor dan
sebagian berbeban lebih. Dengan demikian, terjadi tenaga listrik yang
terbalik, yaitu generator yang seharusnya menghasilkan tenaga listrik,
justru berbalik menjadi motor yang menyerap tenaga listrik. Kejadian ini
akan terjadi pada sistem tegangan tinggi atau ekstra tinggi yang lebih luas.
Sistem pembangkitan dikatakan baik apabila dapat mencatu dan

Page
13
menyalurkan tenaga listrik ke konsumen dengan tingkat keandalan yang
tinggi. Keandalan di sini meliputi kelangsungan, stabilitas, dan harga per
KWH yang terjangkau oleh konsumen. Pemadaman listrik sering terjadi
akibat gangguan yang tidak dapat diatasi oleh sistem pengamannya.
Keadaan ini akan sangat mengganggu kelangsungan penyaluran tenaga
listrik. Naik turunnya kondisi tegangan dan catu daya listrik pun bisa
merusak peralatan listrik. Oleh karena adanya beberapa gangguan yang
tidak dapat dihindarkan, maka perlu upaya pencegahan agar dapat
memperkecil kerusakan pada peralatan listrik, terutama pada manusia
akibat adanya gangguan.
Pencegahan gangguan pada sistem dapat dikategorikan menjadi dua
langkah, yaitu:
1. Usaha memperkecil terjadinya gangguan
Cara yang ditempuh meliputi:
a. Membuat isolasi yang baik untuk semua peralatan
b. Membuat koordinasi isolasi yang baik antara ketahanan isolasi
peralatan dan penangkal petir (arrester )
c. Memakai kawat tanah dan membuat tahanan tanah pada kaki menara
sekecil mungkin, serta selalu mengadakan pengecekan
d. Membuat perencanaan yang baik untuk mengurangi pengaruh luar
mekanis dan mengurangi atau menghindarkan sebab-sebab gangguan
karena binatang, polusi, kontaminasi, dan lain-lain
e. Pemasangan yang baik, artinya pada saat pemasangan harus
mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku
f. Menghindari kemungkinan kesalahan operasi, yaitu dengan
membuat prosedur tata cara operasional (standing operational
procedure) dan membuat jadwal pemeliharaan yang rutin
g. Memasang kawat tanah pada SUTT dan gardu induk untuk
melindungi terhadap sambaran petir
h. Memasang penangkal petir untuk mencegah kerusakan pada
peralatan akibat sambaran petir
2. Usaha mengurangi kerusakan akibat gangguan
Beberapa cara mengurangi pengaruh akibat gangguan, antara lain:
a. mMengurangi akibat gangguan, misalnya dengan membatasi arus
hubung singkat, caranya dengan menghindari konsentrasi pembangkitan

Page
14
atau dengan memakai impedansi pembatas arus, pemasangan tahanan,
atau reaktansi untuk sistem pentanahannya sehingga arus ganggua satu
fase terbatas. Pamakaian peralatan yang tahan atau andal terhadap
terjadinya arus hubung singkat.
b. secepatnya memisahkan bagian sistem yang terganggu dengan
memakai pengaman dan pemutus beban dengan kapasitas pemutusan yang
memadai
c. merencanakan agar bagian sistem yang terganggu bila harus dipisahkan
dari sistem tidak akan mengganggu operasi sistem secara keseluruhan atau
penyaluran tenaga listrik ke konsumen tidak terganggu
d. mempertahankan stabilitas sistem selama terjadi gangguan, yaitu
dengan memakai pengatur tegangan otomatis yang cepat dan karakteristik
kestabilan generator memadai.

Selain itu, dalam upaya pencegahan terjadinya gangguan, tentunya


dibutuhkan analisa mengenai gangguan dan dibutuhkan laporan gangguan yang
digunakan untuk mencatat semua yang diperlukan guna mengidentifikasi
gangguan. Adapun yang dicantumkan dalam laporan gangguan, antara lain:
1. Tanggal dan jam terjadinya gangguan
2. Relai-relai yang bekerja
3. Proses mengatasi gangguan
4. Kerugian yang terjadi akibat gangguan
5. Penyebab gangguan

Manajemen logistik untuk pembangkitan tenaga listrik meliputi


kegiatan pembelian, pengangkutan, penyimpanan, dan administrasi material
(bahan) yang diperlukan untuk menyelenggarakan pembangkitan tenaga listrik.
Material-material yang diperlukan untuk menyelenggarakan pembangkitan
tenaga listrik adalah :
a. Bahan bakar dan minyak pelumas
b. Bahan-bahan kimia serta alat-alat pembersih yang terpakai habis, seperti:
kertas gosok (amplas), lap, dan lain-lain
c. Consumable parts
d. Spare parts
e. Alat-alat kerja, seperti: katrol, alat ukur, dan lain-lain

Page
15
f. Barang bekas/limbah, merupakan hasil/akibat sampingan dari proses
pembangkitan tenaga listrik
1. Proses Pembelian
Dalam melakukan pembelian, perlu disebutkan spesifikasi material
yang akan dibeli, yang menggambarkan :
a. Kualitas yang diinginkan beserta cara untuk menguji kualitas ini
serta garansi yang diinginkan
b. Kualitas material yang diinginkan beserta cara pengukurannnya
termasuk ketelitian alat ukur yang akan digunakan
c. Cara pembayaran yang diinginkan dan delivery time-nya
2. Proses Pengangkutan
a. Angkutan bisa melalui darat, laut, atau udara atau kombinasinya
b. Dalam perjanjian pembelian terseut dalam butir a, harus disebutkan
siapa yang menanggung biaya pengangkutan termasuk resiko kehilangan dan
kerusakan selama pengangkutan
c. Pengangkutan alat tertentu, seperti instrumen pengukur atau material
yang mudah pecah seperti isolator memerlukan pengepakan khusus
3. Proses Penyimpanan
a. Penyimpanan bahan bakar, karena mudah terbakar, memerlukan
perhatian khusus dari segi pencegahan kebakaran.
b. Penyimpanan bahan kimia, memerlukan perhatian khusus agar tidak
rusak dan juga tidak menimbulkan bahaya pencemaran kesehatan personil
maupun lingkungan.
c. Semua material dan alat kerja, khususnya yang dimensinya kecil,
perlu disimpan dengan sistematika yang baik agar mudah dikontrol dan
mudah dicari apabila diperlukan.
d. Batu bara yang disimpan dalam lapangan terbuka secara periodik
harus dilakukan pembalikan serta penyiraman dengan air untuk mencegah
penyalaan sendiri (self ignition)
e. Bahan Bakar Minyak (BBM) yang disimpan dalam tangki-tangki,
secara periodik harus dilakukan pembuangan air dan kotoran yang
mengendap di bagian bawah tangkinya
f. Bahan Bakar Gas (BBG), jika gas dipasok oleh perusahaan gas
dengan tekanan yang cukup, maka hanya diperlukan saringan dan bak untuk

Page
16
menampung kotoran yang tersaring serta air yang mengembun yang terbawa
oleh gas
4. Proses Administrasi
a. Jumlah, macam, dan harga barang yang ada dalam gudang
b. Hal yang serupa dengan butir 1 untuk material yang diterima dan
yang keluar dari gudang
c. Akuntansi material dalam gudang. Semua material yang tercatat
dalam buku gudang secara akuntansi adalah persediaan. Khusus spare parts
dicatat sebagai aktiva tetap yang harus dikenai penyusutan
d. Penentuan harga material dalam gudang ada beberapa cara, yaitu
memakai harga perolehan, harga rata-rata atau harga pasar yang mutakhir
e. Material bekas pakai yang dikembalikan ke gudang (seperti mur,
baut bekas) dan material limbah (seperti potongan-potongan kabel) serta
material bekas pembungkus atau pengemas (seperti drum bekas minyak
pelumas) perlu disimpan di gudang untuk selekas mungkin dijual. Kegiatan
ini harus dicatat secara khusus (extra compatible).

Manajemen logistik harus mengusahakan agar jumlah material dalam


gudang mempunyai nilai minimum, tetapi jangan sampai mengganggu
operasi pembangkitan tenaga listrik. Hal ini berkaitan dengan waktu yang
diperlukan untuk pengadaan suatu material (delivery time-nya) serta peran
dari material yang bersangkutan bagi keperluan operasi.

Page
17
BAB 3
PENUTUP

Berdasarkan pembahasan-pembahasan di atas, dapat disimpulkan


bahwa aktivitas manusia yang tidak dapat terlepas dari kebutuhan listrik
maka dari itu industri pembangkitan tenaga listrik menjadi sangat penting
untuk menunjang kegiatan manusia.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan sebuah
pengaturan dan control yang baik pada sistem pembangkitan.
Manajemen pembangkitan yang baik mampu mengatur aktivitas-
aktivitas yang terjadi didalam proses pembangkitan tenaga listrik itu sendiri.
Manajemen juga dapat membantu pimpinan perusahaan dalam memetakan
kerja sama yang dibangun dalam perusahaan yang
dipimpinnya melalui kebijakan-kebijakan untuk meraih tujuan yang
diinginkan.
Melalui manajemen yang baik maka pembinaan kerjasama akan serasi
dan harmonis serta dapat meningkatkan daya guna dan potensi yang dimiliki
sehingga tujuan dan usaha untuk mewujudkan sistem pembangkitan tenaga
listrik yang efektif dan efisien dapat tercapai.

Page
18
DAFTAR PUSTAKA
Marsudi, Djiteng. 2005.Pembangkitan Energi Listrik .Jakarta: Erlangga

Page
19

Anda mungkin juga menyukai