Disusun Oleh:
Muhammad Ariq Kautsar
185080601111013
I02
DAFTAR ISI........................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2
2.1 Karang....................................................................................................2
2.2 Terumbu Karang.....................................................................................2
2.3 Algoritma Lyzenga..................................................................................3
2.4 Unsupervised Classification....................................................................3
BAB III. METODOLOGI........................................................................................5
3.1 Skema Kerja...........................................................................................5
3.2 Langkah Kerja Pemetaan Terumbu Karang............................................5
3.2.1 United States Geological Survey (USGS)........................................6
3.2.2 ERMapper.......................................................................................7
3.2.3 ENVI..............................................................................................13
3.2.4 ArcGIS...........................................................................................15
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................18
4.1 Peta Persebaran Terumbu Karang.......................................................18
4.2 Luasan Klasifikasi.................................................................................19
BAB V. PENUTUP..............................................................................................20
5.1 Kesimpulan...........................................................................................20
5.2 Saran....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
i
DAFTAR GAMBAR
ii
Gambar 34. Ubah bands RGB............................................................................17
Gambar 35. Layouting peta................................................................................17
Gambar 36. Save gambar peta (*.jpeg)..............................................................17
Gambar 37. Peta Persebaran Terumbu Karang Tahun 2020 di Perairan Pulau
Thulandang, Sulawesi Utara...............................................................................18
Gambar 38. Luasan Karang Hidup.....................................................................19
Gambar 39. Luasan Karang Mati........................................................................19
Gambar 40. Luasan Pasir...................................................................................19
iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan Laporan Praktikum Penginderaan Jauh Project 2
dengan topik Pemetaan Terumbu Karang yaitu :
1. Mengetahui dan memahami pengoperasian aplikasi ArcGIS untuk
pemetaan persebaran terumbu karang
2. Menginterpretasikan peta persebaran terumbu karang dari data yang diolah
1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karang
Menurut Hadi et al. (2018), karang termasuk hewan yang memiliki sel
penyengat atau dikenal dengan Cnidaria. Karang keras secara spesifik termasuk
kedalam kelas Anthozoa dan ordo Scleractinia. Umumnya karang keras
berbentuk koloni yaitu kumpulan dari banyak individu individu. Satu individu
karang diwakili oleh satu polyp yang tersusun atas saluran pencernaan yang
sederhana dan tiga lapisan tubuh. Polyp didukung oleh kerangka kapur yang
merupakan hasil sekresi. Jumlah karang yang ada di Indonesia yaitu sebanyak
83 genera dengan total jenis sebanyak 569.
Menurut Susiloningtyas et al. (2018), terumbu karang adalah ekosistem
laut penting yang terdapat pada perairan tropis yang hangat, dangkal dan jernih.
Terumbu karang terdiri dari koloni hewan kecil bernama polip karang dan rangka
skeletonnya. Karang memiliki badan berbentuk silindris yang lembut serta cincin
tentakel yang mengelilingi mulutnya. Tentakel ini diselimuti oleh sel penyengat
yang disebut nematocyst. Terumbu karang memerlukan suhu 22-26 oC dengan
salinitas 32-38 psu serta kecerahan perairan yang tinggi untuk kelangsungan
hidupnya.
2
cincin tentakel yang mengelilingi mulutnya. Terumbu karang hidup di zona
intertropis dan memerlukan suhu 22-26 oC dengan salinitas 32-38 psu. Terumbu
karang juga memerlukan tingkat cahaya matahari serta kejernihan perairan yang
tinggi agar mikroalga simbion dapat berfotosintesis. Terumbu karang dikenal
sebagai hutan hujan dalam laut dan memiliki keberagaman spesies yang tinggi,
melebihi ekosistem laut lainnya.
3
dahulu untuk menentukan beberapa daerah contoh kemudian nilai-nilai pixel
dalam daerah contoh yang memiliki nilai yang sejenis dikelompokkan.
Sedangkan klasifikasi tak terawasi merupakan kebalikan dari klasifikasi terawasi,
yaitu nilai-nilai pixel dikelompokkan terlebih dahulu oleh komputer menjadi
beberapa kelas.
Menurut Calvert et al. (2015), metode klasifikasi citra terbagi menjadi 2
kategori, yaitu klasifikasi supervised dan unsupervised. Pada klasifikasi
unsupervised, data akustik dipisahkan sebelum diserahkan tipe habitat yang
diidentifikasi dari observasi permukaan oleh sampling fisik atau kamera.
Klasifikasi ini merupakan metode yang paling umum digunakan dalam pemetaan
bentik. Secara umum, metode unsupervised merupakan clustering pada data
citra atau rekognisi pola, yang didasarkan pada kejadian spasial nyata dari piksel
peta yang diklasifikasi dan data lapang.
4
BAB III. METODOLOGI
5
3.2.1 United States Geological Survey (USGS)
a. Buka laman https://earthexplorer.usgs.gov/, klik register untuk registrasi
akun.
6
Gambar 5. Download file (.tif)
3.2.2 ERMapper
a. Buka aplikasi ERMapper, kemudian buka file B1 pada data citra (*.tif).
7
Gambar 8. Input rumus koreksi radiometrik
d. Duplikasi pseudo layer sebanyak 7 layer dengan klik ikon Duplicate Layer,
lalu ubah nama layer menjadi B1 sampai B7 secara berurutan. Pilih setiap
layer, klik ikon Load Dataset dan input file band data citra sesuai dengan
nama layer, lalu klik OK this layer only. Ulangi hingga layer B7 Klik ikon
Refresh Image 99% clip on limits bila sudah selesai.
8
(Red: B4, Green: B3, Blue: B2). Pilih menu Edit, lalu pilih Edit/Create
Regions dan klik OK pada box New Map Composition yang muncul
9
i. Pada menu View pilih Statistics, pilih Area Summary Report. Pada kolom
Report Setup, pilih Report Type: Means Summary Report. Pada box
Report Display yang muncul, klik Print/Save. Pilih File Only, dan simpan
dengan format All Files.
10
l. Sesuaikan bands pada layer menjadi B5:B5; B3:B3; dan B2:B2. Klik kanan
pada gambar lalu pilih Clip. Klik ikon Edit Transform Limits dan sesuaikan
garis pada grafik hingga warna laut pada gambar berubah menjadi biru tua.
11
ISOCLASS Unsupervised Classification. Pada Input Dataset, pilih data
hasil pemasukan algoritma Lyzenga (*.ers). Pada Output Dataset, beri
nama baru (*.ers). Isi kolom Autogenerate: 5, Maximum number of classes:
50, Minimum standard deviation: 2, dan Min. distance between class
means: 1, lalu klik OK. Tunggu hingga selesai lalu klik OK dan Close.
12
Gambar 22. Save data Classified (*.tif)
3.2.3 ENVI
a. Buka aplikasi ENVI, kemudian buka file hasil klasifikasi dalam bentuk
GeoTIFF (*.tif). Pada menu Bar, klik ikon ROI Tools, lalu klik New ROIs,
kemudian beri nama dan warna sesuai dengan masing-masing kelas pada
aplikasi ENVI (merah muda: karang hidup, ungu: karang mati, kuning:
pasir, dan abu-abu: darat dan laut).
13
Parallelepiped Classification. Pada box Classification Input File yang
muncul, doubleclick pada data classified yang sedang diolah (*tif.). Pada
kolom Select Classes from Regions, pilih Select All Items. Pada kolom
Enter Output Class Filename, beri nama Parallelepiped, dan pada kolom
Enter Output Rule Filename, beri nama Parallelepiped_2, lalu klik OK.
14
Gambar 27. Classic EVF to Shapefile
f. Pada box Output EVF Layer to Shapefile yang muncul, isi kolom Enter
Output Filename (*.shp), dengan nama file sesuai dengan nama kelas yang
tertera diatasnya untuk menyimpan shapefile kelas, lalu klik OK.
3.2.4 ArcGIS
a. Buka aplikasi ArcGIS, kemudian masukkan seluruh shapefile kelas yang
telah disimpan pada aplikasi ENVI.
15
Gambar 31. Open Attribute Table
d. Klik kanan pada kolom Area, lalu pilih Statistics untuk menghitung luasan
karang hidup satuan hektar (Ha). Lihat total luasan karang hidup di wilayah
studi berdasarkan grafik
16
Gambar 34. Ubah bands RGB
g. Klik ikon Layout View untuk memulai layouting peta persebaran terumbu
karang.
17
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 37. Peta Persebaran Terumbu Karang Tahun 2020 di Perairan Pulau
Thulandang, Sulawesi Utara
Berdasarkan pemetaan persebaran terumbu karang di Pulau Thulandang,
Sulawesi Utara pada tahun 2020, diketahui bahwa sebaran karang hidup di
Pulau Thulandang termasuk kategori baik. Karang hidup ditandai dengan warna
merah muda yang lebih dominan dibanding karang mati yang ditandai dengan
warna ungu. Luasan karang hidup di perairan Pulau Thulandang sebesar 709
Ha. Kondisi terumbu karang yang baik di perairan ini disinyalir akibat berada
didaerah Coral Triangle serta sedikitnya polusi akibat aktivitas perkapalan /
perikanan.
Menurut Patty et al. (2015), salah satu kebanggaan utama Provinsi
Sulawesi Utara adalah keindahan Taman Nasional Bunaken dengan terumbu
karang. Namun kondisi terumbu karang hidup dan jumlah jenis ikan Target di
Taman Nasional Bunaken semakin menurun. Hasil penelitian tahun 2006
menunjukan bahwa persentase tutupan karang hidup di wilayah Taman Nasional
Bunaken tergolong dalam kategori sedang dengan nilai rata-rata 39,76 %.
Hamparan terumbu karang yang mati diakibatkan proses penambangan karang,
penambatan jangkar dan injakan kaki pada terumbu, serta penangkapan ikan
ilegal (pengeboman).
18
4.2 Luasan Klasifikasi
Berikut ini merupakan hasil perhitungan luasan klasifikasi dari pengolahan
data persebaran Terumbu Karang di Pulau Thulandang, Sulawesi Utara:
19
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Penginderaan Jauh materi
Pemetaan Terumbu Karang adalah sebagai berikut:
1. Software yang digunakan dalam pengolahan data persebaran terumbu
karang antara lain ERMapper, Ms. Excel, ENVI, dan ArcGIS. ERMapper
digunakan untuk proses cropping wilayah, koreksi radiometrik, koreksi
kolom air Lyzenga dan klasifikasi unsupervised. ENVI digunakan untuk
membuat ROI, klasifikasi supervised dan shapefiler. ArcGIS digunakan
untuk menghitung luasan karang dan melakukan proses layouting peta.
2. Berdasarkan pengolahan data persebaran terumbu karang di Pulau
Thulandang, Sulawesi Utara diperoleh hasil bahwa sebaran karang hidup
di termasuk kategori baik dengan luasan sebesar 709 Ha. Sedangkan
luasan karang matinya yaitu sebesar 165 Ha. Luasan pasirnya yaitu
sebesar 74 Ha Karang hidup yang ditandai dengan warna merah muda
lebih mendominasi dibandingkan dengan karang mati yang berwarna ungu.
5.2 Saran
Praktikum Penginderaan Jauh Kelautan materi Pemetaan Terumbu
Karang secara tatap muka dan dilanjut dengan asistensi daring berjalan cukup
baik. Untuk ke depannya, sebaiknya tim asisten lebih menjelaskan mengenai
setiap langkah pengerjaan termasuk dalam proses apa (misal koreksi
radiometrik) serta ikon-ikon dalam aplikasi yang digunakan dalam proses
pemetaan agar praktikan memahami konsepnya tanpa hanya mengikuti langkah-
langkah pengerjaan.
20
DAFTAR PUSTAKA
21