Diajukan Sebagai Salah Syarat Untuk Menyelesaikan Program Diploma III Pada
Universitas Negeri Padang Prodi Teknologi Penginderaan Jauh
Oleh :
Assalamualaikum Wr.Wb
Pujii sukur disampaikan atas kehadiran Allah SWT atas curahan berkah dan
hiidayah-Nya. Tidak lupa pula selawat serta..salam..disampaikan..kepada..Nabi Besar yakni
Muhammad SAW beserta..sahabat,..yang telah menuntun kita menuju jalan kemuliaan dan
kebenaran..
Terimakasih kepada Ibuk Dilla Angraina, S.Si, M.Pd selaku dosen pengampu
penulisan ilmiah yang ikut membantu saya dalam pembuatan penilitian, sehinga dapat
menyelesaikan proposal ini berjudul “APLIKASI PJ DAN SIG UNTUK PEMETAAN
DAERAH RAWAN BENCANA LONGSOR DI DAERAH PESISIR DI KECAMATAN
BUNGUS TELUK KABUNG,DENGAN METODE SKORING DAN OVERLAY” saya
juga sadari bahwa masih terrdapat kekurangan dalam pembuatan proposal ini, sehingga saya
terbuka untuk menerima masukkan saran serta kritikan demi sempurnanya dalam proposal
berikutnya. Semoga dapat dijadikan sebagai refrensi bagi penilitian-penilitian yang akan
datang
Wassalamualaikum Wr.Wb
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pergerakan atau perkembangan tanah yang pada umumnya disebut sebagai peristiwa
bencana, longsoran sering terjadi setiap tahun. Keadaan geografis tanah di Indonesia yang pada
umumnya terdiri dari tanah lumpur yang halus telah mempengaruhi longsoran di beberapa
bagian nusantara, mengingat Sumatera Barat, mengingat daerahnya. Bungus Teluk Kabung,
Sebuah bencan ini dapat terjadi karena dua komponen bergabung, khususnya bahaya
dan kelemahan. Dengan cara ini, penting untuk mengetahui angka-angka risiko dan kelemahan
yang ada di zona tersebut, sehingga penyebab dan papan bencana yang akan muncul dapat
diselidiki dengan tepat.
Pada wilayah Sumbar merupakan salah satu daerah yang sebagian besar secara umum
akan menjadi zona pengembangan lahan untuk bencana di Indonesia. Berdasarkan
pemeriksaan Badan GVMB, secara komprehensif dibagi ke dalam zona-zona dengan potensi
kekurangan kemajuan lahan sedang hingga tinggi, pada tahun 2011 terdapat 21 keharusan
perbaikan lahan di sana yang umumnya lebih dari satu beberapa daerah pendapat, Hal ini
terjadi terutama karena akibat dari curah hujan yang tinggi, tebing yang sangat dalam dan
merupakan wilayah yang cenderung untuk pengembangan tanah (zona merah). Kawasan
tersebut.
Merupakan salah satu kawasan tepi pantai atau tepi laut yang dikunjungi oleh banyak
wisatawan lokal dan asing, membantai empat wisatawan dan dua orang terluka (Mustaqim,
2015), jadi penting untuk melakukan beberapa upaya untuk mengurangi efek perkembangan
lahan. Di kawasan depan pantai Teluk Kabung Bungus, diperlukan informasi yang jelas dan
adil serta kuadrat kelemahan kawasan pantai Teluk Bungus. Makalah ini mengharapkan untuk
mengelompokkan tingkat kelemahan daerah-daerah yang cenderung untuk pengembangan
tanah di kawasan depan pantai Teluk Bungus dengan menggunakan metode Skoring, dilihat
dari kualitas aktual penggunaan lahan, kemiringan, topografi dan curah hujan di dekatnya.
Terlihat bahwa lemahnya pembangunan tanah di bantaran Teluk Bungus sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor aktual, misalnya geografi, geologi, tata guna lahan dan curah hujan. Data
karakterisasi derajat kelemahan zona miring pengembangan lahan di garis pantai Teluk
Bungus yang bergantung pada kualitas aktual ini sangat membantu untuk penataan ruang
provinsi dan penanggulangan bencana, terutama di kawasan tepi laut atau tepi pantai di
kawasan industri wisata.
B. Rumusan Masalah
2. Unsur apa saja yang menyebabkan potensi bahaya longsoran di wilayah pengujian?
C. Tujuan Penelitian
Mengingat perincian kesulitan yang telah digambarkan, target dari ujian ini mencakup,
D. Manfaat Penelitian
1. untuk memberikan data gambaran tentang penyebab longsoran tergantung pada longsoran
yang terjadi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai semacam perspektif dalam mencegah dan
memoderasi longsoran.
2. Menjadi bahan acuan dalam mengantisipasi tata guna lahan Pemerintah Kabupaten Bungus
Teluk Kabung
3. Menerapkan informasi kepada seluruh masyarakat di bidang pendeteksian jauh dan GIS
dalam penerapannya untuk menyelidiki daerah-daerah yang cenderung longsor.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Pemetaan.
2. Penginderaan Jauh
Ada arti yang berbeda untuk mendeteksi jarak jauh. Berikut adalah beberapa definisi yang
ditunjukkan oleh individu tertentu yang merupakan spesialis di bidang deteksi jarak jauh:
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah kerangka kerja atau inovasi berbasis PC yang
bekerja untuk mengumpulkan, menyimpan, mengukur dan membedah, serta menyajikan
informasi dan data dari suatu benda atau keajaiban yang diidentifikasi dengan wilayah atau
keberadaannya di bumi (Aronoff, 1989 dalam Prahasta, 2001).
3. Tanah Longsor
Adapun menurut peneliti Varnes, 1958, longsor itu merupakan perbaikan bahan
rangka miring yang disebabkan oleh frustasi, gerinda, dengan kecepatan berapa pun di satu
wilayah longsoran. Massa wilayah yang bergerak dapat bercampur atau terpisah.
Sangat dapat diduga bahwa longsoran adalah kemajuan tanah (longsoran) yang
merupakan efek samping dari sebagian dampak kejengkelan keseimbangan jadi miring.
4. Jenis longsor
Seperti yang ditunjukkan oleh Naryanto (2002) dalam Effendi, 2008 jenis longsoran
yang bergantung pada kecepatan perkembangannya dapat dibagi menjadi 5 (lima) jenis,
yaitu:
a. Aliran; slide yang sangat deras bergerak sepanjang waktu / entah dari mana dengan cepat.
b. Landslide ; material longsoran yang deras bergerak secara bertahap berbekas kayak sepatu
kuda
c. Ruins adalah batuan atau tanah yang bergerak cepat menjadi sangat cepat di tebing.
d. Slide deras yang tercipta dari kerusakan atau longsoran dan membentuk lebih jauh menjadi
sungai.
e. Subsidence terjadi di ekstraksi air tanah yang aneh, aktivitas penggerusan tanah dan di
zona di mana pemadatan material sisa tanah selesai.
B. Relevansi Penelitian
Longsor
Identifikasi tingkat
identifikasi faktor yang Analisis kebijakan
mempengaruhi longsor kerawanan longsor
tentang penataan
ruang pada daerah
rawan tanah longsor
Mitigasi
PENDEKATAN PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian
Adapun penelitian ini dilakukan untuk mengadakan penelitian tugas akhir untuk
semester ini, adapun rincian rencana kegiatan penelitian adalah sebagai berikut :
2. Lokasi Penelitian :
Bungus Teluk Kabung, Kecamatan ini terletak 00,54 -1,80 Lintang Selatan dan
Kabung, batas utara dengan Kec. Lubuk Begalung, di selatan dengan Kab Pesisir
Selatan, sebelah timur dengan Kab Pesisir Selatan dan Kec Lubuk Kilangan,
1. Alat
Adapun perangkat yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah sebagai berikut:
1. Sekumpulan workstation 2.0 Ghz Intel Core i3 HP, RAM 8 GB, hard drive 500 giga untuk
penanganan informasi dan penyusunan laporan penelitian.
2. Bahan
Bahan peneltian yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Prosedur pengumpulan informasi ini merupakan siklus utama dalam memulihkan data
dan mengarahkan latihan eksplorasi sebagai sumber informasi yang akan ditangani. Ada
beberapa komponen penting termasuk:
1. observasi
2. Dokumentasi
1. Observasi Lapangan
Persepsi lapangan ini untuk memperoleh informasi geografis yang asli dengan
mengarahkan persepsi langsung ke wilayah eksplorasi dengan memperhatikan kondisi atau
wilayah di Kabupaten Padang Selatan. Dengan persepsi ini, informasi yang jelas akan
diperoleh secara langsung berkenaan dengan keadaan fisik dan sosial wilayah eksplorasi
sebagai tahap awal untuk memutuskan langkah lebih lanjut dalam memecahkan masalah.
Dalam penelitian ini dilakukan persepsi terhadap zona yang terkena musibah longsoran
dengan tujuan agar informasi yang diperoleh akurat mengenai keadaan wilayah yang
cenderung longsor.
2. Dokumentasi
Secara khusus, kumpulan informasi, baik sebagai catatan tersusun atau tidak tertulis
dalam informasi penting dan opsional.
Sebuah Informasi penting Secara khusus, pengumpulan informasi dilakukan secara
langsung terhadap objek yang diperiksa atau item yang sedang diselidiki. Untuk situasi ini
informasi diperoleh dengan mengarahkan pertemuan, lebih spesifik mendapatkan informasi
melalui metode tanya jawab dan berhadapan dengan narasumber.
b. Data Tambahan
Secara khusus bermacam-macam informasi yang berkaitan dengan masalah yang sedang
diselidiki diperoleh dari buku dan referensi dan tulisan yang berbeda. Informasi yang didapat
merupakan informasi opsional dan digunakan sebagai informasi pendukung dalam
membedah informasi.
2. Skoring
Teknik scoring merupakan strategi scoring atau scoring setiap batasan insentif untuk
menentukan derajat kapasitasnya. Berdasarkan teknik penilaiannya, batas batas yang
dimanfaatkan untuk potensi kelemahan longsoran adalah jenis tanah.
3. Pembobotan
Strategi pembobotan juga sering disebut pembobotan, yaitu teknik yang digunakan
ketika masing-masing karakter memiliki pekerjaan yang berbeda atau jika memiliki
beberapa batasan untuk menentukan kemampuan tanah atau semacamnya. Terlepas dari
strategi penilaiannya, menentukan tingkat kelemahan longsoran diselesaikan dengan
memberi bobot. Segmen untuk menimbang setiap batasan adalah unik, bergantung pada
kebutuhan dan masalah yang dihadapi. Sesuai dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (PVMBG), curah hujan adalah batas yang memiliki dampak paling tinggi
terhadap longsoran, sehingga berat presipitasi lebih tinggi dari batas yang berbeda.
G. Diagram Alir
Peta Curah
Peta Jenis
Hujan
Tanah
DAFTAR PUSTAKA
Alhasanah, Fauziah. 2006. Pemetaan dan Analisis Daerah Rawan Tanah Longsor Serta
Upaya Mitigasinya Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Tesis. Program Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Bappeda. (2010). Pembuatan Peta Penutupan Lahan untuk Mendukung Basis Data
Spasial di Wilayah Kabupaten Sinjai. Pare-Pare: Lapan.
Sugianti Khori. dkk, 2014, Pengklasan Tingkat Kerentanan Gerakan Tanah Daerah
Sumedang Selatan Menggunakan Metode Storie, Bandung, Jurnal Riset Geologi
dan Pertambangan
Imran, A. M., Busthan Azikin, & Sultan. (2012). Peranan Aspek Geologi Sebagai
Karnawati, D., 2005. Bencana Alam Gerakan Massa Tanah di Indonesia dan Upaya
Penanggulangannya, Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Geologi
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.