Anda di halaman 1dari 19

APLIKASI PJ DAN SIG UNTUK PEMETAAN DAERAH RAWAN BENCANA

LONGSOR DI DAERAH PESISIR DI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG,


DENGAN METODE SKORING DAN OVERLAY

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Syarat Untuk Menyelesaikan Program Diploma III Pada
Universitas Negeri Padang Prodi Teknologi Penginderaan Jauh

Oleh :

M. MUKMIN ISMAIL BURHAN


18331045

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Pujii sukur disampaikan atas kehadiran Allah SWT atas curahan berkah dan
hiidayah-Nya. Tidak lupa pula selawat serta..salam..disampaikan..kepada..Nabi Besar yakni
Muhammad SAW beserta..sahabat,..yang telah menuntun kita menuju jalan kemuliaan dan
kebenaran..

Terimakasih kepada Ibuk Dilla Angraina, S.Si, M.Pd selaku dosen pengampu
penulisan ilmiah yang ikut membantu saya dalam pembuatan penilitian, sehinga dapat
menyelesaikan proposal ini berjudul “APLIKASI PJ DAN SIG UNTUK PEMETAAN
DAERAH RAWAN BENCANA LONGSOR DI DAERAH PESISIR DI KECAMATAN
BUNGUS TELUK KABUNG,DENGAN METODE SKORING DAN OVERLAY” saya
juga sadari bahwa masih terrdapat kekurangan dalam pembuatan proposal ini, sehingga saya
terbuka untuk menerima masukkan saran serta kritikan demi sempurnanya dalam proposal
berikutnya. Semoga dapat dijadikan sebagai refrensi bagi penilitian-penilitian yang akan
datang

Wassalamualaikum Wr.Wb

Padang, 16 Januari 2021

M. Mukmin Ismail Burhan


DAFTAR..ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 4

A. Latar Belakang …………………………………………………………………………….. 5

C. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………….. 5

D. Tujuan Penelitian …………………………………………………………………………… 5

E. Manfaat Penilitian ………………………………………………………………………….. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ……………………………………………………………………………. 7

B. Relevansi Penelitian .................................................................................................... 9

C. Kerangka Konseptual ................................................................................................. 11

BAB III PENDEKATAN PENELITIAN ................................................................................................ 12

A. Bentuk Penilitian ………………………………………………………………………. 12

B. Alat dan Bahan ............................................................................................................. 13

C. Jenis dan Sumber Data .............................................................................................. 14

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................ 15

E. Teknik Pengolahan Data ………………………………………………………………. 16

F. Teknik Analisa Data …………………………………………………………………… 17

G. Diagram Alir …………………………………………………………………………… 18

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………………… 19


APLIKASI PJ DAN SIG UNTUK PEMETAAN DAERAH RAWAN BENCANA
LONGSOR DI DAERAH PESISIR DI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG,
DENGAN METODE SKORING DAN OVERLAY

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pergerakan atau perkembangan tanah yang pada umumnya disebut sebagai peristiwa
bencana, longsoran sering terjadi setiap tahun. Keadaan geografis tanah di Indonesia yang pada
umumnya terdiri dari tanah lumpur yang halus telah mempengaruhi longsoran di beberapa
bagian nusantara, mengingat Sumatera Barat, mengingat daerahnya. Bungus Teluk Kabung,
Sebuah bencan ini dapat terjadi karena dua komponen bergabung, khususnya bahaya
dan kelemahan. Dengan cara ini, penting untuk mengetahui angka-angka risiko dan kelemahan
yang ada di zona tersebut, sehingga penyebab dan papan bencana yang akan muncul dapat
diselidiki dengan tepat.
Pada wilayah Sumbar merupakan salah satu daerah yang sebagian besar secara umum
akan menjadi zona pengembangan lahan untuk bencana di Indonesia. Berdasarkan
pemeriksaan Badan GVMB, secara komprehensif dibagi ke dalam zona-zona dengan potensi
kekurangan kemajuan lahan sedang hingga tinggi, pada tahun 2011 terdapat 21 keharusan
perbaikan lahan di sana yang umumnya lebih dari satu beberapa daerah pendapat, Hal ini
terjadi terutama karena akibat dari curah hujan yang tinggi, tebing yang sangat dalam dan
merupakan wilayah yang cenderung untuk pengembangan tanah (zona merah). Kawasan
tersebut.
Merupakan salah satu kawasan tepi pantai atau tepi laut yang dikunjungi oleh banyak
wisatawan lokal dan asing, membantai empat wisatawan dan dua orang terluka (Mustaqim,
2015), jadi penting untuk melakukan beberapa upaya untuk mengurangi efek perkembangan
lahan. Di kawasan depan pantai Teluk Kabung Bungus, diperlukan informasi yang jelas dan
adil serta kuadrat kelemahan kawasan pantai Teluk Bungus. Makalah ini mengharapkan untuk
mengelompokkan tingkat kelemahan daerah-daerah yang cenderung untuk pengembangan
tanah di kawasan depan pantai Teluk Bungus dengan menggunakan metode Skoring, dilihat
dari kualitas aktual penggunaan lahan, kemiringan, topografi dan curah hujan di dekatnya.
Terlihat bahwa lemahnya pembangunan tanah di bantaran Teluk Bungus sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor aktual, misalnya geografi, geologi, tata guna lahan dan curah hujan. Data
karakterisasi derajat kelemahan zona miring pengembangan lahan di garis pantai Teluk
Bungus yang bergantung pada kualitas aktual ini sangat membantu untuk penataan ruang
provinsi dan penanggulangan bencana, terutama di kawasan tepi laut atau tepi pantai di
kawasan industri wisata.

B. Rumusan Masalah

Adapun rencana masalah dalam pemeriksaan ini adalah:

1. Bagaimana sebaran wilayah rawan longsor di Kabupaten Bungus Teluk Kabung?

2. Unsur apa saja yang menyebabkan potensi bahaya longsoran di wilayah pengujian?

C. Tujuan Penelitian

Mengingat perincian kesulitan yang telah digambarkan, target dari ujian ini mencakup,

1. Membedakan perencanaan penyebaran wilayah kemungkinan longsoran di Kabupaten


Bungus Teluk Kabung

2. Mengetahui variabel-variabel yang ada yang menyebabkan potensi bahaya longsoran di


wilayah investigasi

D. Manfaat Penelitian

1. untuk memberikan data gambaran tentang penyebab longsoran tergantung pada longsoran
yang terjadi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai semacam perspektif dalam mencegah dan
memoderasi longsoran.

2. Menjadi bahan acuan dalam mengantisipasi tata guna lahan Pemerintah Kabupaten Bungus
Teluk Kabung
3. Menerapkan informasi kepada seluruh masyarakat di bidang pendeteksian jauh dan GIS
dalam penerapannya untuk menyelidiki daerah-daerah yang cenderung longsor.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Pemetaan.

Ada berbagai jenis definisi panduan menurut spesialis, termasuk:

• Menurut Soetarjo Soejosumarmo, gambar langsung bisa jadi merupakan penggambaran di


mana seluruh atau sebagian permukaan dunia berkurang suatu tingkat perkiraan yang disebut
skala atau substansi.Dari sebagian ahli ini, perencanaan adalah siklus pengenalan data tentang
esensi bumi sebagai realitas, realitas sekarang ini, baik keadaan permukaan dunia maupun
aset bersama, dalam skala panduan, kerangka refleksi panduan. dan gambar komponen bumi
diperkenalkan.

2. Penginderaan Jauh

Ada arti yang berbeda untuk mendeteksi jarak jauh. Berikut adalah beberapa definisi yang
ditunjukkan oleh individu tertentu yang merupakan spesialis di bidang deteksi jarak jauh:

 Menurut Peneliti Lillesand”dan “Kiefer. (1979), Penginderaan Jauh merupakan ilmu


dan kemampuan mendapatkan informasi tentang suatu benda, bidang, atau indikasi
dengan cara memisahkan data yang didapat dari gadget tanpa bersentuhan langsung
dengan benda, daerah, atau ilmu sihir yang dipikirkan.
 Pendapat Colwell. perkiraan atau pengadaan informasi pada artikel di permukaan
dunia dari satelit atau instrumen berbeda di atas atau jauh dari item yang dideteksi.
 Pemanfaatan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam gambar-gambar status
dunia saat ini yang dapat diartikan menjadi informasi penting, Menurut Curam
 Menurut Lindgren (1985), ini adalah bermacam-macam metode yang dihasilkan untuk
memperoleh dan menyelidiki data tentang Bumi. Everett dan Simonett
Dari sebagian pakar di atas, Penginderaan Jauh merupakan ilmu untuk mendapatkan
informasi dan data dari suatu artikel di permukaan dunia dengan memanfaatkan perangkat
yang tidak langsung terkait dengan benda yang diperiksa.

3. SIG (Sistim Informasi Geografiss)

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah kerangka kerja atau inovasi berbasis PC yang
bekerja untuk mengumpulkan, menyimpan, mengukur dan membedah, serta menyajikan
informasi dan data dari suatu benda atau keajaiban yang diidentifikasi dengan wilayah atau
keberadaannya di bumi (Aronoff, 1989 dalam Prahasta, 2001).

3. Tanah Longsor

Sebagaimana diindikasikan oleh Suripin, (dalam Efendi, 2008: 5) longsoran


merupakan salah satu bentuk disintegrasi dimana terjadi peningkatan atau perkembangan
massa daratan dalam suatu zona. kadang-kadang dalam ruang yang sangat luas. Longsoran
tanah dikenal sebagai perkembangan massa tanah, batuan atau campurannya, sering terjadi di
lereng biasa atau palsu dan merupakan keajaiban yang khas, khususnya alam mencari dana
lain untuk dibayarkan untuk kejengkelan atau elemen yang berdampak padanya dan
menyebabkan a penurunan kuat geser dan peningkatan tekanan geser tanah. .

Adapun menurut peneliti Varnes, 1958, longsor itu merupakan perbaikan bahan
rangka miring yang disebabkan oleh frustasi, gerinda, dengan kecepatan berapa pun di satu
wilayah longsoran. Massa wilayah yang bergerak dapat bercampur atau terpisah.

Sangat dapat diduga bahwa longsoran adalah kemajuan tanah (longsoran) yang
merupakan efek samping dari sebagian dampak kejengkelan keseimbangan jadi miring.

4. Jenis longsor

Seperti yang ditunjukkan oleh Naryanto (2002) dalam Effendi, 2008 jenis longsoran
yang bergantung pada kecepatan perkembangannya dapat dibagi menjadi 5 (lima) jenis,
yaitu:
a. Aliran; slide yang sangat deras bergerak sepanjang waktu / entah dari mana dengan cepat.

b. Landslide ; material longsoran yang deras bergerak secara bertahap berbekas kayak sepatu
kuda

c. Ruins adalah batuan atau tanah yang bergerak cepat menjadi sangat cepat di tebing.

d. Slide deras yang tercipta dari kerusakan atau longsoran dan membentuk lebih jauh menjadi
sungai.

e. Subsidence terjadi di ekstraksi air tanah yang aneh, aktivitas penggerusan tanah dan di
zona di mana pemadatan material sisa tanah selesai.

B. Relevansi Penelitian

No Penilitian Judul Hasil Persamaan Perbedaan Metode


1. Budiyono ( Identifikasi Identifikasi Sama sama - Kerangka Strategi
2011 ) PersebaranPemuk PersebaranPe menghasilka penilitian perencanaan
iman Rawan mukiman n pemetaan - Lokasi yang
Rawan potensi penilitian menyimpang.
Longsor di
Longsor di rawan - Metode dengan
Daerah Daerah longsor penilitian teknik
Semarang Atas Semarang investigasi
Atas overlay untuk
mencari
dampak dari
komponen yang
terkandung di
dalamnya
Panduan batas
untuk
pengangkutan
pengembanga
n lahan,
2. Abdur. Buku Harian Mengeta Sama sama - Metode Pengharkatan
Rahman, Penggunaan hui menghasilka penilitian dan
2010 Sistem tingkat n pemetaan - Lokasi pembobotan
bencana penilitian
Informasi kerawana parameter
longsor - Kerangka
Geografis n longsor penilitian longsor
untuk di
Pemetaan Kabupate
Rawan n
Longsor di Purworej
Kabupaten o
Purworejo
3. Indrawati Analisa Mengetah - Sama sama Lokasi Survei
Miska Bahaya ui menghasilk peneilitian lapangan
Dewi Longsor di persebaran an
pemetaan Analisis
(2016) Kabupaten tingkat
akerentana deskriptif
Majalengka kerawanan n daerah tiap
Provinsi Jawa longsorlah rawan parameter
Barat an di Kab. longsor kerawanan
Majalengk - Mempunya
a. i metode
yang sama
Mengeta
hui dan
mengan
alisis
faktor
dominan
yang
menyeb
abkan
longsorl
ahan di
Kab.
Majalen
gka
C. Kerangka Konseptual

Longsor

Pemicu Gerakan Tanah :


Faktor Eksternal :
1.Curah Hujan (mm/tahun)
1.Deforestasi
2. Penggunaan Lahan 2. Overgrazing
Terjadinya gerakan
3. Faktor Topografi 3 Aktifitas pertanian
Tanah
4. Eksploitasi berlebihn
4. Faktor Manusia
5. Industri dan bioindustri
5. DAS dan Sub. DAS

Faktor Pengontrol Tanah :


1. Geomorfologi
2. Tanah
3. Geologi
4. Tata Guna Lahan
5. Hidrologi

Bagaimana mengidentifikasi faktor


penyebab,mendistribusikan lokasi dan untuk
mengetahui kebijakan tentang penataan ruang
pada daerah rawan tanah longsor

Identifikasi tingkat
identifikasi faktor yang Analisis kebijakan
mempengaruhi longsor kerawanan longsor
tentang penataan
ruang pada daerah
rawan tanah longsor
Mitigasi

Kesimpulan dan rekomendasi


Orientasi pada pemetaan wilayah di
Bungus Teluk Kabung
BAB III

PENDEKATAN PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Eksplorasi ini merupakan gambaran umum dan pemeriksaan kuantitatif dimana


penilitianltersebut menggunakan data yng disertai dengan angka-angka dalam
mengungkapkan masalah atau fenomena yang terjadi sehingga terdapat penolakan atau
penerimaan dalam teori yang digunakan. untuk mengetetahui wilayah yang tergolong dalam
zona rawan Longsor yang berada di Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Mengidentifikasi dan
memetakan sebaran daerah rawan longsor di daerah kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota
Padang,

1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan untuk mengadakan penelitian tugas akhir untuk
semester ini, adapun rincian rencana kegiatan penelitian adalah sebagai berikut :

Proposal : Desember 2020

2. Lokasi Penelitian :

Penelitian ini dilaksanakan di daerah kota Padang tepatnya di daerah kecamatan

Bungus Teluk Kabung, Kecamatan ini terletak 00,54 -1,80 Lintang Selatan dan

100°34 Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya, Kecamatan Bungus Teluk

Kabung, batas utara dengan Kec. Lubuk Begalung, di selatan dengan Kab Pesisir

Selatan, sebelah timur dengan Kab Pesisir Selatan dan Kec Lubuk Kilangan,

sebelah barat dengan Samudera indo.


B. Alat Dan Bahan

1. Alat

Adapun perangkat yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah sebagai berikut:

1. Sekumpulan workstation 2.0 Ghz Intel Core i3 HP, RAM 8 GB, hard drive 500 giga untuk
penanganan informasi dan penyusunan laporan penelitian.

2. Printer untuk mencetak hasil penelitian.

3. Pemrograman untuk menyiapkan gambar dan informasi GIS

4. GPS (Global Positioning System) untuk pembuatan plot informasi lapangan.

5. Survei untuk menentukan kondisi lapangan

6. Kamera Canggih untuk dokumentasi

7. Menyusun alat untuk mencatat selama investigasi

2. Bahan

Bahan peneltian yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut :

1. Citra Sentinel 2. Kota Padang

2. Peta DEM Sumatera Barat

3.. Peta Penggunaan Lahan Kota Padang

4. Peta Curah Hujan

5. Peta DAS Kota Padang

6. Peta Jenis Tanah Kota Padang

7. Peta Kemiringan Lereng Kota Padang

8. Peta Daerah Rawan Longsor Kota Padang


C. Jenis dan Sumber Data
Berkaitan dengan jenis informasi yang didapat dari beberapa sumber yang akan
disiapkan, maka segala informasi yang akan dibutuhkan selama siklus penanganan dan
penyelidikan untuk menentukan wilayah rawan longsor di Bungus Teluk Kabung. Informasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 1

Data dan Sumber Data

No Data Sumber Data Teknik


1 Sebaran Titik Kejadian BPBD Kota Padang, Sumbar Dokumentasi
dan Observasi

Longsor Tahun 2020


2 Tingkat Kerawanan 1. DEM tahun 2020 (Sumber: Overlay,
Longsor
2015 di Kecamatan USGS Explore) Skoring, dan
Bungus Teluk Kabung 2. Peta RBI Digital daerah Pembobotan.
Padang - Painan Padang-Painan
Bungus Teluk Kabung skala
1:25.000
tahun 2005 (Sumber: BIG)

Peta Administrasi Kecamatan


3. (Sumber: BIG
Peta jenis tanah Kota Padang

3. Peta Penggunaan Lahan


Provinsi Sumatera Barat
(Sumber: BAPPEDA
Kota Padang/ BIG)
4. Peta Geologi Kota
Padang tahun 2019
(Sumber: BAPPEDA
Kota Padang/BIG)
5. Data curah hujan
Kecamatan Pamijahan
tahun 2011-2019
(Sumber: BMKG dan
Stasiun Klimatologi
Kota Padang)

D. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan informasi ini merupakan siklus utama dalam memulihkan data
dan mengarahkan latihan eksplorasi sebagai sumber informasi yang akan ditangani. Ada
beberapa komponen penting termasuk:

1. observasi

2. Dokumentasi

Demikian pula prosedur dalam penelitian lapangan , berikut ini:

1. Observasi Lapangan

Persepsi lapangan ini untuk memperoleh informasi geografis yang asli dengan
mengarahkan persepsi langsung ke wilayah eksplorasi dengan memperhatikan kondisi atau
wilayah di Kabupaten Padang Selatan. Dengan persepsi ini, informasi yang jelas akan
diperoleh secara langsung berkenaan dengan keadaan fisik dan sosial wilayah eksplorasi
sebagai tahap awal untuk memutuskan langkah lebih lanjut dalam memecahkan masalah.
Dalam penelitian ini dilakukan persepsi terhadap zona yang terkena musibah longsoran
dengan tujuan agar informasi yang diperoleh akurat mengenai keadaan wilayah yang
cenderung longsor.

2. Dokumentasi

Secara khusus, kumpulan informasi, baik sebagai catatan tersusun atau tidak tertulis
dalam informasi penting dan opsional.
Sebuah Informasi penting Secara khusus, pengumpulan informasi dilakukan secara
langsung terhadap objek yang diperiksa atau item yang sedang diselidiki. Untuk situasi ini
informasi diperoleh dengan mengarahkan pertemuan, lebih spesifik mendapatkan informasi
melalui metode tanya jawab dan berhadapan dengan narasumber.

b. Data Tambahan

Secara khusus bermacam-macam informasi yang berkaitan dengan masalah yang sedang
diselidiki diperoleh dari buku dan referensi dan tulisan yang berbeda. Informasi yang didapat
merupakan informasi opsional dan digunakan sebagai informasi pendukung dalam
membedah informasi.

E. Teknik Pengolahan Data

Prosedur penanganan informasi eksplorasi adalah sebagai berikut:


1. Mengumpulkan dan menangani informasi peta miring (geologi), peta sampul tanah,
panduan geografis, dan peta curah hujan sebagai informasi lanjutan.
2. Berikan skor batas untuk setiap unit panduan.
3. Overlay (penutup).
4. Celah menjadi beberapa kelas yang bergantung pada keadilan dan kelemahan.
5. Jaminan zona miring longsor.
6. Periksa (persetujuan) daerah yang cenderung longsor.

F. Teknik Analisa Data

Untuk merencanakan tingkat bahaya longsor, informasi yang diperoleh harus


ditangani terlebih dahulu. Informasi ini disiapkan untuk membuat panduan lain yang
menggambarkan batas-batas longsoran tanah yang dirujuk.

Seperti yang diindikasikan oleh Masri Singarimbun, "Strategi pemeriksaan informasi


adalah cara untuk menguraikan informasi menjadi sebuah struktur yang lebih sederhana
untuk dibaca dan diuraikan". Berikutnya adalah metode pemeriksaan informasi yang
digunakan dalam penyelidikan ini.
1. Overlay (Tumpang Tindih)

Teknik overlay adalah membedah dan mengkoordinasikan setidaknya dua informasi


spasial yang beragam. Siklus ini menggabungkan beberapa panduan yang menjadi batas
lereng longsor dengan pemrograman ArcGIS 10.3.1 GIS

2. Skoring

Teknik scoring merupakan strategi scoring atau scoring setiap batasan insentif untuk
menentukan derajat kapasitasnya. Berdasarkan teknik penilaiannya, batas batas yang
dimanfaatkan untuk potensi kelemahan longsoran adalah jenis tanah.

3. Pembobotan

Strategi pembobotan juga sering disebut pembobotan, yaitu teknik yang digunakan
ketika masing-masing karakter memiliki pekerjaan yang berbeda atau jika memiliki
beberapa batasan untuk menentukan kemampuan tanah atau semacamnya. Terlepas dari
strategi penilaiannya, menentukan tingkat kelemahan longsoran diselesaikan dengan
memberi bobot. Segmen untuk menimbang setiap batasan adalah unik, bergantung pada
kebutuhan dan masalah yang dihadapi. Sesuai dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (PVMBG), curah hujan adalah batas yang memiliki dampak paling tinggi
terhadap longsoran, sehingga berat presipitasi lebih tinggi dari batas yang berbeda.
G. Diagram Alir

Data Curah Mulai


Hujan

Peta Curah
Peta Jenis
Hujan
Tanah
DAFTAR PUSTAKA

Alhasanah, Fauziah. 2006. Pemetaan dan Analisis Daerah Rawan Tanah Longsor Serta
Upaya Mitigasinya Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Tesis. Program Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Arikunto,Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta : Rineka Cipta
Azikin, B. (2013). Identifikasi Lokasi Potensi Tanah Longsor di Kecamatan Sinjai
Barat Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan. Prosiding 2013
Volume 7, hal.4-6.

Bappeda. (2010). Pembuatan Peta Penutupan Lahan untuk Mendukung Basis Data
Spasial di Wilayah Kabupaten Sinjai. Pare-Pare: Lapan.

Budiyanto, E. (2002). Sistem Informasi Geografis Menggunakan ARC VIEW GIS.


Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Sugianti Khori. dkk, 2014, Pengklasan Tingkat Kerentanan Gerakan Tanah Daerah
Sumedang Selatan Menggunakan Metode Storie, Bandung, Jurnal Riset Geologi
dan Pertambangan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 2007,Peta Jenis Tanah Kota Padang,


Padang, Bapeda Kota Padang

Imran, A. M., Busthan Azikin, & Sultan. (2012). Peranan Aspek Geologi Sebagai

Penyebab Terjadinya Longsoran pada Ruas Jalan Poros Malino-Sinjai. Buletin


Geologi Tata Lingkungan Volume 22, No.3 , 186.

Karnawati, D., 2005. Bencana Alam Gerakan Massa Tanah di Indonesia dan Upaya
Penanggulangannya, Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Geologi
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai