Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS PENCEMAR PM10 PADA UDARA AMBIEN

AKIBAT AKTIVITAS KENDARAAN BERMOTOR


(Studi Kasus : Desa Puuruy Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe)

OLEH

NANDA NURHALIFA
NSTB : 21801065

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik


Pada Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Kendari

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
KENDARI
2022
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

ANALISIS PENCEMAR (PM10) PADA UDARA AMBIEN


AKIBAT AKTIVITAS KENDARAAN BERMOTOR
(Studi Kasus : Desa Puuruy Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe)

OLEH:
NANDA NURHALIFA
NSTB : 21801065

Program Studi S1 Teknik Lingkungan


Universitas Muhammadiyah Kendari

Pembimbing, Tanda Tangan Tanggal

Dr. Ilham, ST., M.Si ………………… …………………


NIDN. 0021127310

08 Juli 2022
Sumarlin, S.Pd., M.Sc. ………………… …………………
NIDN. 0903098103

Kendari, Juni 2022


Mengetahui :

Dekan, Ketua Program Studi,


Fakultas Teknik Teknik Lingkungan
Universitas Muhammadiyah Kendari Universitas Muhammadiyah Kendari

Dr. Ilham, ST., M.Si Dwiprayogo Wibowo, S.Si., M.Si


NIDN. 0021127310 NIDN. 0913119101

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................ii


DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................v
DAFTAR TABEL............................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................3
C. Tujuan Penelitian........................................................................................3
D. Manfaat Penelitian......................................................................................3
E. Ruang Lingkup Penelitian..........................................................................4
F. Definisi Operasional....................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................5
A. Definisi Udara Ambien...............................................................................5
B. Pencemaran Udara......................................................................................5
1. Definisi Pencemaran Udara....................................................................5
2. Sumber Pencemar Udara.......................................................................7
3. Faktor Meteorologis Yang mempengaruhi Pencemaran udara..........8
C. Baku Mutu Udara.......................................................................................9
D. Particulate Matter 10 (PM10)......................................................................10
1. Definisi Particulate Matter 10 (PM10)....................................................10
2. Sumber-Sumber Particulate Matter (PM10)..........................................11
3. Dampak PM10 Terhadap Kesehatan dan Lingkungan........................12
E. Volume Lalu Lintas...................................................................................13
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................14
A. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................14
B. Populasi dan Sampel.................................................................................14
C. Alat dan Bahan..........................................................................................14
D. Jenis dan Sumber Data.............................................................................15

iv
1.Data Primer..............................................................................................15
2. Data Sekunder.........................................................................................15
E. Cara Pengumpulan Data..........................................................................16
1. Pengumpulan Data Sekunder...................................................................16
2. Observasi.................................................................................................16
3. Pengambilan Sampel Udara Ambien.......................................................16
4. Dokumentasi.......................................................................................... 17
F. Teknik Analisa Data.................................................................................17
G. Prosedur Kerja..........................................................................................17
H. Diagram Alur Penelitian...........................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................21
LAMPIRAN...................................................................................................................21

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.3 : High Volume Air Sampler.............................................................19


Gambar 3.4 : Diagram Air Penelitian.................................................................20

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Baku Mutu Udara Ambien................................................................10


Tabel 3.1 : Alat dan Bahan.................................................................................15

vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pencemaran udara merupakan suatu permasalahan lingkungan yang

berdampak buruk bagi kehidupan makhluk hidup. Udara yang tercemar akan

menimbulkan berbagai macam penyakit, sehingga perlu di lakukan pengamatan

tingkat pencemaran udara. Pencemaran udara dapat terjadi di dalam ruang

(indoor) maupun di luar ruang (outdoor). Pencemaran udara luar ruang berasal

dari sumber bergerak yaitu asap pembakaran kendaraan bermotor seperti mobil,

motor, truk, dan bus maupun berasal dari sumber tidak bergerak seperti industri,

proses pembangunan, aktivitas lalu lintas.

Kasus pencemaran udara, baik di luar maupun dalam ruangan (indoor and

outdoor pollution), debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang

digunakan untuk menunjukkan tingkat bahaya terhadap lingkungan. Partikel debu

akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-

layang di udara, kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan.

Selain dapat membahayakan kesehatan, juga dapat mengganggu daya tembus

pandang mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi kimia sehingga komposisi

debu di udara menjadi partikel yang sangat rumit karena merupakan campuran

dari berbagai bahan dengan ukuran dan bentuk yang relatif berbeda-beda.

Berdasarkan penelitian dari konsentrasi total partikulat pada musim kemarau lebih

tinggi, pada ketika musim hujan, hal ini karena pada musim hujan zat pencemar

yang ada di atmosfer mengalami karena pada musim hujan zat pencemar yang ada

1
2

di atmosfer mengalami proses penghilangan atau pengurangan akibat adanya

pencucian udara oleh hujan, sehingga polutan akan terlihat lebih jelas (Puspitasari

2011).

Particulate Matter (PM10) merupakan salah satu bahan pencemar udara yang

digolongkan ke dalam kelompok pencemar primer (primary polutant), yaitu bahan

pencemar yang diemisikan langsung ke udara dari sumber cemaran, seperti

kendaraan bermotor (Wijayanti, 2010). Kendaraan bermotor yang semakin banyak

dalam menggunakan bahan bakar akan berpotensi menyebabkan pencemaran

udara yang semakin tinggi akibat adanya pembakaran mesin kendaraaan bermotor

terutama pembakaran yang tidak sempurna karena kurangnya perhatian terhadap

perawatan mesin. Kondisi pencemaran udara tersebut dapat memberikan dampak

negatif terhadap kesehatan manusia apabila terhirup secara terus menerus

(Ismayanti,et al 2014).

Berdasarkan data yang di peroleh dari UPTD Puskesmas morosi kabupaten

konawe Sulawesi tenggara melaporkan adanya suatu peningkatan data penyakit

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang terjadi pada setiap tahunnya. Pada

tahun 2019 terdapat 476 pasien penyakit ISPA. Tahun 2020 terdapat 359 pasien,

tahun 2021 mencapai 700 kasus. Dengan naiknya jumlah pasien ISPA setiap

tahunnya menunjukan adanya bahwa terjadi pencemaran udara di Kecamatan

Morosi. Untuk memelihara udara sesuai dengan tingkat kualitas yang diinginkan,

sangat penting untuk mengetahui tingkat pencemaran udara khususnya pencemar

udara PM10.
3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat ditarik sebuah rumusan

masalah yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana volume kendaraan lalu lintas di Desa Puuruy Kecamatan

Morosi pada saat jam sibuk pagi dan sore hari.

2. Bagaimana konsentrasi PM10 pada udara ambien di Desa Puuruy

Kecamatan Morosi.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan volume lalu lintas di Desa Puuruy Kecamatan Morosi

pada pagi dan sore hari.

2. Mendeskripsikan konsentrasi PM10 pada udara ambien di Desa Puuruy

Kecamatan Morosi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkann dapat :

1. Bagi Peneliti

Sebagai penambah wawasan pengetahuan terkait tingkat konsentrasi PM 10

pada udara ambien dan dapat memberikan kontribusipengembangan teori

untuk penelitian lebih lanjut.

2. Kepada Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat di Desa Puuruy Kecamatan

Morosi tentang tingkat pencemaran udara akibat kendaraan lalu lintas dari

PM10.
4

3. Bagi Pemerintah

Memberikan informasi kepada pihak pemerintah tentang polusi udara

ambien di Desa Puuruy Kecamatan Morosi terkait pencemar PM 10 akibat

dari polusi transportasi,sehingga pemerintah dapat menentukan kebijakan

dan keputusan yang berkaitan dengan aspek kesehatan masyarakat yang

terkena dampak.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Volume kendaraan bermotor untuk memberi gambaran terhadap tingkat

pencemaran udara PM10 di Desa Puuruy Kecamatan Morosi.

2. Konsentrasi PM10 pada udara ambien di Desa Puuruy Kecamatan Morosi.

F. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pencemar PM10 adalah partikel padat atau cair di udara dengan ukuran

diameter aerodinamik 10 mikrometer .

2. Aktivitas kendaraan bermotor adalah kegiatan kendaraan yang digerakkan

oleh peralatan mekanik berupa mesin.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Udara Ambien

Udara merupakan salah satu elemen penting bagi kehidupan tiap makhluk

hidup. Makhluk hidup membutuhkan keberadaan udara dalam proses

respirasi/pernafasan. Bisa kalian bayangkan bagaimana jika di dunia ini tidak ada

sedikit saja maka akan mati karena tidak bisa bernafas. Dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2021 tentang pengendalian dan

pencemaran udara, yang dimaksud udara ambien adalah udara bebas dipermukaan

bumi pada lapisan troposfer yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik

Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk

hidup dan unsur lingkungan lainnya.

Menurut PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara,

baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi dan/atau

komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang

ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Udara yang melebihi baku mutu

dapat merusak lingkungan sekitarnya dan berpotensi mengganggu kesehatan

masyarakat sekitarnya.

B. Pencemaran Udara

1. Definisi Pencemaran Udara

Pencemaran udara didefinisikan sebagai kehadiran zat-zat kimia atau bahan

pencemar lain ke dalam atmosfer yang dapat menyebabkan perubahan terhadap

5
6

komposisi udara. Beberapa contoh pencemaran udara yang disebabkan

oleh aktivitas manusia sehari –hari adalah dihasilkannya partikel pencemar

yang berasal daribuangan kendaraan bermotor yaitu berupa gas beracun seperti

senyawa oksida nitrogen ( NO dan NO2 ), gas karbon monoksida (CO),senyawa

organik,timbal dan lain sebagainya. Peningkatan bahan pencemar di udara adalah

setara dengan peningkatan konsumsi atau pembakaran bahan bakar fosil (minyak

dan batu bara). Beberapa industri seperti industri kimia, industri kertas, industri

semen, industri makanan dan lainnya juga termasuk dalam sumber pencemar

udara. (Situmorang 2017).

Menurut PP No. 22 Tahun 2021 tentang pengendalian pencemaran udara,

udara ambien merupakan udara bebas yang terdapat di permukaan bumi pada

lapisan troposfir di wilayah indonesia yang dibutuhkan dan dapat mempengaruhi

kesehatan manusia, mahluk hidup dan unsur-unsur lingkungan hidup lainnya.

Menurut (Aina 2015) pencemaran udara diartikan sebagai tercampurnya bahan-

bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan

atau komposisi udara dari keadaan normal menjadi berbahaya.

Definisi lain tentang pencemaran udara menurut Keputusan Mentri

Lingkungan Hidup, (1988) pencemaran udara adalah masuk atau dimasukannya

suatu zat,energy,makhluk hidup atau komponen-komponen lain ke dalam udara

ambien sehingga mampu merubah komposisi udara normal karena adanya

kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara ambien dapat

menurun dan tidak berfungsi sebagaimana peruntukannya.


7

2. Sumber Pencemar Udara

Sumber pencemar udara yaitu bersifat alami dan buatan manusia. Sumber

pencemaran alami seperti gunung berapi, kebakaran hutan, debu, sedangkan

sumber pencemar yang disebabkan oleh manusia seperti Industri, kegiatan

transportasi, pembakaran sampah rumah tangga dan proses dekomposisi. Selain

itu parameter pencemaran udara seperti CO, NO, HC, Pb, SO, dan ada zat

bernama Tetraethyl lead yang ditambahkan ke dalam bensin kualitas rendah agar

menaikkan bilangan oktan yang dapat menyebabkan pencemaran udara dari

kegiatan transportasi.

Menurut PP No. 41 Tahun 1999, sumber pencemar udara digolongkan

menjadi lima yaitu :

a. Sumber Bergerak

Sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat yang

berasal dari kendaraan bermotor.

b. Sumber Bergerak Spesifik

Sumber bergerak spesifik adalah serupa dengan sumber bergerak namun

berasal dari pesawat terbang , kereta api, kapal laut dan kendaraan berat

lainnya.

c. Sumber Tidak Bergerak

Sumber tidak bergerak adalah sumber emisi yang tetap pada suatu tempat

d. Sumber Tidak Bergerak Spesifik

Sumber bergerak spesifik adalah serupa dengan sumber tidak bergerak


8

namun berasal dari kebakaran hutan dan pembakaran sampah.

e. Sumber Gangguan

Sumber gangguan adalah sumber pencemar yang menggunakan media

udara atau padat untuk penyebarannya, sumber ini berupa dari kebisingan,

getaran, kebauan dan gangguan lainnya.

3. Faktor Meteorologis Yang mempengaruhi Pencemaran udara

Faktor meteorologi merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi

proses tranformasi dan transportasi polutan di atmosfer. Suhu udara vertikal dapat

menentukan stabilitas atmosfer dan lapisan inversi suhu yang berpengaruh pada

kualitas udara di lingkungan industri (Barmpadimos, 2011). Berikut ini adalah

salah satu unsur meteorologi yang dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar di

udara, antara lain:

1. Kelembaban Udara

Kelembaban udara adalah jumlah uap air di udara atau tekanan uap jenuh

pada suhu yang diamati, dan dinyatakan sebagai persentase (Neiburger, 1995).

Sedangkan menurut Tjasyono (2004) kelembaban udara diartikan sebagai

banyaknya uap air yang terkandung dalam massa udara pada waktu tertentu,

singkatnya pengukuran kelembaban dilakukan dengan mengukur kelembaban

relatif.

Hubungan antara kelembaban dan konsentrasi polutan di udara ambien

adalah bahwa kelembaban yang tinggi dapat memperlambat pemuaian udara

karena banyaknya uap air di udara. Hal ini menyebabkan aliran udara menjadi

lebih lambat daripada vertikal dan horizontal. Konsentrat polutan yang tinggi
9

pada waktu bersamaan Kelembaban rendah berarti udara mengandung uap air

dalam jumlah yang cukup. Saat ini, udara berdifusi lebih cepat karena udara

dapat bergerak tanpa pengembunan. Hal ini mengakibatkan rendahnya

konsentrasi polutan di udara (Syech et al, 2012).

2. Suhu Udara

Suhu udara berfluktuasi secara signifikan setiap 24 jam. Suhu udara

adalah elemen iklim yang sangat penting di atmosfer karena berubah dengan

tempat dan waktu. Variasi suhu terganggu ketika turbulensi udara atau

pergerakan massa udara menjadi sangat aktif, misalnya pada kecepatan angin

yang tinggi (Tjasyono, 2004).

3. Kecepatan Angin

Tasic et al (2013) menjelaskan dalam Isirokhatun et al (2016) bahwa

semakin tinggi kecepatan angin maka semakin rendah konsentrasi polutan di

udara. Karena polutan ini terbawa oleh angin dari area pengukuran, semakin

rendah konsentrasi polutan di udara maka semakin tinggi kecepatan angin.

Sehingga semakin tinggi tingkat polusi. Oleh karena itu, peningkatan

kecepatan angin mempercepat difusi dan pengenceran polutan udara pada

konsentrasi polutan yang lebih rendah.

C. Baku Mutu Udara

Baku mutu udara ambien adalah nilai pencemar udara yang ditenggang

keberadaannya dalam udara ambien. Sumber pencemar udara adalah setiap

kegiatan manusia yang mengeluarkan pencemar udara ke dalam udara ambien.

(PP RI No. 22 Tahun 2021). Baku mutu udara ambien diatur dalam PP RI No. 22
10

Tahun

2021 tentang

penyelengaraan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup disajikan dalam

tabel 2. 1 berikut ini.

Tabel 2.1 Baku Mutu Udara Ambien

Waktu Sitem
No Parameter Baku Mutu
Pengukuran Pengukuran
Aktif Kontinu
24 jam 75 µg/m3
PM10 (partikel < 10 Aktif Manual
1. 1 tahun 40 µg/m 3
Aktif Kontinu
mm)
PM2.5 (partikel < 2.5 Aktif Kontinu
24 jam 55 µg/m3
mm) Aktif Manual
3
1 tahun 15 µg/m Aktif Kontinu
Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 2021.

D. Particulate Matter 10 (PM10)

1. Definisi Particulate Matter 10 (PM10)

PM10 adalah partikulat padat dan cair yang melayang di udara dengan nilai

media ukuran diameter aerodinamik 10 mikron. Partikulat 10 mikron mempunyai

beberapa nama lain, yaitu PM10 sebagai inhalable particles, respirable particulate,

respirable dust, dan inhalable dust. PM10 merupakan kelompok partikulat yang

dapat di inhalasi, tetapi karena ukurannya, PM 10 lebih spesifik merupakan

partikulat yang respirable dan predictor kesehatan yang baik (Koren, 2003).
11

Partikulat merupakan campuran partikel padat, cair atau padat dan cair yang

bercampur atau tersuspensi di dalam udara. Partikulat di bedakan menjadi 2 jenis

berdasarkan massa dan komposisinya yaitu sebagai berikut.

a. Partikulat Kasar (Coarse Particle)

Partikulat kasar merupakan partikulat yang memiliki diameter aerodinamis

lebih dari 2,5 µm. Partikulat ini terbentuk dari pecahan partikulat yang

lebih besar.

b. Partikulat Halus (Fine Particle)

Partikulat halus merupakan partikulat yang memiliki diameter aerodinamis

kurang dari 2,5 µm. Sebagian besar partikel ini terbentuk dari gas.

2. Sumber-Sumber Particulate Matter (PM10)

PM10 secara alami berasal dari tanah, bakteri, virus, jamur, ragi, serbuk sari

serta partikulat garam dan evaporasi air laut. Sedangkan dari aktifitas manusia,

partikulat dihasilkan dari penggunaan kendaraan bermotor, hasil pembakaran,

proses industri dan tenaga listrik. PM 10 dihasilkan secara langsung dari emisi

mesin diesel, industri pertanian, aktifitas di jalan, reaksi fotokimia yang

melibatkan polutan.

Sumber partikulat sesuai dengan ukuran diameter adalah (EPA, 2004):


12

a. Partikulat sangat halus (diameter ≤ 0,1 μm), berasal dari hasil pembakaran

hasil transformasi SO2 dan campuran organik di atmosfir serta hasil proses

kimia pada temperatur yang tinggi.

b. Partikulat mode akumulasi (diameter 0,1 μm sampai 3 μm), berasal dari

hasil pembakaran batubara, minyak, bensin, solar dan kayu bakar, hasil

transformasi NOx, SO2 dan campuran organik, serta hasil proses pada

temperatur tinggi (peleburan logam dan juga pabrik baja).

c. Partikulat kasar/coarse (> 3 μm), berasal dari resuspensi partikulat industri,

jejak tanah di atas jalan raya, suspensi 12 dari kegiatan yang mempengaruhi

tanah (pertanian, pertambangan dan jalan tak beraspal), kegiatan konstruksi

dan penghancuran, pembakaran minyak dan batubara yang tidak terkendali.

3. Dampak PM10 Terhadap Kesehatan dan Lingkungan

PM10 yang dapat masuk ke saluran pernafasan dan dapat menyebabkan

gangguan sistem pernafasan kronis seperti bronchitis khronis, emfisema, asma

brongkial dan kanker paru (Linna, 2011). Sekitar 50% dari partikel berukuran

0,01-0,1 µm dapat menembus dan mengendap di kompartemen paru-paru. Studi

epidemologi yang telah dilakukan untuk menentukan hubungan antara konsentrasi

ambien partikulat dengan indikator kesehatan dijumpai 0,7 – 1,6% kematian

meningkat dengan meningkatnya PM10 10 µg/m3 (Ruslinda, 2014).

Partikulat juga dapat menyebabkan gangguan pada pernapasan,iritasi mata,

dan gangguan saluran pernapasan lainnya, bahkan pada ukuran yang paling kecil

dapat masuk ke dalam jaringan tubuh yang paling dalam seperti paru-paru dan

jantung, apalagi jika partikulat tersebut mengandung bahan berbahaya sehingga


13

dapat mengakibatkan gangguan kesehatan terutama penyakit jantung dan paru-

paru (Rohmah dkk., 2018).

Selain berdampak pada kesehatan menurut Depkes RI dalam Pujiastuti (1998),

partikulat juga berdampak bagi lingkungan diantaranya adalah :

1. Menyebabkan gangguan estetika lingkungan seperti bangunan sekitar

menjadi kotor dan tidak enak dipandang serta menyebabkan warna bangunan

luntur.

2. Rusaknya tumbuh-tumbuhan karena tertutupnya pori-pori daun oleh

partikulat sehingga menyebabkan proses fotosintesis terganggu , akibatnya

tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik.

3. Menggangu aktivitas transportasi darat dan udara, sehingga menghambat

aktivitas sosial ekonomi di masyarakat.

4. Menyebabkan perubahan iklim global regional maupun internasional.

5. Menyebabkan gangguan iritasi mata, alergi, kanker paru-paru dan gangguan

pernapasan.

E. Volume Lalu Lintas

Volume kendaraan adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik tertentu

dalam suatu ruang tertentu pada interval waktu tertentu . Semakin banyak jumlah

kendaraan yang melalui suatu titik tertentu dalam suatu ruang tertentu pada

interval waktu tertentu berarti semakin besar volume lalulintas pada titik tersebut.

Apabila dalam ruas jalan, peningkatan volume kendaraan tidak akan

menimbulkan permasalahan apabila kapasitas ruas jalan tersebut tidak terlampaui,


14

namun masalah akan timbul seandainya kapasitas ruas jalan tidak mapu

menampung jumlah kendaraan yang melaluinya. Permasalahan yang dapat dilihat

secara nyata adalah kemacetan yang akan mengakibatkan munculnya

permasalahan lain yaitu kecelakaan dan polusi (Hobbs, 1979).

Setiap jenis kendaraan mempunyai karakteristik pergerakan yang berbeda,

karena dimensi kecepatan, percepatan maupun kemampuan maneuvaur masing-

masing tipe kendaraan berbeda serta berpengaruh terhadap geometrik jalan, oleh

karena itu digunakaan suatu satuan untuk perencanaan lalulintas yaitu Sataun

Mobil Penumpang (SPM) (Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota,1999).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di desa Puuruy, Kecamatan Morosi,Kabupaten

Konawe. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini di pilih sebagai lokasi pengamatan

karena merupakan jalan arteri primer bagi para pekerja yang bekerja di beberapa

industri yang berlokasi di Kecamatan Morosi, juga merupakan salah satu jalan

yang menghubungkan Konawe Utara sehingga menjadi titik keramaian lalulintas

di Kecamatan Morosi. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan

pada bulan Juli sampai Agustus 2022

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah udara ambien di sekitar Desa Puuruy,

Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sampel

pada penelitian ini adalah udara dengan konsentrasi PM 10, yang dihasilkan dari

aktivitas kendaraan bermotor di Jalan Tambang Morosi (Pasar Cina).

C. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

14
15

Tabel 3.2 Alat dan Bahan

No Alat dan Bahan Keterangan


1 Alat dokumentasi saat proses penelitian
Kamera
dilakukan
2 High Volume Air Alat yang digunakan untuk mengkur kadar
Sampler (HVAS) PM10 pada udara ambien.
3 Handtally Counter Alat untuk menghitung volume kendaraan

4 GPS Untuk menentukan lokasi koordinat

5 Kertas Filter Bahan penyaring PM10

D. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari analisa lapangan secara langsung

yang berupa perhitungan volume kendaraan lalulintas, hasil mengukur kadar

PM10.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data penunjang serta relevan yang bersumber dari

berbagai literatur seperti buku, jurnal ilmiah dan sumber lain yang berkaitan

dengan pembahasan penelitian ini. Adapun data yang diperlukan dapat

diperoleh dari BMKG, Puskesmas, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Konawe.
16

E. Cara Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh informasi terkait dan

menganalisis masalah serta memberikan sebuah data dalam penelitian ini. Adapun

metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pengumpulan Data Sekunder

Penulis mengumpulkan dan menganalisis data dari berbagai sumber penelitian

sebelumnya atau dokumen yang sesuai dengan pokok permasalahan yang akan

dikaji sebagai langkah studi literatur. Mengumpulkan data dari BMKG berupa

data arah dan kecepatan angin, kelembaban serta suhu udara. Serta

mengumpulkan data keluhan kesehatan dari puskesmas setempat.

2. Observasi

Tu juan dari penelitian untuk melihat secara langsung kondisi eksisting yang

dimana adalah salah satu tahap awal yang dilakukan untuk mengetahui dan

mengidentifikasi kondisi awal lokasi penelitian yang bertujuan untuk

menentukan lokasi yang cocok dan sesuai dengan lokasi yang direncanakan.

3. Pengambilan Sampel Udara Ambien

Pengambilan sampel udara ambien di titik yang sudah di tentukan kemudian

dilakukan pengujian di laboratorium untuk mengetahui kadar Particulate

Matter (PM10) di Desa Puuruy Kecamatan Morosi.


17

4. Dokumentasi

Dokumentasi berfungsi sebagai pelengkap data untuk memberikan gambaran

terkait proses pengambilan sampel di lapangan. Untuk melengkapi data maka

diperlukan informasi yang berhubungan dengan objek penelitian.

F. Teknik Analisa Data

Kadar Particulate Matter (PM10) yang telah diperoleh dari hasil sampling dan

uji laboratorium kemudian di bandingkan dengan baku mutu udara menurut

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2021. Setelah hasil

analisa diperoleh, hasil uji laboratorium lalu dihubungkan dengan volume

kendaraan, kemudian disajikan dalam bentuk diagram dan dijabarkan secara

deskriptif untuk memberikan gambaran kualitas udara desa Puuruy, Kecamatan

Morosi, Kabupaten Konawe.

G. Prosedur Kerja

Untuk mendapatkan hasil identifikasi tingkat polusi udara jenis PM 10 di Desa

Puuruy, Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara,

maka dilakukan prosedur kerja dalam penelitian ini.

1. Menyiapkan kebutuhan lapangan.

2. Melakukan perhitungan volume kendaraan bermotor pada titik yang sudah

ditentukan dengan menghitung jumlah kendaraan yang melintas masing-

masing jalan pada jam sibuk lalulintas sebagai data awal.

3. Mengambil titik koordinat menggunakan GPS.


18

4. Penetapan titik lokasi perhitungan volume kendaraan dan pengambilan

sampel kadar particulate metter (PM10) di ambil pada 1 titik lokasi dan

penentuan lokasi pengambilan sampel disesuaikan berdasarkan kriteria SNI

19-71196-2005 sehubungan dengan penetapan titik pengambilan sampel

kualitas udara, yaitu :

a. Area dengan konsentrasi pencemar tinggi.

b. Area dengan kepadatan penduduk tertinggi.

c. Daerah lokasi penelitian yang diperuntukkan untuk kawasan studi.

d. Daerah proyeksi.

e. Area yang dapat mewakili seluruh wilayah studi.

5. Melakukan pengambilan sampel konsentrasi PM 10 pada udara ambien

menggunakan alat High Volume Air Sampler (HVAS) di titik yang sudah di

tentukan dengan rincian jam 06.00-07.00 WITA untuk mewakili pagi, jam

17.00-18.00 WITA mewakilkan waktu malam.

Adapun cara pengoprasian alat dan cara pengambilan sampel dengan

menggunakan alat alat High Volume Air Sampler (HVAS) menurut Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2002) adalah sebagai berikut.

a. Persiapan alat, letakkan alat pada ruangan dengan menggunakan meja atau

tripod.

b. Letakan kertas filter yang telah ditimbang pada filter holder.

c. Hidupkan alat sampai waktu yang ditentukan.

d. Atur flow meter dungeon kecepatan aliran udara.


19

e. Setelah pengukuran selesai , ambil kertas filter, lipat dan masukan dalam

amplop.

Gambar 3.3 High Volume Air Sampler


20

H. Diagram Alur Penelitian

Bagan alur penelitian dapat di lihat pada gambar berikut :

Mulai

Studi Literatur

Survey Awal

Pegumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


Melakukan analisis langsung di
1. Data kasus penyakit ISPA
lokasi penelitian
Kecamatan Morosi,
1. Kadar CO di Desa Morosi,
2. Data meterologi Desa Morosi
2. Suhu udara dan kecepatan
(arah dan kecepatan angin),
angin,
3. Data BPS Desa Morosi.
3. Data volume kendaraan.

Analisis dan
Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.4 Diagram Alur Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Barmpadimos, I., Hueglin, C., Keller, J., Henne, S., dan Prévôt, A. (2011).
Influence of meteorology on PM10 trends and variability in Switzerland
from 1991 to 2008. Atmospheric Chemistry and Physics, 11(4), 1813.
Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota. 1999. Rekayasa lalulintas
: pedoman perencanaan dan pengoprasian lalu lintas di wilayah perkotaan
perhubungan RI. Jakarta
Epa. 2004. Air Quality Criteria for Particulate Matter. Center for Environmental
Research Information Office of Research and Development.
http://ofmpub.epa.gov. Unduh pada 18 agustus 2021
Hobbs. 1979. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Ismayanti., Marlita, D., dan Saidah, D. (2014). Pencemaran Udara Akibat Emisi
Gas Buang Kendaraan Bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi dan
Logistik Volume 1 Nomor 3 November 2014: 241-248. Diakses dari:
http://digilib.mercubuana.ac.id (Disitasi tanggal 4 Juni 2017).
Istikharotun, Titik dkk. 2016. Kontribusi Parameter Meteorologi dan Kondisi Lalu
Lintas Terhadap Konsentrasi Pencemar NO2 di Kota Semarang. Jurnal
Presipitasi Vol 12 (2) H: 48-56.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1335/MENKES/SK/X/2002. Tentang Standar Oprasional Pengambilan
Sampel Dan Pengukuran Sampel Kualitas Udara Ruangan Rumah Sakit
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 02/Men-KLH/I/1988
Koren. 2003. Handbook of Environmental Health Volume 2: Pollutant
Interactions in Air, Soil and Water. Dalam: Huboyo, H. S., dan
Budihardjo, M. A. Semarang: Universitas Diponegoro.
Linna, S S. dkk. 2011. Tingkat Pencemaran Udara CO Akibat Lalu Lintas Dengan
Model Prediksi Polusi Udara Skala Mikro. Jurnal Ilmiah Media
Engineering Vol1(2)
Neiburger. 1995. Memahami Lingkungan Sekitar Kita. Penerbit ITB : Bandung.
Nuraina. 2015. “Pengaruh Kepadatan Arus Lalu Lintas Terhadap Kualitas Udara
Pada Ruas Jalan Tertentu Di Kota Lhokseumawe.” http://aina-
kesling.blogspot.com.
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 Tentang pengendalian pencemaran
Udara. Jakarta
22

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran


Udara.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 Tentang


Pengendalian Pencemaran Udara.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.
Rohmah, I dkk. 2018. Comparison Of Air Quality Sampling Method: High
Volume Air Sampler (HVAS) And Low Volume Air Sampler (LVAS).
Ecolab 12 (2) : 53 –102
Ruslinda, Yenni. Analisis Kualitas Udara Ambien Kota Padang akibat Pencemar
Particulate Matter 10 m (PM10). Teknika, 2014, 21.2.
Situmorang, Manihar, Kimia Lingkungan, Raja Wali Pers, Depok, 2017 Sugiarta,
A.A.G, Jurnal IKESMA Volume 9 Nomor 1 Maret 2013, Jurnal IKESMA
Volume9Nomor1Maret2013https://hukumlingkungan.or.id/2020/02/08/ba
ku-mutu-udara-ambien/
SNI 19-7119.10-2005 Tentang Cara Uji Kadar TSP dengan High Volume Air
Sample (HVAS) Menggunakan Gravimetri
SNI 19-71196-2005 Tentang Penentuan Pengambilan Titik Sampel Kualitas
Udara Ambien.
Syech. Riad, Sugianto dan Anthika. 2012. Faktor-Faktor Fisis yang
Mempengaruhi Akumulasi Nitrogen Monoksida dan Nitrogen Dioksida di
Udara Pekanbaru.
Tasić, V., Kovačević, R., Milošević, N., 2013. Investigating the Impacts of Winds
on SO2 Concentrations in Bor, Serbia, J. sustain. dev. energy water
environ. syst., 1(2), pp 141-151.
Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. Bandung : Penerbit ITB
LAMP IRAN

Anda mungkin juga menyukai