Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS SEBARAN PENCEMAR PM10 PADA UDARA AMBIEN

AKIBAT AKTIVITAS KENDARAAN BERMOTOR

(Studi Kasus Desa Puuruy Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe Sulawesi


Tenggara)

OLEH

NANDA NURHALIFA

NSTB : 21801065

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada

Program Studi Teknik Lingkungan

Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Kendari

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
2022

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

ANALISIS SEBARAN PENCEMAR PM10 PADA UDARA AMBIEN AKIBAT


AKTIVITAS KENDARAAN BERMOTOR

(Studi Kasus Desa Puuruy Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe Sulawesi


Tenggara)

Oleh:
NANDA NURHALIFA
NSTB : 21801065

Program Sarjana

Program Studi Teknik Lingkungan

Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Kendari

Menyetujui,

Pembimbing Tanda Tangan Tanggal

Dr. Ilham, ST., M.Si ............................. .................


NIDN. 0021127310

Sumarlin, S.Pd, M.Sc .............................. .................


NIDN. 0903098103
Kendari, 2022

Dekan
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Kendari
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Kendari

Dr. Ilham, ST.,M.Si


NIDN. 0021127310

Ketua Program Studi


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Kendari

Dwiprayogo Wibowo, S.Si.,M.Si.


NIDN. 0913119101
Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis kehadirat Allah SWT atas segala nikmat

dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan

Judul “Analisis Sebaran Pencemar PM10 Pada Udara Ambien Akibat

aktivitas Kendaraan Bermotor (Studi Kasus Desa Puuruy, Kecamatan

Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara)” sesuai yang diharapkan.

Shalawat dan salam kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW. Yang

telah membawa kita dari zaman keburukan hingga ke zaman yang penuh dengan

kesempurnaan ilmu dari ilmu-ilmu sebelumnya.

Penulis menyadari betul bahwa penulisan tugas akhir ini tidak akan berjalan baik

tanpa bantuan, bimbingan serta dorongan dan doa dari berbagai pihak hingga

tugas akhir ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

atas bantuan dan dukungannya kepada :

1. Bapak Sumarlin, S.Pd., M.Sc. dosen pembimbing 1 yang telah

memberikan masukan dan saran dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Dr. Ilham, ST., M.Si. Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Muhammadiyah Kendari sekaligus Dosen Pembimbing 2 yang telah

memberikan masukan dan saran dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

3. Tim Dosen pengajar di Teknik Lingkungan yang telah memberikan ilmu

kepada Peneliti sehingga saya bisa sampai pada tahap ini.

4. Kedua Orang Tua dan keluarga yang telah menyemangati dan mendukung

dalam penyusunan Tugas Akhir ini.


5. Rekan mahasiswaku yang menjadi teman sahabat selama menuntut ilmu di

Universitas Muhammadiyah Kendari dan kepada senior yang selalu

membantu dan memberikan saran kepada penulis untuk menyelesaikan

Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini jauh dari

kesempurnaan, Oleh karena itu Peneliti memohon maaf atas segala

kekurangan yang terdapat pada Tugas Akhir ini. Penulis berharap Tugas Akhir

ini dapat memberikan manfaat ilmu di bidang Teknik Lingkungan.

Kendari, April 2022

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

lingkungan hampir di seluruh negara mengalaminya. Pencemaran udara

dapat terjadi di luar ruang (outdoor) maupun di dalam ruang (indoor).

Pencemaran udara terjadi di luar ruang karena adanya polutan udara di luar

ruang yang berasal dari sumber bergerak yaitu asap pembakaran kendaraan

bermotor seperti mobil,motor,truk dan bus maupun berasal dari sumber

tidak bergerak seperti industri, proses pembangunan, aktivitas di jalan, dan

jejak tanah di atas jalan raya. Salah satu polutan udara yang menyebabkan

masalah dalam kesehatan adalah partikel debu kasar atau particulate

matter (PM10).

Kasus pencemaran udara, baik di luar maupun dalam ruangan

(indoor and outdoor pollution), debu sering dijadikan salah satu indikator

pencemaran yang digunakan untuk menunjukkan tingkat bahaya terhadap

lingkungan. Partikel debu akan berada di udara dalam waktu yang relatif

lama dalam keadaan melayang-layang di udara, kemudian masuk ke dalam

tubuh manusia melalui pernapasan. Selain dapat membahayakan

kesehatan, juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan dapat

mengadakan berbagai reaksi kimia sehingga komposisi debu di udara

menjadi partikel yang sangat rumit karena merupakan campuran dari

berbagai bahan dengan ukuran dan bentuk yang relatif berbeda-beda.


Berdasarkan penelitian dari konsentrasi total partikulat pada musim

kemarau lebih tinggi, pada ketika musim hujan, hal ini karena pada musim

hujan zat pencemar yang ada di atmosfer mengalami karena pada musim

hujan zat pencemar yang ada di atmosfer mengalami proses penghilangan

atau pengurangan akibat adanya pencucian udara oleh hujan, sehingga

polutan akan terlihat lebih jelas (Puspitasari 2011).

PM10 merupakan salah satu bahan pencemar udara yang

digolongkan ke dalam kelompok pencemar primer (primary polutant),

yaitu bahan pencemar yang diemisikan langsung ke udara dari sumber

cemaran, seperti kendaraan bermotor (Wijayanti, 2010).

Di samping mengganggu estetika, partikel berukuran kecil di udara

dapat terhisap ke dalam sistem pernapasan dan menyebabkan penyakit

gangguan pernapasan serta kerusakan paru-paru (Alves, et al, 2017).

Berdasarkan data yang di peroleh dari UPTD Puskesmas morosi

kabupaten konawe Sulawesi tenggara melaporkan adanya suatu

peningkatan data penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang

terjadi pada setiap tahunnya. Pada tahun 2019 terdapat 476 pasien

penyakit ISPA. Tahun 2020 terdapat 359 pasien, tahun 2021 mencapai 700

kasus. Dengan naiknya jumlah pasien ISPA setiap tahunnya menunjukan

adanya perubahan lingkungan yang terjadi.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar bekalang diatas dapat ditarik

sebuah rumusan masalah yaitu sebagai berikut:

1. berapa volume kendaraan lalu lintas di Desa Puuruy Kecamatan

Morosi pada saat pagi,siang dan sore hari

2. Berapa konsentrasi PM10 pada udara ambien di Desa Puuruy

Kecamatan Morosi

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian di Desa Puuruy Kecamatan Morosi

adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui berapa volume lalu lintas di Desa Puuruy Kecamatan

Morosi pada pagi, siang, dan sore hari.

2. Mengetahui berapa konsentrasi PM10 pada udara ambien di Desa

Puuruy Kecamatan Morosi

D. Manfaat Penelitian

Adapun maanfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini sebagai

berikut:

1. Sebagai penambah wawasan pengetahuan terkait tingkat konsentrasi

PM10 pada udara ambien dan dapat memberikan kontribusi

pengembangan teori untuk pnelitian lebih lanjut.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat di Desa Puuruy Kecamatan

Morosi tentang tingkat pencemaran udara akibat kendaraan lalu lintas

dari PM10.
3. Memberikan informasi kepada pihak pemerintah tentang polusi udara

ambien di Desa Puuruy Kecamatan Morosi terkait pencemar PM 10

akibat dari polusi transportasi,sehingga pemerintah dapat menentukan

kebijakan dan keputusan yang berkaitan dengan aspek kesehatan

masyarakat yang terkena dampak.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup bahasan yang dikaji dalam penelitian ini meliputi :

1. Volume kendaraan bermotor untuk memberi gambaran terhadap

tingkat pencemaran udara PM10 di Desa Puuruy Kecamatan Morosi

2. Konsentrasi PM10 pada udara ambien di Desa Puuruy Kecamatan

Morosi

F. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional pada penelitian ini adalah :

1. Analisis adalah kajian atau penguraian suatu bahasa guna memeriksa

secara mendalam struktur bahasa yang digunakan

2. Konsentrasi adalah ukuran yang menggambarkan banyaknya zat di

dalam suatu campuran di bagi dengan volume total campuran

tersebut.

3. Udara ambien adalah udara bebas yang berada di permukaan bumi

lapisan troposfer yang sangat dibutuhkan bagi manusia, hewan dan

tumbuhan.

4. PM10 adalah istilah untuk partikel padat atau cair yang ditemukan di

udara dengan ukuran diameter aerodinamik 10 mikron.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Udara Ambien

Udara merupakan salah satu elemen penting bagi kehidupan tiap

makhluk hidup. Makhluk hidup membutuhkan keberadaan udara

dalam proses respirasi/pernafasan. Bisa kalian bayangkan bagaimana

jika di dunia ini tidak ada sedikit saja maka akan mati karena tidak bisa

bernafas. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22

tahun 2021 tentang pengendalian dan pencemaran udara, yang

dimaksud udara ambien adalah udara bebasdipermukaan bumi pada

lapisan troposfer yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik

Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia,

makhluk hidup dan unsur lingkungan lainnya.

B. Definisi Pencemaran Udara

Pencemaran udara didefinisikan sebagai kehadiran zat–zat kimia atau

bahan pencemar lain kedalam atmosfer yang dapat menyebabkan

perubahan terhadap komposisi udara. Sehingga menyimpang dari

keadaan normal. Beberapa contoh pencemaran udara yang

disebabkan oleh aktivitas manusia sehari –hari adalah

dihasilkannya partikel pencemar yang berasal dari buangan kendaraan

bermotor yaitu berupa gas beracun seperti senyawa oksida nitrogen (

NO dan NO2), gas karbon monoksida (CO),senyawa organik,timbal


dan lain sebagainya.Peningkatan bahan pencemar diudara adalah setara

dengan peningkatan konsumsi atau pembakaran bahan bakar fosil

(minyak dan batu bara). Beberapa industri seperti industri kimia,

industri kertas, industri semen, industri makanan dan lainnya juga

termasuk dalam sumber pencemar udara. (Situmorang 2017).

C. Sumber Pencemar Udara

Sumber pencemar udara yaitu bersifat alami dan buatan manusia.

Sumber pencemaran alami seperti gunung berapi, kebakaran hutan,

debu, sedangkan sumber pencemar yang disebabkan oleh manusia

seperti Industri, kegiatan transportasi, pembakaran sampah rumah

tangga dan proses dekomposisi. Selain itu parameter pencemaran

udara seperti CO, NO, HC, Pb, SO, dan ada zat bernama Tetraethyl

lead yang ditambahkan ke dalam bensin kualitas rendah agar

menaikkan bilangan oktan yang dapat menyebabkan pencemaran udara

dari kegiatan transportasi.

Menurut PP No. 41 Tahun 1999, sumber pencemar udara digolongkan

menjadi lima yaitu:

a. Sumber Bergerak

Sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu

tempat yang berasal dari kendaraan bermotor

b. Sumber Bergerak Spesifik

Sumber bergerak spesifik adalah serupa dengan sumber


bergerak namun berasal dari pesawat terbang , kereta api, kapal

laut dan kendaraan berat lainnya.

c. Sumber Tidak Bergerak

Sumber tidak bergerak adalah sumber emisi yang tetap pada

suatu tempat

d. Sumber Tidak Bergerak Spesifik

Sumber bergerak spesifik adalah serupa dengan sumber tidak

bergerak namun berasal dari kebakaran hutan dan pembakaran

sampah.

e. Sumber Gangguan

Sumber gangguan adalah sumber pencemar yang menggunakan

media udara atau padat untuk penyebarannya, sumber ini berupa

dari kebisingan, getaran, kebauan dan gangguan lainnya.

D. Baku Mutu Udara

Baku mutu udara ambien adalah nilai pencemar udara yang ditenggang

keberadaannya dalam udara ambien. Sumber pencemar udara adalah setiap

kegiatan manusia yang mengeluarkan pencemar udara ke dalam udara ambien.

(PP RI No. 22 Tahun 2021). Baku mutu udara ambien diatur dalam PP RI No.

22 Tahun 2021 tentang penyelengaraan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup disajikan dalam tabel 2. 1 berikut ini :


Tabel 2 1 Baku Mutu Udara Ambien

Waktu Sitem
No Parameter Baku mutu
Pengukuran Pengukuran
PM10 (partikel < 10 24 jam 75 µg/m3 Aktif kontunu
mm) Aktif Manual
1 PM2.5 (partikel < 2.5 1 tahun 40 µg/m 3
Aktif Kontinu
mm) 24 jam 55 µg/m3 Aktif Kontinu
Aktif Manual
1 tahun 15 µg/m3 Aktif Kontinu
Sumber : (PP RI No. 22 Tahun 2021)

E. Particulate Matter 10 (PM10)

1. Definisi Particulate Matter 10 (PM10)

PM10 adalah partikulat padat dan cair yang melayang di udara dengan nilai

media ukuran diameter aerodinamik 10 mikron. Partikulat 10 mikron mempunyai

beberapa nama lain, yaitu PM10 sebagai inhalable particles, respirable

particulate, respirable dust, dan inhalable dust. PM10 merupakan kelompok

partikulat yang dapat di inhalasi, tetapi karena ukurannya, PM10 lebih spesifik

merupakan partikulat yang respirable dan predictor kesehatan yang baik (Koren,

2003).

Partikulat merupakan campuran partikel padat, cair atau padat dan cair yang

bercampur atau tersuspensi di dalam udara. Partikulat di bedakan menjadi 2 jenis

berdasarkan massa dan komposisinya yaitu sebagai berikut:

a. Partikulat Kasar (Coarse Particle)


Partikulat kasar merupakan partikulat yang memiliki diameter

aerodinamis lebih dari 2,5 µm. Partikulat ini terbentuk dari pecahan

partikulat yang lebih besar.

b. Partikulat Halus (Fine Particle)

Partikulat halus merupakan partikulat yang memiliki diameter

aerodinamis kurang dari 2,5 µm. Sebagian besar partikel ini terbentuk

dari gas.

2. Sumber-Sumber Particulate Matter (PM10)

PM10 secara alami berasal dari tanah, bakteri, virus, jamur, ragi, serbuk

sari serta partikulat garam dan evaporasi air laut. Sedangkan dari aktifitas

manusia, partikulat dihasilkan dari penggunaan kendaraan bermotor, hasil

pembakaran, proses industri dan tenaga listrik. PM 10 dihasilkan secara

langsung dari emisi mesin diesel, industri pertanian, aktifitas di jalan,

reaksi fotokimia yang melibatkan polutan.

Sumber partikulat sesuai dengan ukuran diameter adalah (EPA,


2004):
a. Partikulat sangat halus (diameter ≤ 0,1 μm), berasal dari hasil

pembakaran hasil transformasi SO2 dan campuran organik di atmosfir

serta hasil proses kimia pada temperatur yang tinggi.

b. Partikulat mode akumulasi (diameter 0,1 μm sampai 3 μm), berasal dari

hasil pembakaran batubara, minyak, bensin, solar dan kayu bakar, hasil

transformasi NOx, SO2 dan campuran organik, serta hasil proses pada

temperatur tinggi (peleburan logam dan juga pabrik baja).


c. Partikulat kasar/coarse (> 3 μm), berasal dari resuspensi partikulat

industri, jejak tanah di atas jalan raya, suspensi 12 dari kegiatan yang

mempengaruhi tanah (pertanian, pertambangan dan jalan tak beraspal),

kegiatan konstruksi dan penghancuran, pembakaran minyak dan batubara

yang tidak terkendali.

3. Dampak PM10 Terhadap Kesehatan dan Lingkungan

PM10 yang dapat masuk ke saluran pernafasan dan dapat

menyebabkan gangguan sistem pernafasan kronis seperti bronchitis

khronis, emfisema, asma brongkial dan kanker paru (Linna, 2011). Sekitar

50% dari partikel berukuran 0,01-0,1 µm dapat menembus dan mengendap

di kompartemen paru-paru. Studi epidemologi yang telah dilakukan untuk

menentukan hubungan antara konsentrasi ambien partikulat dengan

indikator kesehatan dijumpai 0,7 – 1,6% kematian meningkat dengan

meningkatnya PM10 10 µg/m3 (Ruslinda, 2014).

Partikulat juga dapat menyebabkan gangguan pada

pernapasan,iritasi mata, dan gangguan saluran pernapasan lainnya, bahkan

pada ukuran yang paling kecil dapat masuk ke dalam jaringan tubuh yang

paling dalam seperti paru-paru dan jantung, apalagi jika partikulat tersebut

mengandung bahan berbahaya sehingga dapat mengakibatkan gangguan

kesehatan terutama penyakit jantung dan paru-paru (Rohmah dkk., 2018).

F. Volume Lalu Lintas

Volume kendaraan adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu

titik tertentu dalam suatu ruang tertentu pada interval waktu tertentu .
Semakin banyak jumlah kendaraan yang melalui suatu titik tertentu dalam

suatu ruang tertentu pada interval waktu tertentu berarti semakin besar

volume lalulintas pada titik tersebut. Apabila dalam ruas jalan,

peningkatan volume kendaraan tidak akan menimbulkan permasalahan

apabila kapasitas ruas jalan tersebut tidak terlampaui, namun masalah akan

timbul seandainya kapasitas ruas jalan tidak mapu menampung jumlah

kendaraan yang melaluinya. Permasalahan yang dapat dilihat secara nyata

adalah kemacetan yang akan mengakibatkan munculnya permasalahan lain

yaitu kecelakaan dan polusi (Hobbs, 1979).

Setiap jenis kendaraan mempunyai karakteristik pergerakan yang

berbeda, karena dimensi kecepatan, percepatan maupun kemampuan

maneuvaur masing-masing tipe kendaraan berbeda serta berpengaruh

terhadap geometrik jalan, oleh karena itu digunakaan suatu satuan untuk

perencanaan lalulintas yaitu Sataun Mobil Penumpang (SPM) (Bina

Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota,1999).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di desa Puuruy, Kecamatan

Morosi,Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tengah. Adapun waktu

pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni 2022

B. Pupulasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah udara ambien di sekitar Desa

Puuruy, Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dan Sampel pada penelitian ini adalah udara dengan konsentrasi PM 10

C. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah :

Tabel 3 1 Alat dan Bahan

No Alat dan Bahan Keterangan


1 Kamera Alat dokumentasi saat proses penelitian dilakukan

2 High Volume Air Alat yang digunakan untuk mengkur kadar PM 10


Sampler (HVAS) pada udara ambien.
3 Handtally Counter Alat untuk menghitung volume kendaraan

4 GPS Untuk menentukan lokasi koordinat

5 Kertas Filter Bahan penyaring PM10

D. Jenis dan Sumber Data


Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari analisa lapangan secara

langsung yang berupa perhitungan volume kendaraan lalulintas, hasil mengukur

kadar PM10.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data penunjang serta relevan yang

bersumber dari berbagai literatur seperti buku, jurnal ilmiah dan

sumber lain yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini. Adapun

data yang diperlukan dapat diperoleh dari BMKG, Puskesmas, dan

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Konawe.

E. Cara Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh informasi terkait

dan menganalisis masalah serta memberikan sebuah data dalam penelitian ini.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data Sekunder

Penulis mengumpulkan dan menganalisis data dari berbagai

sumber penelitian sebelumnya atau dokumen yang sesuai dengan

pokok permasalahan yang akan dikaji sebagai langkah studi literatur.

Mengumpulkan data dari BMKG berupa data arah dan kecepatan

angin, kelembaban serta suhu udara. Serta mengumpulkan data

keluhan kesehatan dari puskesmas setempat.


2. Survei Lapangan

Survei lapangan merupakan observasi tahap awal yang dilakukan

untuk mengetahui dan mengidentifikasi kondisi awal lokasi penelitian

yang bertujuan untuk menentukan lokasi yang cocok dan sesuai

dengan lokasi yang direncanakan.

3. Pengambilan Sampel Udara Ambien

Pengambilan sampel udara ambien di titik yang sudah di tentukan

kemudian dilakukan pengujian di laboratorium untuk mengetahui

kadar Particulate Matter (PM10) di Desa Puuruy Kecamatan Morosi.

4. Dokumentasi

Dokumentasi berfungsi sebagai pelengkap data untuk memberikan

gambaran terkait proses pengambilan sampel di lapangan. Untuk

melengkapi data maka diperlukan informasi yang berhubungan dengan

objek penelitian

F. Teknik Analisa Data

Data yang didirikan dalam bentuk tabel dari hasil analisis

laboratorium dan dinarasikan dengan keputusan yang relavan, hasil

pengukuran Particulate Matter (PM10) yang kemudian akan di bandingkan

dengan baku mutu udara ambien menurut Peraturan Negara Lingkungan

Hidup No 22 Tahun 2021.


G. Prosedur Kerja

Untuk mendapatkan hasil identifikasi tingkat polusi udara jenis

PM10 di Desa Puuruy, Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Provinsi

Sulawesi Tenggara, maka dilakukan prosedur kerja dalam penelitian ini.

1. Menyiapkan kebutuhan lapangan

2. Melakukan perhitungan volume kendaraan bermotor pada titik

yang sudah ditentukan dengan menghitung jumlah kendaraan

yang melintas masing-masing jalan pada jam sibuk lalulintas

sebagai data awal.

3. Mengambil titik koordinat menggunakan GPS

4. Penetapan titik pengambilan sampel PM10 jumlah titik

pengambilan sampel adalah satu titik di 1 lokasi dan

disesuaikan berdasarkan kriteria SNI 19-71196-2005

sehubungan dengan penetapan titik pengambilan sampel

kualitas udara, yaitu:

a. Area dengan konsentrasi pencemar tinggi.

b. Area dengan kepadatan penduduk tertinggi.

c. Daerah lokasi penelitian yang diperuntukkan untuk

kawasan studi.

d. Daerah proyeksi.

e. Area yang dapat mewakili seluruh wilayah studi.


5. Melakukan pengambilan sampel konsentrasi PM10 pada

udara ambien menggunakan alat High Volume Air Sampler

(HVAS) di titik yang sudah di tentukan


Adapun cara pengoprasian alat dan cara pengambilan

sampel dengan menggunakan alat alat High Volume Air Sampler

(HVAS) menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia (2002) adalah sebagai berikut :

a. Persiapan alat, letakkan alat pada ruangan dengan

menggunakan meja atau tripod.

b. Letakan kertas filter yang telah ditimbang pada filter

holder.

c. Hidupkan alat sampai waktu yang ditentukan.

d. Atur flow meter dungeon kecepatan aliran udara.

e. Setelah selesai pengukuran, ambil kertas filter, lipat dan

masukan dalam amplop.

Gambar3.3 High Volume Air Sampler


H. Bagan alur Penelitian

Bagan alur penelitian dapat dilihat pada gambar berikut

Mulai
g

Studi literatur

Survey awal

Pengumpulan data

Data primer Data Sekunder


Melakukan analisis langsung di lokasi 1. Data kasus penyakit ISPA
penelitian Kecamatan Morosi.
2. Data meterologis Desa Morosi (arah
1. Kadar CO di Desa Morosi
2. Suhu udara dan kecepatan angin dan kecepatan angin)
3. Data volume kendaraan 3. Data BPS Desa Morosi

Analisis dan
Pembahasan

Kesimpulan dan Saran


DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara.

Wijayanti, R. N. 2010. Analisis Pengaruh Kepadatan Lalu Lintas Terhadap

Konsentrasi PM10. Teknik Lingkungan. Universitas Diponegoro.

Semarang

Alves, C. A., Vicente, A. M., Custódio, D., Cerqueira, M., Nunes, T., Pio, C.,

Lucarelli, F., Calzolai, G., Nava, S., Diapouli, E., Eleftheriadis, K.,

Querol, X., and Bandowe, B. A. 2017. Polycyclic aromatic hydrocarbons

and their derivatives (nitro-PAHs, oxygenated PAHs and azaarenes) in PM

from Southern European cities, Science of the Total Environment.

595:494-504

Situmorang,Manihar,KimiaLingkungan,RajaWaliPers,Depok,2017Sugiarta,A.A.G

,JurnalIKESMAVolume9Nomor1Maret2013,JurnalIKESMAVolume9No

mor1Maret2013https://hukumlingkungan.or.id/2020/02/08/baku-mutu-

udara-ambien/

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 Tentang

Pengendalian Pencemaran Udara.

Koren. 2003. Handbook of Environmental Health Volume 2: Pollutant

Interactions in Air, Soil and Water. Dalam: Huboyo, H. S., dan

Budihardjo, M. A. Semarang: Universitas Diponegoro.


Ruslinda, Yenni. Analisis Kualitas Udara Ambien Kota Padang akibat Pencemar

Particulate Matter 10 m (PM10). Teknika, 2014, 21.2.

Linna, S S. dkk. 2011. Tingkat Pencemaran Udara CO Akibat Lalu Lintas Dengan

Model Prediksi Polusi Udara Skala Mikro. Jurnal Ilmiah Media

Engineering Vol1(2)

Rohmah, I dkk. 2018. Comparison Of Air Quality Sampling Method: High

Volume Air Sampler (HVAS) And Low Volume Air Sampler (LVAS).

Ecolab 12 (2) : 53 –102

Hobbs. 1979. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.

Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota. 1999. Rekayasa lalulintas

: pedoman perencanaan dan pengoprasian lalu lintas di wilayah perkotaan

perhubungan RI. Jakarta

Epa. 2004. Air Quality Criteria for Particulate Matter. Center for Environmental

Research Information Office of Research and Development .

http://ofmpub.epa.gov. Unduh pada 18 agustus 2021

SNI 19-7119.10-2005 Tentang Cara Uji Kadar TSP dengan High Volume Air

Sample (HVAS) Menggunakan Gravimetri

SNI 19-71196-2005 Tentang Penentuan Pengambilan Titik Sampel Kualitas


Udara Ambien.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1335/MENKES/SK/X/2002. Tentang Standar Oprasional Pengambilan

Sampel Dan Pengukuran Sampel Kualitas Udara Ruangan Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai