Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENELITIAN

TOXISITAS POLUTAN JENIS KARBON MONOKSIDA (CO) DI JALAN RAYA KOTA


KENDARI DAN PENGARUHYA TERHADAP KAPASITAS FUNGSI PARU-PARU
ANAK JALANAN DI KOTA KENDARI

Diajukan sebagai Tugas Mata kuliah Metode Penelitian Biologi

Disusun Oleh :

Aknes Monika Naa

NIM : F1D1 20 094

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
Proposal Penelitian

TOXISITAS POLUTAN JENIS KARBON MONOKSIDA (CO) DI JALAN RAYA KOTA


KENDARI DAN PENGARUHYA TERHADAP KAPASITAS FUNGSI PARU-PARU
ANAK JALANAN DI KOTA KENDARI

Diajukan oleh :

Aknes Monika Naa


F1D1 20 094

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

NIP. NIP.

Mengetahui,
Ketua Jurusan

NIP.
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan

Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun proposal ini tepat pada waktunya.

Proposal penelitian ini membahas Toxisitas Polutan Jenis Karbon Monoksida (CO2) Di Jalan

Raya Kota Kendari dan Pengaruhnya Terhadap Kapasitas Fungsi Paru-Paru Anak Jalanan Di

Kota Kendari

Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi

dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan proposal ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan

Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk

penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk

penyempurnaan proposal selanjutnya.

Akhir kata semoga proposal ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Kendari, 1 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................

1.1 Latar Belakang................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................................

1.4 Manfaat penulisan...........................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................

2. 1 Udara.................................................................................................................

2.2 Polusi Udara ……................................................................................................

2. 3 Jenis dan Sumber Polutan Udarah......................................................................

2.3.1 Karbon Monoksida (CO)……………...................................................

2.3.2 Nitrogen Dioksida (NO2)

2. 4 Anatomi dan Fisiologi Pernapasan Manusia......................................................

2. 5 Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Fungsi Paru-Paru..................................

2.6 Anak Jalanan ........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udara adalah salah satu sumber kehidupan manusia, udara sangat penting untuk

kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya yang membutuhkan. udara juga

merupakan media langsung yang merupakan kebutuhan dasar makhluk hidup yang perlu

mendapatkan perhatian serius sebagai perwujudan kualitas lingkungan hidup yang sehat.

Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan, perlu dipelihara dan

ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukung bagi makhluk hidup untuk

hidup secara normal (Permatasari, 2013). Seiring dengan perkembangan yang terjadi dari

berbagai aspek, kualitas udara telah mengalami perubahan. Pada kenyataannya pencemaran

udarah sekarang ini dengan berbagai perkembangan dan kemajuan di berbagai aspek,

kehidupan, menimbulkan dampak yang sangat memprihatinkan bagi kesehatan (Anastasia

2012).

Polusi udarah di ruangan bertambah akibat konsekuensi oeningkatan pembakaran bahan

fosil untuk transportasi, pembangkit listrik dan aktivitas manusia. Berdasarkan perkiraan

persentase komponen pencemaran diudara, sektror transportasi memberikan kontrobusi

sebesar 60-80% dari pencemaran udara (Achmadi,1978). Berdasarkan perkiraan persentase

komponen pencemar udara dari sumber transportasi diIndonesia, sekitar 70,50% dari polutan

yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida (CO), 8,89% NOx, 0,88% SOx, 18,34% HC

dan 1,33% merupakan debu atau partikel (Wardhana,2001).

Particulate matter (PM) atau disebut juga sebagai debu, yaitu merupakan sekumpulan

benda mati maupun kehidupan mikro yang memiliki diameter antar 0,1mikron hingga 500
mikron. Keberadaan cemaran partikel debu tersebut dalam atmosfer dapat menimbulkan

gangguan kesehatan pada manusia yang terpapar (Mulia,2005), salah satunya menimbulkan

peradangan pada saluran pernafasan. Karbon monoksida (CO), merupakan salah satu bahan

pencemar yang paling tinggi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor, yaitu sekitar 70,5%

dari total polutan yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Gas CO yang dihasilkan oleh

kendaraan bermesin bensin (premium) adalah sekitar 1% pada waktu berjalan dan sekitar 7%

pada waktu tidak berjalan.

Diketahui jumlah transportasi Kota Kendari pada tahun 2010 sebanyak 113.560 unit

untuk semua jenis transportasi darat sedangkan pada tahun 2013 sebesar 130.951 unit, data

ini akan terus bertambah seiring dengan ketergantungan masyarakat Kota Kendari akan

penggunaan transportasi pribadi.

Anak jalanan merupakan salah satu kelompok yang dapat mengganggu keidahan kota

Kendari. Anak tersebut seharusnya belajar danbrada di Sekolah tetapi karna kondisinya tidak

mendukung, maka ia berada di tempat keramaian, jalan, terminal, pasar, pelabuahan, dan

pembungan sampah untuk mempertahankan hidup. Suatu permasalahan klasik yang harus

dihadapi pemerintah Kota Kendari, arah kebijakan maupun pendekatan yang dilakukan oleh

pemerintah kota dalam menangani anak jalanan di Kota ini menjadi suatu permasalahan

menarik untuk diangkat dalam topik penelitian ilmiah. Kehidupan anak jalanan dalam

berbagai karakteristiknya menjadi ciri khas yang membedakannya dengan kelompok

masyarakat lain yang selama ini melekat pada mereka menjadi fokus perhatian dari semua

pihak. Upaya pengembangan dan pembinaan anak jalanan tersebut tergantung dalam

lingkungan kerja dan pergaulan mereka yang jauh dari keluarga dan senantiasa berhadapan
dengan kerasnya hidup membuat mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan

kebutuhan lingkungannya.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin meneliti lebih jauh tentang “Toxisitas

Polutan Jenis Karbon Monoksida (CO) Di Jalan Raya Kota Kendari dan Pengaruhnya

Terhadap Kapasitas Fungsi Paru-Paru Anak Jalanan Di Kota Kendari”.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan paparan polutan jenis karbon monoksida terhadap kapasitas fungsi paru-

paru pada anak jalanan di Kota Kendari?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetauhi hubungan paparan polutas jenis karbon monoksida terdahap fungsi

kapasitas paru-paru pada anak jalanan di Kota Kendari.

2. Untuk mengetahui hubungan variabel pengganggu seperti umur, indeks masa tubuh

terhadap variable bebas dan variable terkait suatu penelitian.

3. Untuk mengetahui kondisi kapasitas fungsi paru-paru pada anak jalanan di Kota Kendari.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Di harapkan sebagai pembuktian teori bahwa polutan jenis karbon monoksida dapat

menyebabkan gangguan fungsi paru-paru anak jalanan di Kota Kendari

2. Bagi Anak Jalanan di Kota Kendari

Diharapkan anak jalanan menyadari pentingnya menggunakan masker untuk mengurangi

resiko terpapar polutan.

3. Bagi Dinas Lingkungan Hidup


Diharapkan sebagai bahan masukan bagi dinas lingkungan hidup untuk lebih

memperhatikan kebersihan Kota Kendari dari polutan.

4. Bagi Jurusan Biologi

Di harapkan dapat digunakan sebagai bahan pustaka dalam mengembangkan ilmu di

Jurusan Biologi Universitas Halu Oleo


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Udara

Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer yang

berada di wilayah yuridis Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi

kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya (Nurdin, 2013).

Udara adalah salah satu sumber kehidupan manusia, udara sangat penting untuk

kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya yang membutuhkan. Udara

juga merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar makhluk hidup yang

perlu mendapatkan perhatian serius sebagai perwujudan kualitas lingkungan yang sehat.

Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan, perlu dipelihara dan

ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukung bagi makhluk hidup

untuk hidup secara normal (Permatasari, 2013).

Udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan

kehidupan di permukaan bumi, selain memberikan oksigen, udara juga berfungsi sebagai

alat penghantar suara dan bunyi- bunyian, pendingin benda-benda yang panas dan dapat

menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). Jumlah udara yang dibutuhkan

oleh manusia untuk pernafasan sangat besar, kebutuhan udara manusia pada saat

beristirahat sebesar 10.000 liter/hari (12 kg/hari), pada saat bekerja ringan sebesar 40.400

liter/hari (45kg/hari), dan pada saat bekerja berat 2 sebesar 62.000 liter/hari (69 kg/hari)

(Perkins, 1974).
Udara adalah atmosfer yang ada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting

untuk kehidupan di muka bumi ini, dalam udara terdapat oksigen (O 2) untuk bernafas,

karbon dioksida (CO2) dan Ozon (O3) (Sunu, 2001). Udara adalah factor yang penting

dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup secara optimal. Menurut Sunu (2001),

komposisi udar terutama uap air (H 2O) sangat dipengaruhi oleh keadaan suhu udara,

tekanan udara, dan lingkungan sekitarnya. Komposisi udara bersih dan kering, pada

umumnya sebagai berikut :

Nitrogen (N2) = 78,09 %

Oksigen (O2) = 20,94 %

Argon (Ar) = 0,93 %

Karbon dioksida (CO2) = 0,032 %

2.2 Polutas Udara

Di dalam Undang-undang No. 23 tahun 1997 yang dimaksud dengan pencemaran

udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lainnya ke

dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai

ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

Menurut Mukono (1997) Semakin padatnya lalu lintas di Surabaya oleh kendaraan

bermotor membuat bahan pencemar yang terbuang dalam bentuk partikel dan gas.

Partikel pencemar antara lain debu, timbal (Pb), partikel debu karet, dan partikel asbes.

Adapun pencemar gas yang kerap terhirup warga yang banyak beraktivitas di jalan

adalah karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen dioksida (NO2).

Pencemaran udara atau polusi udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik,

kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang membahayakan kesehatan manusia,
hewan dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti

(EPA, 2009). Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara, pasal 1, pencemaran udara adalah masuknya atau

dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan

manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan

udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Pencemaran udara dapat dibagi menjadi

dua jenis, pencemaran udara primer dan pencemaran udara sekunder. Pencemar primer

adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber. pencemaran udara.

Karbon monoksida adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena CO

merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang

terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam

smog fotokimia adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder (EPA, 2009).

2.3 Jenis dan Sumber Zat Polutan Udara

Berbagai zat pencemar di udara merupakan faktor kimia yang dapat menyebabkan

gangguan kesehatan. Peraturan mengenai nilai ambang batas faktor fisika dan factor

kimia di tempat kerja diatur di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Nomor PER.13/MEN/X//2011 Tahun 2011.

2.3.1 Karbon Monoksida (CO)

Gas karbon monoksida (CO) adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau,

dan juga tidak berasa dengan jumlah di udara hanya sekitar 0,1 ppm yang berada di

lapisan atmosfir, oleh karena itu lingkungan yang tercemar oleh gas karbon
monoksida (CO) tidak dapat dilihat oleh mata. Menurut Wardhana (2004:43),

pembentukan CO melalui proses :

a. Pembakaran bahan bakar fosil dengan udara yang reaksinya tidak

stoikhiometris, dapat dilihat pada reaksi di bawah ini :

Reaksi :

2C + O2  2 CO (tidak stoikhiometri)

Jika reaksi berlanjut, maka akan menjadi reaksi stoikhiometri, yang tidak

menghasilkan gas CO, yaitu : CO + 0,5 O2 CO2

b. Pada suhu tinggi terjadi reaksi antara CO2 dengan C menghasilkan gas CO,

yang menghasilkan dapat dilihat pada reaksi berikut ini : CO2 + C  2 CO

Reaksi karbon dioksida dengan karbon pada suhu tinggi akan menghasilkan

dua molekul karbon monoksida (CO)

c. Pada suhu tinggi, karbon dioksida (CO2) akan terurai menjadi CO, dengan

reaksi sebagai berikut : CO2 CO + O

Menurut Fardiaz (1992:101), CO pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan

kematian, jika konsentrasi CO relatif rendah (100 ppm atau kurang) juga dapat

menganggu kesehatan. Pengaruh racun CO terhadap tubuh terjadi karena

reaksi CO dengan Hb (Haemoglobin) dapat membentuk COHb (Carboksi

Haemoglobin) dari pada membentuk ikatan HbO2 (Oksihaemoglobin), dan

afinitas CO terhadap Hb 200 kali lebih tinggi dari afinitas O2 terhadap Hb,

jadi apabila dalam suatu keadaan udara tercemar Hb akan lebih cenderung

mengikat CO dari pada O2.


Faktor penting yang menentukan pengaruh CO terhadap tubuh manusia

adalah konsentrasi COHb yang terdapat dalam darah, dimana semakin tinggi

persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin parah

pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Konsentrasi COHb di dalam darah

dipengaruhi secara langsung oleh konsentrasi CO dari udara yang terhisap

(Agusnar, 2007). CO berbahaya karena mampu mengikat Haemoglobin dalam

darah dan bersaing dengan oksigen dan membentuk COHb yang sangat berbahaya

bagi tubuh, pada kadar 20-30 persen dapat mengakibatkan pelipis berdenyut dan

muntah-muntah, kadar 30-40 persen penderita merasa lemah, sakit kepala dan

pingsan. Sementara kadar COHb dengan kadar 40-50 persen menyebabkan collaps,

kadar 50-60 persen menyebabkan koma, kadar 60-70 persen mengakibatkan

penderita mengalami depresi pernafasan jantung, dan jika telah mencapai kadar

COHb sebesar 70-80 persen bisa mengakibatkan kematian (Purwoko dalam Vita

Nur, 2006).

Menurut Wardhana (2004), kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak

menghasilkan CO sekitar 10 – 15 ppm sehingga kadar CO dalam udara relatif

tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu gas CO dapat juga

terbentuk walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung

berapi, proses biologi dan lainnya. Menurut Agusnar (2007), karbon monoksida

yang terdapat di alam terbentuk melalui proses berikut ini:

a. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang

mengandung karbon.
b. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon

pada suhu tinggi.

c. Pada suhu tinggi, karbon dioksida dapat terurai kembali menjadi karbon

monoksida dan oksigen. Semakin tinggi suhu hasil pembakaran maka

jumlah gas CO yang terdisosiasi menjadi CO dan O akan.

Semakin banyak, suhu tinggi merupakan pemicu terjadinya gas CO.

Sumber pencemaran gas CO terutama berasal dari pembakaran bahan bakar fosil

(minyak maupun batubara) pada mesin-mesin penggerak transportasi. Penyebaran

gas CO di udara tergantung pada keadaan lingkungan, untuk daerah perkotaan

yang banyak kegiatan industrinya dan lalu lintasnya padat, udaranya sudah

banyak tercemar oleh gas CO, sedangkan daerah pinggiran kota atau desa,

cemaran CO di udara relatif sedikit. Ternyata tanah yang masih terbuka dimana

belum ada bangunan di atasnya, dapat membantu penyerapan gas CO, karena

mikroorganisme yang ada di dalam tanah mampu menyerap gas CO yang terdapat

di udara. Angin dapat mengurangi konsentrasi gas CO pada suatu tempat karena

dipindahkan ke tempat lain (Mulyanto, 2007).

2.3.2 Nitrogen Dioksida (NO2)

Nitrogen Oksida (NOX) adalah kelompok gas yang terdapat di atmosfer

yang terdiri dari gas Nitrik Okside (NO) dan Nitrogen Diokside (NO2) (Fardiaz,

1992:104). Nitrogen Oksida sering disebut dengan NOX karena Oksida Nitrogen

mempunyai 2 (dua) macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas

NO. Nitrik Oksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau,

sebaliknya nitrogen diokside mempunyai warna cokelat kemerahan dan berbau


tajam (Fardiaz, 1992:105). Adapaun persamaan reaksi dari pembentukan senyawa

Nitrogen Okside (NOX) adalah sebagai berikut :

N2 + O2  2 NO

2 NO + O2  2 NO2

Pembentukan NO2 sangat dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi NO2

sedangkan pembentukan NO dirangsang hanya pada suhu tinggi. Kedua bentuk

nitrogen oksida, yaitu NO dan NO2 sangat berbahaya terhadap manusia,

penelitian aktivitas mortalitas kedua komponen tersebut menunjukan bahwa NO2

empat kali lebih beracun dari pada NO (Fardiaz, 1992:110). Pada konsentrasi

yang normal ditemukan di atmosfer, NO tidak mengakibatkan iritasi dan

berbahaya, tetapi pada konsentrasi udara ambien yang normal NO dapat

mengalami oksidasi menjadi NO2 yang lebih berbahaya (Chandra, 2006). NO2

bersifat racun terutama terhadap paru-paru, pemberian sebanyak 5 ppm NO2

selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan sedikit kesukaran dalam

bernafas. Nitrogen oksida (NO) mempunyai kemampuan membatasi kadar

oksigen dalam darah dan juga mudah bereaksi dengan oksigen membentuk NO2.

Apabila NO2 bertemu dengan uap air di udara atau dalam tubuh manusia maka

akan terbentuk HNO3 yang dapat merusak tubuh (Sastrawijaya, 2009).

Menurut Mukono (2005), apabila udara tercemar oleh gas NO2 dan

bereaksi dengan uap air maka akan menjadi korosif dan memberikan efek

terhadap mata, paru dan kulit.


a. Terhadap alat pernafasan, iritasi terhadap paru akan menyebabkan

edema paru setelah terpapar oleh gas NO2 selama 48 – 72 jam, apabila

terpapar dengan dosis yang meningkat akan menjadi fatal.

b. Terhadap mata, iritasi mata dapat terjadi apabila NO2 berupa uap yang

pekat.

c. Terhadap kulit, iritasi terhadap kulit dapat terjadi apabila kulit kontak

dengan uap air nitrogen akan menyebabkan luka bakar.

d. Efek lain (terhadap darah), kadar nitrogen pada konsentrasi tertentu

dapat bereaksi dengan darah.

Kadar NOX di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat lebih

tinggi dari daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit, hal ini disebabkan karena

berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia akan menambah

kadar NOXdi udara, seperti transportasi, generator pembangkit listrik,

pembuangan sampah dan lain-lain (Wardhana, 2004). Ada beberapa macam

oksida nitrogen seperti NO, NO2, dan N2O. N2O juga biasa terdapat di udara,

tetapi tidak berbahaya. Kontributor terbanyak dari polutan NOX adalah kendaraan

bermotor dan dari sumber menetap yang membakar minyak, oleh karena itu

pencemar ini terkonsentrasi pada daerah urban dimana kendaraan bermotor,

industri dan berbagai macam pabrik banyak beroperasi. Nitrogen di udara terdapat

78% (Sastrawijaya, 2009).

2.4 Anatomi dan Fisiologi Pernapasan Manusia

a. Anatomi sistem pernafasan


1. Rongga hidung

Hidung merupakan saluran pernapasan udara yang pertama, mempunyai 2 lubang

(kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septumnasi). Rongga hidung ini dilapisi

oleh selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah dan bersambung dengan

faring dan dengan semua selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang masuk

ke dalam rongga hidung. Rongga hidung mempunyai fungsi sebagai panyaring udara

pernapasan oleh bulu hidung dan menghangatkan udara pernapasan oleh mukosa

(Syaifudin, 1997).

2. Faring/tekak

Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan

jalan makanan. Faring atau tekak terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang

rongga hidung dan mulut setelah depan ruas tulang leher (Syaifudin, 1997). Udara

melalui bagian anterior ke dalam larings, dan makanan lewat posterior ke dalam

esofagus melalui epiglotis yang fleksibel. Faring mempunyai fungsi sebagai saluran

bersama bagi sistem pernapasan maupun pencernaan (Jan Tambayong, 2001).

3. Laring

Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara yang

terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk

kedalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah

empang tenggorok yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang

berfungsi pada waktu kita menelan makanan manutupi laring (Syaifudin, 1997).

4. Batang tenggorok (Trakea)


Batang tenggorok atau trakea merupakan lapisan dari laring yang dibentuk oleh

16 sampai dengan 20 cincin terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti kaki

kuda (huruf C ). Trakea dilapisi epitel bertingkat dengan silia dan sel goblet. Sel

goblet menghasilkan mukus dan silia berfungsi menyapu pertikel yang berhasil lolos

dari saringan di hidung, ke arah faring untuk kemudian ditelan/diludahkan. Panjang

trakea 9-10 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos.

Batang tenggorok dapat berfungsi dalam mengeluarkan benda-benda asing yang

masuk bersama udara pernapasan yang dilakukan oleh sel-sel bersilia (Syaifudin,

1997).

5. Cabang tenggorok (Bronkus)

Cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada

ketinggian vertebra torakalis ke 4 dan ke 5. Bronkus mempunyai struktur serupa

dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus bercabang-cabang yang

lebih kecil disebut bronchiolus dan terdapat gelembung paru atau gelembung

hawa/alveoli (Syaifudin, 1997).

6. Paru

Paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung

(gelembung hawa/alveoli). Gelembung ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Pada

lapisan inilah terjadi pertukaran udara, oksigen masuk kedalam darah dan

karbondioksida dikeluarkan dari darah. Pembagian paru ada 2, yaitu : paru kanan

terdiri dari 3 lobus (belah paru), lobus pulma dekstrasuperior, lobus media dan lobus

superior. Tiap lobus terdiri dari belahan-belahan yang lebih kecil bernama segmen
(Syaifudin, 1997). Dalam paru terdapat alveoli yang berfungsi dalam pertukaran gas

O2 dengan CO2 dalam darah (Jan Tambayong, 2001).

b. Fisiologi Saluran Pernafasan

Pernapasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi

pada paru. Fungsi paru adalah tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida pada

pernapasan melalui paru/pernapasan eksterna. Oksigen dipungut melalui hidung dan

mulut. Saat bernafas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli, dan

dapat erat berhubungan dengan darah di dalam kapiler pulmonalis (Syaifudin, 1997).

Proses pernapasan dibagi empat peristiwa, yaitu :

1) Ventilasi pulmonal yaitu masuk keluarnya udara dari atmosfer ke bagian

alveoli dari paru.

2) Difusi oksigen dan karbondioksida di udara masuk ke pembuluh darah

disekitar alveoli.

3) Transpor oksigen dan karbondioksida di darah ke sel.

4) Pengaturan ventilasi (Guyton & Hall, 1997)

c. Volume Paru

Volume paru yang mengembang pada manusia saat bernafas normal dibagi empat

yaitu :

1) Volume alun nafas (tidal) adalah volume udara yang diinspirasi/diekspirasi

setiap kali bernafas normal besarnya kira-kira 500 mililiter pada rata-rata

orang dewasa muda

2) Volume cadangan inspirasi adalah volume udara yang dapat diinspirasi setelah

dan di atas volume alun nafas normal dan biasanya mencapai 3000 mililiter
3) Volume cadangan ekspirasi adalah jumlah udara ekstra yang dapat diekspirasi

oleh ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi alun nafas normal, jumlah normalnya

sekitar 1100 mililiter

4) Volume residu adalah udara yang masih tetap berada pada paru setelah

ekspirasi paling kuat, volume ini besarnya kira-kira 1200 mililiter (Yasmeiny

Yasir, 1983).

d. Kapasitas Fungsi Paru

Kapasitas paru merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara

didalamnya. Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira 20-25% lebih

kecil daripada pria dan lebih besar lagi pada atlet dan orang yang bertubuh besar dari

pada orang yang bertubuh kecil (Corwin, JE 2000).

2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Fungsi Paru-Paru

Fungsi paru dapat dipengaruhial-hal berikut :

1. Umur

Kebutuhan zat tenaga terus meningkat sampai akhirnya menurun setelah usia 40

tahun berkurangnya kebutuhan tenaga tersebut dikarenakan telah menurunnya

kekuatan fisik. Dalam keadaan normal, usia juga mempengaruhi frekuensi pernapasan

dan kapasitas paru. Frekuensi pernapasan pada orang dewasa antara 16-18 kali

permenit, pada anak-anak sekitar 24 kali permenit sedangkan pada bayi sekitar 30

kali permenit. Walaupun pada orang dewasa pernapasan frekuensipernapasan lebih

kecil dibandingkan dengan anak-anak dan bayi, akan tetapi KVP pada orang dewasa

lebih besar dibanding anak-anak dan bayi. Dalam kondisi tertentu hal tersebut akan
berubah misalnya akibat dari suatu penyakit,pernapasan bisa bertambah cepat dan

sebaliknya (Syaifudin, 1997).

2. Jenis kelamin

Menurut Guyton (1997) volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira

20 sampai 25 persen lebih kecil daripada priadan lebih besar lagi pada atletis dan

orang yang bertubuh besar daripada orang yang bertubuh kecil dan astenis. Menurut

Jan Tambayong (2001) disebutkan bahwa kapasitas paru pada pria lebih besar yaitu

4,8 L dibandingkan pada wanita yaitu 3,1 L.

3. Riwayat penyakit

Kondisi kesehatan dapat mempengaruhi kapasitas vital paru seseorang. Kekuatan

otot-otot pernapasan dapat berkurang akibat sakit. Terdapat riwayat pekerjaan yang

menghadapi debu akan mengakibatkan pneumunokiosis dan salah satu

pencegahannya dapat dilakukan dengan menghindari diri dari debu dengan cara

memakai masker saat bekerja (Suma’mur, 1996).

4. Kebiasaan merokok

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran pernapasan

dan jaringan paru. Kebiasaan merokok akan mempercepat penurunan faal paru

(Sumardiyono, 2007).

5. Kebiasaan olah raga

Faal paru dan olahraga mempunyai hubungan yang timbal balik, gangguan faal

paru dapat mempengaruhi kemampuan olahraga. Sebaliknya, latihan fisik yang

teratur atau olahraga dapat meningkatkan faal paru. Seseorang yang aktif dalam

latihan akan mempunyai kapasitas aerobik yang lebih besar dan kebugaran yang lebih
tinggi serta kapasitas paru yang meningkat (Guyton, 1997). Kapasitas vital paru dapat

dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang melakukan olahraga. Olah raga dapat

meningkatkan aliran darah melalui paru-paru sehingga menyebabkan oksigen dapat

berdifusi ke dalam kapiler paru dengan volume yang lebih besar atau maksimum.

Kapasitas vital pada seorang atletis lebih besar daripada orang yang tidak pernah

berolahraga (Guyton, 1997). Menurut Guyton (1997) kebiasaan olahraga akan

meningkatkan kapasitas paru dan akan meningkat 30 – 40 %.

6). Status gizi

Tanpa makan dan minum yang cukup kebutuhan energi untuk bekerjaakan diambil dari

cadangan sel tubuh. Kekurangan makanan yang terus menerus akan menyebabkan

susunan fisiologis terganggu.

2.6 Anak Jalanan


Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah istilah umum yang

mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih

memiliki hubungan dengan keluarganya (Suyanto, 2010). Menurut Departemen Sosial RI

(1999), pengertian tentang anak jalanan adalah anak-anak di bawah usia 18 tahun yang

karena berbagai faktor, seperti ekonomi, konflik keluarga hingga faktor budaya yang

membuat mereka turun ke jalan. UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan yaitu

Street child are those who have abandoned their homes, school and immediate

communities before they are sixteen years of age, and have drifted into a nomadic street

life. Berdasarkan hal tersebut, maka anak jalanan adalah anak-anak berumur di bawah 16

tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat

terdekatnya, larut dalam kehidupan berpindah-pindah di jalan raya (Soedijar, 1998).


DAFTAR PUSTAKA

Rahmadani dan Tualeka. A. R., 2016, Karakteristik Resiko Kesehaan Akibat Paparan Polutan
Udara Pada Pekerja Sol Sepatu (Di Sekitar Jalan Raya Bubutan Kota Surabaya), Jurnal
Kesehatan Lingkungan, 8(2): 164-171.

Veronika. E., Santi. D. N. dan Ashar. T., 2015, Analisis Kadar PM10 dan Karbon Monoksida
(CO) Serta Keluhan Gangguan Pernapasan Pada Petugas Pehubungan Terminal Amplas
Medan Tahun 2014, Fakultas Kehesatan Masyerakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Azizah. N. Z. R., 2013, Analisis Pencemaran Udara (SO2) Keluhan Iritasi Tenggorokan Dan
Keluhan Kesehatan Iritasi Mata Pada Pedagang Makanan Di Sekitar Terminal Joyoboyo
Surabaya, The Indonesian Journal Of Occupational Safety dan Health, 2(1): 75-81.

Faroqi. A., Hadisantoso. E. P., Halim. D. K. dan Sanjaya. M., 2016, Perancangan Alat
Pendeteksi Kadar Polusi Udara Menggunakan Sensor Gas MQ-7 Dengan Teknologi
Wireles HC-05, Issn, 10(2): 1-15.

Aji. S. S. S., 2010, Hubungan Paparan Debu Dengan Kapasitas Fungsi Paru Pekerja
Penggilingan Padi Di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karang Anyar Kabupaten
Karang Anyar, Skripsi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Ahadiansyah. R., 2017, Kadar CO dan NO2 Udara Dengan Gangguan Faal Paru Juru Parkir
Sektor Di Kabupaten Jember, Skripsi, Universitas Jember.

Nurbiantara. S., 2010, Pengaruh Polusi Udara Terhadap Fungsi Paru Pada Polusi Lalu Lintas
Di Surakarta, Skripsi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai