Oleh:
ALI AL FAGIT
E1F1 19 041
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan proposal dengan judul, Efektivitas Metode Fitoremediasi Dalam
Menurunkan Kadar Biological Oxygen Demand (Bod), Chmemical Oxygen
Demand (Cod) Dan Potensial Hydrogen (pH) Padah Limbah Cair Rumah
Makan Di Kota Kendari ini dengan baik.
Adapun penyusunan proposal penelitian ini sebagai salah satu syarat
penyelesaian studi pada Jurusan S-1 Teknik Sipil Program Studi Teknik Rekayasa
Infrastruktur dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo.
Terselesaikannya proposal dibuat penulis, melalui banyak sekali proses,
hambatan, rintangan dan segala hal dapat penulis melalui berkat dukungan dari
berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan cukup
baik. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada para pihak yang telah membantu jalannya
pembuatan proposal ini.
Ucapan terimakasih yang tak terhingga, penyusun sampaikan kepada kedua
orang tua saya ayahanda Joko Sadewo dan Ibunda Asrawati yang senantiasa
memberi doa restu dan dukungan, nasehat, kasih sayang yang tiada henti serta atas
jerih payah dan kerja keras keduanyalah saya bisa sampai hingga pada tahap ini.
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan pula kepada yang
terhormat:
1) Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun F.S.,Si.,M.Si.,M.Sc selaku Rektor
Universitas Halu Oleo
2) Bapak Dr. Edward Ngii.ST.,MT. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Halu Oleo
3) Bapak Dr. La Walendo.ST.,MT. selaku Ketua Jurusan S1 Teknik Sipil
Universitas Halu Oleo.
i
4) Bapak Dr. Ranno Marlany Rachman, ST.M.Kes., selaku Ketua Program
Studi Teknik Rekayasa Infrastruktur dan Lingkungan, Fakultas Teknik
selaku Dosen Pembimbing I.
5) Bapak Romy Talanipa, ST.,MT. selaku Dosen Pembimbing II.
6) Bapak Ir. Baso Musridi, M.Proc.,Mgnt. Ibu Wa Ode Sitti Warsita Mahapati,
ST., MT dan Bapak Riyan Abdillah Takdir, S.T.,M.T. selaku penguji yang
telah memmberikan masukan dan arahan dalam upaya menyelesaikan tugas
akhir ini.
7) Para Dosen Pengajar pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik,
Universitas Halu Oleo. Terima kasih atas didikan dan ilmu yang diberikan
selama perkuliahan
8) Untuk Seluruh Staff Jurusan Teknik Sipil
9) Paman dan bibi serta sepupu saya dan seluruh keluarga besar yang telah
mendukung dan memberikan doa kepada saya.
10) Terkhusus untuk Sahabat PMM saya Muhammad gunawan Azhari, Nasrul
Sidi, L. Abdi Zaljalaliwal Ikrom, Lukmanul Hakim, Muhammad Arvangga
Aditia Kanadi dan Aguslintang Widodo, yang telah yang selalu
mendengarkan keluh kesah saya, menemani, membantu dan memberikan
motivasi penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
11) Teruntuk Sahabat seperjuangan saya Muhammad Ridwan yang telah
memberikan doa, dukungan, motivasi dan semangat serta mendengarkan
keluh kesah saya dalam proses penyusunan tugas akhir ini.
12) Teruntuk teman - teman KKN Lalousu yang telah banyak membantu dan
memberikan semangat dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini.
13) Teruntuk teman - teman MILAN yang telah banyak membantu dan
memberikan semangat dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini.
14) Leting – leting Garis-19 dan teman seperjuangan di Prodi RIL 2019 terkhusus
yang selalu ada dalam situasi sulit maupun sedang dalam kondisi yang
baik.
15) Teruntuk yang selalu membantu dan memotivasi dalam penyusunan Tugas
Akhir ini.
ii
16) Senior-senior angkatan 016,017,018,dan adik-adik 020,021dan 022 tanpa
kalian saya bukanlah siapa-siapa.
17) Seluruh pihak yang tidak sempat disebutkan nama satu persatu yang turut
memberikan masukan dan dukungan.
18) Saya ingin berterima kasih kepada diri saya sendiri sudah sampai pada tahap
ini.
Dalam penyusunan proposal ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
proposal ini masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan
penulis yang terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi terciptanya proposal yang lebih baik lagi untuk masa
mendatang.
ALI AL FAGIT
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
2.7 Fitoremediasi...........................................................................................16
iv
3.2 Waktu dan Waktu Penelitian...................................................................26
v
4.3.1 Hasil Uji Kadar BOD dan COD...............................................................45
4.6 Analisa Pengaruh Tanaman Apu - Apu Terhadap Penyerapan BOD dan
COD Pada Sampel Air Limbah Cair Rumah Makan.........................................51
4.6.1 Uji Normalitas Shapiro - Wilk..................................................................51
4.6.2 Uji Homogenitas.......................................................................................52
4.6.3 Uji One Way Anova..................................................................................52
4.7 Analisa Pengaruh Tanaman Genjer Terhadap Penyerapan BOD dan COD
Pada Sampel Air Limbah Cair Rumah Makan..................................................53
4.7.1 Uji Normalitas Shapiro - Wilk..................................................................53
4.7.2 Uji Homogenitas.......................................................................................54
4.7.3 Uji One Way Anova..................................................................................55
4.8 Pembahasan.................................................................................................55
BAB V KESIMPULAN dan SARAN....................................................................62
5.1 Kesimpulan.............................................................................................62
5.2 Saran.......................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 2. 1 Phytoextration...................................................................................18
Gambar 2. 2 Rhizofiltration...................................................................................19
Gambar 2. 3 Phytostabilization..............................................................................20
Gambar 2. 4 Rhizodegradation..............................................................................20
Gambar 2. 5 Phytodegradation...............................................................................21
Gambar 2. 6 Phytovolatilization............................................................................22
Gambar 2. 7 Tumbuhan Genjer..............................................................................25
Gambar 2. 8 Tumbuhan Apu-Apu.........................................................................24
Gambar 3.2 Lokasi Rumah Makan Angkasa Nikmat............................................27
Gambar 4.2 Grafik Penurunan Kadar BOD dan COD pada Reaktor A.................44
Gambar 4.3 Grafik Penurunan Kadar BOD dan COD pada Reaktor B.................46
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Kondisi Tanaman Apu-Apu (Pistia stratiotes) dan Gejer (Limnocharis
flav) Saat Aklimatisasi...........................................................................................37
Tabel 4.4 Penurunan Kadar BOD dan COD pada reaktor A.................................44
Tabel 4.5 Penurunan Kadar BOD dan COD pada reaktor B..................................45
Tabel 4.6 Efisiensi Pengurangan BOD menggunakan Tanaman Apu- Apu dan
Genjer.....................................................................................................................47
Tabel 4.7 Efisiensi Pengurangan COD menggunakan Tanaman Apu- Apu dan
Genjer.....................................................................................................................48
Tabel 4.8 Kandungan BOD dan COD tanaman Apu – Apu dan Genjer
berdasarkan Baku Mutu.........................................................................................50
viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
adalah salah satu brand resto dan katering terbaik di kota Kendari dan merupakan
salah satu cabang rumah makan yang berada di makasar. Resto yang teletak diJl.
Brigjen Muh Joenoes no. 77 H. Perkembangan pesat rumah makan di kota kendari
ini tentu saja berdampak pada meningkatnya kualitas air limbah dari usaha rumah
makan yang berpotensi menyebabkan permasalahan lingkungan jika tidak di
tangani dengan seksama salah satu permasalahan yang di timbulkan dari rumah
makan yaitu air limbah hasil dari pencucian peralatan makanan dan sisa – sisa
makanan.
Sumber utama air limbah rumah makan/restaurant tidak jauh berbeda
dengan air limbah katering, yaitu berasal dari pencucian peralatan makanan, air
buangan dan sisa makanan, seperti lemak, nasi, sayuran dan lain-lain (Suhardjo,
2008). Air sabun bekas pencucian peralatan makanan serta sisa makanan yang
dibuang berpotensi mengandung fosfor serta bahan organik lainnya. Air limbah
yang mengandung bahan organik dapat membusuk atau terdegradasi oleh
mikroorganisme sehingga bila dibuang ke badan air akan meningkatkan populasi
mikroorganisme, sehingga akan menaikkan kadar BOD sedangkan sabun yang
mengakibatkan naiknya pH air (Andiese, 2011).
Pengolahan limbah yang tidak dapat diolah dengan benar dapat
mengakibatkan berbagai masalah seperti permasalahan kesehatan akibat bau yang
menyengat, pencemaran air dan penurunan kualitas air bersih. Keberadaan limbah
cair yang tercemar tidak diharapkan di lingkungan karena tidak mempunyai nilai
ekonomi. Oleh sebab itu, pengolahan yang tepat bagi limbah cair sangat
diutamakan agar tidak mencemari lingkungan. Selain itu, tujuan pengolahan
limbah cair adalah untuk menjaga pasokan air bersih yang bisa digunakan dalam
kegiatan sehari-hari (Sembiring, 2019).
Fitoremediasi adalah upaya penggunaan tumbuhan dan bagian-bagiannya
untuk dekontaminasi limbah dan masalah-masalah pencemaran lingkungan baik
secara ex-situ menggunakan kolam buatan atau reaktor, maupun in-situ (langsung
di lapangan) pada tanah atau daerah yang terkontaminasi limbah (Stefhany dkk.,
2013). Definisi lain Fitoremediasi adalah suatu teknologi yang menggunakan
tumbuhan tertentu, dimana tumbuhan tersebut bekerjasama dengan
2
mikroorganisme dalam media (tanah, koral dan air) untuk mengubah,
menghilangkan, menstabilkan, atau menghancurkan zat kontaminan (pencemar
atau polutan) menjadi berkurang atau tidak berbahaya (Irhamni, 2018).
Berdasarkan penjelasan di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui apakah Tanaman Genjer dan Apu – Apu mampu menurunkan kadar
BOD, COD dan pH pada limbah cair rumah makan angkasa nikmat di kota
kendari dengan metode fitoremediasi.
3
dan Potensial Hydrogen (pH) ?
3. Untuk mengetahui perubahan terhadap kadar biological oxygen demand
(BOD), chemical oxygen demand (COD) dan Potensial Hydrogen (pH)
menggunakan metode fitoremediasi ?
4
3. Penelitian ini hanya menguji kandungan BOD, COD dan pH pada rumah
makan angkasa nikmat kendari.
4. Waktu Penelitian ini hanya dilakukan selama 14 hari
e. Bab V Penutup
Bab ini berisi mengenai kkesimpulan yang diperoleh dari hasil
penelitian dan saran berdasarkan pada hasil analisis yang telas dilakukan
dalam tugas akhir ini
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
dikontakkan dengan tanaman Kangkung Air (Ipomea sp.) dan Eceng
Gondok (Eichhornia sp.) sedangkan konsentrasi TSS air limbah tahu
sebelum dan sesudah dikontakkan tanaman Eceng Gondok (Eichhornia sp.)
dan Kangkung Air (Ipomea sp.) tidak ada perbedaan yang signifikan. Media
yang digunakan dalam metode fitoremediasi yang paling efektif dalam
menurunkan kadar BOD dan TSS pada limbah cair pabrik tahu adalah
dengan menggunakan tanaman Eceng Gondok (Eichhornia sp).
3) Yuliana Herman Welhelmus Djo dkk (2017), Fitoremediasi
Menggunakan Tanaman Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes) Untuk
Menurunkan Cod Dan Kandungan Cu Dan Cr Limbah Cair
Laboratorium Analitik Universitas Udayana. Pada penelitian ini hasilnya
menunjukan bahwa Sistem Fitoremediasi dengan eceng gondok selama 14
hari dapat menurunkan nilai COD sebesar 20,7 mg/L, logam Cu dan Cr
masing-masing sebesar 0,264 dan 0,86 mg/L, dengan efektivitas penurunan
berturut-turut sebesar 38,15%, 63,06% dan 36,48%. Daya serap eceng
gondok dalam sistem fitoremediasi untuk COD sebesar 0,1232 mg/g eceng
gondok, logam Cu dan Cr masing-masing 0,0016 mg/g eceng gondok dan
0,0051 mg/g eceng gondok.
4) Mariatul Kiptiah dkk (2022) Pengaruh Fitoremediasi dengan
Kombinasi Tanaman pada Kadar BOD dan COD Limbah Sasirangan.
Pada penelitian ini hasilnya menunjukan bahwa Filtrasi dan fitoremediasi
terbukti efektif dalam meningkatkan kualitas air limbah Industri Sasirangan.
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa perlakuan filtrasi dan
fitoremediasi dengan kombinasi eceng gondok dan jeringau dapat
menurunkan nilai BOD dan COD pada hari ke-7 dengan tingkat efektivitas
penurunan BOD terbesar didapat pada perlakuan 50% eceng gondok dan
50% jeringau dengan kadar BOD 15,21 mg/L atau mengalami penurunan
sebesar 80,65% dan penurunan COD terbesar pada perlakuan 75% eceng
gondok dan 25% jeringau dengan nilai COD 797,5mg/l atau turun 14.99%
dari nilai COD awal.
7
5) Alya Rahmaisyanti dkk (2022) Pengaruh Kuantitas Tanaman Melati
Air (Echinodorus Palaefolius) Sebagai Fitoremediator Limbah Cair
Penyamakan Kulit Proses Tanning. Pada penelitian ini hasilnya
menunjukan bahwa Pemberian perlakuan tanaman melati air dengan
kuantitas yang berbeda (0 individu, 4 individu, 6 individu, dan 8 individu)
pada 15 L limbah cair penyamakan kulit selama 8 hari berpengaruh terhadap
penurunan konsentrasi kromium, nilai pH, dan nilai oksigen terlarut (DO).
Perlakuan terbaik kuantitas tanaman melati air dicapai oleh 6 individu
tanaman sebagai jumlah individu yang mampu memberikan penurunan
kromium terendah, nilai pH dan nilai DO optimal dalam meremediasi 15 L
limbah cair penyamakan kulit selama 8 hari.
6) Iin Inayatun Nadhifah dkk (2019) Fitoremediasi Dengan Wetland
System Menggunakan Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes), Genjer
(Limnocharis Flava), Dan Semanggi (Marsilea Crenata) Untuk
Mengolah Air Limbah Domestik. Pada penelitian ini hasilnya menunjukan
bahwa Tanaman Limnocharis flava (genjer), Eichhornia crassipes (eceng
gondok), Marsilea crenata (semanggi) efektif sebagai agen fitoremediator
dengan wetland system dalam pengolahan air limbah domestik. Namun,
keefektifan ketiga tanaman tersebut berbeda-beda. Tanaman genjer mampu
meningkatkan kadar DO sebesar 50% dan menurunkan kadar BOD sebesar
78%. Sedangkan tanaman semanggi lebih efektif dalam menurunkan kadar
TDS yaitu sebesar 41,4%.
7) Muhammad Irvan Nurliansyah dkk (2019), Efektivitas Tanaman
Genjer Dalam Menurunkan Kadar Bod Dan Cod Limbah Cair Tahu
Hasil Proses Anaerob. Pada penelitian ini hasilnya menunjukan bahwa
efektivitas tanaman genjer dalam menurunkan kadar BOD dan COD pada
limbah cair tahu hasil proses anaerob, Efisiensi pengolahan secara
fitoremediasi menggunakan tanaman genjer pada limbah cair tahu hasil
proses anaerob adalah pada hari ke 3 untuk BOD sebesar 21,28% dan COD
16,13%, pada hari ke 5 untuk nilai BOD sebesar 52,60% dan COD 45,93%,
pada hari ke 7 untuk BOD sebesar 76,42% dan COD sebesar 70,74%.
8
Waktu tinggal efektif yang diperoleh pada pengolahan secara fitoremediasi
menggunakan tanaman genjer pada limbah cair tahu hasil proses anaerob
adalah 7 hari dengan nilai BOD dan COD telah mencapai baku mutu.
9
buangan dari suatu usaha atau kegiatan yang berasal dari rumah tangga, industri,
atau tempat-tempat umum yang mengandung zat-zat membahayakan kehidupan
manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan.
Sumber air limbah domestik adalah air yang berasal dari usaha dan atau
kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan
asrama yang merupakan air buangan dari WC, kamar mandi, tempat cuci dan
tempat masak (KepmenLH No 112/2003). Sedangakan air limbah non domestik
berasal dari kegiatan pabrik, industri, pertanian, perikanan, peternakan dan sumber
lainnya (Sugiharto, 1987).
10
menunjukkan sifat optis air yang mengakibatkan terbatasnya cahaya yang
masuk ke dalam air. Hal ini tejadi karena adanya bahan terapung lumpur yang
melayang dan juga terurainya zat-zat terentu seperti bahan organik.
Bau Timbul karena adanya aktivitas mikroorganisme yang menguraikan zat
organik atau dari reaksi kimia yang terjadi dan menghasilkan gas tertentu.
Bau biasanya timbul pada limbah yang sudah lama, tetapi ada juga yang
muncul pada limbah baru misalnya limbah kulit atau limbah penyedap rasa.
Pembusukan air limbah adalah merupakan sumber dari bau air limbah
(Sugiharto, 1987). Hal ini disebabkan karena adanya zat organik terurai
secara tidak sempurna dalam air limbah ( Yazied, 2009).
Warna dapat berasal dari zat pewarna. Warna juga merupakan ciri kualitatif
untuk mengkaji kondisi umum air limbah. Jika coklat, umur air kurang dari 6
jam. Wama abu-abu muda, abu-abu setengah tua tandanya air sedang
mengalami pembusukan oleh bakteri. Jika abu-abu tua - hitam berarti sudah
busuk akibat bakteri. Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk
mengkaji kondisi umum air limbah. Air buangan industry serta bangkai benda
organis yang menentukan warna air limbah itu sendiri (Sugiharto, 1987).
Suhu dari air limbah sangat berpengaruh terhadap kecepatan reaksi kimia dan
tata kehidupan dalam air. Pembusukan terjadi pada suhu tinggi serta tingkat
oksidasi yang juga lebih besar. Pengukuran suhu penting karena umumnya
instalasi pengolah air limbah meliputi proses biologis yang bergantung suhu.
Suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari pada air bersih, karena adanya
tambahan air hangat dari perkotaan (Tchobanoglous, 1991).
2. Sifat Kimia Air Limbah
Sifat kimia air limbah dari bahan organik biasanya mampu menimbulkan
bau tidak sedap. Hal ini karena sifat kimia air limbah menghabiskan oksigen
dalam air. Secara umum, karakteristik kimia air limbah dapat dilihat dari
kandungan zatnya di dalamnya. Zat tersebut dapat berupa zat organik, anorganik,
hingga gas.
Bahan Organik dalam air limbah mengandung karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen, belerang, fosfor, dan besi. Jumlah bahan organik yang terkadung
11
dlaam air limbah akan semakin banyak seiring berjalan waktu. Hal ini
membuat pengolahan air limbah lebih sulit disebabkan banyak zat berbahaya
yang tidak dapat diuraikan oleh oleh mikroorganisme (Arafah, 2012).
Bahan Anorganik dalam limbah untuk peningkatan dan pengawasan kualitas
air minum. Jumlah bahan anorganik meningkat sejalan dan dipengaruhi oleh
formasi geologis dari asal air atau air limbah. Bahan anorganik meliputi : pH,
klorida, kebasaan, sulfur, zat beracun, logam berat, metan, nitrogen, fosfor,
dan gas. Bahan-bahan terlarut dapat menghasilkan DO atau oksigen terlarut
dan dapat juga menyebabkan timbulnya bau. Sebabnya ialah struktur protein
sangat kompleks dan tidak stabil serta mudah terurai menjadi bahan kimia
lain oleh proses dekomposisi (Sugiharto, 1987).
Oksigen terlarut
Air limbah memiliki kadar oksigen terlarut (dissolved oxygen) yang rendah.
Beberapa limbah bahkan tidak memiliki oksigen terlrut sama sekali. Hal ini
membuat organisme air seperti ikan akan mati jika berada dalam air limbah.
3. Sifat Biologis Air Limbah
Karakteristik biologi pada air limbah ialah banyaknya kandungan
mikroorganisme yang terdapat dalam air. Mikroorganisme pada air dapat berupa
bakteri, fungi, alga, protozoa hingga virus serta cacing (Mallongi & Rahmat,
2018). Karakteristik biologi dalam air limbah juga digunakan sebagai acuan dalam
mengontrol alur penyebaran penyakit melalui air. Penyakit dapat menular dalam
air melalui mikroorganisme patogen yang berasal dari proses dekomposisi
senyawa organik (Eddy, 2008).
Mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi hampir
dalam semua bentuk limbah, biasanya dengan konsentrasi 10⁵-10⁸ organisme/ml
(Said, 2010). Kebanyakan merupakan sel tunggal yang bebas ataupun berkoloni
dan melakukan proses-proses kehidupan (tumbuh, metabolisme, dan reproduksi).
Secara tradisional, mikroorganisme dapat dibedakan menjadi dua yaitu binatang
dan tumbuhan. Namun, keduanya sulit dibedakan. Oleh karena itu
mikroorganisme kemudian dimasukkan ke dalam kategori protista, status yang
sama dengan binatang maupun tumbuhan. Keberadaan bakteri dalam unit
12
pengolahan air limbah merupakan kunci efektivitas proses biologis (Yuliani,
2018).
13
2.5 Standar Baku Mutu Air Limbah
Ketentuan air limbah domestik ini telah di atur dalam PP No 68/Menlhk-
setjen/2016 tentang mutu air limbah domestik. Air limbah domestik adalah air
limbah yang berasal dari aktivitas hidup sehari-hari manusia yang berhubungan
dengan pemakaian air. Sedangkan baku mutu air limbah domestik adalah ukuran
batas atau kadar unsur pencemaran dan atau jumlah unsur pencemar yang di
tenggang keberadaanya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke
dalam sumber air dari suatu usaha dan atau kegiatan. Tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik dapat dilihat pada Tabel 2.1
14
b. Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair sisa kegiatan
industri seperti industri tekstil dalam proses pewarnaan kain, industri
pengolahan makanan air yang digunakan untuk proses pencucian bahan
seperti daging , buah, sayur.
c. Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair karena
adanya kebocoran, sehingga merembes ke dalam tanah atau adanya luapan
dari permukaan. Instalasi pemasangan AC atau pendingin ruangan, saluran
pembuangan air di atap gedung atau rumah.
d. Air hujan (storm water), yaitu air hujan memiliki banyak manfaat, tetapi saat
air hujan sudah sampai pada permukaan tanah dan tidak meresap kedalam
tanah, air hujan akan mengalir menuju ke tempat yang lebih rendah. Proses
mengalirnya air, akan membawa partikel-partikel yang terdapat di permukaan
tanah yang dilaluinya. Proses inilah yang menyebabkan air hujan termasuk
sebagai limbah cair.
15
c. Dampak terhadap keindahan
Limbah yang mengandung ampas, lemak, dan minyak akan menimbulkan
bau, wilayah sekitar akan licin oleh minyak, tumpukan ampas yang
mengganggu, dan gangguan pemandangan.
d. Dampak terhadap benda
Air limbah yang mengandung gas CO2 akan mempercepat proses
terbentuknya karat pada benda yang terbuat dari besi dan bangunan. Kadar
pH limbah yang terlalu rendah atau tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pada benda yang dilaluinya. Lemak pada air limbah akan menyebabkan
terjadinya penyumbatan dan membocorkan saluran air limbah. Hal tersebut
dapat menyebabkan kerusakan material karena biaya perawatan yang
semakin besar.
2.8 Fitoremediasi
Fitoremediasi merupakan cara memulihkan kondisi lingkungan yang semula
tercemar oleh zat pencemar dengan menggunakan tanaman. Istilah Fitoremediasi
berasal dari kata inggris “Phytoremediation” kata ini tersusun atas dua kata yaitu
Phyto yang berasal dari kata Yunani Phyton “tumbuhan” dan Remediation yang
berasal dari kata Latin remedium “menyembuhkan”, dalam hal ini juga
“menyelesaikan masalah dengan memperbaiki kesalahan atau kekurangan”.
Fitoremediasi dapat didefinisikan sebagai penggunaan tumbuhan untuk
menghilangkan, memindahkan, menstabilkan, atau menghancurkan bahan
pencemar baik itu senyawa organik maupun anorganik (Salt dkk., 1998).
Fitoremediasi adalah teknik penggunaan tumbuhan untuk membersihkan
kontaminan seperti logam berat, hara runut, komponen organik, bahan radioaktif
di tanah, air tanah, dan juga limbah Tumbuhan yang digunakan bekerjasama
dengan mikroorganisme di dalam media (tanah, koral atau air) sehingga dapat
mengubah zat polutan menjadi kurang atau tidak berbahaya atau bahkan menjadi
16
bahan yang berguna secara ekonomi. Teknik fitoremediasi dapat memulihkan baik
kontaminan anorganik atau organik (Dewi Septiana Wati,2011)
Fitoremediasi menggunakan tanaman dan mikroorganisme untuk mereduksi
kandungan limbah. Fitoremediasi adalah sebuah teknologi menggunakan berbagai
tanaman untuk mendegradasi, mengekstrak atau menghilangkan kontaminan dari
tanah dan air. Tanaman air berperan sebagai aerator perairan melalui proses
fotosintesis, mengatur aliran air, membersihkan aliran tercemar melalui proses
sedimentasi serta penyerapan partikel dan mineral (Ahmad dan Adiningsih, 2019).
Fitoremediasi merupakan istilah umum pemanfaatan tumbuhan untuk
mengusir atau mendegradasi bahan pencemar tanah seperti logam berat, pestisida,
polyaromatichydrocarbons, dan lindi dari timbunan sampah landfill. Tumbuhan
telah digunakan untuk menstabilkan dan mengambil logam pencemar dari tanah
dan air. Dalam proses remediasi, tumbuhan dapat bersifat aktif maupun pasif
dalam mendegradasi bahan polutan. Secara aktif tumbuhan memiliki kemampuan
yang berbeda dalam fitoremediasi. Ada yang melakukan proses fitotransformasi,
fitoekstraksi, rizofiltrasi, fitodegradasi, fitostabilisasi, fitovolatilisasi (Juhriah dan
Alam, 2016).
Fitoremediasi pada dasarnya adalah penggunaan tumbuhan dan asosiasi
mikroba tanah untuk mengurangi konsentrasi atau mengurangi pengaruh beracun
bahan pencemar dalam lingkungan. Fitoremediasi dapat digunakan untuk
menyingkirkan logam berat, radionuklida, dan bahan pencemar organik. Istilah
fitoremediasi adalah kombinasi dari dua kata yaitu “pHyto” yang berarti
tumbuhan dan “remedium” berarti memperbaiki atau membuang makhluk jahat.
Tumbuhan hijau memiliki kemampuan luar biasa menyerap bahan pencemar dari
lingkungan tumbuhnya dan menetralkan daya meracun bahan pencemar yang
diserapkan melalui berbagai mekanisme. Tahapan tanaman dalam proses
fitoremediasi disebut dengan fitoproses. Ada beberapa tahapan yang terjadi dalam
fitoproses tanaman sebagai berikut: (Handayanto dkk., 2017).
1. PHytoextraction
Tahapan pertama Phytoextraction merupakan suatu proses tumbuhan
menarik zat kontaminan dari media yang tercemar sehingga terakumulasi
17
disekitar akar tumbuhan atau tersalurkan ke bagian lain pada tumbuhan
(daun dan batang). Beberapa tanaman disebut sebagai hyperaccumulators,
yaitu tanaman yang dapat menyerap kandungan logam lebih banyak
daripada tanaman lain pada umumnya. Di lapangan, setelah tanaman
fitoremediasi tumbuh dan berkembang di media tercemar dan dirasa telah
melakukan mekanisme pHytoextraction, tanaman tersebut kemudian dicabut
untuk dibakar menggunakan alat insenerator. Abu hasil pembakaran
sebaiknya dipisahkan untuk dikemas kedalam golongan B3. Proses
pHytoextraction sangat baik digunakan untuk menangani media yang
tercemar oleh limbah yang mengandung unsur Mn, Hg, Cu, Cr, Cd, Ni, Pb
dan Zn.
Gambar 2. 1 Phytoextration
Sumber: Ganeca Environmental Services, 2018
2. Rhizofiltration
Tahapan kedua Rhizofiltration merupakan suatu proses adsorpsi atau
penjerapan zat kontaminan oleh akar untuk menempel pada akar tersebut
sehingga membentuk suatu lapisan tipis atau film pada permukaannya. Bila
dilihat secara sekilas, mekanisme rhizofiltration mirip dengan mekanisme
phytoextraction namun perbedaanya, pada mekanisme rhizofiltration media
yang tercemarnya adalah badan perairan. Di lapangan, aplikasi
rhizofiltration dapat dilakukan langsung dengan cara menanam tanaman
fitoremediasi di atas permukaan badan air tercemar, atau dengan cara air
18
yang tercemar disalurkan ke sebuah media rumah kaca dimana tanaman
fitoremediasi dapat tumbuh dengan optimal. Ketika akar tanaman dirasa
sudah cukup menampung zat tercemar, tanaman fitoremediasi diambil
kemudian dibakar dengan alat insenerator.
Gambar 2. 2 Rhizofiltration
Sumber: Ganeca Environmental Services, 2018
3. PHytostabilization
Tahapan ketiga PHytostabilization merupakan suatu proses yang dilakukan
oleh tanaman untuk mentransformasi polutan di dalam tanah menjadi
senyawa yang non-toxic tanpa menyerap terlebih dahulu polutan tersebut ke
dalam tubuh tanaman. Hasil transformasi dari polutan tersebut tetap berada
di dalam tanah atau lebih tepatnya tetap menempel pada akar tumbuhan.
Zat-zat kontaminan akan menempel erat (stabil) pada akar sehingga tidak
akan terbawa oleh aliran air dalam media tercemar. Di lapangan, mekanisme
phytostabilization umumnya digunakan di area reklamasi, karena tumbuhan
fitoremediasi berperan untuk mengoptimalkan tanah yang tercemar menjadi
tanah yang siap ditanami oleh tanaman reklamasi. Terlebih sifat tanaman
fitoremediasi pada mekanisme pHytostabilization yang mampu mencegah
kontaminan tertransport oleh proses erosi air permukaan memberikan nilai
tambah pada mekanisme fitoremediasi ini.
19
Gambar 2. 3 Phytostabilization
Sumber: Ganeca Environmental Services, 2018
4. Rhizodegradation
Tahapan keempat Rhizodegradation merupakan suatu proses penguraian
zat-zat kontaminan di sekitar akar tumbuhan oleh aktivitas mikroba yang
bersimbiosis pada akar tumbuhan tersebut. Proses rhizodegradation bekerja
lebih lambat dari pada proses phytodegradation karena dipengaruhi oleh
kinerja dari mikroba yang bersimbiosis. Adapun mikroba (ragi, jamur dan
bakteri) yang bersimbiosis ini akan mengkonsumsi dan menguraikan bahan
organik seperti larutan bensin (BBM) atau larutan lain yang berbahaya bagi
kesehatan manusia. Simbiosis ini bersifat mutualisme (saling
menguntungkan) karena tanaman pada umumnya mengeluarkan zat seperti
gula, alkohol atau asam yang mengandung karbon organik, yang mana zat-
zat tersebut merupakan sumber energi mikoroba untuk tumbuh dan
berkembang.
Gambar 2. 4 Rhizodegradation
Sumber: Ganeca Environmental Services, 2018
20
5. PHytodegradation
Tahapan kelima Phytodegradation merupakan suatu proses yang dilakukan
tumbuhan untuk menguraikan zat kontaminan yang mempunyai rantai
molekul yang kompleks menjadi bahan yang tidak berbahaya dengan
bantuan enzim, rombakan zat kontaminan tersebut tersusunan atas molekul
yang lebih sederhana dan dapat berguna bagi pertumbuhan tumbuhan itu
sendiri. Adapun enzim yang bekerja pada proses ini
diantaranya nitrodictase, laccase, dehalogenase dan nitrilase. Proses ini
dapat berlangsung di seluruh bagian tumbuhan baik itu pada akar, batang,
dan daun. Mekanisme phytodegradation sangat cocok diaplikasikan untuk
menanggulangi pencemar dari herbisida dan pencemar klorin.
Gambar 2. 5 Phytodegradation
Sumber: Ganeca Environmental Services, 2018
6. PHytovolatilization
Tahapan keenam Phytovolatilization merupakan suatu proses yang bekerja
dibagian atas dari tumbuhan (daun) melalui proses transpirasi. Pada
mekanisme fitoremediasi lainnya, menyebutkan bahwa zat tercemar yang
terserap oleh tanaman fitoremediasi akan dirombak oleh tanaman tersebut
dan menghasilkan zat lain yang tidak berbahaya. Hasil rombakan tersebut
akan tertranspirasi kemudian menguap ke atmosfer.
21
Gambar 2. 6 Phytovolatilization
Sumber: Ganeca Environmental Services, 2018
22
Fitoremediasi memiliki kekurangan salah satunya adalah akibat yang timbul
bila tanaman telah menyerap polutan tersebut dikonsumsi oleh hewan dan
serangga. Dampak negatif yang dikhawatirkan adalah terjadinya keracunan
bahkan kematian pada hewan dan serangga atau terjadinya akumulasi logam berat
pada predatorpredator jika mengkonsumsi tanaman yang digunakan dalam proses
fitoremediasi dan hewan yang memakan tanaman fitoremediasi tersebut. Selain itu
membutuhkan waktu yang lama untuk membersikan limbah B3 terutama dalam
skala besar dan dikhawatirkan membawa senyawa-senyawa beracun kedalam
rantai makanan di ekosistem (Salt dkk., 1998).
Menurut Smith (2005), fitoremediasi memiliki keterbatasan yaitu tergantung
dari musim, karakteristik lingkungan limbah, tingkat toksisitas, dan kecocokan
tanaman pada lingkungan limbah tersebut dalam melakukan remediasi.
23
tingkat pertumbuhannya yang tinggi dan kemampuannya untuk menyerap hara
langsung dari kolom air (Saeni 1989 dalam Suryati & Priyanto, 2003).
24
Tanaman genjer (Limnocharis flava) merupakan tanaman air yang dapat
dimanfaatkan untuk mereduksi logam berat pada air limbah. Protein fitokelatin
yang dimiliki oleh tanaman genjer membantu tanaman ini untuk mengikat logam
berat. Berdasarakan penelitian yang dilakukan oleh (Rijal, dkk., 2016) tanaman
genjer mampu menurunkan logam timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg)
sebesar 85%, 64%, dan 74%. Sedangkan pada penelitian (Priyanti & Yunita,
2013), 3 rumpun tanaman genjer yang digunakan untuk fitoremdiasi logam besi
(Fe) dan mangan (Mn) dalam waktu satu minggu, mampu mereduksi logam
tersebut hingga 63%.
Klasifikasi tanaman Genjer adalah seabgai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magoliophyta
Kelas : Monocotyledonae
Sub-kelas : Monocotyledonae
Ordo : Alismatales
Famili : Limnocharitaceae
Genus : Limnocharis
Spesies : Limnocharis flava
25
BAB III
METODEOLOGI PENELITIAN
Adapun tempat atau lokasi penelitian dan pengambilan sampel ini dilakukan
rumah makan Angkasa Nikmat yang terletak di Jl. Brigjen Muh Joenoes no. 77 H,
Kota Kendari, Sulawesi Tenggara dan pengambilan sampel air limbah untuk di uji
kadar BOD, COD dan pH di laboratorium pengujian yang berada di laboratorium
Uptd Balai Laboratorium Kesehatan.
26
3.2.2 Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian ini akan dilakukan pada bulan April 2023.
Pengambilan sampel air limbah rumah makan pada bulan April 2023, Terdiri dari
survey lapangan, dan analisis data dilakukan pada bulan Mei 2023.
27
menggunakan Tanaman Genjer dan Apu – Apu.
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel terkait yang dimaksud pada penelitian ini adalah konsentrasi
yang mengandung kadar BOD, COD dan pH pada sampel air limbah rumah
makan angkasa nikmat di kota kendari.
28
3.6 Prosedur Pengambilan Sampel
Untuk pengujian awal metode yang digunakan adalah metode grab
sampling berdasarkan prosedur pengambilan sampel air limbah sesuai dengan SNI
Adapun prosedur pengambilan sampel air limbah rumah makan yang akan
dilakukan pada penelitian ini untuk penurunan kadar BOD, COD dan pH yang ada
pada limbah cair rumah makan menggunakan metode Fitoremediasi dengan
Menggunakan Tanaman Genjer dan Apu - Apu . Untuk metode pengambilan
sampelnya dilakukan secara manual sebagai berikut:
a. Menyiapkan wadah (Galon berukuran 19 L) yang digunakan untuk
mengambil sampel air limbah rumah makan.
b. Pengambilan sampel air limbah rumah makan dilakukan di
Tempat Pemprosesan akhir dengan pengambilan sampel awal.
Dengan menggunakan timba lalu air limbah rumah makan di isi
pada wadah galon untuk selanjutnya dijadikan sampel penelitian.
c. Sampel yang telah disiapkan secara manual pada wadah galon
selanjutnya dilakukan pemindahan ke wadah atau reaktor
penelitian menjadi 2 reaktor dengan masing- masing reaktor berisi
3,5 liter.
29
3.7 Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan persiapan peralatan yang diperlukan
untuk mempermudah pelaksanaan penelitian. Sistem yang dilaksanakan pada
penelitian ini adalah sistem batch dimana sampel penelitian tidak berjalan secara
kontinyu atau tidak ada yang ditambahkan dan dikelurkan selama dalam
penelitian. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 21 hari termasuk dengan
aklimatisasi. Parameter yang akan diteliti, yaitu:
1. Dilakukan proses aklimatisasi untuk tanaman eceng gondok dan
kangkung air selama 7 hari
2. Menyiapkan 2 media reaktor untuk penyimpanan sampel air limbah
rumah makan
3. Pengambilan sampel air limbah rumah makan kemudian memasukan
sampel tersebut ke dalam bak reaktor.
4. Memasukkan tanaman genjer dan apu – apu yang sudah diaklimatisasi
ke dalam bak reaktor yang telah disiapkan kemudian air limbah cair
rumah makan yang sudah diberikan tanaman air dibiarkan selama 14
hari
5. Analisis harian adalah suhu ruangan, suhu bak, pH air dan kondisi
secara fisik tanaman (warna daun, perubahan akar dan kondisi
tanaman).
6. Analisis tiap 7 dan 14 hari yaitu analisis penurunan kadar BOD, COD
dan pH pada sampel air limbah rumah makan.
7. Tahap Pelaporan yang meliputi tahap analisa data dan membuat
laporan hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama 14 hari.
30
intensitas cahaya, kelembapan, dan suhu ruang (Sukmadijaya, dkk., 2015).
Pada proses aklimatisasi perlu dilakukan terlebih dahulu pembersihan akar
tanaman dari tanah atau lumpur yang menempel di tanaman. Aklimatisasi
dilakukaan dengan cara meletakkan tanaman pada reaktor berisi air bersih
kemudian membiarkannya selama 10 hari di dalam reaktor tersebut. Selama
proses aklimatisasi perkembangan tanaman perlu untuk diperhatikan
(Padmaningrum, dkk., 2014).
Proses aklimatisasi bertujuan untuk proses penyesuaian tanaman uji yaitu
tanaman apu-apu (Pistia stratiotes) dengan lingkungan baru atau kondisi yang
diluar ekosistemnya. Tanaman dialiri dengan air biasa atau dengan air limbah
yang berasal dari tempat awalnya. Tujuan proses aklimatisasi agar tanaman uji
apu-apu (Pistia stratiotes) dapat tumbuh hidup dengan baik dan tidak mengalami
kematian ketika proses penelitian (Choirunnisa, 2020).
31
6. Setelah hari ketujuh dilakukan proses aklimatisasi dipilih tanaman uji
yang segar dan hijau serta morfologi daun dan akarnya masih lengkap
untuk selanjutnya tanaman uji siap untuk diaplikasikan.
Keterangan:
Ef : efisiensi variasi Tanaman Apu-Apu
Co : Konsentrasi awal sampel
Ct : Konsentrasi akhir sampel
2. Metode Statistik
Metode statistik dilakukan dengan menggunakan uji komparatif.
Prose pengujian komparatif dimulai dengan pengujian normalitas dan
32
homogenitas sebagai syarat uji komparatif tersebut. Hasil uji normalitas
dan homogenitas berdistribusi normal dilakukan untuk uji analisis data
dengan metode One Way
HO = Tidak ada perbedaan terhadap variasi tanaman Apu – Apu dan Genjer
dalam penurunan kadar BOD, COD, dan pH pada limbah cair rumah makan
Angkasa Nikmat.
H1 = Terdapat perbedaan terhadap variasi tanaman Apu – Apu dan Genjer dalam
penurunan kadar BOD, COD, dan pH pada limbah cair rumah makan Angkasa
Nikmat.
33
3.11 Diagram Alir Penelitian
Secara ringkas tahap-tahap penelitian disajikan pada Diagram Alir
Mulai
Pengolahan Data
Kesimpulan
Selesai
34
3.12 Jadwal Pengerjaan Skripsi
Adapun jadwal pengerjaan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Jan. Feb. Maret April Mei Juni Juli
No. Kegiatan
2023 2023 2023 2023 2023 2023 2023
Merancang desain penelitian
1
dan studi pustaka
2 Sidang Proposal Skripsi
Persiapan Penelitian dan
3
Pengambilan Data
Pengolahan dan Analisis
4
Data
Penyusunan laporan
5
penelitian
6 Seminar hasil
7 Revisi
8 Seminar Skripsi
Penjilidan skripsi dan
9
pengarsipan
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
36
Tabel 4. 2 Kondisi Tanaman Apu-Apu (Pistia stratiotes) dan Gejer (Limnocharis
flav) Saat Aklimatisasi
Waktu
Aklimatisasi Kondisi Tanaman Gambar Tanaman
(Hari)
37
sangat mencolok dari segi morfologi
seperti daun, akar dan batang
tanaman.
38
Pada tabel diatas dapat diuraikan bahwa pada proses aklimatisasi
pertumbuhan tanaman sejak hari pertama hingga hari ketujuh tidak mengalami
perubahan pada morfologi tanaman yang cukup signifikan baik pada akar maupun
bagian daun. Pada umumnya Tanaman Genjer terjadi perubahan yang disebabkan
oleh suhu, pH air dan kondisi ruang tumbuh tanaman. Pertumbuhan akan lama
jika hidup pada tempat yang sempit ruang tumbuhnya (Irawanto & Baroroh,
2017). Pada poses aklimatisasi tanaman kayu apu dapat diambil kesimpulan
bahwa tanaman tersebut mampu tumbuh dan berkembang dengan baik pada
proses aklimatiasi. Tanaman tersebut tidak ada yang mati hanya saja beberapa
mengalami sedikit kerusakan pada beberapa bagian tanaman yang dapat
disebabkan oleh faktor lingkungan (Hibatullah, 2019).
39
menunjukan suatu gejala klorosis dan sebagian akar akan mati hingga terjadi
kerontokan. Klorosis merupakan kondisi jaringan pada tumbuhan yaitu pada
bagian daun yang mengalami kerusakan atau gagalnya pembentukan klorofil atau
terjad perubahan warna pada daun dimana daun tidak berwarna hijau melainkan
warna kuning dan pucat. Selain terjadi kerontokan pada akar kontak langsung
dengan limbah cair yang mengandung kadar BOD, COD dan pH pada tanaman
menyebebkan terjdinya perubahan warna pada daun. Pengukuran fisik atau
morfologi tanaman uji sebelum dan sesudah perlakuan sehingga dapat ditemukan
perubahan yang terjadi selama proses perlakuan.
40
terus menerus, sehingga ketika ion positif yang diserap lebih banyak maka nilai
pH akan meningkat, begitu juga sebaliknya (Krikke, 2008). Nilai pH
menunjukkan konsentrasi ion H+ dan ion OH pada limbah. Semakin tinggi ion H+
menandakan bahwa limbah tersebut bersifat asam. Semakin tinggi ion OH-
menandakan bahwa limbah tersebut bersifat basa.
Perubahan nilai pH ini disebabkan adanya proses fotosintesis karena pH
berkaitan dengan nilai karbondioksida (CO2) karena nilai pH ini disebabkan
karena tumbuhan mengeluarkan CO2 sebagai hasil samping respirasi saat malam
hari yang menyebabkan berkurangnya ion H+ sehingga kondisi air limbah lebih
bersifat basa. Semakin lama konsentrasi BOD dan COD semakin menurun dan
mendekati stabil, maka pH menjadi turun dan mendekati netral. Kenaikan pH
disebabkan adanya proses fotosintesis, denitrifikasi, pemecahan nitrogen organik
dan reduksi sulfat (Kholidiyah, 2010). Nilai pH pada saat penelitian dan grafik
perubahan pH pada air limbah rumah makan selama proses penelitian dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
41
Nilai pH
Hari
Reaktor A Reaktor B
Hari ke-1 7,85 7,85
Hari ke-2 7,73 7,76
Hari ke-3 7,6 7,68
Hari ke-4 6,84 6,75
Hari ke-5 6,56 6,68
Hari ke-6 6,47 6,4
Hari ke-7 6,5 6,21
Hari ke-8 5,81 5,79
Hari ke-9 5,68 5,62
Hari ke-10 5,55 5,46
Hari ke-11 5,42 5,39
Hari ke-12 5,37 5,3
Hari ke-13 5,26 5,25
Hari ke-14 5,19 5,25
Sumber : Hasil Penelitian, 2023
NILAI pH
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7 ke-8 ke-9 ke- ke- ke- ke- ke-
10 11 12 13 14
42
Penelitian fitoremediasi BOD, COD dan pH dengan menggunakan Tanaman
Apu-Apu dilakukan selama 14 hari dengan pengukuran atau pengujian efektifitas
penyerapan kadar BOD, COD dan pH pada tiap reaktor yaitu setiap 7 hari sekali
selama 14 hari. Pada penelitian ini, reaktor A sebagai reaktor uji yang berisi
Tanaman Apu - Apu dengan jumlah 15 tanaman. Uji konsentrasi BOD, COD dan
pH dilakukan di Laboratorium di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan.
43
KADAR BOD COD
1000
900
800
700
600 Reaktor A BOD
500 Reaktor A COD
Axis Title 400
300
200
100
0
Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-
14
44
4.3.1 Hasil Uji Kadar BOD dan COD
BOD merupakan proses biologis yang digunakan oleh bakteri aerobik untuk
menguraikan zat organik menggunakan jumlah oksigen (BOD) yang ada pada air
(Riyadi, 1984) dan COD atau Chemical Oxygen Demand adalah total kebutuhan
oksigen yang dibutuhkan untuk mengurai kandungan organik pada air Apabila
nilai COD lebih tinggi daripada BOD, hal ini dikarenakan dalam proses tersebut
senyawa organik juga ikut teroksidasi (Nurmitha dkk, 2013).
Adapun hasil analisa kemampuan tanaman kayu apu dalam mengurangi
kadar BOD dan COD pada limbah cair Rumah Makan Angkasa Nikmat
ditunjukkan pada tabel dan grafik sebagai berikut. Hasil uji kadar BOD dan COD
dapat dilihat pada tabel 4.5 dan pada grafik 4.3
Tabel 4.5 Penurunan Kadar BOD dan COD pada Reaktor B
Reaktor B
Hari
BOD COD
Hari ke-0 358 890
Hari ke-7 124 370
Hari ke-14 105,1 310
Sumber : Hasil Penelitian, 2023
45
Berdasarkan gambar 4.5 diatas, reaktor B memiliki konsentrasi awal BOD
sebesar 358 mg/l. Pada pengujian hari ke-7 konsentrasi pada reaktor B
mengalami degradasi atau penurunan kadar BOD sebesar 124 mg/l sehingga pada
hari ke-14 atau pengujian akhir kadar BOD pada reaktor B tersisa sebesar 105,1
mg/l. Sedangkan untuk konsentrasi awal COD sebesar 890 mg/l. Pada pengujian
hari ke-7 konsentrasi pada reaktor B mengalami degradasi atau penurunan kadar
COD sebesar 370 mg/l sehingga pada hari ke-14 atau pengujian akhir kadar COD
pada reaktor B tersisa sebesar 310 mg/l.
46
Sumber : Hasil Analisa Data, 2023
47
2. Ef1isiensi Pengurangan COD menggunakan Tanaman Apu – Apu dan
Genjer
Tabel 4.7 Efisiensi Pengurangan COD menggunakan Tanaman Apu – Apu dan
Genjer
Reaktor A
Reaktor B Tanaman
Tanaman Apu-Apu
Genjer
Nilai Nilai
Efisiensi Efisiensi
Hari Konsentrasi Konsentrasi
Pengurangan Pengurangan
COD COD
(mg/l) (%) (mg/l) (%)
Hari ke-7 210 76,40% 370 62,24%
Hari ke-14 190 80,61% 310 68,36%
48
Selain itu Sari (2020) menyatakan bahwa nilai COD juga dipengaruhi oleh
tanaman kayu apu yang tentu melakukan proses fotosintesis dan menghasilkan
oksigen sehingga mensuplai kebutuhan oksigen yang akan digunakan untuk
menguraikan bahan organik yang terdapat di dalam air limbah. Semakin banyak
tanaman maka oksigen terlarut yang dihasilkan juga semakin besar dan nilai COD
yang di serap juga semakin banyak. Pada penelitian ini efisiensi removal COD
menggunakan Kayu apu yang berjumlah 15 tanaman adalah sebesar 80,61%
Sedangkan pada penelitian oleh Herlambang, dkk (2015) juga menyebutkan
semakin banyak tanaman dan semakin lama waktu kontak menyebabkan semakin
banyak kadar COD yang diserap, efisiensi penurunan kadar COD yang paling
tinggi pada penelitian ini sendiri adalah pada perlakuan kayu apu dengan jumlah 8
tanaman dan waktu kontak 15 hari yaitu sebesar 32,94%.
Baku Baku
Kadar Kadar Mutu Mutu
NO Perlakuan Reaktor Keterangan
BOD COD BOD COD
(Mg/l (Mg/l
49
Reaktor A
Tidak
(Apu – 98,7 210
Memenuhi
7 Hari Apu)
Reaktor B Tidak
124 370
( Genjer ) Memenuhi
Reaktor Tidak
354 890
kontrol Memenuhi
Reaktor A
Perlakuan Tidak
2 (Apu – 90,88 190 12 80
II 14 Hari Memenuhi
Apu)
Reaktor B Tidak
105,1 310
( Genjer ) Memenuhi
Sumber : Hasil Analisa Data, 2023
50
1. Jika nilai signifikan atau nilai probabilitas <0,05, maka distribusi data
dianggap tidak normal.
2. Jika nilai signifikan atau nilai probabilitas >0,05, maka distribusi data
dianggap normal.
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
51
Adapun hasil uji normalitas Homogenitas pada data penelitian ini
sebagaimana pada tabel berikut.
Tabel 4. 10 Hasil Uji Homogenitas
5.313 1 4 .082
52
kadar BOD dan COD pada sampel air sungai kadia dapat dimungkinkan karena
sedikitnya variasi tanaman yang digunakan dan juga waktu penelitian yang
singkat, sehingga jumlah data yang diperoleh sedikit (Hibatullah, 2019).
Meskipun pada hasil statistik yang disajikan diatas menunjukkan tidak
adanya perbedaan signifikan pada penggunaan tanaman tetapi pada hasil uji BOD
dan COD oleh Apu – Apu dan Genjer dapat dilihat jika penggunaan variasi
tanaman Apu –Apu memiliki nilai penyisihan BOD dan COD yang lebih besar
dibandingkan dengan tanaman Genjer dengan hasil akhir penurunan yaitu pada
reaktor A dengan tanaman Apu –Apu menurun hingga 90,88 mg/l atau 74,61%
dari kadar awalnya. Sedangkan pada COD pada reaktor A dengan tanaman Apu –
Apu terjadi penurunan hingga 190 mg/l atau 80,61% dari kadar awalnya. Jumlah
Tanaman Apu –Apu dan lama waktu kontak terhadap limbah cair dapat
mempengaruhi penurunan kadar BOD dan COD (Utami dkk., 2017).
53
Tabel 4. 12 Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
1308965981527212.000 2 3 .000
54
Sumber: Hasil Analisa Data, 2023
ANOVA
BOD COD Genjer
55
tanaman genjer yaitu pada reaktor B adalah 105,1 mg/l atau 70,64% dari kadar
awalnya. Sedangkan pada COD pada reaktor B dengan tanaman Apu –Apu terjadi
penurunan hinggan 310 mg/l atau 68,36% dari kadar awalnya.
4.8 Pembahasan
Parameter uji penurunan kadar limbah cair Rumah Makan Angkasa Nikmat
meliputi BOD, COD dan pH yang menggunakan Tanaman Apu-Apu (Pistia
stratiotes) dan Gejer (Limnocharis flav) dengan metode fitoremediasi. Hasil uji
awal parameter limbah domestik, menunjukkan bahwa nilai COD, BOD dan pH
berada diatas baku mutu air limbah domestik sesuai dengan PP No 68/Menlhk-
setjen/2016 tentang mutu air limbah domestik. Berdasarkan hasil pengukuran
BOD, COD dan pH pada limbah cair Rumah Makan Angkasa Nikmat sebelum
perlakuan menunjukkan di atas ambang baku mutu limbah dan belum layak di
buang langsung ke perairan. Kualitas air merupakan pencerminan kandungan
konsentrasi makhluk hidup, energi, zat-zat, atau komponen lain yang ada dalam
air. Limbah cair mempunyai efek negatif bagi lingkungan karena mengandung
zat-zat beracun yang mengganggu keseimbangan lingkungan dan kehidupan
makhluk hidup yang terdapat di dalamnya.
Limbah cair Rumah Makan Angkasa Nikmat yang dibuang terus-menerus
ke badan sungai atau perairan lainnya tanpa pengolahan terlebih dahulu akan
semakin menurunkan kualitas kehidupan biota air, meningkatkan perkembangan
mikroorganisme pathogen dalam air, dan menurunnya pemanfaatan air untuk
konsumsi serta kebutuhan sanitasi yang kemudian dikhawatirkan akan berdampak
terhadap kesehatan masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya pengolahan limbah
cair Rumah Makan Angkasa Nikmat terlebih dahulu sebelum dibuang ke
lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai uji
fitoremediasi pada limbah cair Rumah Makan Angkasa Nikmat menggunakan
Tanaman Apu-Apu (Pistia stratiotes) dan Gejer (Limnocharis flav) untuk
mengurangi kadar pencemaran air, dilakukan pengukuran pada kadar BOD, COD
dan pH yang terkandung dalam limbah cair Rumah Makan Angkasa Nikmat yang
56
dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi awal parameter yang diteliti. Hasil pengukuran kadar BOD, COD dan
pH yang terkandung dalam limbah cair Rumah Makan Angkasa Nikmat sebelum
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.2. Kadar BOD yang di peroleh sebelum
perlakuan yaitu 353 mg/l sedangan COD sebesar 890 mg/l dan pH 7,65. Kadar
tersebut tentu saja telah melampaui baku mutu yang telah di perbolehkan oleh
pemerintah. Oleh karena itu perlu adanya pengolahan limbah cair terlebih dahulu
sebelum dibuang ke lingkungan.
Pengolahan limbah cair Rumah Makan Angkasa Nikmat dalam penelitian
ini dilakukan secara fitoremediasi menggunakan Tanaman Apu-Apu (Pistia
stratiotes) dan Gejer (Limnocharis flav) untuk mengurangi kadar BOD, COD dan
pH dalam limbah cair Rumah Makan Angkasa Nikmat. Tanaman Apu-Apu
(Pistia stratiotes) dan Gejer (Limnocharis flav) yang dipergunakan dalam
penelitan dilakukan proses aklimitasisasi terlebidahulu yang bertujuan agar dapat
menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan baru atau kondisi yang
tidak biasa, seperti perubahan suhu, kelembapan dan intesitas cahaya sebelum di
gunakan pada penelitian ini. Perlakuan dalam penelitian ini menggunakan dua
buah reaktor A dan B. Pada reaktor A berisi 15 tanaman Apu – Apu (Pistia
stratiotes) dan Reaktor B berisi 15 tanaman Gejer (Limnocharis flav) Maka
diperoleh penurunan kadar BOD, COD dan pH yang berbeda-beda pada setiap
reaktor, hal ini dapat di lihat pada tabel 4.4 dan 4.5.
Tabel 4.4 diatas, reaktor A memiliki konsentrasi awal BOD sebesar 358
mg/l. Pada pengujian hari ke-7 konsentrasi pada reaktor A mengalami degradasi
atau penurunan kadar BOD sebesar 98,7 mg/l sehingga pada hari ke-14 atau
pengujian akhir kadar BOD pada reaktor A tersisa sebesar 90,88 mg/l. Sedangkan
untuk konsentrasi awal COD sebesar 890 mg/l. Pada pengujian hari ke-7
konsentrasi pada reaktor A mengalami degradasi atau penurunan kadar COD
sebesar 210 mg/l sehingga pada hari ke-14 atau pengujian akhir kadar COD pada
reaktor A tersisa sebesar 190 mg/l. Sedangkan untuk tabel 4.5 diatas, reaktor B
memiliki konsentrasi awal BOD sebesar 358 mg/l. Pada pengujian hari ke-7
konsentrasi pada reaktor B mengalami degradasi atau penurunan kadar BOD
57
sebesar 124 mg/l sehingga pada hari ke-14 atau pengujian akhir kadar BOD pada
reaktor B tersisa sebesar 105,1 mg/l. Sedangkan untuk konsentrasi awal COD
sebesar 890 mg/l. Pada pengujian hari ke-7 konsentrasi pada reaktor B
mengalami degradasi atau penurunan kadar COD sebesar 370 mg/l sehingga pada
hari ke-14 atau pengujian akhir kadar COD pada reaktor B tersisa sebesar 310
mg/l. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan penurunan kadar BOD dan COD
masih belum di bawah baku mutu yang telah ditetapkan.
Penurunan kadar BOD dan COD yang lebih tinggi pada penelitian ini
terjadi pada hari ke-14 perlakuan. Pada reaktor A dengan tanaman Apu – Apu
(Pistia stratiotes) penurunan kadar BOD cenderung lebih tinggi dibandingkan
dengan reaktor B dengan Gejer (Limnocharis flav) tanaman genjer yang
cenderung lebih kecil walaupun memiliki pola yang sama. Hal ini terjadi karena
tumbuhan Apu – Apu (Pistia stratiotes) mempunyai peran yang baik dalam
mendukung laju penyerapan unsur hara yang ada, sehingga semakin tinggi
aktivitas fotosintesis akan berakibat semakin tinggi pula oksigen terlarut yang
dihasikan yang akan memicu kinerja mikroorganisme dalam meremoval senyawa
organik sehingga dapat menurunan kadar BOD dalam limbah.
Proses penurunan pencemar bahan organik dalam limbah cair dengan
menggunakan tumbuhan air berupa Apu – Apu (Pistia stratiotes) merupakan
kerjasama antara tumbuhan dan mikroorganisme yang berada pada tumbuhan
tersebut. Mikroorganisme merombak bahan organik yang terdapat di dalam
limbah cair berupa (protein, karbohidrat dan lemak) menjadi senyawa sederhana
dalam bentuk molekul atau ion yang siap dimanfaatkan oleh tumbuhan Apu – Apu
(Pistia stratiotes) sebagai unsur hara (nutrien). Proses penguraian bahan organik
oleh mikroorganisme dapat berlangsung karena mengandung oksigen terlarut dari
hasi fotosintesis tumbuhan Apu – Apu (Pistia stratiotes).
Konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air tergantung pada tingkat
kejenuhan air itu sendiri, selain itu suhu air juga mempengaruhi konsentrasi
oksigen yang terlarut di dalam air serta tekanan udara dapat pula mempengaruhi
kelarutan oksigen di dalam air dikarenakan tekanan udara mempengaruhi
kecepatan difusi oksigen dari udara ke dalam air.
58
Nilai BOD juga dipengaruhi oleh adanya tanaman yang menetupi
permukaan air limbah. Keberadaan tanaman tersebut dapat menyerap bahan
organik yang terdapat dalam air limbah. Semakin banyak tanaman, maka semakin
banyak bahan organik yang terserap dan bahan organik yang harus didegradasi
oleh mikroorganisme semakin sedikit. Semakin sedikit bahan orgnik yang harus
didegradasi oleh mikroba, maka kandungan oksigen dalam air limbah semakin
tinggi. Oksigen terlarut dalam air limbah juga semakin banyak karena adanya
suplai oksigen dari hasil fotosintesis tanaman.Jadi semakin banyak tanaman, maka
nilai BOD semakin kecil yang berarti semakin baik kualitas air limbah tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan berat tanaman sangat berpengaruh
terhadap penurunan maksimal kadar BOD dalam limbah. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Mika Septiawan Muhajir (2013), bahwa semakin kecil berat tanaman
akan semakin besar kemungkinan tanaman tersebut akan mati mengakibatkan
proses penurunan kadar limbah cair akan terganggu, sehingga jumlah berat
tanaman sangat diperlukan untuk menggantikan tanaman yang mati.
Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Fachrurrozi yang berjudul
Pengaruh Variasi Biomassa Pistia stratiotes L. Terhadap Penurunan Kadar BOD,
COD, dan TSS Limbah Cair Tahu (2010) menyatakan bahwa memakai tanaman
kayu apu dengan variasi berat tanaman dari 50 gram sampai 250 gram dengan
waktu penanaman selama 7 hari dapat menurunkan kadar BOD, COD dan TSS
pada limbah cair tahu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan kadar
BOD, COD dan TSS terjadi pada berat 250 gram dengan waktu tinggal optimal
adalah 7 hari dapat menurunkan presentase BOD sebesar 91,7%, COD 89,9%, dan
TSS 84,6%. Hal ini menunjukkan bahwa biomassa tanaman kayu apu hanya
dengan berat 50 - 250 gram mampu menurunkan kadar BOD, COD dan TSS.
Tanaman Apu-Apu (Pistia stratiotes) dan Gejer (Limnocharis flav)
menyisihkan bahan organik berupa (protein, karbohidrat dan lemak) dalam limbah
dengan proses metabolisme dan menggunakan akar. Proses metabolisme
mencakup proses penyerapan senyawa organik dan proses fotosintesis. Proses
fotosintesis menghasilkan oksigen yang kemudian masuk ke dalam air dan
59
mengoksidasi senyawa organik serta meningkatkan kandungan oksigen pada
daerah sekitar perakaran (zona rhizosphere).
Zona rhizosphere yang kaya akan oksigen terbentuk karena akar tumbuhan
akuatik mengeluarkan oksigen diseluruh permukaan rambut akar. Oksigen
tersebut mengalir ke akar melalui batang setelah berdifusi dari atmosfir melalui
pori-pori daun. Pelepasan oksigen disekitar akar (rizosfer) terjadi karena jenis
tanaman hydrophyta mempunyai ruang antar sel atau lubang saluran udara
(aerenchyma) sebagai alat transportasi oksigen dari atmosfer ke bagian perakaran.
Tanaman menyerap unsur hara (nutrien) melalui akar atau melalui daun.
Proses penyerapan unsur hara melalui akar terjadi jika unsur-unsur tersebut telah
berkontak lansung dengan permukaan akar. Penyerapan tersebut melibatkan
beberapa proses antara lain, adanya pergerakan ion ke permukaan akar,
penimbunan ion dalam akar, pergerakan ion dari permukaan akar ke dalam
pembuluh kayu, dan pengangkutan ion dari akar menuju batang dan daun.
Pergerakan ion ke permukaan akar terjadi karena adanya perbedaan
konsentrasi antara media tumbuh dengan keadaan di dalam akar. Pengangkutan
ion ke permukaan akar terjadi melalui tiga mekanisme yaitu: a) difusi melalui
larutan tanah, b) dibawa air secara pasif dalam aliran massa menuju akar serta c)
gerakan akar yang tumbuh mendekati unsur tersebut. Penimbunan ion dalam akar
terjadi ketika ion yang menempel pada permukaan akar berdifusi masuk kedalam
akar melalui diding sel epidermis menuju membran sel.
Pergerakan ion dari pemukaan akar ke dalam pembuluh kayu terjadi karena
ion yang telah diserap secara aktif dalam sel epidermis dan korteks bagian luar
diangkut ke dalam melintasi endodermis. Dinding sel endodermis disisi radial dan
melintangnya memiliki penebalan yang disebut pita kaspari serta dapat mencegah
air dan ion mengalir kembali keluar. Pergerakan ion dari permukaan akar ke
pembuluh kayu tumbuhan melalui tiga jalan yaitu: 1) pergerakan ion antar
vakuola sel yang berfungsi sebagai tempat penampung ion, 2) pergerakan ion
dalam sitoplasma, 3) pergerakan melalui ruang bebas dari dinding sel dan
kombinasi ketiganya.
60
Pengangkutan ion dari akar menuju batang dan daun terjadai karena
pengangkutan ion-ion dalam cairan tumbuhan pada batang terjadi melalui xylem
dan floem. Air yang mengandung ion akan naik dari xylem pada akar, xylem
batang kemudian tulang-tulang daun. Proses pergerakan ini adalah pergerakan
pasif melalui membran sehingga diperlukan daya dorong untuk mencapai
keseimbangan pada kedua sisi membran. Karena tanaman menyerap unsur hara
dalam bentuk ion maka bahan organik mengalami penguraian sehingga dapat
dimanfaatkan oleh tumbuhan.
Tahapan tanaman dalam menyerap polutan pada limbah cair Rumah Makan
Angkasa Nikmat yaitu, 1) phytoacumulation yaitu proses tumbuhan menarik zat
kontaminan dari media air yang berakumulasi disekitar akar tumbuhan, 2)
rhyzofiltration yaitu proses adsorbsi zat kontaminan oleh akar dengan cara
menempel pada akar, 3) phytostabillization yaitu penempelan zat-zat kontaminan
pada akar yang tidak mungkin terserap ke dalam batang tumbuhan, 4)
rhyzodegradation yaitu penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas
mikroorganisme yang berada diskitar akar tumbuhan, 5) phytodegradation yaitu
proses tumbuhan menguraikan zat kontaminan yang mempunyai rantai molekul
yang kompleks diurai menjadi bahan yang tidak berbahaya menjadi susunan
molekul yang lebih sederhana yang dapat berguna bagi tumbuhan itu sendiri, 6)
proses terakhir Phytovolazation yaitu proses menarik zat kontaminan yang tidak
berbahaya yang selanjutnya diuapkan ke atmosfir.
Pengolahan limbah cair Rumah Makan Angkasa Nikmat menggunakan
metode fitoremediasi dengan berbagai variasi Tanaman Apu-Apu (Pistia
stratiotes) dan Gejer (Limnocharis flav) dapat mengurangi kandungan bahan
organik dalam limbah, sehingga dapat meningkatkan oksigen terlarut dan
menyebabkan kadar BOD, COD dan pH semakin menurun. Penurunan kadar
BOD juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukung penurunan kadar
BOD, COD dan pH, yaitu suhu lingkungan dan proses pengambilan sampel.
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat
diambil adalah sebagai berikut:
1. Terjadi perubahan terhadap kadar BOD dan COD pada reaktor A memiliki
konsentrasi awal BOD sebesar 358 mg/l. Pada pengujian hari ke-7
konsentrasi pada reaktor A mengalami degradasi atau penurunan kadar BOD
sebesar 98,7 mg/l sehingga pada hari ke-14 atau pengujian akhir kadar BOD
pada reaktor A tersisa sebesar 90,88 mg/l. Sedangkan untuk konsentrasi awal
COD sebesar 890 mg/l. Pada pengujian hari ke-7 konsentrasi pada reaktor A
mengalami degradasi atau penurunan kadar COD sebesar 210 mg/l sehingga
pada hari ke-14 atau pengujian akhir kadar COD pada reaktor A tersisa
sebesar 190 mg/l. Terjadi perubahan terhadap kadar BOD dan COD reaktor B
memiliki konsentrasi awal BOD sebesar 358 mg/l. Pada pengujian hari ke-7
konsentrasi pada reaktor B mengalami degradasi atau penurunan kadar BOD
sebesar 124 mg/l sehingga pada hari ke-14 atau pengujian akhir kadar BOD
pada reaktor B tersisa sebesar 105,1 mg/l. Sedangkan untuk konsentrasi awal
COD sebesar 890 mg/l. Pada pengujian hari ke-7 konsentrasi pada reaktor B
mengalami degradasi atau penurunan kadar COD sebesar 370 mg/l sehingga
pada hari ke-14 atau pengujian akhir kadar COD pada reaktor B tersisa
sebesar 310 mg/l.
2. Presentase penyerapan BOD pada reaktor A terjadi penurunan kadar yang
paling tinggi yaitu 74,61% pada hari ke-14 dan penurunan paling rendah pada
reaktor A yaitu 72,43% pada hari ke-7. Sementara pada reaktor B penurunan
paling tinggi terjadi pada hari ke-14 dengan presentase penurunan yaitu
sebesar 70,64% dan penurunan paling rendah terjadi pada hari ke-7 dengan
presentase penurunan sebesar 65,36%.
3. persentase penyerapan COD pada reaktor A terjadi penurunan kadar yang
paling tinggi yaitu 80,61% pada hari ke-14 dan penurunan paling rendah pada
62
reaktor A yaitu 76,40% pada hari ke-7. Sementara pada reaktor B penurunan
paling tinggi terjadi pada hari ke-14 dengan presentase penurunan yaitu
sebesar 68,36% dan penurunan paling rendah terjadi pada hari ke-7 dengan
presentase penurunan sebesar 62,24%.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat
diambil adalah sebagai berikut:
1. Pada penilitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan variasi lama
nya waktu dan jumlah tanaman.
2. Pada hasil penelitian ini, Apu - Apu dan Genjer mampu mereduksi BOD
dan COD namun belum mencapai baku mutu, oleh karena itu disarankan
pada penelitian selanjutnya untuk mencoba metode atau sistem yang lain
untuk mengetahui efektifitas tanaman Apu - Apu dan Genjer. Selain itu,
pada penelitian selanjutnya untuk menguji parameter yang berbeda.
3. Perlu dilakukan modifikasi penelitian fitoremediasi dengan menggunakan
kombinasi unit pengolahan air lainnya, agar air limbah yang dikelola sesuai
dengan baku mutu.
63
DAFTAR PUSTAKA
Andiese, V,W. (2011). Pengolahan Limbah Cair Rumah Tangga dengan Metode
Kolam Oksidasi. Jurnal Infrastuktur Vol.1 (2), 103-110
Baroroh, Fatihah, and Rony Irawanto. "Seleksi Tumbuhan Akuatik Berpotensi
Dalam Fitoremediasi Air Limbah Domestik di Kebun Raya
Purwodadi." Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
November (2016): 1-13.
Djo, Y. H. W, D. A. Suastuti, I. E. Suprihatin, W. D. Sulihingtyas. (2017).
Fitoremediasi Menggunakan Tanaman Eceng Gondok (Eichhornia
crassipes) Untuk Menurunkan COD dan Kandungan Cu dan Cr
Limbah Cair Laboratorium Analitik Universitas Udayana. Cakra
Kim. (Indonesian E-Journal Appl. Chem., vol. 6, no. 2, pp. 137–
144
Djo, Y. H. W, D. A. Suastuti, I. E. Suprihatin, W. D. Sulihingtyas. (2017).
Fitoremediasi Menggunakan Tanaman Eceng Gondok (Eichhornia
crassipes) Untuk Menurunkan COD dan Kandungan Cu dan Cr
Limbah Cair Laboratorium Analitik Universitas Udayana. Cakra
Kim. (Indonesian E-Journal Appl. Chem., vol. 6, no. 2, pp. 137–
144
Filliazati, M. (2013). Pengolahan limbah cair domestik dengan biofilter aerob
menggunakan media bioball dan tanaman kiambang. Jurnal
Teknologi Lingkungan Lahan Basah.
Filliazati, Mega. "Pengolahan limbah cair domestik dengan biofilter aerob
menggunakan media bioball dan tanaman kiambang." Jurnal
Teknologi Lingkungan Lahan Basah 1.1 (2013).
Hibatullah, H. F. (2019). Fitoremediasi Limbah Domestik (Grey Water)
Menggunakan Tanaman Kiambang (Salvinia molesta) Dengan
Sistem Batch (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
64
Irawanto, R. O. N. Y., & Baroroh, F. A. T. I. H. A. H. (2017). Kemampuan
tumbuhan akuatik Salvinia molesta dan Pistia stratiotes sebagai
fitoremediator logam berat tembaga. In Prosiding Seminar
Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (Vol. 3, No. 3, pp.
138-145).
Kholidiyah, N. (2010). Respon biologis tumbuhan eceng gondok (Eichhornia
crassipes Solms) sebagai biomonitoring pencemaran logam berat
Cadmium (Cd) dan Plumbum (Pb) pada sungai pembuangan
lumpur Lapindo, Kecamatan Porong, Kabupaten
Sidoarjo (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim).
65
industri menggunakan sistem resirkulasi (Doctoral dissertation,
UIN Sunan Ampel Surabaya).
Stefhany, Cut Ananda, Mumu Sutisna, and Kancitra Pharmawati. "Fitoremediasi
phospat dengan menggunakan tumbuhan eceng gondok
(Eichhornia crassipes) pada limbah cair industri kecil pencucian
pakaian (laundry)." Jurnal Reka Lingkungan 1.1 (2013): 13-23.
Suhardjo, Dradjat. "Penurunan Cod, Tss Dan Total Fosfat Pada Septic Tank
Limbah Mataram Citra Sembada Catering Dengan Menggunakan
Wastewater Garden (Degradation of Cod, Tss and Total Phosphate
in Septic Tank Wastewater of Mataram Citra Sembada Catering
Using Wastewater)." Jurnal manusia dan Lingkungan 15.2 (2008):
79-89.
Suryadi, M. A., Pujisiswanto, H., & Sriyani, N. (2017). Pengaruh campuran asam
asetat dan ekstrak buah lerak sebagai herbisida terhadap gulma
Paspalum conjugatum, Cyperus kyllingia, dan Asystasia gengetica.
In Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi
Pertanian.
Suryati, Tuti. "Eliminasi logam berat kadmium dalam air limbah menggunakan
tanaman air." Jurnal Teknologi Lingkungan 4.3 (2003).
WATI, Dewi Septiana; SUWERDA, Bambang; NARTO, Narto. Pengolahan
Fitoremediasi Dengan Paku Air (Azolla microphylla) untuk
Menurunkan Kadar BOD dan TSS Limbah Cair Rumah
Makan. Sanitasi: Jurnal Kesehatan Lingkungan, 2011, 3.2: 70-78.
66