Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu referensi penulis ketika
melakukan penelitian untuk memperluas wawasan terhadap teori yang digunakan
penulis untuk mengkaji penelitian yang akan dilakukan. Penulis menggunakan
beberapa penelitian sebagai referensi untuk memperkaya bahan penelitian dalam
penelitiannya. Dibawah ini adalah penelitian-penelitian terdahulu berupa jurnal
yang berkaitan dengan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh penulis.

1. Penelitian ini dilakukan oleh Maksuk, Priyadi, dan Khairil Anwar pada
tahun 2022 dengan judul Pengolahan Air Sungai Sebagai Sumber Air Bersih
Di Kawasan Pertanian Dengan Penyaringan Air Sederhana. Penelitian ini
bertujuan untuk untuk menghasilkan teknologi tepat guna penyaring air
sederhaha sehingga dapat dipelihara, dioperasikan, bahkan diduplikasi oleh
masyarakat sekitar. Metode atau Tahap yang dilakukan yaitu melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut Tahap Persiapan. Koordinasi dengan
puskesmas, kepala desa dan dilanjutkan dengan peninjauan lokasi dilakukan
untuk mengetahui kondisi lokasi, Tahap Pelaksanaan. Observasi dilakukan
dengan mengambil sampel air baku dari lokasi yang kemudian diuji tingkat
kualitas airnya. Selanjutnya, dilakukan uji kekeruhan (turbiditas) dengan
turbiditimeter (Eutech Instruments Turbiditimeter TN-100), uji derajat
keasaman dengan pH meter (Hanna Instruments 8424N) dan beberapa
parameter lainnya dilakukan di Laboratorium BTKL PP Palembang. Tahap
Sosialisasi. Kegiatan sosialisasi dilakukan oleh tim dosen pelaksana
pengabmas dibantu mahasiswa Prodi Diploma Tiga Sanitasi Poltekkes
Kemenkes Palembang untuk memberi penjelasan mengenai prinsip kerja,
pengoperasian, dan pemeliharaan alat penjernih air kepada masyarakat
setempat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Hasil pelaksanaan PKM
yang dilakukan pada September – November 2021 dengan jumlah peserta

48
sebanyak 20 orang, dengan hasil sesuai tahapan kegiatan pengabdian
masyarakat. kesimpulan dari hasil Kegiatan pengabdian masyarakat di Desa
Sembadak RT 004 Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir telah
berhasil dilaksanakan. Sistem penyaring yang tersusun atas penyaring pasir
dan penyaring pipa bertahap berhasil menurunkan kadar besi, kekekurahan
dan bau dalam air sungai. Hasil kegiatan yang dilakukan disambut baik
oleh pihak puskesmas dan kepala desa, dan dari pihak puskesmas dan
masyarakat desa meminta agar tim pelaksana dapat melanjutkan kegiatan
pengolahan air sungai menjadi sumber air bersih untuk mereka.
2. Penelitian ini dilakukan oleh Emi Roslinda dan Gusti Hardiansyah pada
tahun 2019 dengan judul Teknologi Multi Media Filter Untuk Memproduksi
Air Bersih di Lahan Gambut. Penelitian ini bertujuan untuk
memperkenalkan dan melatih masyarakat untuk memproduksi air bersih di
lahan gambut dengan menggunakan teknologi multi media filter (MMF),
sehingga masyarakat diharapkan dapat memprduksi air bersih secara
mandiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu adalah dengan
difusi ipteks dan sosialisasi. Selain itu kegiatan ini juga dilaksanakan
menggunakan metode partisipatif, yaitu metode kegiatan yang melibatkan
peran aktif masyarakat sasaran di setiap tahapan kegiatan (Wibowo, 2009).
Kegiatan ini dilakukan untuk memproduksi air bersih yang layak konsumsi,
meliputi kegiatan pembangunan instalasi air bersih, sosialisasi, penyuluhan
dan demonstrasi. Pelaksanaan kegiatan PKM di Kelurahan Batu Layang
telah berhasil membangun 2 unit instalasi multi media filter untuk
menghasilkan air bersih. Peletakan instalasi ditetapkan berdasarkan
kesepakatan dengan ketua RW 13 dan RW 14 bersama warganya. Peletakan
instalasi diletakkan di RW 13 di rumah ketua RW 13, sementara di RW 14
diletakkan di rumah ketua RW 14. Setiap unit instalasi mempunyai bak
tampungan. Dengan kapasitas tanki penampungan sebanyak 2000 liter (2
kubik) maka sekali pengolahan air bersih masyarakat dapat memproduksi
air sebanyak 2000 liter.
3. Penelitian ini dilakukan oleh Ilyas, Valentinus dan Melkyanus Bili Umbu
Kaleka pada tahun 2021 dengan judul Penjernihan Air Metode Filtrasi
Untuk Meningkatkan Kesehatan Masyarakat RT Pu’Uzeze Kelurahan
Rukun Lima Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini bertujuan untuk
Mengetahui Metode Metode Sederhana Filtrasi yang dapat dimanfaatkan
untuk Meningkatkan Kesehatan Masyarakat, Hasil dari penelitian ini
menunjukkan Penyaringan Air dengan metode Filtrasi di RT Pu’uzeze
sangat membantu warga dalam pemenuhan kebutuhan air bersih, khususnya
untuk keperluan memasak.

4. Penelitian ini dilakukan oleh Iskandar Zulkarnain, Kelik Istanto dan Aniessa
Rinny Assaning pada tahun 2021 dengan judul Design Of Dual Filtration
System For Household Laundry Waste Water Treatment. Penelitian ini
dilakukan untuk Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah: (1) Merancang
teknologi penyaring air dengan sistem filtrasi ganda untuk mengolah air
limbah laundry rumah tangga dan (2) Menguji kinerja rancangan alat
terhadap parameter warna, bau, pH dan TSS pada waktu kontak 2 jam. Hasil
penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen dengan
merancang alat filtrasi ganda untuk mengolah air limbah laundry rumah
tangga. Hasil pengolahan air limbah laundry ini diharapkan dapat syarat
baku mutu air limbah domestik dalam tinjauan parameter warna, bau, pH
dan TSS. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan
sebagai berikut (a) Rancang alat pemurni air laut terdiri dari 2 bagian yaitu,
bagian tabung media filtrasi pipa penghubung; (b) Berdasarkan hasil uji
yang dilakukan, air hasil pemurnian tidak berbau dan tidak berwarna; (c)
Perbaikan kualitas air hasil filtrasi ditunjukan dengan penurunan nilai
parameter TSS, dari 150 ppm menjadi 110 ppm (26,27%), namun
penurunan nilai TSS ini belum masuk dalam standar baku mutu air limbah
domestik Peraturan Meteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia NOMOR: P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016; danNilai
parameter pH air limbah laundry sebesar 5,4 menjadi 5,8. Nilai parameter
pH air olahan setelah melewati proses filtrasi ini memenuhi syarat untuk
dapat digunakan kembali sebagai air untuk mencuci, sanitasi, penyiraman
tanaman dan kebutuhan irigasi.

Tabel 2.1 Research Gap Matrix Jurnal Penelitian Terdahulu


Persamaan dan
Identitas Metode Perbedaan dari
No Tujuan Penlitian Hasil Penelitian
Jurnal Penelitian penelitian yang
dilakukan
1.
2.
3.
4.
(Sumber : Hasil Review Jurnal Penelitian Terdahulu)

2.2 Limbah Cair

Limbah cair merupakan limbah yang berwujud cair dan mengandung


padatan tersuspensi atau terlarut, akan mengalami proses perubahan fisik, kimia,
maupun biologi yang menghasilkan zat beracun dan dapat menimbulkan
gangguan ataupun resiko terjadinya penyakit dan kerusakan lingkungan
(Kaswinarni, 2008).
Sejalan dengan pendapat (Suharto, 2011) menyatakan bahwa “limbah cair
adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan yang dibuang
kelingkungan yang diduga dapat mencemari lingkungan”.

2.2.1 Karakteristik Limbah Cair

Limbah Domestik Limbah cair baik domestik maupun non domestik


mempunyai beberapa karakteristik sesuai dengan sumbernya, karakteristik limbah
cair dapat digolongkan pada karakteristik fisik, kimia, dan biologi sebagai berikut
(Metcalf and Eddy, 2003) :
1. Karakteristik Fisik
Karakteristik fisik ini terdiri dari beberapa parameter, diantaranya :
a. Total Solid (TS)
Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang dapat
larut, mengendap atau tersuspensi. Bahan ini pada akhirnya akan
mengendap di dasar air sehingga menimbulkan pendangkalan pada dasar
badan air penerima
b. Total Suspended Solid (TSS)
Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah semua zat padat
(pasir, lumpur, dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam
air dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton,
zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati (abiotik) seperti
detritus dan partikel-partikel anorganik. Zat padat tersuspensi
merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen,
dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan
dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan
(Tarigan, M.S. dan Edward. 2003).
c. Warna
Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan
meningkatkan kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang abu-abu
menjadi kehitaman.
d. Kekeruhan (turbidity)
Kekeruhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat
organik maupun anorganik, serta menunjukkan sifat optis air yang akan
membatasi pencahayaan kedalam air.
e. Temperatur
Merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap
reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air
untuk berbagai aktivitas sehari-hari.
f. Bau
Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi
atau penambahan substansi pada limbah.

g. Total Dissolved Solid (TDS)


Total Dissolved Solid (TDS) atau padatan terlarut adalah padatan-
padatan yang mempunyai ukuran lebih kecil dari padatan tersuspensi.
Bahan-bahan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan
tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang
selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke dalam air
dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis diperairan.
Tingginya kadar TDS apabila tidak dikelola dan diolah dapat
mencemari badan air. Selain itu juga dapat mematikan kehidupan
aquatik, dan memiliki efek samping yang kurang baik pada kesehatan
manusia karena mengandung bahan kimia dengan konsentrasi yang
tinggi antara lain fosfat, surfaktan, ammonia, dan nitrogen serta kadar
padatan tersuspensi maupun terlarut, kekeruhan, BOD5, dan COD yang
tinggi (Ahmad dan El-Dessouky, 2008).
2. Karateristik Kimia
a. Dissolved Oxygen (DO)
Dissolved Oxygen merupakan kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan
untuk respirasi aerob mikroorganisme. Dissolved Oxygen di dalam air
sangat tergantung pada temperatur dan salinitas. Untuk menambahkan
oksigen dalam limbah cair dapat dilakukan dengan cara yaitu
memasukkan udara dalam air limbah, misalnya dengan penggunaan
aerator dan memaksa air ke atas untuk berkontak dengan oksigen.
(Sugiharto, 1997)
b. Biological Oxygen Demand (BOD)
Biological oxygen demand atau kebutuhan oksigen biologis adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air
lingkungan untuk memecah atau mendegradasi atau mengoksidasi
limbah organik yang terdapat didalam air.

a. Chemical Oxygen Demand (COD)


Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi
secara kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD
dinyatakan dalam ppm (part per milion) (Metcalf and Eddy, 2003).
b. Protein
Protein merupakan bagian yang penting dari makhluk hidup, termasuk
di dalamnya tanaman, dan hewan bersel satu. Di dalam limbah cair,
protein merupakan unsur penyabab bau, karena adanya proses
pembusukan dan peruraian oleh bakteri. (Metcalf and Eddy, 2003)
c. Karbohidrat
Karbohidrat antara lain : gula, pati, sellulosa dan benang-benang kayu
terdiri dari unsur C, H, dan O. Gula dalam limbah cair cenderung
terdekomposisi oleh enzim dari bakteri-bakteri tertentu dan ragi
menghasilkan alkohol dan gas CO2 melalui proses fermentasi.
d. Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak merupakan bahan pencemar yang banyak ditemukan
di berbagai perairan, salah satu sumber pencemarnya adalah dari
agroindustri.
e. Detergen
Deterjen termasuk bahan organik yang sangat banyak digunakan untuk
keperluan rumah tangga, hotel, dan rumah sakit. Fungsi utama deterjen
adalah sebagai pembersih dalam pencucian, sehingga tanah, lemak dan
lainnya dapat dipisahkan.
f. Derajat keasaman (pH)
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai
pH sekitar 6,5 t 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar
kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat
asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat
basa.

3. Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama
air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang
biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung
dalam air limbah. Pengolahan air limbah secara biologis dapat
didefinisikan sebagai suatu proses yang melibatkan kegiatan
mikroorganisme dalam air untuk melakukan transformasi senyawa-
senyawa kimia yang terkandung dalam air menjadi bentuk atau
senyawa lain. Mikroorganisme mengkonsumsi bahan-bahan organik
membuat biomassa sel baru serta zat-zat organik dan memanfaatkan
energi yang dihasilkan dari reaksi oksidasi untuk metabolismenya
(Metcalf and Eddy, 2003).

2.3 Klasifikasi Limbah

Berdasarkan karakteristiknya Menurut Kristanto (2004) berdasarkan


wujud atau karakteristiknya limbah industri dapat digolongkan menjadi tiga
bagian, yaitu:
a. Limbah cair, Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang
dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan
diduga dapat mencemari lingkungan.
b. Limbah gas, Limbah gas dan partikel adalah limbah yang banyak
dibuang ke udara. Gas/asap, partikulat, dan debu yang dikeluarkan
oleh pabrik ke udara akan dibawa angin sehingga akan memperluas
jangkauan pemaparannya. Partikel adalah butiran halus yang mungkin
masih terlihat oleh mata telanjang, seperti uap air, debu, asap, fume
dan kabut.
c. Limbah padat, Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa
padatan, lumpur, dan bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan.
Limbah ini dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat
yang dapat didaur-ulang (misalnya plastik, tekstil, dll)
Berdasarkan sifat kimianya Limbah ditinjau secara kimiawi, terdiri atas:
a. Limbah organik adalah limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi
oleh mikroorganisme. Oleh karena bahan buangan organik dapat
membusuk atau terdegradasi maka akan sangat bijaksana apabila
bahan buangan yang termasuk kelompok ini tidak dibuang ke air
lingkungan karena akan dapat meningkatkan populasi mikroorganisme
di dalam air. Dengan bertambahnya populasi mikroorganisme di dalam
air maka tidak tertutup pula kemungkinannya untuk ikut
berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia.
b. Limbah anorganik adalah limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit
didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan anorganik
ini masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion
logam di dalam air. Bahan anorganik biasanya berasal dari industri
yang melibatkan penggunaan unsur-unsur logam seperti Timbal (Pb),
Arsen (As), Kadmium (Cd), Air raksa (Hg), Krom (Cr), Nikel (Ni),
Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kobalt (Co), dan lain- lain (Arya,
2004).
Berdasarkan sumber pencemar Penggolongan limbah berdasarkan
sumber pencemar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Sumber domestik (rumah tangga), Limbah domestik adalah semua
limbah yang berasal dari kamar mandi, WC, dapur, tempat cuci
pakaian, apotik, rumah sakit, dari perkampungan, kota, pasar, jalan,
terminal dan sebagainya.
b. Sumber non-domestik, Limbah non-domestik sangat bervariasi,
diantaranya berasal dari pabrik, pertanian, peternakan, perikanan,
transportasi, dan sumber sumber lainnya (Kristanto, 2004).

2.5 Parameter Limbah


2.5.1 Total Suspended Solid (TSS)
Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah semua zat padat
(pasir, lumpur, dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam
air dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton,
zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati (abiotik) seperti
detritus dan partikel-partikel anorganik. Zat padat tersuspensi merupakan
tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi
sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi
kemampuan produksi zat organik di suatu perairan. TSS adalah suatu zat
padat yang tersuspensi dalam air limbah dan bersifat melayang-layang di
air. Upaya agar zat-zat tersebut mengendap maka diperlukan bahan kimia
sebagai koagulan untuk mengikat zat yang tersuspensi di air sehingga dapat
membentuk suatu flok dan dalam waktu tertentu zat tersebut akan
mengendap dengan sendirinya.

2.6 Klasifikasi Pengolahan Air Limbah

2.7 Tahapan Pengolahan Air Limbah

2.8 Baku Mutu Air Bersih

2.9 Metode Penentuan Uji Kualitas Limbah Cair

2.10 Kawasan Pencemaran Air Limbah

2.11 Pengolahan Parameter Air Limbah


2.11.1 Uji Unit Filtrasi Sederhana
Beberapa tahapan penelitian akan diuraikan di bawah ini: 1. Studi literatur
yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai tahapan penelitian yang
akan dilakukan. Studi literatur di dapat dari jurnal, buku, maupun skripsi
terdahulu. 2. Identifikasi masalah merupakan langkah awal yang akan diteliti dari
suatu penelitian. 3. Penentuan lokasi dan pengambilan sampel limbah cair rumah
makan. 4. Uji pendahuluan sampel limbah cair rumah makan dengan meliputi
parameter yang akan diuji yaitu pH, BOD, COD, TSS, minyak lemak, dan
kekeruhan untuk mengetahui tingkat pencemaran awal pada limbah. 5. Merancang
unit filtrasi sederhana untuk dilakukannya pengolahan pada sampel limbah cair
rumah makan. 6. Eksperimen unit filtrasi sederhana dengan menggunakan media
pasir silika, zeolit, karbon aktif, dan kapas filter dalam menetralkan parameter pH
dan menurunkan parameter BOD, COD, TSS, minyak lemak, dan kekeruhan pada
sampel limbah cair rumah makan agar memenuhi standar baku mutu yang
ditetapkan. 7. Pengukuran parameter pH, BOD, COD, TSS, minyak lemak, dan
kekeruhan setelah dilakukan filtrasi. 8. Analisis data dilakukan setelah proses
pengukuran parameter selesai sehingga dapat menjadi informasi dan akan
dipergunakan untuk menyimpulkan kesimpulan akhir. 9. Kesimpulan merupakan
tahapan akhir penelitian yang bertujuan untuk menjawab permasalahan pada
penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai