Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH WAWASAN KEMARITIMAN

Membangun Negara Indonesia Dari Wilayah Terluar Berbasis Sentra


Kelautan & Perikanan Terpadu (SKPT)

Oleh

Wa Ode Melinda Amelia (E1F119036)

Rina Wulansari (E1F119031)

Ali Al Fagit (E1F119041)

JURUSAN TEKNIK SIPIL

PRODI REKAYASA INFRASTRUKTUR DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

2020
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………...

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………...


1.2 Tujuan Penulisan……………………………………………………
1.3 Manfaat
Penulisan…………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………

2.1 SKPT Membangun Negara Indonesia dari Wilayah Terluar…...


2.2 SKPT Gerakan Ekonomi Lokal……………………………………
2.3 KKP Bangun Indonesia dari Pinggiran Melalui SKPT…………..
2.4 Idealnya SKPT ada di 111 Pulau Terluar Indonesia……………

BAB III PENUTUP………………………………………………………………...

1.1 Kesimpulan…………………………………………………………..
1.2 Saran…………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)


berupaya optimal menjalankan visi misi Presiden Joko Widodo, yakni
menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Menteri Kelautan
dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyadari, kawasan Indonesia yang
dilalui empat samudera dengan potensi sumber daya kelautan dan
perikanan yang beraneka ragam dan begitu besar harus dikawal
dengan baik, tidak terkecuali di pulau-pulau terluar dan kawasan
perbatasan.

KKP sejak dua tahun lalu telah memprioritaskan pembangunan


pulau-pulau terluar dan kawasan perbatasan sebagai Sentra Kelautan
dan Perikanan Terpadu (SKPT). "SKPT merupakan pembangunan
pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan dengan basis spasial serta
sektor kelautan dan perikanan sebagai penggerak utamanya", jelas
Menteri Susi.

Program yang dicanangkan ini menjadi sangat strategis sebagai


perwujudan nyata dari Nawa Cita ke-3 yaitu “membangun Indonesia
dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan”.

SKPT dimaksudkan untuk mengakselerasikan kesejahteraan


rakyat melalui pembangunan pulau mandiri dan terpadu. Dari sisi
kelautan dan perikanan, indikator kinerja yang menjadi acuan antara
lain: meningkatnya pendapatan rakyat, produksi perikanan, nilai
investasi, nilai kredit yang disalurkan, ragam produk olahan, utilitas
Unit Pengolahan Ikan (UPI), dan nilai ekspor.

Adapun hal yang akan didorong untuk terintegrasi dalam setiap


pembangunan SKPT, mulai dari pendaratan hasil kelautan dan
perikanan, pengolahan dari hasil kelautan dan perikanan, hingga
aspek pemasarannya. Untuk mengejar efektifitas dan efisensi, SKPT
juga akan dilengkapi sarana dan pransarana yang dibutuhkan untuk
para nelayan kembali melaut, seperti ketersediaan bahan bakar dan
kebutuhan logistik untuk melaut lainnya. Aspek peningkatan kualitas
sumber daya manusia dan penguatan kelembagaan juga menjadi hal
mutlak yang menjadi target prioritas dalam SKPT. Maka dari itu
kebutuhan utama dan penunjang seperti listrik, air bersih, akses jalan,
dan rumah singgah nelayan menjadi hal penting yang tidak bisa
dipisahkan dari pembangunan SKPT.

Tentu pembangunan SKPT ini tidak hanya menjadi ranah KKP,


tetapi juga didukung penuh oleh pemerintah daerah dan
kementerian/lembaga/BUMN terkait. Dengan demikian, terjadi sinergi
antara sektor kelautan dan perikanan dengan sektor-sektor lainnya di
lokasi SKPT dimaksud. "Dari sisi pembiayaan dan investasi, juga perlu
dukungan dari perbankan nasional dan bank swasta nasional lainnya",
lanjut Susi.

Tahun 2017, SKPT dikembangkan di 12 lokasi utama yang


tersebar dari Aceh hingga Papua, yaitu Sabang, Mentawai, Natuna,
Nunukan, Talaud, Rote Ndao, Sumba Timur, Saumlaki, Morotai,
Merauke, Biak Numfor, dan Mimika.

Di bidang SKPT, dicanangkan terdapat 1.010 bantuan kapal


penangkap ikan dan alat penangkap ikan yang akan diberikan. Selain
itu, ada pula 10 unit integrated cold storage berkapasitas 500 ton; 450
unit alat budi daya dan 2 unit gudang rumput laut; 36 unit dermaga
apung; serta banyak bantuan sarana dan prasarana lainnya yang bisa
dimanfaatkan untuk peningkatan hasil produks

Selain itu, Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) atau


Corporate Social Responsibility (CSR) dari berbagai BUMN dan
Swasta juga diharapkan dapat disalurkan ke lokasi-lokasi tersebut
guna menopang pertumbuhan ekonomi daerah.

1.2 TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah


pengetahuan tentang bagaimana cara membangun Indonesia dari
wilayah terluar berbasis sentra kelautan dan perikanan terpadu.

1.3 MANFAAT PENULISAN

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar kita dapat


mengetahui cara membangun Indonesia dari wilayah terluar berbasis
sentra kelautan dan perikanan terpadu
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SKPT MEMBANGUN NEGARA INDONESIA DARI WILAYAH


TERLUAR

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, melalui Asisten


Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Pelayaran, Perikanan dan
Pariwisata, Rahman Hidayat melakukan kunjungan monitoring dan
evaluasi, ke Pulau Sebatik dilakukan pada tanggal 21 – 22 Agustus
2019, untuk meninjau Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu
(SKPT).

Adapun, kunjungan ini merupakan upaya dari Pemerintah, guna


meyakinkan para pemangku kepentingan, khususnya di bidang
perikanan dan kelautan dengan secara sistematis dan terintegrasi,
membangun sentra kelautan dan perikanan terpadu (SKPT).

“Hal ini karena SKPT merupakan pengejawantahan dari


NAWACITA yang ke-3 (tiga), yaitu membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ujar Asdep Rahman di Sebatik,
Kalimantan Timur, Jumat (23/08/2019).

Asdep Rahman menambahkan, SKPT dapat mengembangkan


perekonomian bagi nelayan sehingga dapat menyejahterakan
nelayan. Asdep Rahman pun mengatakan, Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman akan membantu SKPT untuk dapat
meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat
pesisir.“Pulau sebatik merupakan pulau kecil Indonesia yang terletak
di daerah terluar, tepatnya di wilayah Kalimantan utara yang
berbatasan langsung dengan negara Malaysia. Pulau Sebatik terletak
di Kabupaten Nunukan dan menjadi salah satu tempat sentra kelautan
dan perikanan terpadu. Jumlah pulau kecil di Indonesia adalah 17.504
pulau,” jelas Asdep Rahman.

Diketahui Pulau Sebatik memiliki potensi untuk dikembangkan


sebagai wilayah berbasis sumber daya perikanan sehingga peluang
investasi masih terbuka lebar.

Tujuan dari adanya SKPT ini adalah untuk membangun dan


mengintregasikan proses bisnis kelautan dan perikanan berbasis
masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya kelautan
dan perikanan,” tambah Asdep Rahman. Menurutnya, untuk
menggapai tujuan tersebut maka diperlukan sebuah strategi. “Strategi
SKPT antara lain, pembangunan dan pengembangan sarana
prasarana kelautan dan perikanan secara terintegrasi; penguatan
SDM dan kelembagaan agar kapasitas dan kompetensi menjadi lebih
baik; pengembangan kemitraan untuk mendukung dan memperkuat
pelaksanaan rantai produksi dari bisnis kelautan dan perikanan;
pendampingan untuk memberikan pembinaan, asistensi dan supervisi
pelaksanaan bisnis kelautan dan perikanan rakyat di pulau-pulau kecil
dan perbatasan,” jelasnya.

Hal ini berdasarkan Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan


nomor 48 Tahun 2015 menjelaskan tentang fungsi dari SKPT yaitu
penumbuhan sistem bisnis perikanan, pemenuhan konsumsi ikan
untuk ketahanan pangan, pertumbuhan ekonomi lokal dan
pendapatan masyarakat serta peningkatan ekspor hasil perikanan.
Sementara itu, Pengelola SKPT Nunukan, Iswadi Rahman
mengatakan dampak keberadaan SKPT dapat dirasakan oleh
nelayan.“Para nelayan mengharap sarana dan prasarana SKPT perlu
ditingkatkan,” katanya.

Sementara, Syahril A. Rauf dari Direktorat Pengelolaan Sumber


Daya Ikan mengharapkan peran serta masyarakat atau nelayan dalam
menghidupkan SKPT Nunukan. “Nelayan diharapkan dapat
memberikan andil dalam menghidupkan peluang bisnis di bidang
kelautan dan perikanan,” ujarnya. Permasalahan yang ada di SKPT
Sebatik antara lain permasalahan lahan pelabuhan yang masih
menghadapi sengketa, staf opersionalisasi SKPT yang masih sedikit,
pengelolaan sarana dan prasarana yang masih belum optimal.
Sempitnya lahan juga sangat berpengaruh pada aktivitas pengelolaan
perikanan. Jenis ikan yang didapatkan atau diekspor antara lain
udang, kepiting, ikan ikan demersal dan ikan karang.

Sampai dengan tahun 2019 ada 13 (tiga belas) SKPT yang telah
dibangun, yaitu Natuna, Nunukan, Saumlaki, Merauke, Mentawai,
Morotai, Talaud, Biak Numfor, Mimika, Rote Ndao, Moa, Sumba Timur
dan Sabang. Keberhasilan SKPT juga sangat perlu dukungan dari
instansi atau kementerian lainnya. Di antaranya Kementerian ESDM
sangat berperan dalam penyediaan BBM untuk kegiatan perikanan;
Kementerian PUPR yang membangun rumah singgah nelayan, break
water dan sea wall; Kementerian Keuangan tepatnya Bea Cukai yang
berperan dalam penyedian dokumen ekspor; Kemendes berhubungan
dengan peningkatan anggaran desa di sekitar SKPT; Kementerian
LHK, Kementerian Kominfo dan masih banyak lagi yang berperan
dam pelaksanaan program SKPT.

Keberhasilan SKPT ditentukan oleh fasilitas infrastruktur yang


tersedia, seperti listrik, air, jalan, komunikasi, bandara udara dan
pelabuhan umum. Keberadaan fasilitas infrastruktur sangat
mempengaruhi proses bisnis di lingkungan atau wilayah SKPT.
Keseimbangan atau interaksi antar infrastruktur tersebut akan
menjadikan harmonisasi kegiatan atau program-program di SKPT
dapat berjalan dengan baik. Beragam permasalahan yang harus
diselesaikan untuk mendukung jalannya SKPT di daerah terpencil di
Indonesia. Permasalah tersebut antara lain ketersediaan dan pasokan
BBM untuk operasional kapal ikan, ketersediaan Reefer Container
yang masih terbatas, frekuensi kapal tol laut dari lokasi ke Surabaya
atau pelabuhan ekspor lainnya, upaya ekspor dari lokasi sangat
potensial, kekurangan pasokan listrik, Ketersediaan air layak untuk
pemenuhan industri pengolahan ikan, penentuan pelabuhan ekspor,
dan kebutuhan perumahan nelayan di beberapa lokasi.

Dalam pelaksanaan program SKPT, diperlukan kerja sama antar-


Eselon II atau Direktorat teknis, di lingkup Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP). Penanggung jawab teknis 13 lokasi SKPT tersebut
berdasarkan pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
8/PERMEN-KP/2017 tentang Revisi Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 40/PERMEN-KP/2016 tentang Penugasan
Pelaksanaan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu
di Pulau-pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan. Permen ini akan
menjadi dasar bagi pengelolaan SKPT di daerah daerah terluar. SKPT
Nunukan bertempat atau menempati wilayah di Sebatik, salah satu
pulau terpencil dan terluar yang berbatasan langsung dengan
Malaysia dan sangat strategis karena wilayah ini mempunyai
hubungan dagang yang baik dengan wilayah Malaysia khususnya
daerah Tawau. Nelayan-nelayan di wilayah propinsi Kalimantan Utara
sebelum melakukan kegiatan perdagangan ikan atau ekspor ikan
akan bersandar terlebih dahulu ke Pelabuhan Perikanan Sebatik.
Posisi yang sangat strategis ini yang membuat Pulau Sebatik menjadi
penting untuk lintas perdagangan antar negara (Indonesia dan
Malaysia). SKPT Sebatik sangat dekat dengan Kota Tawau, hanya
membutuhkan perjalanan kurang lebih 20 menit dengan kapal,
sehingga perdagangan atau ekspor ikan ke Tawau cukup dengan
kotak-kotak styrofoam tidak dengan container.

Berdasarkan informasi dari para nelayan yang melakukan


perdagangan ke Tawau, ikan yang dijual di Tawau jika memiliki
kualitas bagus akan langsung diekspor ke Hongkong atau Singapura.
Perkembangan SKPT Nunukan memurut pantauan langsung, sangat
bagus terlihat dari sisi transaksi dagang atau ekspor ikan untuk tahun
2019 sampai bulan Juli 2019 telah menghasilkan devisa negara jika
dirupiahkan kurang lebih 253 Milyar Rupiah. Ekspor tersebut dapat
ditingkatkan lagi apabila penangkapan ikan untuk ekspor dapat
ditingkatkan dan pendataan dari laporan nelayan dapat lebih tertata
dengan baik.

Selain untuk ekspor, ikan juga diperdagangkan untuk keperluan


domestik atau lokal. Pada tahun 2018 kurang lebih ada 7.451 ton,
komoditas yang diperdagangkan atau diekspor ke Tawau. Sedangkan
ikan atau komoditas ikan untuk tujuan domestik atau lokal kurang
lebih 1.300 ton, masih lebih kecil daripada untuk ekspor. Data ini
menunjukkan kuantitas atau jumlah ikan untuk ekspor lebih besar hal
ini memperlihatkan bahwa keuntungan ekonomi perikanan lebih besar
dari perdagangan ekspor. Perdagangan ikan yang besar tersebut
harus didukung dengan sarana dan prasarana atau infrastruktur yang
lebih baik. Infrastruktur merupakan penunjang atau pendukung utama
bagi proses bisnis di pelabuhan perikanan.

Pada SKPT Nunukan ada 3 fasilitas utama pendukung pelabuhan


yaitu fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang.
Fasilitas pokok terdiri causeway, trestle dan lahan serta jalan komplek,
sedangkan fasilitas fungsional antara lain balai pertemuan nelayan
dan tempat perbaikan jaring, Kantor Pelabuhan Perikanan SKPT
Sebatik, Gerbang dan Pagar Kawasan, Ground Tank, gedung ice
flake machine dan integrated cold storage, sedangkan fasilitas
penunjang balai pertemuan, toilet umum dan mess operator.

2.2 SKPT GERAKAN EKONOMI LOKAL

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Susi menjelaskan bahwa


pembangunan SKPT merupakan salah satu implementasi Nawacita
ke-3, yaitu “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.” Hal ini
juga sesuai dengan semangat mewujudkan sektor kelautan dan
perikanan Indonesia yang mandiri, maju, kuat, dan berbasis
kepentingan nasional.

Meresmikan secara serentak 16 pembangunan prioritas kelautan


dan perikanan di berbagai wilayah Indonesia. “Pulau terdepan kita
yang letaknya terluar atau di perbatasan, kehidupan dan
kesejahteraannya sangat penting diperhatikan untuk strategi
keamanan dan perdamaian Indonesia dan terutama juga regional.
Kalau sampai ada pulau terdepan kita yang memilukan dan
menyedihkan, pertama, image Indonesia menjadi tidak bagus. Kedua,
rawan untuk disusupi dengan hal-hal yang tidak baik dari luar,
misalnya sebagai tempat penyelundupan,” tutur Menteri Susi.Ia
menambahkan, pembangunan SKPT ini bertujuan untuk
menggerakkan ekonomi lokal, dan juga menjaga ketahanan pangan.
Selain itu, SKPT juga akan mendorong pendapatan devisa melalui
ekspor, dan meningkatkan pendapatan masyarakat, serta mengatur
tata niaga dan mengelola sektor kelautan dan perikanan dengan baik.
“Saya ingin membangun pulau terdepan ini bukan sebagai basis
illegal fishing atau ilegal komoditi ekonomi dan lain sebagainya. Pulau
terdepan kita harus menjadi sentra kegiatan ekonomi dan pertahanan
negeri kita,” tegasnya.
“Kita punya 111 pulau terluar. Minimal 50-nya bisa menjadi sentra
ekonomi Kelautan dan Perikanan. (Jika tercapai) itu luar biasa.
Apalagi misalnya 20-nya bisa jadi sentra kelautan yang besar yang
bisa menghasilkan devisa triliunan,” lanjutnya. Harapan ini bukan tak
terukur. Perkembangan yang menggembirakan telah terlihat di lokasi-
lokasi SKPT yang telah berhasil menggerakkan ekonomi masyarakat
lokal. Sebut saja SKPT Natuna. Dalam kunjungan kerjanya ke
Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, beberapa waktu lalu, Menteri
Susi mengetahui fakta bahwa di SKPT Natuna, untuk produk gurita
saja, Perum Perikanan Indonesia (Perindo) telah membeli hingga Rp5
miliar per bulannya. Jumlah tersebut belum termasuk nilai jual gurita
yang dibeli oleh perusahaan-perusahaan lainnya. Belum lagi
komoditas perikanan lainnya seperti kakap, tongkol, layang, dan
lainnya.

Begitu pula di SKPT Sebatik yang baru diresmikan. Pada periode


Januari hingga awal Oktober 2019, ekspor perikanannya sudah Rp1,5
triliun rupiah. Adapun SKPT Merauke sudah mampu mengekspor
hingga 15.000 ton produk perikanan. “Jika 15.000 ton dikali dengan
USD1 per kg, berarti sudah USD15 juta. Nilai yang fantastis dan luar
biasa,” cetusnya. Ia berpendapat, keberadaan SKPT ini dapat menjadi
tempat bisnis komoditi perikanan yang memberikan masukan devisa
bagi negara. Namun, Indonesia masih memiliki PR untuk membuka
akses langsung ekspor dari sentra-sentra perikanan tersebut ke
negara tujuan ekspor. “Jangan sampai kontainer dari Natuna harus
bawa ke Jakarta, dari Jakarta baru ke Jepang. Padahal Natuna -
Jepang lebih dekat,” imbuhnya. Dari beberapa lokasi SKPT yang baru
diresmikan, terdapat beberapa yang belum dapat melakukan ekspor.
Untuk itu, Menteri Susi mendorong agar pemerintah daerah segera
menjalin kerja sama dan MoU guna mendorong geliat usaha
perikanan untuk memanfaatkan potensi yang besar di daerah. Seperti
yang terjadi di SKPT Mimika.

Bupati Mimika, Eltinus Omaleng yang turut hadir dalam kegiatan


peresmian di Jakarta mengatakan, Kabupaten Mimika potensinya luar
biasa. Sejak dibangunnya SKPT, kegiatan perikanan pun berkembang
maju karena telah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan
seperti TPI, cold storage, ice flake machine, dan sebagainya. Akan
tetapi, SKPT Mimika belum dapat melakukan ekspor karena belum
dilakukan kerja sama. Menurutnya, keberadaan SKPT Mimika sudah
menambah jumlah kapal yang beroperasi. Hingga 2019 tercatat 648
kapal telah mendarat di SKPT Mimika. Namun produksi perikanan
yang dihasilkan masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan lokal
saja. Sekretaris Jenderal KKP Nilanto Perbowo, Menteri Susi, dan
Direktur Bisnis Mikro Bank BRI Supari. Perjanjian Kerja Sama dengan
Bank BRI tentang Pencetakan Kartu Pelaku Utama Sektor Kelautan
dan Perikanan (KUSUKA) “Melihat laporan dari daerah lain (melalui
teleconference), kami jadi bersemangat. Kami juga ingin seperti
daerah-daerah lain tersebut karena fasilitas kami sudah punya dan
lebih dari 600 kapal sudah beroperasi. Kami akan melakukan upaya-
upaya pengembangan supaya PAD kita dapat meningkat,” tekadnya.

Di Pangandaran, Jawa Barat untuk mendorong kegiatan budidaya,


KKP juga meresmikan pabrik pakan mandiri dan embung. Pabrik
pakan mandiri ini hingga September 2019 telah memproduksi 70,8 ton
pakan ikan. Sebanyak 57,7 ton telah terdistribusi sebagai bantuan
bagi pembudidaya ikan.Sementara pembangunan embung
difungsikan sebagai pengembangan budidaya berbasis penangkapan
(Culture Based Fisheries/CBF), pengendali banjir, menjaga
ketersediaan air, alternatif tempat olahraga (jogging, kano), tempat
bermain, dan rekreasi (wisata).

Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata mengatakan, keberadaan


pabrik pakan akan difungsikan untuk pengembangan budidaya ikan
baik laut maupun darat. Ditambah dengan pembangunan embung, ia
optimis kegiatan budidaya di Pangandaran akan meningkat.
“Masyarakat biasanya menanam ikan yang tidak bernilai ekonomi
tinggi. Dengan adanya pabrik pakan, kita akan mendorong orang-
oranguntuk melakukan budidaya yang memiliki nilai komersil yang
tinggi. Misalnya ikan patin. Sebenarnya budidaya ikan patin kan
mudah dilakukan terlebih jika sudah ada dukungan pakan ikan, ini
akan sangat membantu. Tinggal nanti dilakukan pembinaan dan
sosialisasi mengenai penguasaan teknologi budidaya sehingga biaya
produksi semakin rendah,” paparnya.

Setelah komoditas perikanannya tersedia, maka dibutuhkan


sentra bisnis kelautan dan perikanan untuk pemasarannya. Untuk
itulah dibangun PIM, seperti PIM Bandung yang baru diresmikan. PIM
akan menyediakan pasokan produk perikanan bermutu, aman
dikonsumsi, dan terjangkau harganya. Sementara untuk menciptakan
sumber daya manusia kelautan dan perikanan yang unggul,
berkualitas, berintegritas, dan menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, dalam kesempatan tersebut KKP meresmikan 4 Poltek KP
dan Akademi Komunitas Wakatobi.

Adapun untuk mendukung pengawasan lalu lintas produk kelautan


dan perikanan, jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan, KKP
juga meresmikan Kantor Karantina Wilayah Kerja Sebatik, Kalimantan
Utara. Tak hanya peresmian program-program prioritas, dalam
kegiatan tersebut juga dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerja
Sama dengan Bank BRI tentang Pencetakan Kartu Pelaku Utama
Sektor Kelautan dan Perikanan (KUSUKA) dan penyerahan Sertifikat
Pengelola Gudang Ikan Beku di Bacan Maluku Utara dari BAPPEPTI
kepada PT Perinus selaku pengelola dengan Sistem Resi Gudang,
dan Balai Besar Pengolahan dan Pengujian Hasil Perikanan KKP
selaku Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) uji mutu.

Sekretaris Jenderal KKP Nilanto Perbowo dalam sambutannya


menyebut, sistem resi gudang ini sudah diberlakukan untuk komoditas
rumput laut dan garam di beberapa lokasi. “Besar harapan kami,
penerapan system resi gudang di sektor kelautan dan perikanan akan
menjadi salah satu solusi bagi pelaku utama usaha untuk
mendapatkan akses pembiayaan dan menjaga harga jual produk pada
tingkat yang wajar,” pungkasnya.

2.3 KKP BANGUN INDONESIA DARI WILAYAH TERLUAR MELALUI


PROGRAM SENTRA KELAUTAN DAN PERIKAN TERPADU (SKPT)

Salah satu program prioritas Pemerintah Indonesia melalui


Kementerian Kelautan dan Perikanan adalah Pembangunan Sentra
Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) yang difokuskan di Pulau-
Pulau Kecil Terluar (PPKT). Program yang dicanangkan ini menjadi
sangat strategis karena merupakan perwujudan nyata dari Nawacita
ke-3 yaitu “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan”.
Pelaksanaan SKPT ini juga merupakan implementasi dari Instruksi
Presiden Nomor 7 Tahun 2016 tentang “Percepatan Pembangunan
Industri Perikanan Nasional” yang diantaranya berlokasi di PPKT.
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2017 telah
ditetapkan 111 (seratus sebelas) pulau sebagai PPKT, 3 pulau
diantaranya terdapat di Provinsi Sumatera Barat yaitu Pulau Pagai
Utara, Pulau Sibarubaru dan Pulau Sinyaunyau di Kabupaten
Kepulauan Mentawai. Menteri Kelautan dan Perikanan melalui
Keputusan Menteri KP Nomor 51 Tahun 2016 telah menetapkan 20
lokasi Pembangunan SKPT, dimana satu diantaranya adalah
Kabupaten Kepulauan Mentawai, demikian disampaikan oleh Direktur
Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Brahmantya Satyamurti Poerwadi
(17/1).

Pembangunan SKPT dimaksudkan untuk mengakselerasikan


kesejahteraan rakyat melalui pembangunan pulau mandiri dan
terpadu. Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2017 telah
melakukan berbagai upaya dan kegiatan dalam rangka pelaksanaan
Pembangunan SKPT di Kabupaten Kepulauan Mentawai, khususnya
di sektor perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Lokus
pembangunan sektor perikanan tangkap berada di PPP Sikakap dan
lokus pembangunan sektor perikanan budidaya berada di Balai Benih
Ikan Pantai (BBIP) Sikakap.

Di lokasi PPP Sikakap, KKP melakukan pembangunan beberapa


infrastruktur yang dilakukan secara bertahap. Pada Tahun 2017
infrastruktur yang dibangun antara lain: penyediaan air bersih untuk
pemenuhan kebutuhan pabrik es dan untuk suplai air tawar ke kapal-
kapal penangkap ikan ukuran besar yang berlabuh di PPP Sikakap,
pembangunan ice storage kapasitas 15 ton, pemasangan conblock di
sekitar pasar ikan, penyediaan LTS untuk penerangan di dalam
kawasan pelabuhan, termasuk juga pemasangan gapura dan font box
sebagai identitas kawasan.

Di BBIP Sikakap dibangun jaringan penyediaan air bersih,


penyambungan jaringan PLN dan genset, penyediaan jaringan pompa
air laut, penyediaan LTS untuk penerangan kawasan BBIP, gapura
dan font box identitas kawasan, serta penambahan bak pendederan
untuk meningkatkan kapasitas produksi benih serta KJA pemeliharaan
induk ikan kerapu.

Untuk mendorong upaya peningkatan produksi perikanan,


beberapa program bantuan kepada kelompok masyarakat juga
dilakukan, diantaranya: 1) Bantuan kapal 5 GT dilengkapi dengan alat
tangkap gillnet, bantuan biaya operasional melaut pertama serta cool
box kapasitas 1 ton untuk penyimpanan sementara hasil tangkapan;
2) bantuan benih ikan kerapu, dilengkapi dengan bantuan pakan,
obat-obatan dan alat pembersih jaring KJA; dan 3) bantuan cool box
kapasitas 50 liter untuk nelayan perahu katinting.

Saat membuka acara “Penyerahan Bantuan SKPT Mentawai dan


Peresmian Pasar Ikan Higienis dan Perumahan Nelayan di Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Sikakap”(17/1), Brahmantya menghimbau
agar pemerintah daerah Provinsi Sumatera Barat dan pemerintah
daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat segera memanfaatkan
fasilitas dimaksud. Karena aset tersebut sudah diserahkan kepada
pemerintah daerah maka pemerintah daerah diharapkan dapat
menyiapkan anggaran pemeliharaan dan operasionalnya, termasuk
juga penyiapan SDM. Selain itu, para kelompok masyarakat penerima
bantuan pemerintah juga diharapkan dapat merawat bantuan tersebut
dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat dimanfaatkan dalam waktu
lama guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang sekaligus
juga meningkatkan produksi perikanan Kabupaten Kepulauan
Mentawai dan Provinsi Sumatera Barat.

2.4 IDEALNYA SKPT ADA DI 111 PULAU TERLUAR INDONESIA

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan,


111 pulau terluar Indonesia berperan penting dan strategis untuk
menjaga keamanan negara. Pulau-pulau terluar tersebut, kata dia,
juga memiliki potensi yang luar biasa. Karena itu, Susi berharap,
Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) bisa dibangun di
seluruh 111 pulau terluar Indonesia. Dengan demikian, kata dia, bisa
menciptakan kegiatan perekonomian dan mendorong pembangunan
infrastruktur di pulau-pulau tersebut.

Susi mengungkapkan, merancang konsep pembangun SKPT


pada tahun 2001. Dengan pengalaman sebagai pengusaha ikan
selama 30 tahun, Susi mengaku, menyaksikan langsung kekayaan
Indonesia yang luas. Dimana, kata dia, perbatasan dan wilayah
Indonesia didominasi oleh laut. Karena itu, kata dia, pulau terluar di
perbatasan Indonesia berperan penting. "Kenapa saya ingin
membangun, kalau bisa, di 111 pulau terluar? Supaya di sana ada
kegiatan ekonomi, sehingga menarik masyarakat datang. Dengan
begitu, pulau-pulau terluar tidak hanya sekadar berpenghuni, tapi
memang berpenduduk banyak. Kalau penduduknya hanya 10-12
orang, secara strategi keamanan juga kurang baik. Maka, dibangunlah
SKPT, diberikan kapal-kapal kecil, menengah, dan besar," kata Susi
saat meresmikan Kegiatan Prioritas Pembangunan Kelautan dan
Perikanan di kawasan perikanan Muara Baru, Jakarta, Kamis (10/10).

Dalam kesempatan tersebut, Susi meresmikan secara simbolik 16


kegiatan prioritas pembangunan kelautan dan perikanan. Yakni, cold
storage berkapasitas 1.000 ton , SKPT Sebatik, SKPT Merauke, SKPT
Morotai, SKPT Talaud, SKPT Biak, SKPT Mimika, Pasar Ikan Modern
(PIM) Bandung, Pabrik Pakan Pangandaran, Embung Pangandaran,
Politeknik Kelautan dan Perikanan (Poltek KP) Bone, Poltek KP
Kupang, Poltek KP Jembrana, Poltek KP Pangandaran, Akademi
Komunitas Wakatobi, dan Kantor Karantina Wilayah Kerja Sebatik.

Juga, menyaksikan penyerahan sertifikat penilaian gudang dan


sistem resi gudang oleh Bappebti kepada PT Perinus sebagai
pengelola gudang ikan beku dan kepada BBP2HP. Serta,
penandatanganan kerja sama oleh Sekjen Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) dengan Direktur Bisnis Mikro BRI terkait pencetakan
kartu pelaku utama sektor kelautan dan perikanan. "Yang saya
impikan, di satu SKPT ada minimal coldstorage berkapasitas 200 ton,
idealnya 1.000 ton. Ada 100 unit kapal berukuran 2-3 GT dan kapal
besar ada 10-30 unit. Ada minimal 2 kapal angkut, idealnya 10 unit,"
kata Susi.

Susi mengatakan, pembangunan SKPT merupakan implementasi


Nawacita ketiga. Yakni, membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara
kesatuan. Juga, kata dia, sesuai dengan semangat mewujudkan
sektor kelautan dan perikanan Indonesia yang mandiri, maju, kuat,
dan berbasis kepentingan nasional. "Sekarang, baru terbangun 12
SKPT. Ada tambahan 8, tapi nelum sebesar yang 12. Saya berharap,
setiap tahun bisa dibangun 5-10 SKPT di Indonesia, di wilayah
terdepan kita. Saya sangat senang, ketika Presiden mengumumkan
akan membangun pangkalan militer di Natuna, Morotai, Biak, dan
Merauke. Berarti, sudah sejalan dengan yang dilakukan KKP. Sinergi
terjadi dan Indonesia akan kuat menghadapi kompetisi global dan
ancaman terhadap kedaulatan NKRI. Dengan konsisten menjaga
kedaulatan dan keberlanjutan, masyarakay akan sejahtera. Saya
berharap, platform ini akan terus dijalankan," kata Susi.

Dengan terbangunnya SKPT di seluruh 111 pulau terluar


Indonesia, kata Susi, pembangunan infrastruktur akan lengkap dan
kuat. Termasuk, teknologi, software, dan logistik. "Saat ini, sekitar
60% dari 111 pulau terluar kita tidak berpenghuni. Karena itu,
membangun SKPT di wilayah tersebut sangat penting. Supaya
kegiatan ekonomi tercipta dan masyarakat mau datang.
Pembangunan infrastruktur juga terjadi. Militer tinggal masuk," kata
Susi.

Selain itu, lanjut dia, pulau-pulau terluar lengkap dengan SKPT


tersebut akan menjadi pusat-pusat baru untuk ekspor perikanan
Indonesia. "Karena mereka yang terdekat dengan pasar. Setelah
pemberantasan IUU fishing, pasokan ikan ke pasar berkurang. Karena
yang tadinya mencuri ikan tidak ada lagi. Kitalah yang akan menjadi
pemasok," kata Susi.

Di sisi lain, Susi berharap, ke depan, KKP bisa mendorong


pembangunan 10 unit Poltek KP per tahun. Apalagi, lanjut dia, dengan
visi Presiden Joko Widodo yang fokus mencetak SDM unggul,
pembangunan Poltek KP diperlukan. Untuk menciptakan SDM
kelautan dan perikanan yang unggul, berkualitas, berintegritas, dan
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Saat ini, KKP telah
menyelesaikan pembangunan 4 Poltek KP dan Akademi Komunitas
Wakatobi. "Cita-cita saya tadinya membangun 10 Poltek KP per
tahun. Tapi, saya dulu nggak tahu kalau birokrasi dan prosedur itu
sangat berbelit. Akibatnya, selama 4 tahun ini, hanya bisa 7 yang
beroperasi. Saya berharap, 5 tahun ke depan, setidaknya 5 Poltek KP
per tahun bisa dibangun. Karena, pembangunan SDM sangat penting.
Karena, SDA kita sekarng jumlahnya banyak dan besar. Kalau tidak
dibarengi dengan SDM untuk bisa mengelola dengan benar, maka
nilai yang bisa dinikmati tidak akan maksimal. Dengan SDM
berkualitas, kita tidak lagi akan mengeksploitasi SDA secara
berlebihan dan merusak," kata Susi.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Tujuan dari adanya SKPT ini adalah untuk membangun dan


mengintregasikan proses bisnis kelautan dan perikanan berbasis
masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya kelautan
dan perikanan. Strategi SKPT antara lain, pembangunan dan
pengembangan sarana prasarana kelautan dan perikanan secara
terintegrasi; penguatan SDM dan kelembagaan agar kapasitas dan
kompetensi menjadi lebih baik; pengembangan kemitraan untuk
mendukung dan memperkuat pelaksanaan rantai produksi dari bisnis
kelautan dan perikanan; pendampingan untuk memberikan
pembinaan, asistensi dan supervisi pelaksanaan bisnis kelautan dan
perikanan rakyat di pulau-pulau kecil dan perbatasan

3.2 SARAN

Semoga para pembaca dapat mengerti maksud dari makalah ini.


Jika terdapat kesalahan atau kekeliruan, kritik dan saran dari
pembaca di harapkan dapat membantu bagi penulis.
DAFTAR PUSTAKA

https://kkp.go.id/djprl/artikel/2799-kkp-bangun-indonesia-dari-pinggiran-
melalui-program-sentra-kelautan-dan-perikanan-terpadu-skpt

https://www.kominfo.go.id/content/detail/9445/skpt-membangun-
indonesia-dari-pinggiran/0/artikel_gpr

https://maritim.go.id/sentra-kelautan-perikanan-terpadu-skpt-memangun-
negara-indonesia/

https://kkp.go.id/SKPT/artikel/14786-menteri-susi-resmikan-6-sentra-
kelautan-dan-perikanan-terpadu-skpt-di-indonesia/

https://investor.id/business/idealnya-skpt-ada-111-pulau-terluar-indonesia

https://swa.co.id/swa/trends/menteri-susi-resmikan-cold-storage-1-000-
ton-dan-15-pembangunan-prioritas-sektor-kelautan-perikanan

https://kkp.go.id/SKPT/sumba_timur/artikel/7902-membangun-sumba-
timur-dari-sektor-kelautan-dan-perikanan-terpadu

https://ekbis.sindonews.com/read/1447949/34/16-sentra-kelautan-dan-
perikanan-diharapkan-gerakan-ekonomi-lokal-1570840680

https://bisnis-tempo-co.cdn.ampproject.org/v/s/bisnis.tempo.co

https://kkp.go.id/SKPT/page/982-tujuan-dan-strategi

Anda mungkin juga menyukai

  • Skripsi Hasil Agit
    Skripsi Hasil Agit
    Dokumen76 halaman
    Skripsi Hasil Agit
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • BAB II Saja Orifice - A4s #1
    BAB II Saja Orifice - A4s #1
    Dokumen23 halaman
    BAB II Saja Orifice - A4s #1
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii HSN
    Bab Ii HSN
    Dokumen11 halaman
    Bab Ii HSN
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Senyawa
    Senyawa
    Dokumen2 halaman
    Senyawa
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Indikator PP
    Indikator PP
    Dokumen10 halaman
    Indikator PP
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Kop
    Kop
    Dokumen1 halaman
    Kop
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Sampul Hasna
    Sampul Hasna
    Dokumen67 halaman
    Sampul Hasna
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Autocad N Denah
    Autocad N Denah
    Dokumen88 halaman
    Autocad N Denah
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Soal TB Menggambar Rekayasa Revisi
    Soal TB Menggambar Rekayasa Revisi
    Dokumen10 halaman
    Soal TB Menggambar Rekayasa Revisi
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Contoh Laporan Gambar
    Contoh Laporan Gambar
    Dokumen28 halaman
    Contoh Laporan Gambar
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    0% (1)
  • Bioindikator Sebagai Fitomonitoring Polutan
    Bioindikator Sebagai Fitomonitoring Polutan
    Dokumen19 halaman
    Bioindikator Sebagai Fitomonitoring Polutan
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Kerja Indonesia Ku
    Kerja Indonesia Ku
    Dokumen6 halaman
    Kerja Indonesia Ku
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 B4
    Bab 1 B4
    Dokumen8 halaman
    Bab 1 B4
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 B4
    Bab 3 B4
    Dokumen90 halaman
    Bab 3 B4
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Bernoulli Fiqram
    Bernoulli Fiqram
    Dokumen2 halaman
    Bernoulli Fiqram
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat