Anda di halaman 1dari 15

JAKARTA.

Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berupaya optimal


menjalankan visi misi Presiden Joko Widodo, yakni menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyadari, kawasan Indonesia yang dilalui empat
samudera dengan potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang beraneka ragam dan begitu besar
harus dikawal dengan baik, tidak terkecuali di pulau-pulau terluar dan kawasan perbatasan.

KKP sejak dua tahun lalu telah memprioritaskan pembangunan pulau-pulau terluar dan kawasan
perbatasan sebagai Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT). "SKPT merupakan pembangunan
pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan dengan basis spasial serta sektor kelautan dan perikanan
sebagai penggerak utamanya", jelas Menteri Susi.

Program yang dicanangkan ini menjadi sangat strategis sebagai perwujudan nyata dari Nawa Cita ke-3
yaitu “membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan”.

SKPT dimaksudkan untuk mengakselerasikan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan pulau mandiri
dan terpadu. Dari sisi kelautan dan perikanan, indikator kinerja yang menjadi acuan antara lain:
meningkatnya pendapatan rakyat, produksi perikanan, nilai investasi, nilai kredit yang disalurkan, ragam
produk olahan, utilitas Unit Pengolahan Ikan (UPI), dan nilai ekspor.

Adapun hal yang akan didorong untuk terintegrasi dalam setiap pembangunan SKPT, mulai dari
pendaratan hasil kelautan dan perikanan, pengolahan dari hasil kelautan dan perikanan, hingga aspek
pemasarannya. Untuk mengejar efektifitas dan efisensi, SKPT juga akan dilengkapi sarana dan
pransarana yang dibutuhkan untuk para nelayan kembali melaut, seperti ketersediaan bahan bakar dan
kebutuhan logistik untuk melaut lainnya. Aspek peningkatan kualitas sumber daya manusia dan
penguatan kelembagaan juga menjadi hal mutlak yang menjadi target prioritas dalam SKPT. Maka dari
itu kebutuhan utama dan penunjang seperti listrik, air bersih, akses jalan, dan rumah singgah nelayan
menjadi hal penting yang tidak bisa dipisahkan dari pembangunan SKPT.

Tentu pembangunan SKPT ini tidak hanya menjadi ranah KKP, tetapi juga didukung penuh oleh
pemerintah daerah dan kementerian/lembaga/BUMN terkait. Dengan demikian, terjadi sinergi antara
sektor kelautan dan perikanan dengan sektor-sektor lainnya di lokasi SKPT dimaksud. "Dari sisi
pembiayaan dan investasi, juga perlu dukungan dari perbankan nasional dan bank swasta nasional
lainnya", lanjut Susi.

Tahun 2017, SKPT dikembangkan di 12 lokasi utama yang tersebar dari Aceh hingga Papua, yaitu Sabang,
Mentawai, Natuna, Nunukan, Talaud, Rote Ndao, Sumba Timur, Saumlaki, Morotai, Merauke, Biak
Numfor, dan Mimika.

Di bidang SKPT, dicanangkan terdapat 1.010 bantuan kapal penangkap ikan dan alat penangkap ikan
yang akan diberikan. Selain itu, ada pula 10 unit integrated cold storage berkapasitas 500 ton; 450 unit
alat budi daya dan 2 unit gudang rumput laut; 36 unit dermaga apung; serta banyak bantuan sarana dan
prasarana lainnya yang bisa dimanfaatkan untuk peningkatan hasil produksi.

Selain itu, Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) atau Corporate Social Responsibility (CSR)
dari berbagai BUMN dan Swasta juga diharapkan dapat disalurkan ke lokasi-lokasi tersebut guna
menopang pertumbuhan ekonomi daerah.

Bab 2

1.1 Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, melalui Asisten Deputi Bidang Koordinasi
Infrastruktur Pelayaran, Perikanan dan Pariwisata, Rahman Hidayat melakukan kunjungan monitoring
dan evaluasi, ke Pulau Sebatik dilakukan pada tanggal 21 – 22 Agustus 2019, untuk meninjau Sentra
Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT).

Adapun, kunjungan ini merupakan upaya dari Pemerintah, guna meyakinkan para pemangku
kepentingan, khususnya di bidang perikanan dan kelautan dengan secara sistematis dan terintegrasi,
membangun sentra kelautan dan perikanan terpadu (SKPT).

“Hal ini karena SKPT merupakan pengejawantahan dari NAWACITA yang ke-3 (tiga), yaitu membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia,” ujar Asdep Rahman di Sebatik, Kalimantan Timur, Jumat (23/08/2019).

Asdep Rahman menambahkan, SKPT dapat mengembangkan perekonomian bagi nelayan sehingga
dapat menyejahterakan nelayan.
Asdep Rahman pun mengatakan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman akan membantu SKPT
untuk dapat meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat pesisir.

“Pulau sebatik merupakan pulau kecil Indonesia yang terletak di daerah terluar, tepatnya di wilayah
Kalimantan utara yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia. Pulau Sebatik terletak di
Kabupaten Nunukan dan menjadi salah satu tempat sentra kelautan dan perikanan terpadu. Jumlah
pulau kecil di Indonesia adalah 17.504 pulau,” jelas Asdep Rahman.

Diketahui Pulau Sebatik memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai wilayah berbasis sumber daya
perikanan sehingga peluang investasi masih terbuka lebar.

Tujuan dari adanya SKPT ini adalah untuk membangun dan mengintregasikan proses bisnis kelautan dan
perikanan berbasis masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan,”
tambah Asdep Rahman.

Menurutnya, untuk menggapai tujuan tersebut maka diperlukan sebuah strategi.

“Strategi SKPT antara lain, pembangunan dan pengembangan sarana prasarana kelautan dan perikanan
secara terintegrasi; penguatan SDM dan kelembagaan agar kapasitas dan kompetensi menjadi lebih
baik; pengembangan kemitraan untuk mendukung dan memperkuat pelaksanaan rantai produksi dari
bisnis kelautan dan perikanan; pendampingan untuk memberikan pembinaan, asistensi dan supervisi
pelaksanaan bisnis kelautan dan perikanan rakyat di pulau-pulau kecil dan perbatasan,” jelasnya.

Hal ini berdasarkan Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan nomor 48 Tahun 2015 menjelaskan
tentang fungsi dari SKPT yaitu penumbuhan sistem bisnis perikanan, pemenuhan konsumsi ikan untuk
ketahanan pangan, pertumbuhan ekonomi lokal dan pendapatan masyarakat serta peningkatan ekspor
hasil perikanan.

Sementara itu, Pengelola SKPT Nunukan, Iswadi Rahman mengatakan dampak keberadaan SKPT dapat
dirasakan oleh nelayan.

“Para nelayan mengharap sarana dan prasarana SKPT perlu ditingkatkan,” katanya.
Sementara, Syahril A. Rauf dari Direktorat Pengelolaan Sumber Daya Ikan mengharapkan peran serta
masyarakat atau nelayan dalam menghidupkan SKPT Nunukan.

“Nelayan diharapkan dapat memberikan andil dalam menghidupkan peluang bisnis di bidang kelautan
dan perikanan,” ujarnya.

Permasalahan yang ada di SKPT Sebatik antara lain permasalahan lahan pelabuhan yang masih
menghadapi sengketa, staf opersionalisasi SKPT yang masih sedikit, pengelolaan sarana dan prasarana
yang masih belum optimal.

Sempitnya lahan juga sangat berpengaruh pada aktivitas pengelolaan perikanan. Jenis ikan yang
didapatkan atau diekspor antara lain udang, kepiting, ikan ikan demersal dan ikan karang.

Sampai dengan tahun 2019 ada 13 (tiga belas) SKPT yang telah dibangun, yaitu Natuna, Nunukan,
Saumlaki, Merauke, Mentawai, Morotai, Talaud, Biak Numfor, Mimika, Rote Ndao, Moa, Sumba Timur
dan Sabang. Keberhasilan SKPT juga sangat perlu dukungan dari instansi atau kementerian lainnya. Di
antaranya Kementerian ESDM sangat berperan dalam penyediaan BBM untuk kegiatan perikanan;
Kementerian PUPR yang membangun rumah singgah nelayan, break water dan sea wall; Kementerian
Keuangan tepatnya Bea Cukai yang berperan dalam penyedian dokumen ekspor; Kemendes
berhubungan dengan peningkatan anggaran desa di sekitar SKPT; Kementerian LHK, Kementerian
Kominfo dan masih banyak lagi yang berperan dam pelaksanaan program SKPT.

Keberhasilan SKPT ditentukan oleh fasilitas infrastruktur yang tersedia, seperti listrik, air, jalan,
komunikasi, bandara udara dan pelabuhan umum. Keberadaan fasilitas infrastruktur sangat
mempengaruhi proses bisnis di lingkungan atau wilayah SKPT. Keseimbangan atau interaksi antar
infrastruktur tersebut akan menjadikan harmonisasi kegiatan atau program-program di SKPT dapat
berjalan dengan baik. Beragam permasalahan yang harus diselesaikan untuk mendukung jalannya SKPT
di daerah terpencil di Indonesia. Permasalah tersebut antara lain ketersediaan dan pasokan BBM untuk
operasional kapal ikan, ketersediaan Reefer Container yang masih terbatas, frekuensi kapal tol laut dari
lokasi ke Surabaya atau pelabuhan ekspor lainnya, upaya ekspor dari lokasi sangat potensial, kekurangan
pasokan listrik, Ketersediaan air layak untuk pemenuhan industri pengolahan ikan, penentuan
pelabuhan ekspor, dan kebutuhan perumahan nelayan di beberapa lokasi.
Dalam pelaksanaan program SKPT, diperlukan kerja sama antar-Eselon II atau Direktorat teknis, di
lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Penanggung jawab teknis 13 lokasi SKPT tersebut
berdasarkan pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 8/PERMEN-KP/2017 tentang Revisi
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 40/PERMEN-KP/2016 tentang Penugasan
Pelaksanaan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-pulau Kecil dan Kawasan
Perbatasan. Permen ini akan menjadi dasar bagi pengelolaan SKPT di daerah daerah terluar.

SKPT Nunukan bertempat atau menempati wilayah di Sebatik, salah satu pulau terpencil dan terluar
yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan sangat strategis karena wilayah ini mempunyai
hubungan dagang yang baik dengan wilayah Malaysia khususnya daerah Tawau. Nelayan-nelayan di
wilayah propinsi Kalimantan Utara sebelum melakukan kegiatan perdagangan ikan atau ekspor ikan
akan bersandar terlebih dahulu ke Pelabuhan Perikanan Sebatik. Posisi yang sangat strategis ini yang
membuat Pulau Sebatik menjadi penting untuk lintas perdagangan antar negara (Indonesia dan
Malaysia). SKPT Sebatik sangat dekat dengan Kota Tawau, hanya membutuhkan perjalanan kurang lebih
20 menit dengan kapal, sehingga perdagangan atau ekspor ikan ke Tawau cukup dengan kotak-kotak
styrofoam tidak dengan container.

Berdasarkan informasi dari para nelayan yang melakukan perdagangan ke Tawau, ikan yang dijual di
Tawau jika memiliki kualitas bagus akan langsung diekspor ke Hongkong atau Singapura. Perkembangan
SKPT Nunukan memurut pantauan langsung, sangat bagus terlihat dari sisi transaksi dagang atau ekspor
ikan untuk tahun 2019 sampai bulan Juli 2019 telah menghasilkan devisa negara jika dirupiahkan kurang
lebih 253 Milyar Rupiah. Ekspor tersebut dapat ditingkatkan lagi apabila penangkapan ikan untuk ekspor
dapat ditingkatkan dan pendataan dari laporan nelayan dapat lebih tertata dengan baik.

Selain untuk ekspor, ikan juga diperdagangkan untuk keperluan domestik atau lokal. Pada tahun 2018
kurang lebih ada 7.451 ton, komoditas yang diperdagangkan atau diekspor ke Tawau. Sedangkan ikan
atau komoditas ikan untuk tujuan domestik atau lokal kurang lebih 1.300 ton, masih lebih kecil daripada
untuk ekspor. Data ini menunjukkan kuantitas atau jumlah ikan untuk ekspor lebih besar hal ini
memperlihatkan bahwa keuntungan ekonomi perikanan lebih besar dari perdagangan ekspor.
Perdagangan ikan yang besar tersebut harus didukung dengan sarana dan prasarana atau infrastruktur
yang lebih baik. Infrastruktur merupakan penunjang atau pendukung utama bagi proses bisnis di
pelabuhan perikanan.

Pada SKPT Nunukan ada 3 fasilitas utama pendukung pelabuhan yaitu fasilitas pokok, fasilitas fungsional
dan fasilitas penunjang. Fasilitas pokok terdiri causeway, trestle dan lahan serta jalan komplek,
sedangkan fasilitas fungsional antara lain balai pertemuan nelayan dan tempat perbaikan jaring, Kantor
Pelabuhan Perikanan SKPT Sebatik, Gerbang dan Pagar Kawasan, Ground Tank, gedung ice flake machine
dan integrated cold storage, sedangkan fasilitas penunjang balai pertemuan, toilet umum dan mess
operator.

1.2 SKPT Gerakkan Ekonomi Lokal

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Susi menjelaskan bahwa

pembangunan SKPT merupakan salah satu implementasi Nawacita ke-3, yaitu

“Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa

dalam kerangka negara kesatuan.” Hal ini juga sesuai dengan semangat mewujudkan

sektor kelautan dan perikanan Indonesia yang mandiri, maju, kuat, dan berbasis

kepentingan nasional.

Meresmikan secara serentak 16 pembangunan prioritas kelautan dan perikanan

di berbagai wilayah Indonesia.

“Pulau terdepan kita yang letaknya terluar atau di

perbatasan, kehidupan dan kesejahteraannya sangat penting diperhatikan untuk

strategi keamanan dan perdamaian Indonesia dan terutama juga regional. Kalau

sampai ada pulau terdepan kita yang memilukan dan menyedihkan, pertama, image

Indonesia menjadi tidak bagus. Kedua, rawan untuk disusupi dengan hal-hal yang

tidak baik dari luar, misalnya sebagai tempat penyelundupan,” tutur Menteri

Susi.

Ia menambahkan, pembangunan SKPT ini bertujuan untuk

menggerakkan ekonomi lokal, dan juga menjaga ketahanan pangan. Selain itu, SKPT

juga akan mendorong pendapatan devisa melalui ekspor, dan meningkatkan pendapatan
masyarakat, serta mengatur tata niaga dan mengelola sektor kelautan dan

perikanan dengan baik.

“Saya ingin membangun pulau terdepan ini bukan sebagai basis

illegal fishing atau ilegal komoditi ekonomi dan lain sebagainya. Pulau

terdepan kita harus menjadi sentra kegiatan ekonomi dan pertahanan negeri

kita,” tegasnya.

“Kita punya 111 pulau terluar. Minimal 50-nya bisa menjadi

sentra ekonomi Kelautan dan Perikanan. (Jika tercapai) itu luar biasa. Apalagi

misalnya 20-nya bisa jadi sentra kelautan yang besar yang bisa menghasilkan

devisa triliunan,” lanjutnya.

Harapan ini bukan tak terukur. Perkembangan yang

menggembirakan telah terlihat di lokasi-lokasi SKPT yang telah berhasil

menggerakkan ekonomi masyarakat lokal.

Sebut saja SKPT Natuna. Dalam kunjungan kerjanya ke

Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, beberapa waktu lalu, Menteri Susi mengetahui

fakta bahwa di SKPT Natuna, untuk produk gurita saja, Perum Perikanan Indonesia

(Perindo) telah membeli hingga Rp5 miliar per bulannya. Jumlah tersebut belum

termasuk nilai jual gurita yang dibeli oleh perusahaan-perusahaan lainnya.

Belum lagi komoditas perikanan lainnya seperti kakap, tongkol, layang, dan

lainnya.
Begitu pula di SKPT Sebatik yang baru diresmikan. Pada

periode Januari hingga awal Oktober 2019, ekspor perikanannya sudah mencapai

Rp1,5 triliun rupiah. Adapun SKPT

Merauke sudah mampu mengekspor hingga 15.000 ton produk perikanan. “Jika 15.000

ton dikali dengan USD1 per kg, berarti sudah USD15 juta. Nilai yang fantastis

dan luar biasa,” cetusnya.

Ia berpendapat, keberadaan SKPT ini dapat menjadi tempat

bisnis komoditi perikanan yang memberikan masukan devisa bagi negara. Namun,

Indonesia masih memiliki PR untuk membuka akses langsung ekspor dari

sentra-sentra perikanan tersebut ke negara tujuan ekspor. “Jangan sampai

kontainer dari Natuna harus bawa ke Jakarta, dari Jakarta baru ke Jepang.

Padahal Natuna - Jepang lebih dekat,” imbuhnya.

Dari beberapa lokasi SKPT yang baru diresmikan, terdapat

beberapa yang belum dapat melakukan ekspor. Untuk itu, Menteri Susi mendorong

agar pemerintah daerah segera menjalin kerja sama dan MoU guna mendorong geliat

usaha perikanan untuk memanfaatkan potensi yang besar di daerah. Seperti yang

terjadi di SKPT Mimika.

Bupati Mimika, Eltinus Omaleng yang turut hadir dalam

kegiatan peresmian di Jakarta mengatakan, Kabupaten Mimika potensinya luar

biasa. Sejak dibangunnya SKPT, kegiatan perikanan pun berkembang maju karena

telah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan seperti TPI, cold

storage, ice flake machine, dan sebagainya. Akan tetapi, SKPT Mimika belum
dapat melakukan ekspor karena belum dilakukan kerja sama.

Menurutnya, keberadaan SKPT Mimika sudah menambah jumlah

kapal yang beroperasi. Hingga 2019 tercatat 648 kapal telah mendarat di SKPT

Mimika. Namun produksi perikanan yang dihasilkan masih digunakan untuk memenuhi

kebutuhan lokal saja.

Sekretaris Jenderal KKP Nilanto Perbowo, Menteri Susi, dan Direktur Bisnis Mikro Bank BRI Supari.
Perjanjian Kerja Sama dengan Bank BRI tentang Pencetakan Kartu Pelaku Utama Sektor Kelautan dan
Perikanan (KUSUKA)

“Melihat laporan dari daerah lain (melalui teleconference),

kami jadi bersemangat. Kami juga ingin seperti daerah-daerah lain tersebut

karena fasilitas kami sudah punya dan lebih dari 600 kapal sudah beroperasi.

Kami akan melakukan upaya-upaya pengembangan supaya PAD kita dapat meningkat,”

tekadnya.

Di Pangandaran, Jawa Barat untuk mendorong kegiatan

budidaya, KKP juga meresmikan pabrik pakan mandiri dan embung. Pabrik pakan

mandiri ini hingga September 2019 telah memproduksi 70,8 ton pakan ikan.

Sebanyak 57,7 ton telah terdistribusi sebagai bantuan bagi pembudidaya ikan.

Sementara pembangunan embung difungsikan sebagai

pengembangan budidaya berbasis penangkapan (Culture Based Fisheries/CBF),

pengendali banjir, menjaga ketersediaan air, alternatif tempat olahraga (jogging,


kano), tempat bermain, dan rekreasi

(wisata).

Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata mengatakan, keberadaan

pabrik pakan akan difungsikan untuk pengembangan budidaya ikan baik laut maupun

darat. Ditambah dengan pembangunan embung, ia optimis kegiatan budidaya di

Pangandaran akan meningkat.

“Masyarakat biasanya menanam ikan yang tidak bernilai

ekonomi tinggi. Dengan adanya pabrik pakan, kita akan mendorong orang-orang

untuk melakukan budidaya yang memiliki nilai komersil yang tinggi. Misalnya ikan patin. Sebenarnya
budidaya ikan

patin kan mudah dilakukan terlebih jika sudah ada dukungan pakan ikan, ini akan

sangat membantu. Tinggal nanti dilakukan pembinaan dan sosialisasi mengenai

penguasaan teknologi budidaya sehingga biaya produksi semakin rendah,”

paparnya.

Setelah komoditas perikanannya tersedia, maka dibutuhkan

sentra bisnis kelautan dan perikanan untuk pemasarannya. Untuk itulah dibangun

PIM, seperti PIM Bandung yang baru diresmikan. PIM akan menyediakan pasokan

produk perikanan bermutu, aman dikonsumsi, dan terjangkau harganya.

Sementara untuk menciptakan sumber daya manusia kelautan dan

perikanan yang unggul, berkualitas, berintegritas, dan menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi, dalam kesempatan tersebut KKP meresmikan 4 Poltek KP

dan Akademi Komunitas Wakatobi.


Adapun untuk mendukung pengawasan lalu lintas produk

kelautan dan perikanan, jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan, KKP juga

meresmikan Kantor Karantina Wilayah Kerja Sebatik, Kalimantan Utara.

Tak hanya peresmian program-program prioritas, dalam

kegiatan tersebut juga dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama dengan

Bank BRI tentang Pencetakan Kartu Pelaku Utama Sektor Kelautan dan Perikanan

(KUSUKA) dan penyerahan Sertifikat Pengelola Gudang Ikan Beku di Bacan Maluku

Utara dari BAPPEPTI kepada PT Perinus selaku pengelola dengan Sistem Resi

Gudang, dan Balai Besar Pengolahan dan Pengujian Hasil Perikanan KKP selaku

Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) uji mutu.

Sekretaris Jenderal KKP Nilanto Perbowo dalam sambutannya menyebut, sistem resi gudang ini sudah
diberlakukan untuk komoditas rumput laut dan garam di beberapa lokasi. “Besar harapan kami,
penerapan sistem resi gudang di sektor kelautan dan perikanan akan menjadi salah satu solusi bagi
pelaku utama usaha untuk mendapatkan akses pembiayaan dan menjaga harga jual produk pada tingkat
yang wajar,” pungkasnya.

1.3 KKP Bangun Indonesia dari Pinggiran Melalui Program Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)

Salah satu program prioritas Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan adalah
Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) yang difokuskan di Pulau-Pulau Kecil
Terluar (PPKT). Program yang dicanangkan ini menjadi sangat strategis karena merupakan perwujudan
nyata dari Nawacita ke-3 yaitu “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan”. Pelaksanaan SKPT ini juga merupakan implementasi
dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2016 tentang “Percepatan Pembangunan Industri Perikanan
Nasional” yang diantaranya berlokasi di PPKT. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2017
telah ditetapkan 111 (seratus sebelas) pulau sebagai PPKT, 3 pulau diantaranya terdapat di Provinsi
Sumatera Barat yaitu Pulau Pagai Utara, Pulau Sibarubaru dan Pulau Sinyaunyau di Kabupaten
Kepulauan Mentawai. Menteri Kelautan dan Perikanan melalui Keputusan Menteri KP Nomor 51 Tahun
2016 telah menetapkan 20 lokasi Pembangunan SKPT, dimana satu diantaranya adalah Kabupaten
Kepulauan Mentawai, demikian disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut,
Brahmantya Satyamurti Poerwadi (17/1).

Pembangunan SKPT dimaksudkan untuk mengakselerasikan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan


pulau mandiri dan terpadu. Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2017 telah melakukan
berbagai upaya dan kegiatan dalam rangka pelaksanaan Pembangunan SKPT di Kabupaten Kepulauan
Mentawai, khususnya di sektor perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Lokus pembangunan sektor
perikanan tangkap berada di PPP Sikakap dan lokus pembangunan sektor perikanan budidaya berada di
Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Sikakap.

Di lokasi PPP Sikakap, KKP melakukan pembangunan beberapa infrastruktur yang dilakukan secara
bertahap. Pada Tahun 2017 infrastruktur yang dibangun antara lain: penyediaan air bersih untuk
pemenuhan kebutuhan pabrik es dan untuk suplai air tawar ke kapal-kapal penangkap ikan ukuran besar
yang berlabuh di PPP Sikakap, pembangunan ice storage kapasitas 15 ton, pemasangan conblock di
sekitar pasar ikan, penyediaan LTS untuk penerangan di dalam kawasan pelabuhan, termasuk juga
pemasangan gapura dan font box sebagai identitas kawasan.

Di BBIP Sikakap dibangun jaringan penyediaan air bersih, penyambungan jaringan PLN dan genset,
penyediaan jaringan pompa air laut, penyediaan LTS untuk penerangan kawasan BBIP, gapura dan font
box identitas kawasan, serta penambahan bak pendederan untuk meningkatkan kapasitas produksi
benih serta KJA pemeliharaan induk ikan kerapu.

Untuk mendorong upaya peningkatan produksi perikanan, beberapa program bantuan kepada
kelompok masyarakat juga dilakukan, diantaranya: 1) Bantuan kapal 5 GT dilengkapi dengan alat
tangkap gillnet, bantuan biaya operasional melaut pertama serta cool box kapasitas 1 ton untuk
penyimpanan sementara hasil tangkapan; 2) bantuan benih ikan kerapu, dilengkapi dengan bantuan
pakan, obat-obatan dan alat pembersih jaring KJA; dan 3) bantuan cool box kapasitas 50 liter untuk
nelayan perahu katinting.
Saat membuka acara “Penyerahan Bantuan SKPT Mentawai dan Peresmian Pasar Ikan Higienis dan
Perumahan Nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap”(17/1), Brahmantya menghimbau agar
pemerintah daerah Provinsi Sumatera Barat dan pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai
dapat segera memanfaatkan fasilitas dimaksud. Karena aset tersebut sudah diserahkan kepada
pemerintah daerah maka pemerintah daerah diharapkan dapat menyiapkan anggaran pemeliharaan dan
operasionalnya, termasuk juga penyiapan SDM. Selain itu, para kelompok masyarakat penerima bantuan
pemerintah juga diharapkan dapat merawat bantuan tersebut dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat
dimanfaatkan dalam waktu lama guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang sekaligus juga
meningkatkan produksi perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai dan Provinsi Sumatera Barat.

1.4 Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, 111 pulau terluar Indonesia berperan
penting dan strategis untuk menjaga keamanan negara. Pulau-pulau terluar tersebut, kata dia, juga
memiliki potensi yang luar biasa.

Karena itu, Susi berharap, Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) bisa dibangun di seluruh 111
pulau terluar Indonesia. Dengan demikian, kata dia, bisa menciptakan kegiatan perekonomian dan
mendorong pembangunan infrastruktur di pulau-pulau tersebut.

Susi mengungkapkan, merancang konsep pembangun SKPT pada tahun 2001. Dengan pengalaman
sebagai pengusaha ikan selama 30 tahun, Susi mengaku, menyaksikan langsung kekayaan Indonesia
yang luas. Dimana, kata dia, perbatasan dan wilayah Indonesia didominasi oleh laut. Karena itu, kata dia,
pulau terluar di perbatasan Indonesia berperan penting.

"Kenapa saya ingin membangun, kalau bisa, di 111 pulau terluar? Supaya di sana ada kegiatan ekonomi,
sehingga menarik masyarakat datang. Dengan begitu, pulau-pulau terluar tidak hanya sekadar
berpenghuni, tapi memang berpenduduk banyak. Kalau penduduknya hanya 10-12 orang, secara
strategi keamanan juga kurang baik. Maka, dibangunlah SKPT, diberikan kapal-kapal kecil, menengah,
dan besar," kata Susi saat meresmikan Kegiatan Prioritas Pembangunan Kelautan dan Perikanan di
kawasan perikanan Muara Baru, Jakarta, Kamis (10/10).

Dalam kesempatan tersebut, Susi meresmikan secara simbolik 16 kegiatan prioritas pembangunan
kelautan dan perikanan. Yakni, cold storage berkapasitas 1.000 ton , SKPT Sebatik, SKPT Merauke, SKPT
Morotai, SKPT Talaud, SKPT Biak, SKPT Mimika, Pasar Ikan Modern (PIM) Bandung, Pabrik Pakan
Pangandaran, Embung Pangandaran, Politeknik Kelautan dan Perikanan (Poltek KP) Bone, Poltek KP
Kupang, Poltek KP Jembrana, Poltek KP Pangandaran, Akademi Komunitas Wakatobi, dan Kantor
Karantina Wilayah Kerja Sebatik.

Juga, menyaksikan penyerahan sertifikat penilaian gudang dan sistem resi gudang oleh Bappebti kepada
PT Perinus sebagai pengelola gudang ikan beku dan kepada BBP2HP. Serta, penandatanganan kerja
sama oleh Sekjen Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan Direktur Bisnis Mikro BRI terkait
pencetakan kartu pelaku utama sektor kelautan dan perikanan.

"Yang saya impikan, di satu SKPT ada minimal coldstorage berkapasitas 200 ton, idealnya 1.000 ton. Ada
100 unit kapal berukuran 2-3 GT dan kapal besar ada 10-30 unit. Ada minimal 2 kapal angkut, idealnya
10 unit," kata Susi.

Susi mengatakan, pembangunan SKPT merupakan implementasi Nawacita ketiga. Yakni, membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
Juga, kata dia, sesuai dengan semangat mewujudkan sektor kelautan dan perikanan Indonesia yang
mandiri, maju, kuat, dan berbasis kepentingan nasional.

"Sekarang, baru terbangun 12 SKPT. Ada tambahan 8, tapi nelum sebesar yang 12. Saya berharap, setiap
tahun bisa dibangun 5-10 SKPT di Indonesia, di wilayah terdepan kita. Saya sangat senang, ketika
Presiden mengumumkan akan membangun pangkalan militer di Natuna, Morotai, Biak, dan Merauke.
Berarti, sudah sejalan dengan yang dilakukan KKP. Sinergi terjadi dan Indonesia akan kuat menghadapi
kompetisi global dan ancaman terhadap kedaulatan NKRI. Dengan konsisten menjaga kedaulatan dan
keberlanjutan, masyarakay akan sejahtera. Saya berharap, platform ini akan terus dijalankan," kata Susi.

Dengan terbangunnya SKPT di seluruh 111 pulau terluar Indonesia, kata Susi, pembangunan
infrastruktur akan lengkap dan kuat. Termasuk, teknologi, software, dan logistik.

"Saat ini, sekitar 60% dari 111 pulau terluar kita tidak berpenghuni. Karena itu, membangun SKPT di
wilayah tersebut sangat penting. Supaya kegiatan ekonomi tercipta dan masyarakat mau datang.
Pembangunan infrastruktur juga terjadi. Militer tinggal masuk," kata Susi.
Selain itu, lanjut dia, pulau-pulau terluar lengkap dengan SKPT tersebut akan menjadi pusat-pusat baru
untuk ekspor perikanan Indonesia.

"Karena mereka yang terdekat dengan pasar. Setelah pemberantasan IUU fishing, pasokan ikan ke pasar
berkurang. Karena yang tadinya mencuri ikan tidak ada lagi. Kitalah yang akan menjadi pemasok," kata
Susi.

Di sisi lain, Susi berharap, ke depan, KKP bisa mendorong pembangunan 10 unit Poltek KP per tahun.
Apalagi, lanjut dia, dengan visi Presiden Joko Widodo yang fokus mencetak SDM unggul, pembangunan
Poltek KP diperlukan. Untuk menciptakan SDM kelautan dan perikanan yang unggul, berkualitas,
berintegritas, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Saat ini, KKP telah menyelesaikan
pembangunan 4 Poltek KP dan Akademi Komunitas Wakatobi.

"Cita-cita saya tadinya membangun 10 Poltek KP per tahun. Tapi, saya dulu nggak tahu kalau birokrasi
dan prosedur itu sangat berbelit. Akibatnya, selama 4 tahun ini, hanya bisa 7 yang beroperasi. Saya
berharap, 5 tahun ke depan, setidaknya 5 Poltek KP per tahun bisa dibangun. Karena, pembangunan
SDM sangat penting. Karena, SDA kita sekarng jumlahnya banyak dan besar. Kalau tidak dibarengi
dengan SDM untuk bisa mengelola dengan benar, maka nilai yang bisa dinikmati tidak akan maksimal.
Dengan SDM berkualitas, kita tidak lagi akan mengeksploitasi SDA secara berlebihan dan merusak," kata
Susi.

Anda mungkin juga menyukai

  • Skripsi Hasil Agit
    Skripsi Hasil Agit
    Dokumen76 halaman
    Skripsi Hasil Agit
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • BAB II Saja Orifice - A4s #1
    BAB II Saja Orifice - A4s #1
    Dokumen23 halaman
    BAB II Saja Orifice - A4s #1
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii HSN
    Bab Ii HSN
    Dokumen11 halaman
    Bab Ii HSN
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Senyawa
    Senyawa
    Dokumen2 halaman
    Senyawa
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Indikator PP
    Indikator PP
    Dokumen10 halaman
    Indikator PP
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Kop
    Kop
    Dokumen1 halaman
    Kop
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Sampul Hasna
    Sampul Hasna
    Dokumen67 halaman
    Sampul Hasna
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Autocad N Denah
    Autocad N Denah
    Dokumen88 halaman
    Autocad N Denah
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Soal TB Menggambar Rekayasa Revisi
    Soal TB Menggambar Rekayasa Revisi
    Dokumen10 halaman
    Soal TB Menggambar Rekayasa Revisi
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Contoh Laporan Gambar
    Contoh Laporan Gambar
    Dokumen28 halaman
    Contoh Laporan Gambar
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    0% (1)
  • Bioindikator Sebagai Fitomonitoring Polutan
    Bioindikator Sebagai Fitomonitoring Polutan
    Dokumen19 halaman
    Bioindikator Sebagai Fitomonitoring Polutan
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Kerja Indonesia Ku
    Kerja Indonesia Ku
    Dokumen6 halaman
    Kerja Indonesia Ku
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 B4
    Bab 1 B4
    Dokumen8 halaman
    Bab 1 B4
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 B4
    Bab 3 B4
    Dokumen90 halaman
    Bab 3 B4
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Bernoulli Fiqram
    Bernoulli Fiqram
    Dokumen2 halaman
    Bernoulli Fiqram
    Waode Melinda Amelia Wijaya
    Belum ada peringkat