Udara
Dosen Pengampu:
KELOMPOK 12
Disusun Oleh:
2022
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat limpahan
rahmat taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah Makalah
dengan Judul : “dampak pencemaran udara (infeksi saluran pernafasan akut)“ Makalah ini
diajukan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan tugas perkuliahan pada Program
Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jember. Dengan
tersusunnya Makalah ini, kami berharap kepada Ibu Pengampu Mata Kuliah Rekayasa
Lingkungan berkenan meluangakan waktu untuk membina dan membimbing perbuatan
(makalah) yang ditugaskan kepada Mahasiswa. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Dr. Nanang Saiful Rizal, ST.MT selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Jember
2. Taufan Abadi, ST.MT selaku Kaprodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Jember.
3. Latifa Mirzatika Al-Rosyid, ST.MT selaku Dosen pengampu Mata Kuliah
Rekayasa Lingkungan yang dengan telaten dan sunguh-sunguh dalam
menyampaikan materi dan bimbingannya.
4. Rekan-rekan seangkatan Tahun Akademik 2022 yang selalu saling memberikan
semangat dalam menyelesaikan tugas.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................6
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................................11
3.2 SARAN.....................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................12
1.1 Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN
Polusi udara merupakan kontaminasi udara pada atmosphere yang
diakibatkan karena gas, cairan, atau limbah padat yang dapat mempengaruhi
kesehatan manusia dan biosfer, mengurangi visibilitas, dan dapat merusak material
(United States Environmental Protection Agency, 2003). Polusi udara merupakan
masalah bagi negara berkembang dan diyakini dapat menimbulkan korban lebih
banyak dibandingkan dengan AIDS, penyakit malaria, kanker payudara, maupun
tuberkulosis (Janssena, et al, 2013). Terdapat beberapa polutan udara utama yang
dapat membahayakan kesehatan manusia, yaitu particulate matter (PM), Sulfur
Dioksida (SO2), Nitrogen Oksida (NOx), dan Karbon Monoksida (CO) (Chen, et al,
2015).
Aktivitas transportasi di jalan raya terus meningkat dari tahun ke tahun, hal
ini disebabkan karena semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk, peningkatan
pendapatan dan daya tarik kota yang pesat. Angka kepemilikan kendaraan bermotor
di Indonesia, terutama kota-kota besar menunjukkan kecenderungan yang terus
meningkat, sehingga menimbulkan permasalahan yang serius yakni kemacetan,
meningkatnya konsumsi bahan bakar dan semakin parahnya tingkat pencemaran
udara akibat emisi gas buang yang dihasilkan (Soedomo, 2001). Berdasarkan data
dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, jumlah mobil penumpang pada tahun
2013 yaitu 11.484.514 unit.
1.2 Rumusan Masalah
1. pencemar apa yang menyebabkan dampak infeksi saluran
pernafasan akut?
1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui apa saja penyebab dampak infeksi saluran pernafasan akut.
Bahan bakar kendaraan saat ini memiliki tingkat polusi yang lebih rendah dibandingkan
polusi kendaraan di zaman dahulu. Namun, perlu kamu ketahui bahwa jumlah polutan yang
terkandung di dalamnya tetap tinggi, karena jumlah kendaraan sekarang lebih banyak. Gas
buang kendaraan memiliki sifat karsinogenik yang dapat memberikan efek negatif bagi
kesehatan. Paparan zat karsinogenik ini dapat menjadi penyebab organ tubuh dan fatalnya
dapat memicu terjadinya kanker.
Ini karena ada dua zat yang terkandung dalam zat karsinogenik, yaitu benzena dan timbal.
Benzena merupakan senyawa aromatik yang merupakan campuran dasar bahan bakar. Zat
kimia ini dapat mudah masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan maupun permukaan
kulit. Jika jumlah edar benzena di dalam darah terlalu banyak, sumsum tulang bisa mengalami
kerusakan.
Sementara itu, timbal adalah logam yang terbentuk dari gas buang kendaraan. Zat kimia
ini dapat menempel dan mengendap hingga jumlahnya terakumulasi di berbagai permukaan
benda hingga makhluk hidup. Paparan timbal berlebihan dapat meningkatkan risiko anemia
serta mengganggu kerja saraf dan otak.
2. Asap kendaraan bermotor Transportasi berupa kendaraan bermotor memang memudahkan
mobilitas menusia. Namun ketika penggunaanya semakin masif justru menyebabkan masalah
lain yakni pencemaran udara. Kendaraan bermotor memerlukan bahan bakar. Penggunaan bahan
bakar belebih menyebabkan meningkatkanya karbon monoksida (CO). Zat kimia tersebut jika
jumlahnya berlebih bisa menyebabkan beragam masalah kesehatan dan menurunkan kualitas
udara.
3. Pembangkit listrik Penggunaan bahan pembangkit listrik seperti batu bara, gas, dan
minyak bumi ternyata bisa memicu pencemaran udara. Akibatnya terjadinya pembakar tidak
sempurna yang dapat mempengaruhi kualitas udara.
4. Letusan gunung berapi Indonesia memiliki banyak gunung berapi aktif. Keberadaan gunung
tersebut bisa menjadi berkah sekaligu ancaman. Sebab ketika gunung berapi meletus, tidak
hanya menyebabkan kerusakan pada tanah dan bangunan, namun bisa membuat udara
memburuk. Hal tersebut pernah terjadi saat Gunung Kelud di Jawa Barat meletus dan
menyebabkan kualitas udara memburuk. Abu dari letusan gunung juga menyebabkan jarak
pandang berkurang dan menggangu aktivitas masyarakat.
5. Limbah asap industri Di kawasan industri kualitas udaranya pasti berbeda dengan daerah
pegunungan. Cerobong asam yang dikeluarkan oleh pabrik membuat udara menjadi tidak segar.
Polutan tersebut juga mengandung zat kimia seperti karbon monoksida, hidrokarbon, dan
senyawa lain yang berbahaya untuk kesehatan.
8. Aktivitas rumah tangga Contoh polusi udara yang disebabkan karena adanya aktivitas rumah
tangga yaitu pembakaran sampah. Sampah yang dibakar akan menyebabkan asap yang
menurunkan kualitas udara.
Kebakaran hutan Kebakaran hutan merupakan bencana yang sangat fatal. Indonesia beberapa
kali mengalami bencana ini. Menurut data di databoks, kebakaran hutan di Indonesia hampir
terjadi setiap tahun. Kebakaran paling luas terjadi di tahun 2015 mencapat 2,6 juta hektar. Meski
terus mengalami penurunan, namun kebaran masih terjadi. Di tahun 2019, luas area kebakaran
hutan mencapai 321.722 hektar. Selain merusak ekosistem dan menyebabkan flora dan fauna
punah. Kebakaran hutan juga menyebabkan polusi udara. Asap akibat kebakaran membuat
kualitas udara memburuk dan jarak pandang menjadi menurun.
9. Efek Ttimbunan sampah kita biasanya melihat sampah menggundung di tempat pembuangan
akhir atau TPA. Sampah-sampah tersebut tidak hanya menggangu pemandangan namun juga
menyebabkan aroma yang tidak sedap. Aroma tidak sedap tersebut bisa dikatakan sebagai
pencemaran udara. Hal ini dikarenakan dalam tumpukan sampah terdapat gas metana yang
berbahaya untuk kesehatan.
10 .Penebangan hutan secara liat atau ilegaloging Hutan merupakan penyeimbang ekosistem. Di
hutan banyak pohon yang menyerap karbon dioksida (CO2) dan membuat udara menjadi lebih
berkualitas. Namun ketika hutan ditebang secara tidak bijak, bisa berdampak sangat meluas.
Kualitas udara menjadi menurun sebab tidak ada lagi pohon untuk menyerap CO2. Daerah
resapan air juga menjadi berkuarang. Hal tersebut bisa menjadi pemicu banjir dan bencana alam
lainnya.
Proses terjadinya ISPA diawali dengan masuknya beberapa bakteri dari genus
streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, hemofillus, bordetella, dan korinebakterium dan virus
dari golongan mikrovirus (termasuk didalamnya virus para influenza dan virus campak),
adenoveirus, koronavirus, pikornavirus, herpesvirus ke dalam tubuh manusia melalui partikel
udara (droplet infection). Kuman ini akan melekat pada sel epitel hidung dengan mengikuti
proses pernapasan maka kuman tersebut bisa masuk ke bronkus dan masuk ke saluran
pernapasan yang mengakibatkan demam, batuk, pilek, sakit kepala dan sebagainya.(Marni,2014)
Selain bakteri dan virus ISPA juga dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu kondisi
lingkungan (polutan udara seperti asap rokok dan asap bahan bakar memasak, kepadatan anggota
keluarga, kondisi ventilasi rumah kelembaban, kebersihan, musim, suhu), ketersediaan dan
efektifitas pelayanan kesehatan serta langkah-langkah pencegahan infeksi untuk pencegahan
penyebaran (vaksin, akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, kapasitas ruang isolasi), faktor
penjamu (usia, kebiasaan merokok, kemampuan penjamu menularkan infeksi, status gizi, infeksi
sebelumnya atau infeksi serentak yang disebabkan oleh pathogen lain, kondisi kesehatan umum)
dan karakteristik pathogen (cara penularan, daya tular, faktor virulensi misalnya gen, jumlah atau
dosis mikroba). (WHO,2007:12). Menurut Widoyono (2008), Kondisi lingkungan yang
berpotensi menjadi faktor risiko ispa adalah lingkungan yang banyak Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta 11 tercemar oleh asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak, asap hasil
pembakaran serta benda asing seperti mainan plastik kecil. Menurut Amalia Nurin, dkk, (2014)
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan
reaksi apa- apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul
gejala demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna,sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis dan meninggal akibat
pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk
mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran
pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga
unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak
mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi. Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang
sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang
dapat mengganggu Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 12 keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia
adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil,
pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih). Makrofag banyak terdapat di alveoli
dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan
kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel
ini.
Pengendalian ISPA sudah dilakukan sejak tahun 1984 dan telah dikembangkan
sistem surveilans sentinel sejak pertengahan tahun 2007. Akan tetapi pengendalian
tersebut belum dilaksanakan secara lebih komprehensif ketika terjadi karhutla
(Kemenkes, 2011). Hal ini dapat dilihat dari jumlah kasus ISPA yang diakibatkan
karhutla tidak berkurang setiap tahunnya.
Pengendalian merupakan suatu upaya pencegahan dan/ atau penanggulangan. Terkait
hal tersebut, pengendalian erat kaitannya dengan upaya promotif dan preventif.
Pengendalian dilakukan untuk mengurangi terjadinya risiko akibat dampak yang
ditimbulkan. Berdasarkan buku pedoman yang dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan 2011, secara garis besar strategi pengendalian ISPA dapat dilakukan dengan
delapan cara,yaitu:
1. advokasi dan sosialisasi. Advokasi dilakukan untuk membangun komitmen
antarpengambil kebijakan di semua tingkat. Sementara sosialisasi, di dalamnya
meliputi promosi dan penyuluhan kesehatan.
2. penguatan jejaring internal dan eksternal. Hal ini dilakukan karena pengendalian
ISPA membutuhkan kerja sama lintas program, lintas sektor, swasta, dan organisasi
nonpemerintah, baik nasional maupun internasional.
3. penemuan kasus dilakukan secara aktif dan pasif sehingga lebih cepat terdeteksi
dan ditangani.
4. peningkatan mutu pelayanan melalui ketersediaan tenaga terlatih dan logistik yang
cukup.
5. melibatkan peran masyarakat dalam penemuan kasus. Dalam beberapa hasil
penelitian disebutkan bahwa peran masyarakat sangat efektif dan mempercepat
penemuan kasus.
6. penguatan kesiapsiagaan melalui penguatan surveilans. Pengembangan sistem
surveilans sentinel tersebut sudah dilakukan sejak pertengahan tahun 2007. Sistem
surveilans yang dimaksud adalah surveilans pada populasi dan wilayah terbatas
untuk mendapatkan sinyal adanya masalah kesehatan pada suatu populasi atau
wilayah yang lebih luas.
7. pencatatan dan pelaporan yang dilakukan secara rutin. Sistem pencatatan dan
pelaporan tersebut sebaiknya dilakukan dengan sistem komputerisasi berbasis
web sehingga lebih mudah untuk dimonitoring.
8. monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara berkala
Strategi tersebut diperkuat dengan upaya primer dan sekunder. Upaya primer
dilakukan dengan cara menghilangkan sumber masalah kesehatan, meminimalkan
pajanan kabut asap serta melakukan pola hidup bersih dan sehat. Sedangkan upaya
sekunder dikaitkan dengan deteksi dini seperti mengenali gejala-gejala dan keluhan
yang timbul, mempersiapkan obatobatan untuk pertolongan pertama, serta melakukan
skriningberkala (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2019).
Adanya masalah polusi ini, sebuah teknologi baru akan di rancang dan diuji coba
yaitu teknologi plasma. Di harapkan dari perancangan dan penelitian ini yaitu dapat
mereduksi gas SO2 dan NO2 khususnya yang keluar dari cerobong industri. Senyawa-
senyawa tersebut merupakan penyebab utama terjadinya hujan asam, efek rumah kaca
dan menjadisalah satu penyebab menurunnya kualitas lingkungan.
Untuk menanggulangi bahaya penurunan kualitas lingkungan akibat pembakaran
hidrokarbon, pengendalian gas-gas polutan harus dilakukan dengan salah satu cara
diantaranya melalui pemanfaatan teknologi plasma non-termik pada tekanan
atmosfer. Teknologi plasma nontermik didasari atas sifat plasma non-termik, yakni
mudahnya plasma jenis tersebut menghasilkan senyawa-senyawa radikal bebas (free
radical). Plasma adalah zat keempat di samping zat klasik: padat, cair, dan gas.
Plasma ini sangat mudah dibuat, caranya dengan pemanfaatan tegangan listrik. Udara
sebagai isolator yang mana adalah materi yang tidak bisa menghantarkan listrik.
Namun, apabila pada dua electrode tadi diberikan tegangan listrik yang cukup tinggi
(10 kV) besar tegangan listrik yang diberikan pada elektrode, semakin banyak jumlah
ion dan elektron yang terbentuk. Aksi-reaksi yang terjadi antara ion dan elektron
dalam jumlah banyak ini menimbulkan kondisi udara di antara dua electrode ini
netral, inilah plasma. Singkat kata plasma adalah kumpulan dari electron bebas, ion
dan atom bebas. ( Istadi, 2008 ).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
yang dimaksud pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke
dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh
manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia,
binatang, vegetasi dan material karena ulah manusia (man made).
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang
menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya (Wisnu, Dampak
pencemaran lingkungan : 27)
Jadi, Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam
atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan
manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan.
Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu : Karena faktor internal (secara
alamiah), contoh: debu yang beterbangan akibat tiupan angin, Abu (debu) yang dikeluarkan dari
letusan gunung berapi berikut gas-gas vulkanik., Proses pembusukan sampah organik, dll. Dan
karena faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh: hasil pembakar bahan bakar fosil,
debu/serbuk dari kegiatan industri, pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara
Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan alam, antara lain: hujan
asam, penipisan lapisan ozon dan pemanasan global.
3.2 SARAN
Pencemaran udara memiliki dampak yang sangat menbahayakan kehidupan di bumi, dampak
yang terjadi tidak hanya bagi manusia, hewan dan tumbuhan saja tetapi juga kepada lapisan
ozon bumi.
Jika melihat besarnya dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran udara maka sebaiknya
perlunya pengetahuan yang mendalam terhadap pencemaran udara. Perlunya pengetahuan
tentang cara – cara mencegah serta menganggulangi efek dari pencemaran lingkungan perlu
dipelajari dengan seksama. Hal ini dilakukan agar dampak yang terjadi akibat pencemaran udara
dapat di tanggulangi dan di cegah sedini mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
http://oerleebook.files.wordpress.com/2009/10/polusi-udara.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21023/4/Chapter%20II.pdf
http://rahmankesling.blogspot.com/2012/12/dampak-pencemaran-udara-dan-
solusinya_4719.html
http://takbagi.blogspot.com/2013/02/upaya-penanggulangan-polusi-udara.html
http://www.artikellingkunganhidup.com/penyebab-polusi-udara.html
http://dewa-sumberilmu.blogspot.com/2013/05/dampak-pencemaran-udara-dan solusinya.html
Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Penyebab Polusi Udara dan Dampak yang
Ditimbulkan" , https://katadata.co.id/sitinuraeni/berita/6151e89fcc495/penyebab-polusi-udara-
dan-dampak-yang-ditimbulkan