Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIKUM KUALITAS UDARA

DISUSUN OLEH:

NAMA : MEI SARAH SAFITRI

NIM : D131 19 1042

KELOMPOK : XVI

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencemaran udara saat ini telah menjadi masalah yang cukup vital bagi

masyarakat terlebih bagi para pekerja, baik yang bekerja di dalam ruangan

maupun yang bekerja di luar ruangan. Hal ini dapat terlihat dari semakin

beragamnya efek kesehatan yang didokumentasikan dengan baik dari hasil

penelitian ekstensif yang dilakukan di berbagai wilayah di seluruh dunia. Efek

kesehatan yang terjadi juga bervariasi tergantung pada jenis dan kuantitas bahan

pencemar. Sebagai contoh di China, pajanan gas NO2, O3 dan CO bertanggung

jawab terhadap sebagian besar kasus kardiovaskular (Utama, 2019).

Salah satu sektor yang berperan penting dalam penurunan kualitas udara

diseluruh dunia adalah transportasi. Transportasi dinilai sebagai pokok

permasalahan masalah pencemaran udara dikarenakan sampai saat ini sebagian

besar kendaraan masih menggunakan bahan bakar fosil. Polutan yang dihasilkan

dari sektor transportasi sangat sulit untuk dihindari karena emisi dari kendaraan

sebagian besar terjadi pada ketinggian yang sangat rendah seperti contohnya di

kota-kota besar (Utama, 2019).

Kota Makassar merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia. Kota

Makassar menjadi penyangga utama perekonomian di Provinsi Sulawesi Selatan.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, jumlah kendaraan bermotor di Kota

Makassar juga mengalami kenaikan, berkisar 7% setiap tahunnya. Pada tahun

2016 tercatat 1.425.151 unit kendaraan atau bertambah 87.009 unit dibandingkan

KELOMPOK XVI
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

dengan jumlah pada tahun 2015. Pada tahun 2014, jumlah kendaraan bermotor

masih 1.252.755 unit, yang berarti dalam 2 tahun tercatat penambahan 172.395

unit kendaraan. Laju pertumbuhan kendaraan didominasi oleh kendaraan roda 2,

yang sejak 2014 menembus angka satu juta, yaitu 1.128.809 unit (Sistem

Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Kota Makassar, 2018 dalam Bau,

2020).

Penggunaan kendaraan bermotor dapat menimbulkan dampak yang buruk

bagi lingkungan, terutama gas buang yang dihasilkan dari sisa pembakaran. Gas

buang bersifat beracun dan mencemari lingkungan berupa polusi udara. Gas

buang yang dihasilkan dari sisa pembakaran pada sepeda motor terdiri dari

berbagai macam gas, gas sisa pembakaran ada yang beracun dan ada juga yang

tidak beracun. Gas yang beracun adalah CO (karbon monoksida), HC

(hidrokarbon) dan NOx (nitrogen oksida). Diantara gas beracun tersebut, CO

memiliki persentase yang paling besar yaitu 60% (Wahab, 2019).

Penelitian analisis gas buang kendaraan bermotor di Kota Makassar yang

dilakukan oleh Soetyono Iskandar (2018) menunjukkan bahwa hasil analisis emisi

gas buang NO2 14 kendaraan (19,14%) berada pada kelompok di bawah ambang

batas, 3 kendaraan (4,11%) berada pada ambang batas, 56 kendaraan (76,71%)

berada pada kelompok di atas ambang batas, sehingga disimpulkan bahwa emisi

gas buang NO2 hasil pengukuran bervariasi mulai dari berada dari di bawah

ambang batas, pada ambang batas dan di atas ambang batas indikator baku mutu

maksimal yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu 50,00% (Iskandar, 2018). Data

kualitas udara ambien Kota Makassar untuk polutan debu (TSP) dengan baku

KELOMPOK XVI
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

mutu 24 jam : 230 ug/Nm3, telah melampaui baku mutu (622 ug/Nm 3) (Mustaha,

2016).

Jalan A.P. Pettarani merupakan jalan penghubung Kota Makassar dari sub

urban timur kota (Kabupaten Maros) dan sub urban selatan kota (Kabupaten

Gowa). Jalan Sultan Alauddin merupakan salah satu jalan yang menghubungkan

Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba menuju Kota

Makassar. Kedua ruas jalan ini merupakan jalan yang padat kendaraan dan sangat

potensial terjadi tundaan dan kemacetan (Hidayat, 2016). Oleh karena itu, perlu

diketahui kondisi kualitas udara di kedua ruas jalan ini. Dalam hal ini digunakan

metode manual dengan menggunakan alat Impinger dan HVAS (High Volume Air

Sampler).

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu :

1. Mengetahui prosedur penggunaan alat ukur kualitas udara yaitu Impinger

dan Hight Volume Air Sampler (HVAS).

2. Mengetahui konsentrasi NO2, NH3, dan Total Suspended Particulate

(TSP) di udara ambien pada Jl. A.P Pettarani dan Jl. Sultan Alauddin.

3. Membandingkan konsentrasi NO2, NH3, dan Total Suspended Particulate

(TSP) di udara ambien pada Jl. A.P Pettarani dan Jl. Sultan Alauddin

dengan indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dan baku mutu yang

berlaku.

KELOMPOK XVI
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Udara Ambien

Udara merupakan komponen yang membentuk atmosfer bumi, yang

membentuk zona kehidupan pada permukaan bumi. Udara terdiri dari berbagai

gas dalam kadar yang tetap pada permukaan bumi, kecuali gas metana, ammonia,

hidrogen sulfida, karbon monoksida dan nitrogen oksida mempunyai kadar yang

berbeda - beda tergantung daerah/lokasi (Abdullah, 2018).

Menurut PP RI No. 22 Tahun 2021, udara ambien adalah udara bebas di

permukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi

Republik Indonesia yang dibutuhkan dan berpengaruh terhadap kesehatan

manusia, makhluk hidup, dan unsur lingkungan hidup lainnya.

B. Pencemaran Udara

Menurut PP RI No. 22 Tahun 2021, pencemaran udara adalah masuk atau

dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lainnya ke dalam udara ambien

oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu udara ambien yang telah

ditetapkan.

Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia

ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga

dapat dideteksi oleh manusia (atau dapat dihitung dan diukur) serta memberikan

efek pada manusia, binatang, vegetasi dan material. Selain itu, pencemaran udara

juga memili arti yaitu adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang

KELOMPOK XVI
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya

(Muchtar, 2018).

C. Faktor yang Mempengaruhi Dispersi Larutan

1. Temperatur/suhu

Inversi suhu adalah di mana suhu udara di troposfer meningkat seiring dengan

ketinggian dan udara hangat berada di atas udara dingin. Kekuatan inversi adalah

perbedaan antara suhu di bagian atas inversi dan dasarnya. Ketebalan inversi

adalah perbedaan antara dasar inversi dan ketinggian dasar. Tinggi dasar inversi

adalah tinggi dari tanah ke dasar inversi. Ini juga disebut kedalaman pencampuran

karena tingginya perkiraan polutan yang dilepaskan dari campuran permukaan.

Pada kenyataannya, polutan sering dicampur ke dalam lapisan inversi itu sendiri

(Ginting, 2017).

Pergerakan mendadak lapisan udara dingin ke suatu kawasan dapat

menimbulkan temperatur inversi. Dengan kata lain, udara dingin akan

terperangkap dan tidak dapat keluar dari kawasan tersebut dan cenderung

menahan polutan tetap berada di lapisan permukaan bumi sehingga konsentrasi

polutan di kawasan tersebut semakin lama semakin tinggi (Ginting, 2017).

Perubahan terhadap keseimbangan pemanasan merupakan pengaruh

meteorologi utama yang ditimbulkan oleh aktivitas perkotaan. Perubahan dapat

terjadi karena (Ginting, 2017).

a) Perubahan karakteristik pemanasan pada permukaan

Banyaknya bangunan tegak lurus di daerah perkotaan menyebabkan adanya

KELOMPOK XVI
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

perubahan keseimbangan pemanas. Pada siang hari, gelombang sinar

matahari akan mengalami pemantulan berulang kali oleh permukaan tanah

dan dinding bangunan, sehingga gelombang sinar yang terlepas ke atmosfer

sangat berkurang. Pada malam hari, pelepasan panas yang tertahan pada

siang hari akan meningkatkan temperatur.

b) Perubahan penyinaran

Unsur-unsur pencemar udara perkotaan (aerosol, debu, dan oksidan) dapat

mengurangi intensitas sinar matahari yang datang antara 20% dan 30%. Ini

akan mengakibatkan naiknya temperatur.

2. Arah dan kecepatan angin

Kecepatan angin yang kuat akan membawa polutan terbang kemana-mana dan

dapat mencemari udara negara lain. Kecepatan angin di daerah perkotaan akan

cenderung menurun akibat semakin besarnya gesekan yang timbul pada aliran

udara (Ginting, 2017).

Semakin tinggi nilai kecepatan angin, maka semakin tinggi pula pendispersian

polutan pecemaran udara, maka konsentrasi pencemar akan semakin kecil.

Sebaliknya rendahnya kecepatan angin menyebabkan pendispersian polutan

pencemaran udara rendah juga, sehingga mengakibatkan konsentreasi pencemar di

udara semakin tinggi (Ginting, 2017).

3. Kelembaban

Kelembaban relatif adalah jumlah aktual uap air di udara relatif terhadap

jumlah uap air pada waktu udara dalam keadaan jenuh pada suhu yang sama

dinyatakan dalam persen. Pada kelembaban udara yang tinggi maka kadar uap di

KELOMPOK XVI
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

udara dapat bereaksi dengan pencemar udara, menjadi zat lain yang tidak

berbahaya atau menjadi zat pencemar sekunder (Ginting, 2017).

4. Tekanan

Besarnya tekanan udara di suatu tempat sangat bergantung pada jumlah udara

di atasnya. Semakin tinggi suatu tempat maka semakin sedikit jumlah udara di

atasnya, semakin sedikit berat udara yang ditahan wilayah tersebut sehingga

tekanannya semakin sedikit. Berbanding terbalik dengan daerah atau dataran

rendah, mereka mempunyai tekanan udara yang lebih besar. Jadi tekanan udara di

suatu wilayah sangat ditentukan oleh ketinggian tempat atau wilayah tersebut dari

permukaan air laut (Ginting, 2017).

D. Baku Mutu Pencemaran Udara

Standar tentang batas-batas pencemaran udara secara kuantitatif diatur dalam

baku mutu udara ambien dan baku mutu emisi. Baku mutu udara ambien

mengatur batas kadar yang diperolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di

udara namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh-

tumbuhan dan atau benda mati (Faradillah, 2018).

Menurut PP RI Nomor 22 Tahun 2021, baku mutu udara ambien adalah nilai

pencemar udara yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021

tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, baku

mutu udara ambien dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

KELOMPOK XVI
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Tabel 1. Baku Mutu Udara Ambien


No Parameter Waktu Baku Mutu Sistem
. Pengukuran Pengukuran
1. Sulfur Dioksida (SO2) 1 jam 150 μ/m3 aktif kontinu
aktif manual
24 jam 75 μ/m3 aktif kontinu
1 tahun 45 μ/m3 aktif kontinu
2. Karbon Monoksida (CO) 1 jam 1000 μ/m3 aktif kontinu
8 jam 4000 μ/m3 aktif kontinu
3. Nitrogen Dioksida (NO2) 1 jam 200 μ/m3 aktif kontinu
24 jam 65 μ/m3 aktif manual
1 tahun 50 μ/m3 aktif kontinu
4. Oksidan fotokimia (Ox) 1 jam 150 μ/m3 aktif kontinu
sebagai Ozon (O3) aktif manual#
8 jam 100 μ/m3 aktif kontinu##
1 tahun 35 μ/m3 aktif kontinu
5. Hidrokarbon Non Metana 3 jam 160 μ/m3 aktif kontinu###
(NMHC)
6. Partikulat debu < 100 μm 24 jam 230 μ/m3 aktif manual
(TSP)
Partikulat debu < 10 μm 24 jam 75 μ/m3 aktif kontinu
(PM10) aktif manual
1 tahun 40 μ/m3 aktif kontinu
Partikulat debu < 2,5 24 jam 55 μ/m3 aktif kontinu
μm (PM2,5) aktif manual
1 tahun 15 μ/m3 aktif kontinu
7. Timbal (Pb) 24 jam 2 μ/m3 aktif manual
Sumber : PP RI No. 22 Tahun 2021

Berdasarkan National Ambient Air Quality Standard 18 November 2009

standar kualitas udara ambien nasional bagi polutan amonia (NH 3) dengan waktu

rata-rata tiap tahun pada konsentrasi udara sekitar industri, perumahan, pedesaan,

dan daerah lainnya serta konsentrasi udara di sekitar daerah yang sensitif secara

ekologi (pemberitahuan oleh pemerintahan pusat) masing-masing sebesar 100

μ/m3. Sedangkan pada waktu 24 jam pada konsentrasi udara sekitar industri,

perumahan, pedesaan, dan daerah lainnya serta konsentrasi udara di sekitar daerah

yang sensitif secara ekologi masing-masing sebesar 400 μ/m3.

KELOMPOK XVI
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Nilai konsentrasi TSP di udara yang diperoleh melalui pengukuran kurang

dari 24 jam maka dapat dilakukan konversi nilai menggunakan persamaan Model

Konversi Canter seperti pada persamaan 1 (Agusgindo, 2007 dalam Afief, 2021)

sebagai berikut :

t2
C1 = C2 ×( )p (1)
t1

Dimana,

C1 = konsentrasi TSP 24 jam (μg/Nm3)

C2 = konsentrasi TSP n jam (μg/Nm3)

t1 = waktu baku mutu (24 jam) (jam)

t2 = waktu lama pengambilan data (jam)

p = koefisien konversi Canter (p = 0,159)

E. Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)

ISPU didefinisikan sebagai angka atau nilai yang tidak mempunyai satuan dan

menggambarkan kondisi mutu udara ambien di lokasi tertentu, yang didasarkan

kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan mahluk hidup

lainnya. Meskipun nilai ISPU lebih tepat digunakan untuk daerah urban, pada

prinsipnya nilai ini dapat diterapkan ke semua tipe wilayah (Kurniawan, 2017).

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Republik Indonesia No. P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2020 tentang Indeks

Standar Pencemar Udara, penentuan kategori ISPU dapat dilihat pada berikut.

KELOMPOK XVI
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Tabel 2. Kategori Angka Rentang ISPU


Kategori Status Warna Angka Rentang
Baik Hijau 1 – 50
Sedang Biru 51 – 100
Tidak Sehat Kuning 101 – 200
Sangat Tidak Sehat Merah 201 – 300
Berbahaya Hitam ≥ 301
Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2020

Tabel 3. Penjelasan Nilai ISPU


Kategori Keterangan Apa yang Harus Dilakukan
Baik Tingkat kualitas udara yang Sangat baik melakukan kegiatan di
sangat baik, tidak luar.
memberikan efek negatif
terhadap manusia, hewan,
tumbuhan.
Sedang Tingkat kualitas udara Kelompok sensitif: Kurangi
masih dapat diterima pada aktivitas fisik yang terlalu lama
kesehatan manusia, hewan atau berat.
dan tumbuhan. Setiap orang: Masih dapat
beraktivitas di luar.
Tidak Sehat Tingkat kualitas udara yang Kelompok sensitif: Boleh
bersifat merugikan pada melakukan aktivitas di luar, tetapi
manusia, hewan dan mengambil rehat lebih sering dan
tumbuhan. melakukan aktivitas ringan. Amati
gejala berupa batuk atau nafas
sesak. Penderita asma harus
mengikuti petunjuk kesehatan
untuk asma dan menyimpan obat
asma.
Penderita penyakit jantung: Gejala
seperti palpitasi/jantung berdetak
lebih cepat, sesak nafas, atau
kelelahan yang tidak biasa
mungkin mengindikasikan
masalah serius.
Setiap orang: Mengurangi
aktivitas fisik yang terlalu lama di
luar ruangan.
Sangat Tingkat kualitas udara yang Kelompok sensitif: Hindari semua
Tidak Sehat dapat meningkatkan resiko aktivitas di luar. Perbanyak
kesehatan pada sejumlah aktivitas di dalam ruangan atau

KELOMPOK XVI
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

segmen populasi yang lakukan penjadwalan ulang pada


terpapar. waktu dengan kualitas udara yang

Lanjutan Tabel 3
Kategori Keterangan Apa yang Harus Dilakukan
baik.
Setiap orang: Hindari aktivitas
fisik yang terlalu lama di luar
ruangan, pertimbangkan untuk
melakukan aktivitas di dalam
ruangan.
Berbahaya Tingkat kualitas udara yang Kelompok sensitif: Tetap di dalam
dapat merugikan kesehatan ruangan dan hanya melakukan
serius pada populasi dan sedikit aktivitas.
perlu penanganan cepat. Setiap orang: Hindari semua
aktivitas di luar.
Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2020

F. Polutan Nitrogen dioksida (NO2)

Nitrogen dioksida merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi

terhadap kualitas udara. Nitrogen dioksida (NO2) juga merupakan salah satu gas

beracun. Sumber pencemar NO2 aktivitas kendaraan bermotor, industri maupun

rumah tangga. Tingginya konsentrasi NO2 berbanding lurus dengan banyaknya

jumlah kendaraan bermotor, industri dan rumah tangga. NO2 merupakan hasil

reaksi dari NO yang terpapar oleh sinar matahari yang memancarkan sinar

ultraviolet (Constantya, 2017).

Kadar NO2 di udara jika terlalu tinggi diatas Indeks Standar Pencemaran

Udara (ISPU) 100 akan mengakibatkan terjadinya hujan asam, menyebabkan

kesulitan bernafas bagi penderita asma, menyebabkan batuk untuk anak-anak dan

orang tua, menurunan visibilitas dan berbagai gangguan pernafasan, serta dapat

KELOMPOK XVI
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

menyebabkan kematian. Selain itu, masyarakat perlu mengetahui kadar nitrogen

dioksida (NO2) yang aman bagi kesehatan (Darmawan, 2018).

G. Polutan Amonia (NH3)

Amonia adalah salah satu indikator pencemar udara pada bentuk kebauan.

Gas amonia adalah gas yang tidak berwarna, memiliki bau yang menyengat.

Biasanya, amonia berasal dari aktivitas mikroba, industri amonia, perngolahan

limbah dan pengolahan batu bara. Amonia di atmosfer bereaksi dengan nitrat dan

sulfat sehingga terbentuk garam amonia yang sangat korosif. Titik leburnya ialah

-75°C dan titik didihnya ialah -33.7°C. Larutan amoniak sebanyak 10 % dalam air

mempunyai pH 12. Sumber amonia adalah reduksi gas nitrogen yang berasal dari

proses difusi udara atmosfer, limbah industri, transportasi dan domestik. Amonia

disintesis dengan reaksi reversibel antara hidrogen dengan nitrogen (Muhammad,

2016).

Kadar amonia yang tinggi atau di atas 50 ppm dapat mengakibatkan iritasi di

mata dan hidung, iritasi tenggorokan, batuk, nyeri dada hingga sesak nafas.

Pekerja dapat terpapar amonia dengan cara terhirup gas ataupun uapnya, tertelan

ataupun kontak dengan kulit, pada umumnya adalah melalui pernafasan (dihirup).

Amonia dalam bentuk gas sangat ringan, lebih ringan dari udara sehingga dapat

naik, dalam bentuk uap, lebih berat dari udara, sehingga tetap berada di bawah.

Gejala yang ditimbulkan akibat terpapar dengan amonia tergantung pada jalan

terpaparnya, dosis, dan lama pemaparannya. Gejala-gejala yang dialami dapat

berupa mata berair dan gatal, hidung iritasi, gatal dan sesak, iritasi tenggorokan,

kerongkongan, dan jalan pernafasan terasa panas dan kering, batuk-batuk. Pada

KELOMPOK XVI
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

dosis tinggi dapat mengakibatkan kebutaan, kerusakan paru-paru, bahkan

kematian, amonia juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (Lubis, 2018).

H. Polutan Total Suspended Particulates (TSP)

Karakteristik fisik partikulat yang paling utama adalah ukuran dan

distribusinya. Secara umum partikulat berdasarkan ukurannya dibedakan atas dua

kelompok, yaitu partikulat halus (fine particles, ukuran kurang dari 2,5 μm) dan

partikulat kasar (coarse particles, ukuran lebih dari 2,5 μm). Perbedaan antara

partikulat halus dan partikulat kasar terletak pada sumber, asal pembentukan,

mekanisme penyisihan, sifat optiknya, dan komposisi kimianya. Partikulat halus

dan partikulat kasar ini dikelompokkan ke dalam partikulat tersuspensi yang

dikenal dengan Total Suspended Particulates (TSP) yaitu partikulat dengan

ukuran partikulat kurang dari 100μm. Jumlah partikulat tersuspensi (TSP) adalah

partikulat kecil di udara seperti debu, fume, dan asap dengan diameter kurang dari

100 μm yang dihasilkan dari kegiatan konstruksi, pembakaran, dan kendaraan.

Partikulat ini dapat terdiri atas zat organik dan anorganik. Partikulat organik dapat

berupa mikroorganisme seperti virus, spora dan jamur yang melayang di udara

(Oktaviani, 2018).

TSP menjadi komponen penting dalam kualitas udara ambien, jika konsentrasi

TSP melebihi standar kualitas akan menyebabkan beragam efek negatif yang

serius, baik untuk kesehatan, ekonomi, dan aspek lingkungan. Selain itu partikulat

dapat menyebabkan perubahan radiasi matahari di atmosfer yang diserap oleh

bumi permukaan (Oktaviani, 2018).

KELOMPOK XVI
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Pencemaran udara oleh TSP dapat menimbulkan berbagai macam penyakit

pada manusia seperti batuk, sesak nafas, bersin-bersin, mudah lelah, gatal

tenggorokan dan berdahak (Oktaviani, 2018).

I. Klasifikasi Jalan

Klasifikasi menurut fungsi jalan terdiri atas 3 golongan yaitu (Asya, 2019).

1. Jalan arteri yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri

perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk

dibatasi secara efisien.

2. Jalan kolektor yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi

dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan

jumlah jalan masuk dibatasi.

3. Jalan lokal yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri jarak

perjalanan yang dekat, kecepatan rata-rata yang rendah, dan jumlah jalan yang

masuk tidak dibatasi.

Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk

menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST)

dalam satuan ton (Asya, 2019).

Tabel 4. Klasifikasi Jalan Raya Menurut Kelas Jalan


Fungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat/MST (ton)
Arteri I > 10
II 10
III A 8
Kolektor III A 8
III B 8
Lokal III C 8
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga

KELOMPOK XVI
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

J. Alat Impinger

Rangkaian impinger dibagi menjadi empat bagian penting, yaitu tabung

impinger atau midget impinger. Tabung impinger merupakan botol tempat

pengambilan contoh uji yang dilengkapi dengan ujung silinder gelas yang berada

di dalam labu dengan maksimum diameter dalam 1 mm, pompa penghisap,

berfungsi untuk menarik contoh udara ke dalam impinger, flow meter digunakan

untuk mengukur kecepatan udara saat pengambilan sampel, tabung penyerap uap

air, digunakan sebagai pengaman pompa pada saat pengambilan sampel udara.

Terdapat uap air yang turut masuk ke dalam pompa karena dapat menyebabkan

pompa menjadi lembab dan jika hal itu berlangsung akan menyebabkan kerusakan

pada pompa (Muhammad, 2016).

Gambar 1. Alat Impinger

Teknik pengambilan sampel parameter gas dikategorikan menjadi dua jenis,

yaitu teknik tangkapan dan pemekatan. Teknik pemekatan dilakukan dengan

KELOMPOK XVI
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

menangkap sejumlah volume udara yang ditarik kedalam container khusus, seperti

flexible bags, steel caniste, dan glass boms. Teknik pemekatan dilakukan dengan

memekatkan sejumlah volume contoh yang ditarik ke dalam media tertentu,

seperti cairan, reagen kimia atau filter. Teknik pemekatan dilakukan dengan dua

cara, yaitu absorpsi cairan (impinger) dan adsorpsi desorpsi. Absorpsi atau

penyerapan dalam kimia adalah suatu fenomena fisik atau kimiawi suatu atom,

molekul, atau ion yang memasuki suatu fase lain yang bisa berupa gas, cairan,

ataupun padatan. Udara dalam jumlah tertentu ditarik melalui impinger dengan

laju alir tertentu yang stabil. Larutan absorber yang spesifik bereaksi dengan

komponen gas yang tertangkap dan membentuk substansi spesifik dan stabil

(Muhammad, 2016).

K. Alat Hight Volume Air Sampler (HVAS)

HVAS merupakan salah satu alat sampling yang digunakan untuk sampling

partikulat berupa Total Suspended Particulate (TSP) dengan ukuran dibawah 100

μm. HVAS merupakan salah satu sampler partikel udara yang banyak digunakan,

dan telah ditetapkan sebagai metode standar untuk pengambilan sampel TSP oleh

Standar Nasional Indonesia (SNI) dan National Ambient Air Quality Standart

(NAAQS). Intrumen ini pertama kali dikembangkan dan dikomersilkan pada

tahun 1960an. HVAS dapat mengumpulkan sampel lebih dari 1.500 m3 udara

selama 24 jam periode pengukuran, sampel udara dengan HVAS menghasilkan

volume udara sebesar 1.715 Nm3 sehingga lebih banyak menangkap partikel di

udara pemeliharaan alat menjadi hal yang penting (Sodikin, 2020).

KELOMPOK XVI
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Gambar 2. Alat HVAS

Prinsip kerja alat HVAS ini adalah menghisap udara dengan pompa vakum

sehingga partikulat akan masuk dan terkumpul di permukaan filter, laju alir alat

ini sebesar 1.200 L/menit selama 24 jam periode pengukuran. Partikulat yang

sudah terperangkap di permukaan filter ini untuk mengetahui konsentrasi,

partikulat dianalisis menggunakan metode gravimetri yaitu dengan ditimbang

dengan timbangan khusus 4 digit (Sodikin, 2020).

HVAS bekerja dengan penghisap udara yang ada disekitarnya dan menangkap

partikel dengan menggunakan filter pada lapisan atas, filter yang digunakan

sebelumnya telah ditimbang, sehingga diketahui berat filter kosong tanpa sampel

yang terperangkap didalamnya. Bagian penutup HVAS paling atas merupakan

tutupan alat seperti atap rumah yang menjaga filter dari air hujan dan mencegah

masuknya pertikel yang terlalu besar. Ukuran pertikel yang terkumpul sangat

dipengaruhi oleh arah angin disekitar lokasi pengambilan sampel, modifikasi yang

biasanya dilakukan adalah dengan memanfaatkan ukuran filter (Sodikin, 2020).

KELOMPOK XVI
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Pengukuran

1. Jalan A.P. Pettarani

2. Jalan Sultan Alauddin

B. Alat dan Bahan

1. Alat dan Bahan Praktikum Parameter Polutan NO2 dan NH3

2. Alat dan Bahan Praktikum Parameter Polutan TSP

KELOMPOK XVI
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

C. Flowchart Tahap Persiapan

1. Persiapan Pembuatan Larutan Penjerap NO2

KELOMPOK XVI
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
KELOMPOK XVI
A
Masukkan larutan penjerap tersebut ke dalam botol berwarna gelap dan simpan dalam lemari pendingin
hkan 20 mL larutan induk NEDA, dan 10 mL aseton, tambahkan air bebas mineral hingga tanda tera, lalu homogenkan
Pindahkan larutan tersebut ke dalam labu ukur 1000 mL
Aduk secara hati-hati dengan stirrer sambil ditambahkan dengan air bebas mineral hingga kurang lebih 800 mL
lfanilat anhidrat (H2NC6H4SO3H) atau asam sulfanilatmonohidrat dalam gelas piala 1000 mL dengan 140 mL asam asetat
Monohidrat
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Asam Sulfanilat Anhidrat 6. Labu ukur 1000 mL
(H2NC6H4SO3H) atau sulfanilat 7. Tabung reaksi
monohidrat 5 g 8. Pipet volumetrik 10 mL
Asam aetat glasial 140 mL 9. Stirrer
Larutan induk NEDA 20 mL10. Label
Aseton 10 mL
Gelas piala 1000 mL
MULAI
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
KELOMPOK XVI
A
Larutan diencerkan hingga 1000 mL lalu homogenkan (hati-hati reaksi eksotermis
O4 97% ke dalam labu ukur 1000 mL yang telah berisi kurang lebih 200 mL air suling dingin yang diletakkan dalam pena
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
H2SO4 97% 3 mL5. Tabung reaksi
Air Suling6. Pipet volumetrik
Penangas air 7. Label
Gelas piala 1000 mL
MULAI
2. Persiapan Pembuatan Larutan Penjerap NH3
 
SELESAI
Simpan larutan ke dalam cool box
Beri label dengan nama larutan baku NO2 dan larutan praktikum NO2
Masukkan masing-masing 10 mL larutan penjerap ke dalam 2 tabung reaksi menggunakan pipet volumetrik
A
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
KELOMPOK XVI
A
Kertas saring yang akan digunakan untuk mengambil contoh uji debu diambil menggunakan pinset
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Kertas saring
Pinset
Cawan petri
Label
Timbangan analitik
Oven
Desikator
Aluminium foil
MULAI
Persiapan Penimbangan Kertas Saring untuk Pengambilan TSP 3.
 
SELESAI
Simpan larutan ke dalam cool box
Beri label dengan nama larutan baku NH3 dan larutan praktikum NH3
Masukkan masing-masing 10 mL larutan penjerap ke dalam 2 tabung reaksi menggunakan pipet volumetrik
A
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
KELOMPOK XVI
1. Pengambilan Data Polutan NO2 dan NH3
D. Flowchart Tahap Pengambilan Data
 
SELESAI
an petri dibungkus dengan aluminium foil dan dibungkus dengan plastik selama transportasi ke lokasi pengukuran
Dimasukkan ke dalam desikator dan dibiarkan selama 24 jam
Timbang dengan menggunakan timbangan analitik dan catat berat awal sampel sebagai W1
Beri label dan isi sesuai interval yang akan digunakan
Dimasukkan ke dalam oven selama 30 menit
Dimasukkan ke dalam cawan petri
A
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
KELOMPOK XVI
A
Menentukan titik lokasi pengukuran
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
1 Set impinger5. Tripod9. Alat tulis
Speed gun 6. Roll Meter10. Larutan penjerap
Anemometer7. Payung11. Weather center
Weather Station 8. Smartphone12. Rompi
MULAI
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
KELOMPOK XVI
 
SELESAI
Bereskan alat-alat pengukuran dan segera bawa sampel ke laboratorium
Pindahkan contoh uji pada wadah reagen dan letakkan pada box pendingin
Setelah 1 jam matikan pompa penghisap
daraan, kecepatan kendaraan dengan menggunakan speed gun kemudian hitung kecepatan ruang sebanyak 30 kendara
ngukuran temperatur, tekanan udara, kelembaban pada weather center, kecepatan angin pada anemometer, dan arah a
p udara dan atur kecepatan aliran 0,4 L/menit untuk NO2 dan 1-2 L/menit untuk NH3, setelah stabil catat laju air awal da
Masukan larutan penjerap sebanyak 10 mL ke botol penjerap berwarna coklat
kan pada posisi dan lokasi pengukuran menurut metode penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas uda
A
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
KELOMPOK XVI
A
ngukuran temperatur, tekanan udara, kelembaban pada weather center, kecepatan angin pada anemometer, dan arah a
lakukan pengambilan contoh uji selama waktu yang ditentukan (1 jam setiap interval waktu pagi, siang, dan sore)
Menyalakan HVAS dan mengatur laju alir udara 0,5 m3/menit
Menghubungkan HVAS dengan sumber listrik
Membuka penutup HVAS dan memasang filter dan kertas saring menggunakan pinset
Memasang tripod pada titik pengukuran dan meletakkan HVAS di atas tripod
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Alat HVAS5. Tripod9. Alat tulis
Speed gun 6. Roll Meter10. Rompi
Anemometer7. Payung11. Weather center
Weather Station 8. Smartphone12. Kertas saring
MULAI
2. Pengambilan Data Polutan TSP
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
KELOMPOK XVI
 
SELESAI
Rapikan alat dan bahan yang digunakan setelah melakukan pengukuran.
foil dan kantong plastik dan dibawa ke laboratorium untuk ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik dan cata
Kemudian mengeluarkan filter, kertas saring dengan menggunakan pinset dan masukkan dalam cawan petri
Setelah 1 jam matikan alat HVAS
endaraan, kecepatan kendaraan dengan menggunakan speed gun kemudian hitung kecepatan ruang sebanyak 30 kendaraan
A
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
KELOMPOK XVI
A
enghitung Jumlah NO₂ (μg) tiap 1 mL larutan standar yang digunakan, dihitung dengan rumus sebagai berikut :
eterangan:
O2 : Jumlah NO2 dalam larutan standar NaNO2 (μg/ml)
: Berat NaNO2 yang ditimbang (g)
6: Berat molekul NaNO2
9: Berat molekul NaNO2
: Faktor yang menunjukkan jumlah mol NaNO2
ilai f = 0,82)
0/1000 : Faktor pengenceran dari larutan induk NaNO2
06: Konversi dari gram ke μg
MULAI
1. Analisis Data Sampel Polutan NO2
E. Flowchart Metode Analisis Data
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
KELOMPOK XVI
B
Menghitung volume contoh uji udara yang diambil, kemudian dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
V : Volume udara yang diambil dan dikoreksi pada kondisi
normal 25°C, 760 mmHg (Nm3)
Q1 : Pencatatan laju alir ke- (Nm3/menit)
n : Jumlah pencatatan laju alir
t : Durasi pengambilan contoh uji (menit)
Pa : Tekanan barometer rata-rata selama pengambilan
contoh uji (mmHg)
Ta : Temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji
dalam Kelvin (K)
298 : Konversi temperatur pada kondisi normal (25°C)
ke dalam Kelvin (K)
760 : Tekanan udara standar (mmHg)
A
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
KELOMPOK XVI
 
SELESAI
Menghitung konsentrasi NO₂ dalam contoh uji, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
C: Konsentrasi NO₂ di udara (μg/ Nm3)
B: Jumlah NO₂ dari contoh uji hasil perhitungan dari
kurva kalibrasi (μg)
Vu: Volume udara dihisap dikoreksi pada kondisi
nomal 25°C, 760 mmHg (Nm3)
V1: Volume akhir larutan penjerap (mL)
25: Volume larutan standard dalam labu ukur
1000: Konversi liter ke m3
B
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
KELOMPOK XVI
A
ntoh uji gas yang diambil, kemudian dikoreksi pada kondisi normal (25oC, 760 mmHg) dengan menggunakan rumus seba
dihisap, dikoreksi pada kondisi
mHg
enit)
enit)
contoh uji (menit)
r rata-rata selama pengambilan
ta selama pengambilan contoh uji
kondisi normal 25oC
da kondisi normal 1 atm
MULAI
2. Analisis Data Sampel Polutan NH3
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
KELOMPOK XVI
 
SELESAI
Menghitung konsentrasi NH3 dalam contoh uji dengan rumus:
Keterangan:
C: Konsentrasi NH3 di udara (μg/Nm3)
a: Jumlah NH3 dari contoh uji berdasarkan kurva
kalibrasi (μg)
V: Volume udara yang dihisap dan dikoreksi pada
kondisi normal 25oC, 760 mmHg
1000: Konversi dari L ke m3
A
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
KELOMPOK XVI
A
Menghitung nilai laju alir volume yang dikoreksi pada kondisi standar (Qs) dengan persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
Qs: Laju alir volume, dikoreksi pada kondisi
standar (m3/menit)
Q0: Laju alir volume uji (m3/menit)
Ts: Temperatur standar, yaitu 298 K
To: Temperatur absolute saat pengujian (K)
Ps: Tekanan baromatik standar, yaitu 101,3 kPa
(760 mmHg)
P0: Tekanan baromatik saat pengujian (mmHg)
MULAI
3. Analisis Data Sampel Polutan TSP
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
KELOMPOK XVI
B
Menghitung banyak volume contoh uji udara dalam keadaan standar dengan persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
Qs: Laju alir awal terkoreksi pada pengukuran
pertama (m3/menit)
t: Durasi pengambilan contoh uji (menit)
n: Jumlah pengambilan uji udara
Vstd: Volume contoh uji udara dalam keadaan standar (m3)
A
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

KELOMPOK XVI
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
KELOMPOK XVI
C
Menghitung banyak volume contoh uji udara dalam keadaan standar dengan persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
Qs: Laju alir awal terkoreksi pada pengukuran
pertama (m3/menit)
t: Durasi pengambilan contoh uji (menit)
n: Jumlah pengambilan uji udara
Vstd: Volume contoh uji udara dalam keadaan standar (m3)
B
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
KELOMPOK XVI
D
Menghitung konsentrasi massa partikel tersuspensi dengan rumus:
Keterangan:
C: Konsentrasi massa partikel tersuspensi (μg/Nm3)
W1: Berat filter awal (g)
W2: Berat filter akhir (g)
Vstd: Volume contoh uji udara dalam keadaan standar (Nm3)
106: Konversi gram (g) ke mikrogram (μg)
C
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
KELOMPOK XVI
 
SELESAI
entrasi massa partikel untuk pengukuran 1 jam ke nilai konsentrasi untuk pengukuran 24 jam dengan persamaan konversi
tara dengan konsentrasi TSP
ran 24 jam
udara dengan waktu pengukuran
n nilai 0,159
at dilakukan pengambilan
jam
lama 24 jam
D
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Febriyanti S. 2018. Analisis Konsentrasi Udara Ambien CO di Jalan
Alternatif Car Free Day Kota Makassar Menggunakan Program Caline-4.
Skripsi. Universitas Hasanuddin : Makassar.

Afief, Muhammad. 2021. Analisis Konsentrasi PM10 ( Particulate Matter) pada


Simpang Tak Bersinyal di Kota Makassar. Tugas Akhir. Universitas
Hasanuddin.

Asya, Nur. 2019. Analisis Beban Emisi Pada Bundaran Jalan Raya Kota Makassar
Berbasis Pemodelan Vissim. Skripsi. Universitas Hasanuddin : Makassar.

Bau, Qadriathi Dg. 2020. Kinerja Manajemen Lalu Lintas Baru di Kawasan
Losari Kota Makassar. Jurnal Transportasi. 20 (1) : 37–46.

Constantya, Qory. 2017. Studi Pola Konsentrasi Kualitas Udara Ambien Kota
Surabaya (Parameter: NO, NO2, O3). Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember : Surabaya.

Darmawan, Romi. 2016. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Kadar NO2 serta
Keluhan Kesehatan Petugas Pemungut Karcis Tol. Jurnal Kesehatan
Lingkungan. 10 (1) : 116–126.

Faradillah, Safira Lie. 2018. Identifikasi Kualitas Udara Ambien di Sekitar


Wilayah Universitas Negeri Semarang. Skripsi. Universitas Negeri
Semarang : Semarang.

Ginting, Ivana Ameta Putri. 2017. Analisis Pengaruh Jumlah Kendaraan Bermotor
dan Faktor Meteorologi (Suhu, Kecepatan Angin, dan Kelembaban)
terhadap Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) di Udara Ambien Roadside
(Studi Kasus : Pintu Tol Amplas dan Pintu Tol Tanjung Morawa). Skripsi.
Universitas Sumatera Utara.

Kurniawan, Agusta. 2017. Pengukuran Parameter Kualitas Udara (CO, NO2, SO2,
O3 daan PM10) di Bukit Kototabang Berbasis ISPU. Jurnal Tekno Sains. 7
(1) : 1–82.

Lubis, Nurhayani. 2017. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Paparan Gas


Amonia (NH3) terhadap Gangguan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terjun Kecamatan
Medan Marelan Kota Medan Tahun 2018. Skripsi. Universitas Sumatera
Utara : Medan.

Muchtar, Fakhrizal. 2018. Analisis Emisi Kendaraan Berbasis Model Caline4 di


Jalan Nasional pada Kawasan Mamminasata. Skripsi. Universitas

KELOMPOK XVI
MEI SARAH SAFITRI / D131191042
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Hasanuddin : Makassar.

Muhammad, Akbar. 2016. Analisa Udara Ambient (H2S, NO2, NH3, SO2) di Balai
Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKL PP) Kelas I
Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara : Medan.

Mustaha. 2016. Studi Kadar Senyawa Karbon Monoksida (CO) di Ruas Jalan
Sultan Alauddin Makassar pada Tahun 2016. Skripsi. Universitas Negeri
Sultan Alauddin Makassar : Makassar.

National Ambient Air Quality Standards Central Pollution Control Board


Notification. 2009. New Delhi.

Oktaviani, Esti. 2018. Paparan Particulate Matter (PM10) dan Total Suspended
Particulate (TSP) di Trotoar Beberapa Jalan Kota Surabaya. Skripsi.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember : Surabaya.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang


Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Sodikin, Didik. 2020. Kualitas Udara Ambien di Kawasan Puspiptek Serpong.


Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah : Jakarta.

Utama, Deddy Alif. 2019. Indeks Standar Pencemar Udara Polutan Karbon
Monoksida di Terminal Malengkeri Kota Makassar. Jurnal Nasional Ilmu
Kesehatan (JNIK). 2 (1) : 9–20.

Wahab, Abd. Wahid. 2019. Pelatihan Pengukuran Emisi Gas Karbon Monoksida
(CO) dan Nitrogen Oksida (NOx) pada Kendaraan Bermotor di SMA
Negeri 2 Bone. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat. 3 (2) : 125–132.

KELOMPOK XVI
MEI SARAH SAFITRI / D131191042

Anda mungkin juga menyukai