Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PRAKTIKUM KUALITAS UDARA

DISUSUN OLEH:

NAMA : NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK

NIM : D131 19 1028

KELOMPOK : XV

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun berdasarkan hasil praktikum Laboratorium Kualitas

Udara dan Bising Departemen Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas

Hasanuddin pada tanggal 22 April 2021 demi memenuhi salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi pada Departemen Teknik Lingkungan Universitas

Hasanuddin. Laporan ini disusun oleh anggota kelompok XIII.

Nama Mahasiswa : NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK

No. Stambuk : D131 19 1028

Praktikum Asisten Tanggal Tanda Tangan


Andi Indah Fitria Wahyuni S
Rizki Amalia
Afifah Azzahra Zafany
Angreni
Fitriani
Pengukuran M. Achdar Qusyaeri
Nazhiifah Bungawali
Kebisingan
Andi Annisa Tenri Ramadhani
Andi Dania Triska Fiyanda
Aiman Muin
Savirah Nurul Auliah MA
Yusril

Gowa, Desember 2021


Mengetahui,

Ketua Departemen Teknik Lingkungan


Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Dr. Eng. Muralia Hustim, ST., MT.


NIP. 19720424 200012 2 001

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 ii
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan sebagai salah satu

syarat kelulusan Mata Kuliah Kebisingan dan Getaran Departemen Teknik

Lingkungan Universitas Hasanuddin Makassar.

Adapun laporan ini sudah dikerjakan semaksimal mungkin dan dengan

bantuan dari dosen dan asisten laboratorium sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan ini dengan baik. Tidak lupa juga penulis menyampaikan

banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam

pengerjaan dan penyusunan laporan yang berjudul “Laporan Praktikum Bising”

dengan baik.

Penulis menyadari bahwa tugas besar ini masih jauh dari sempurna karena

pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu, saran dan

kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan tugas

di masa mendatang.

Makassar, Desember 2021

Penulis

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 viii
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii

LEMBAR ASISTENSI................................................................................... iii

KATA PENGANTAR.................................................................................... viii

DAFTAR ISI................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xii

DAFTAR TABEL........................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Tujuan................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. .............................................................................................................. 5

B. .............................................................................................................. 5

C. .............................................................................................................. 6

D. .............................................................................................................. 7

E. ..............................................................................................................

..............................................................................................................8

F. .............................................................................................................. 9

G. .............................................................................................................. 10

H. .............................................................................................................. 11

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 ix
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

I. ..............................................................................................................12

J. Analisis Regresi....................................................................................... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Pengukuran............................................................. 25

B. Sketsa Jalan........................................................................................... 26

C. Alat....................................................................................................... 27

D. Flowchart Pengambilan Data................................................................ 31

E. Flowchart Pengolahan Data.................................................................. 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data......................................................................................... 37

1. Analisis Data Hasil Pengukuran Sound Level Meter TM 103....... 37

2. Analisis Data Decibel X Pro.......................................................... 92

3. Analisa Regresi.............................................................................. 146

B. Pembahasan.......................................................................................... 147

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 156

B. Saran..................................................................................................... 157

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 x
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

DAFTAR GAMBAR

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 xi
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

DAFTAR TABEL

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 xii
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

DAFTAR LAMPIRAN

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 xiii
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat sekarang ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran

udara dapat terjadi diluar ruang (outdoor) maupun didalam ruang (indoor).

Pencemaran udara terjadi diluar ruang karena adanya polutan udara diluar ruang

yang berasal dari sumber bergerak yaitu asap pembakaran kendaraan bermotor

seperti mobil, motor, truk, dan bus maupun berasal dari sumber tidak bergerak

seperti industri maupun proses pembangunan (UNEP, 2015).

Menurut Hasbiah dkk., (2016), udara merupakan media yang terhubung

langsung ke tubuh manusia melalui sistem pernapasan. Udara yang seharusnya

masuk ke tubuh manusia dan makhluk hidup lainnya seharusnya dalam keaadan

yang baik, yaitu udara yang tidak mengandung polutan. Udara bersih yang kita

hirup merupakan gas yang tidak tampak, tidak berbau, tidak bewarna maupun

berasa. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih sudah sulit diperoleh, terutama

dikota-kota yang banyak industri dan padat lalu lintas. Udara yang tercemar dapat

merusak lingkungan dan kehidupan manusia. Terjadinya kerusakan lingkungan

berarti berkurangnya (rusaknya) daya dukung alam yang selanjutnya akan

mengurangi kualitas hidup manusia (Avrianto. F, 2010 dalam Suci, 2017).

Menurut Wu dan Kuo (2013) dalam Nurasya (2019), pencemaran udara

dikenal sebagai masalah lingkungan yang terasosiasi dengan wilayah perkotaan di

seluruh dunia. Berbagai program pemantauan telah digunakan untuk menentukan

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 14
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

kualitas udara dengan menggeneralisasikan sejumlah data dari setiap konsentrasi

polutan. pencemaran udara juga menjadi salah satu indikator kualitas lingkungan

yang berdampak pada kesehatan 2 masyarakat dan mempengaruhi kualitas udara

di wilayah tersebut.

Menurut Setiawan (1992) dalam Nurasya (2019), terjadinya pencemaran

udara luar ruangan dapat menyebabkan berbagai penyakit saluran pernapasan

seperti batuk, bronkhitis, asma, pneumonia, dan bahkan kanker paru. Indikator

yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya pencemaran udara dan kualitas

udara adalah indeks standar pencemar udara (ISPU). Sesuai PP No. 22 Tahun

2021 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, ISPU merupakan nilai ukuran

yang tidak mempunyai satuan untuk menggambarkan kondisi kualitas udara

ambien pada lokasi dan waktu tertentu. Peningkatan yang paling signifikan dari

penggunaan energi dan emisi gas rumah kaca terjadi di kota metropolitan yang

memiliki laju perkembangan populasi yang pesat dengan standar hidup dan

tingkat kemakmuran lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah perdesaan atau

kota yang lebih kecil (Imura, 2003 dalam Nurasya 2019).

Salah satu langkah penting yang dilakukan dalam proses studi lingkungan

adalah melakukan prediksi dampak pada suatu komponen lingkungan, model

kualitas udara dipergunakan untuk mengevaluasi dampak dari sumber emisi lalu

lintas terhadap kualitas lingkungan. Sedangkan pada kasus jalan raya emisi yang

dikeluarkan oleh kendaraan bermotor dipengaruhi oleh karakteristik lalu lintas

(Hoesodo, 2004 dalam Fyra dkk., 2021).

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 15
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Menurut Soedomo, 2001 dalam Fyra dkk., (2021), aktivitas transportasi di

jalan raya terus meningkat dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan karena semakin

meningkatnya pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan dan daya tarik

kota yang pesat. Angka kepemilikan kendaraan bermotor di Indonesia, terutama

kota-kota besar menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat, sehingga

menimbulkan permasalahan yang serius yakni kemacetan, meningkatnya

konsumsi bahan bakar dan semakin parahnya tingkat pencemaran udara akibat

emisi gas buang yang dihasilkan. Terutama pada Kota Makassar yang merujuk

data Samsat, kendaraan bermotor di Kota Makassar didominasi roda dua yang

mencapai 1.156.759 unit. Disusul mobil penumpang (213.985 unit), mobil barang

(74.603 unit). Namun, jumlah tersebut belum termasuk kendaraan baru yang data

pajaknya belum terdaftar (BPS Kota Makassar, 2018).

Salah satu kegiatan dalam pengendalian pencemaran udara adalah

pemantauan kualitas udara ambien. Pemantauan kualitas udara memiliki peran

yang sangat penting dalam penentuan tercemar atau tidak tercemarnya udara pada

lokasi pengukuran. Parameter gas NO2, NH3 dan TSP merupakan parameter

umum yang digunakan untuk mengetahui kualitas udara di suatu tempat. Hal

tersebut mendasari pemilihan bidang kajian untuk melihat kualitas udara di di

suatu daerah yang banyak menyumbangkan polusi udara (Soedomo, 2001 dalam

Akbar 2016).

Pertumbuhan aktivitas ekonomi dan urbanisasi yang cukup tinggi baik

diperkotaan dan subperkotaan berpotensi besar dalam peningkatan penggunaan

konsumsi energi, seperti pada kebutuhan bahan bakar guna pembangkit tenaga

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 16
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

listrik, dan transportasi. Pembakaran bahan bakar ini merupakan sumber-sumber

pencemar utama yang dilepaskan ke udara seperti NO 2, NH3, TSP (Total

suspended particulate). Sektor transportasi sebagai aktivitas manusia mempunyai

kontribusi yang cukup besar bagi pencemaran udara (Budiyono, 2001 dalam

Qory, 2017).

Secara alami, Polutan NO2 mengalami siklus fotolitik dengan bantuan

matahari membentuk O3 dan sebaliknya. Siklus fotolitik tersebut dapat mengalami

gangguan akibat adanya senyawa hidrokarbon yang bereaksi dengan NO sehingga

kadar O3 meningkat pada lapisan troposfer. Nitrogen dioksida (NO2) termasuk

polutan yang diemisikan dari berbagai sumber di suatu kawasan terutama sektor

transportasi. Adapun juga pada salah satu gas yang berperan dalam menimbulkan

pencemaran udara adalah gas amonia (NH3) senyawa dengan bau tajam yang khas

dan memiliki sumbangan penting namun dapat merusak kesehatan. Adapun juga

pada polutan Total Suspanded Particulate (TSP) merupakan salah satu komponen

pencemaran udara yang berupa partikel-partikel tersuspensi di udara permukaan

udara ambien, Partikel-partikel ini secara konstan memasuki atmosfer dari banyak

sumber. Dampak yang ditimbulkan dari ketiga polutan diatas, masing-masing

memicu berbagai gangguan kesehatan seperti terkena infeksi saluran pernapasan

akut (ISPA), asma, emfisema, kanker paru-paru, penyakit jantung, dan penyakit

paru-paru obstruktif kronis bahkan kematian.

Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui tingkat pencemaran udara perlu

dilakukan pengukuran lingkungan. Tingginya tingkat pencemaran udara di

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 17
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

lingkungan dapat diukur dengan menggunakan alat Impinger dan High Volume

Air Sampler (HVAS). Dengan alat Impinger untuk pengambilan sampel, terutama

perangkap polutan gas dalam media sorben cair mempercepat penghisapan udara

melalui nosel menjadi volume cairan, yang menciptakan gelembung dan alat

HVAS untuk pengambilan sampel, dengan pengumpulan kandungan partikel

melalui filtrasi udara yang terhidap disaring sehingga debu yang ada di udara

akan menempel pada filtrasi tersebut. Pada pengukuran ini dilakukan di Jalan A.P.

Pettarani dan di Jalan Sultan Alauddin Kota Makassar. Dilokasi tersebut sumber

pencemaran udara dari berbagai kendaraan yang volume lalu lintasnya bisa

dikatakan padat, apalagi jika pada jam-jam kerja yang memungkinkan adanya

kenaikan intensitas pencemaran udara yang menggambarkan kondisi mutu udara

ambien dilokasi tersebut.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu:

1. Mengetahui prosedur penggunaan alat ukur kualitas udara yaitu Impinger

dan High Volume Air Sampler (HVAS)

2. Mengetahui konsentrasi NO2, NH3, dan Total Suspended Particulate (TSP)

di udara ambien pada Jl. A.P. Pettarani dan Jl. Sultan Alauddin

3. Membandingkan konsentrasi NO2, NH3, dan Total Suspended Particulate

(TSP) di udara ambien pada Jl. A.P. Pettarani dan Jl. Sultan Alauddin

dengan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dan baku mutu yang

berlaku.

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 18
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 19
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Udara Ambien

Udara merupakan suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang

mengelilingi bumi (atmosfer), dimana komposisi dari udara tersebut tidak selalu

konstan. Udara merupakan komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan,

sehingga perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Udara yang setiap saat

kita hirup ketika bernafas merupakan udara ambien yang berada di lingkungan

sekitar (Wardoyo, 2016).

Udara ambien merupakan udara bebas di permukaan bumi dapat

mempengaruhi kesehatan manusia, makluk hidup dan perubahan iklim global baik

secara langsung maupun tidak langsung. Udara mengandung elemen senyawa gas

dan partikulat yakni padatan dan cairan yang tersuspensi di udara. Susunan

elemen yang menyusun udara akan berubah sesuai dengan ketinggiannya. Begitu

juga dengan massanya, akan berkurang seiring dengan ketinggian (Wardoyo,

2016).

Menurut PP No.22 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup, udara ambien adalah udara bebas di permukaan

bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik

Indonesia yang dibutuhkan dan berpengaruh terhadap kesehatan manusia,

makhluk hidup, dan unsur Lingkungan Hidup lainnya.

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 20
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

B. Pencemaran Udara

Pencemaran Udara adalah masuk atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau

komponen lainnya ke dalam Udara Ambien oleh kegiatan manusia sehingga

melampaui Baku Mutu Udara Ambien yang telah ditetapkan. (Peraturan

Pemerintah RI nomor 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan).

Menurut Kristanto (2002) dalam Titing (2017), pencemaran udara merupakan

hadirnya satu atau beberapa kontaminan di dalam udara atmosfer di luar seperti

debu, busa, gas, kabut, bau-bauan, asap atau uap dalam jumlah yang banyak

dengan berbagai sifat dan selang waktu berlangsungnya kontaminan di udara

tersebut sehingga meninimbulkan gangguan-gangguan terhadap kehidupan

manusia, tumbuhan ataupun hewan.

Menurut HE dkk., (2004) dalam Maria S (2019), pencemaran udara

diklasifikasi menjadi dua, yaitu :

1. Pencemaran udara bebas (Outdoor air pollution) yang sumber

pencemarannya yaitu sebagai berikut:

a. Alamiah, berasal dari letusan gunung berapi, pembusukan, dll

b. Kegiatan manusia, misalnya berasal dari kegiatan industri, rumah tangga,

kendaraan, dll.

2. Pencemaran udara ruangan (Indoor air pollution), berupa pencemaran udara

di dalam ruangan yang berasal dari kegiatan di dalam pemukiman maupun

perkantoran.

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 21
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Pencemaran udara baik di dalam maupun di luar ruangan ditunjukkan dengan

kenaikan konsentrasi gas dan partikulat yang terkandung di udara ambien sangat

berkontribusi dan mempengaruhi kualitas udara di dalam maupun di luar ruangan.

Peningkatan konsentari gas dan partikulat dapat meningkat 10x lipat

dibandingkan dengan kondisi udara tanpa konstribusi dari sumber pencemar, dan

hal tersebut bisa bersifat sementara atau bahkan untuk jangka waktu yang lama.

Peningkatan yang besar ini dapat menimbulkan efek yang signifikan pula terhadap

kesehatan manusia. Konsentrasi gas partikulat yang dihasilkan dari proses

pembakaran pada kendaraan dan industri tergantung dari proses pembakaran,

kondisi kendaraan (diam dan bergerak), dan proses di dalam industri (Wardoyo,

2016).

Menurut Wardoyo (2016), polutan yang berupa gas maupun partikulat dapat

dibagi menjadi dua, yaitu polutan primer dan polutan sekunder. Polutan primer

adalah polutan yang diemisikan langsung ke atmosfer dari sumbernya. Contoh

CO, NO2, maupun partikulat dengan berbagai ukuran. Sedangkan partikulat

sekunder adalah polutan yang dihasilkan oleh reaksi kimia dengan polutan yang

lainnya. Bahan pencemar udara atau polutan berdasarkan asalnya dapat dibagi

menjadi dua bagian :

1. Polutan Primer

Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber

tertentu, dan dapat berupa :

a. Polutan gas, terdiri dari: senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, hidrikarbon

teroksigenasi, dan karbon oksida (CO dan CO2). Senyawa sulfur, yaitu

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 22
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

sulfur oksida. Senyawa nitrogen, yaitu nitrogen oksida dan amoniak.

Senyawa halogen, yaitu flour klorin, hidrogen klorida, hidrokarbon

terklorinasi, dan bromin.

b. Partikulat atau partikel

Partikulat yang di atmosfer mempunyai karakteristik yang spesifik, dapat

berupa zat padat dan cairan maupun suspensi udara. Partikulat primer

dihasilkan oleh proses secara mekanik maupun proses pembakaran

2. Polutan sekunder

Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan

kimia di udara, misalnya reaksi fotokimia. Polutan sekunder mempunyai sifat

fisik dan kimia yang tidak stabil. Termasuk dalam polutan sekunder ini

adalah ozon, Paroxy Acyl Nitrat (PAN), dan formaldehid.

Secara umum sumber polusi udara diklasifikasikan sumber alamiah (natural

sources) dan akibat kegiatan manusia (antropogenik source).

1. Sumber pencemaran yang berasal dari proses atau kegiatan alam. Misalnya,

kebakaran hutan, kegiatan gunung berapi, dan lainnya.

2. Sumber pencemaran buatan manusia (berasal dari kegiatan manusia).

Misalnya,

a. Sisa pembakaran bahan bakar minyak oleh kendaraan bermotor berupa gas

CO, CO2, NO, karbon, hidrokarbon, aldehide, dan Pb.

b. Limbah industri: kimia, metalurgi, tambang, pupuk dan minyak bumi.

c. Sisa pembakaran dari gas alam, batu bata dan minyak, seperti asap, debu,

dan sulfur dioksida.

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 23
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

d. Lain-lain, seperti pembakaran sisa pertanian, hutan, sampah, dan

limbahreaktor nuklir (Wardoyo, 2016).

C. Faktor - faktor yang mempengaruhi dispersi polutan

Keadaan kualitas udara di lingkungan industri ditentukan oleh emisi yang

keluar dari cerobong pabrik. Kecepatan angin, arah angin, temperatur, dan

stabilitas atmosfer adalah faktor meteorologi yang sangat berpengaruh dalam

penyebaran polutan. Banyaknya polutan yang dikeluarkan secara tetap dari

cerobong asap akan terbawa angin dengan kecepatan dalam arah horizontal

dengan kerapatan massa.

Penyebaran polutan di atmosfer dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa

faktor meteorologi yang mempengaruhi pencemaran udara adalah:

1. Temperatur Udara

Pergerakan mendadak lapisan udara dingin ke suatu kawasan dapat

menimbulkan temperatur inversi. Dengan kata lain, udara dingin akan

terperangkap dan tidak dapat keluar dari kawasan tersebut dan cenderung

menahan polutan tetap berada di lapisan permukaan bumi sehingga

konsentrasi polutan di kawasan tersebut semakin lama semakin tinggi (Ivana,

2017).

Menurut Soedomo (2001) dalam Ivana, (2017), perubahan terhadap

keseimbangan pemanasan merupakan pengaruh meteorologi utama yang

ditimbulkan oleh aktivitas perkotaan. Perubahan dapat terjadi karena:

a. Perubahan karakteristik pemanasan pada permukaan Banyaknya

bangunan tegak lurus di daerah perkotaan menyebabkan perubahan

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 24
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

keseimbangan pemanas. Pada siang hari, gelombang sinar matahari

akan mengalami pemantulan berulang kali oleh permukaan tanah dan

dinding bangunan, sehingga gelombang sinar yang terlepas ke atmosfer

sangat berkurang. Pada malam hari, pelepasan panas yang tertahan pada

siang hari akan meningkatkan temperatur.

b. Perubahan penyinaran. Unsur-unsur pencemar udara perkotaan (aerosol,

debu, dan oksidan) dapat mengurangi intensitas sinar matahari yang

datang antara 20% dan 30%. Ini akan mengakibatkan naiknya

temperatur.

2. Arah dan Kecepatan Angin

Kecepatan angin yang kuat akan membawa polutan terbang kemana-mana

dan dapat mencemari udara negara lain (Chandra, 2006 dalam Ivana, 2017).

Kecepatan angin di daerah perkotaan akan cenderung menurun akibat

semakin besarnya gesekan yang timbul pada aliran udara (Soedomo, 2001

dalam Ivana, 2017).

Menurut Sonal (2008) dalam Ivana, (2017) menjelaskan bahwa semakin

tinggi nilai kecepatan angin, maka semakin tinggi pula pendispersian polutan

pecemaran udara, maka konsentrasi pencemar akan semakin kecil. Sebaliknya

rendahnya kecepatan angin menyebabkan pendispersian polutan pencemaran

udara rendah juga, sehingga mengakibatkan konsentreasi pencemar di udara

semakin tinggi.

3. Kelembaban Udara

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 25
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Menurut Santosa dalam Fajar (2010) dalam Ivana (2017), kelembaban

relatif adalah jumlah aktual uap air di udara relatif terhadap jumlah uap air

pada waktu udara dalam keadaan jenuh pada suhu yang sama dinyatakan

dalam persen. Pada kelembaban udara yang tinggi maka kadar uap di udara

dapat bereaksi dengan pencemar udara, menjadi zat lain yang tidak berbahaya

atau menjadi zat pencemar sekunder (Departemen Kesehatan dalam Faudzi,

2012).

4. Tekanan Udara

Tekanan Udara merupakan unsur dan pengendali iklim yang sangat

penting bagi kehidupan makhluk di bumi, karena perannya sebagai penentu

dalam penyebaran curah hujan. Tekanan udara merupakan tenaga yang

bekerja untuk menggerakkan massa udara dalam setiap satuan luas tertentu.

Perubahan tekanan udara akan menyebabkan perubahan kecepatan dan arah

angin, perubahan ini akan membawa pula pada perubahan suhu dan curah

hujan. Angin yang bergerak dari arah yang berlawanan mempunyai pengaruh

yang besar terhadap iklim, karena perbedaan suhu yang disebabkan, adapun

angin laut yang berasal dari lautan melewati lautan pada sebagian besar

perjalanannya akan lebih banyak mendatangkan hujan, karena uap air yang

dibawanya. Dengan demikian penyebaran curah hujan diseluruh permukaan

bumi berhubungan sangat erat dengan sistem tekanan udara dan angin.

Tekanan udara dipengaruhi oleh suhu, sedangkan garis yang menghubungkan

tempat-tempat yang sama tekanan udaranya disebut sebagai isobar. Alat

untuk mengukur tekanan udara adalah barometer (Dipa Prakoso, 2018).

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 26
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

5. Topografi

Variabel-variabel yang termasuk di dalam faktor topografi, antara lain

(Chandra, 2006 dalam Ivana, 2017):

Dataran rendah Di daerah dataran rendah, angin cenderung membawa

polutan terbang jauh ke seluruh penjuru dan dapat melewati batas negara dan

mencemari udara negara lain.

a. Pegunungan

Di daerah dataran tinggi sering terjadi temperatur inversi dan udara

dingin yang terperangkap akan menahan polutan tetap di lapisan

permukaan bumi.

b. Lembah

Di daerah lembah, aliran angin sedikit sekali dan tidak bertiup ke segala

penjuru. Keadaan ini cenderung menahan polutan yang terdapat di

permukaan bumi.

D. Polutan Nitrogen Dioksida (NO2)

1. Pengertian

Nitrogen Dioksida (NO2) merupakan salah satu komponen utama yang

mempengaruhi kualitas udara, NO2 juga merupakan gas yang beracun

berwarna coklat kemerah-merahan dan berbau tajam menyengat hidung.

Pengaruh dari gas dalam konsentrasi tinggi terhadap lingkungan akan

menyebabkan udara terlihat kecoklatan (Mukono, 2011 dalam Tetris, 2018).

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 27
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Nitrogen Dioksida (NO2) adalah gas yang berbau tajam dan berwarna

coklat kemerahan. NO2 bersifat racun, dapat menyerang paru-paru

mengakibatkan kesulitan bernafas, batuk, dan berbagai gangguan pernafasan,

serta menurunkan visibilitas. NO2 biasanya banyak terdapat dalam emisi gas

buang diesel. Konsentrasi NO2 akan berbanding terbalik dengan suhu udara

sekitar. Selain itu, NO2 berkontribusi terhadap pengasaman dan pengayaan

nutrisi (eutrofikasi dan saturasi nitrogen) air tanah dan permukaan, serta

menyebabkan kerugian keanekaragaman hayati. Oksida nitrogen merupakan

kontributor utama smog dan deposisi asam. NO2 bereaksi dengan senyawa

organik volatil membentuk ozon dan oksidan lainnya seperti

peroksiasetilnitrat (PAN) di dalam smog fotokimia, dan dengan air hujan

menghasilkan asam nitrat yang menyebabkan hujan asam. Hujan asam dapat

membahayakan tanaman, pertanian, ekosistem perairan dan hutan (Wardoyo,

2016).

2. Sumber

Sumber utama (NO2) pada atmosfer adalah dari kendaraan di jalan lalu

lintas. Sumber utama lainnya adalah dari pembangkit tenaga listrik, pabrik

pemanas, dan proses industri. Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas

nitrogen yang terdapat di atmosfir yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO)

dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya,

tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan

pencemar udara. Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna

dan tidak berbau sebaliknya nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 28
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

dan berbau tajam. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara

nitrogen dan oksigen diudara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih

lanjut dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2 (Wardoyo, 2016).

3. Dampak

Konsentrasi nitrogen dioksida sebesar 20 ppm apabila terhirup akan

menyebabkan kematian, Konsentrasi sebesar 5 ppm akan memberikan efek

akut apabila terpapar lebih dari 15 menit dan konsentrasi aman yang bila

dihirup NO2 dapat menyebabkan kematian dengan kejang akut (penutupan

jalan napas), edema paru (kerusakan jaringan halus paru-paru), atau

bronkolitis obliterans (penyumbatan pada bagian paru-paru halus, akibat

kerusakan jaringan sekunder) (Nur Ikshani, 2017).

E. Polutan Amonia (NH3)

1. Pengertian

Amonia (NH3) adalah gas tajam yang tidak berwarna terdiri dari 1 unsur

nitrogen (N) dan tiga unsur hidrogen (H3) dengan titik didih -33,5oC

cairannya mempunyai panas penguapan yang bebas yaitu 1,37 Kj/g pada titik

didihnya (Chandra, 2015).

2. Sumber

Emisi Amonia (NH3) utama mulai terjadi dari sumber peternakan,

pertanian, industri dan sangat dipengaruhi oleh kondisi meteorologi, dispersi

dengan cepat di atmosfer menyebabkan terjadinya pencampuran yang baik

dengan udara. Konsentrasi yang tinggi dapat terjadi pada sumber yang

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 29
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

tertutup, hal ini dikarenakan frekuensi amonia mempunyai kecepatan

pengendapan yang besar (pada tanah semi natural dan hutan), bergantung

+
pada kondisi permukaan tanah. Sebaliknya, aerosol NH4 umumnya

memiliki kecepatan pengendapan yang kecil dan dengan mudah dapat

terbawa udara dengan jangkauan jarak tertentu tergantung pada kondisi angin

dan suhu udara (Chandra, 2015).

3. Dampak

Pada umumnya adalah melalui pernafasan (dihirup). Amonia dalam

bentuk gas sangat ringan, lebih ringan dari udara sehingga dapat naik, dalam

bentuk uap, lebih berat dari udara, sehingga tetap berada dibawah. Gejala-

gejala yang dialami dapat berupa mata berair dan gatal, hidung iritasi, gatal

dan sesak, iritasi tenggorokan, kerongkongan dan jalan pernafasan terasa

panas dan kering, batuk-batuk. Pada dosisi tinggi dapat mengakibatkan

kebutaan, kerusakan paru-paru, bahkan kematian, amonia juga dapat masuk

ke dalam tubuh melalui kulit (Chandra, 2015).

F. Polutan Total Suspended Particulate (TSP)

1. Pengertian

Total Suspended Particulate (TSP) adalah partikel udara yang berukuran

kecil seperti debu, asap, dan uap dengan diameter kurang dari 100

mikrometer. TSP dapat berasal dari beberapa sumber termasuk pembangkit

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 30
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

tenaga listrik, insinerator, kendaraan dan aktivitas konstruksi (Rochimawati,

2014 dalam Nashihatul, 2019).

2. Sumber

Total Suspended Particulate (TSP) berasal dari berbagai sumber

termasuk kegiatan pembakaran maupun bukan pembakaran di pertambangan

atau kegiatan konstruksi, kendaraan bermotor dan di bidang industri. Salah

satu bidang industri adalah perusahaan. Perusahaan memiliki lingkungan

yang dipengaruhi banyak faktor, seperti jumlah orang yang ada di dalamnya,

aktifitasnya, rancangan gedung, dan sumber polutan di dalam ruangan,

konsentrasi polutan di luar ruangan dan kondisi sirkulasi udara. Kualitas

udara yang baik dalam ruangan di tempat umum, seperti di perusahaan dapat

meningkatkan kemampuan aktifitas pekerja, dan memberikan efek tidak

menguntungkan bagi kesehatan (Bachtiar, 2016).

3. Dampak

Masalah polusi yang ditimbulkan oleh TSP merupakan masalah yang

berbahaya bagi aktivitas manusia baik di dalam maupun di luar ruangan. TSP

telah memicu berbagai penyakit seperti gangguan pada penglihatan dan

infeksi pernafasan. Masalah polusi yang disebabkan oleh TSP merupakan

masalah yang berbahaya bagi aktifitas dan kesehatan manusia baik di dalam

maupun di luar ruangan (Bachtiar, 2016).

G. Baku Mutu Udara Ambien

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 31
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 2021

tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, baku

mutu udara ambien adalah nilai pencemar udara yang ditenggang keberadaannya

dalam udara ambien sebagai berikut:

Tabel 1. Baku Mutu Udara Ambien

No Waktu Sistem
Parameter Baku Mutu
. Pengukuran Pengukuran
1. 150 μ/m3 aktif kontinu
1 jam
aktif manual
Sulfur Dioksida (SO2)
24 jam 75 μ/m3 aktif kontinu
1 tahun 45 μ/m3 aktif kontinu
2. Karbon Monoksida 1 jam 1000 μ/m3 aktif kontinu
(CO) 8 jam 4000 μ/m3 aktif kontinu
3. Nitrogen Dioksida 1 jam 200 μ/m3 aktif kontinu
(NO2) 24 jam 65 μ/m3 aktif manual
1 tahun 50 μ/m3 aktif kontinu
4. Oksidan fotokimia 1 jam 150 μ/m3 aktif kontinu
(Ox) sebagai Ozon aktif manual#
(O3) 8 jam 100 μ/m3 aktif kontinu##
1 tahun 35 μ/m3 aktif kontinu
5. Hidrokarbon Non 3 jam 160 μ/m3 aktif kontinu###
Metana (NMHC)
6. Partikulat debu < 100 24 jam 230 μ/m3 aktif manual
μm (TSP)
Partikulat debu < 10 24 jam 75 μ/m3 aktif kontinu
μm (PM10) aktif manual
1 tahun 40 μ/m3 aktif kontinu
Partikulat debu < 2,5 24 jam 55 μ/m3 aktif kontinu
μm (PM2,5) aktif manual
1 tahun 15 μ/m3 aktif kontinu
7. Timbal (Pb) 24 jam 2 μ/m3 aktif manual
Sumber : PP No. 22 Tahun 2021

Berdasarkan baku mutu udara ambien, adapun baku mutu pada parameter

polutan Amonia (NH3) sebagai berikut:

Tabel 2. Baku Mutu (NH3)


No Parameter Waktu Baku Mutu Metode Analisis

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 32
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Pengukuran

 NH3 24 jam  400 ug/Nm3  Chemiluminescence


1.
(Amonia) 1 tahun 100 ug/Nm3 Indophenol blue method
Sumber : National Ambient Air Quality, 2009

H. Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

Saat ini Indeks standar kualitas udara yang dipergunakan secara resmi di

Indonesia adalah Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), hal ini sesuai dengan

Pemerintah RI nomor 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan. Dalam keputusan tersebut yang dipergunakan sebagai

bahan pertimbangan diantaranya: bahwa untuk memberikan kemudahan dari

keseragaman informasi kualitas udara ambien kepada masyarakat di lokasi dan

waktu tertentu serta sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan upaya-upaya

pengendalian pencemaran udara perlu disusun Indeks Standar Pencemar Udara.

Mengacu pada tabel dibawah ini mengenai rentang Indeks Standar Pencemar

Udara (ISPU) sebagai berikut :

Tabel 3. Rentang Indeks Standar Pencemar Udara

Kategori Rentang Penjelasan


Tingkat kualitas udara yg tidak
memberikan efek bagi kesehatan manusia
Baik 0 - 50
atau hewan dan tidak berpengaruh pada
tumbuhan, bangunan atau nilai estetika.
Tingkat kualitas udara yang tidak
berpengaruh pada kesehatan manusia
Sedang 51 - 100
ataupun hewan tetapi berpengaruh pada
tumbuhan yang sensitive dan nilai estetika.
Tidak sehat 101 - 199 Tingkat kualitas udara yang bersifat
merugikan pada manusia pada manusia
ataupun kelompok hewan yang sensitive

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 33
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

atau bisa menimbulkan kerusakan pada


tumbuhan ataupun nilai estetika.
Sangat tidak Tingkat kualitas udara yang dapat
200 - 299 merugikan kesehatan pada sejumlah
sehat segmen populasi yang terpapar
Tingkat kualitas udara berbahaya yang
Berbahaya 300 - lebih secara umum dapat merugikan kesehatan
yang serius.
Sumber : PP No. 22 Tahun 2021

Mengacu Regulasi tentang Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) telah

diperbaharui dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun

2020, rumus untuk menghitung Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

ditetapkan sebagai berikut:

I a−I b
I= ( X − X b ) + I b…………………………………...…………...(1)
X a− X b x

Dimana :

I = ISPU terhitung

Ia = ISPU batas atas

Ib = ISPU batas bawah

X a = Konsentrasi ambien batas atas (µg/m3)

X b = Konsentrasi ambien batas bawah (µg/m3)

X x = Konsentrasi ambien nyata hasil pengukuran (µg/m3)

I. Perhitungan Konsentrasi Polutan Di Udara Ambien

1. Polutan NO2

Menurut SNI 19-7119.2-2005 perhitungan untuk konsentrasi polutan

NO2 adalah sebagai berikut :

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 34
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

a. Konsentrasi NO₂ dalam larutan standar

Jumlah NO₂ (µg) tiap 1 mL larutan standar yang digunakan dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

a 46 1 10
NO₂ = × × × × 106……………………………………(2)
100 69 f 1000

Keterangan:

NO₂ = Jumlah NO₂ dalam larutan standard NaNO₂ (μg/ml)

a = Berat NaNO₂ yang ditimbang (g)

46 = Berat molekul NO₂

69 = Berat molekul NaNO₂

F = Faktor yang menunjukkan jumlah mol NaNO₂ yang


menghasilkan warna yang setara dengan 1 mol NO₂ (f = 0,82)

10/1.000 = Faktor pengenceran dari larutan induk NaNO₂

106 = Konversi dari gram ke μg

b. Volume Contoh Uji Udara Yang Diambil

Volume contoh uji udara yang diambil, dihitung pada kondisi normal

(25°C, 760 mmHg) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

F1+ F2 Pa 298
V = ×t× × ……………………………………………….
2 Ta 760

(3)

Keterangan :

V = Volume udara yang diambil dikoreksi pada kondisi normal 25°C,


760 mmHg (Nm3)

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 35
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

F1 = laju alir awal (L/menit)

F2 = laju alir akhir (L/menit)

t = Durasi pengambilan contoh uji (menit)

Pa = Tekanan barometer ratarata selama pengambilan contoh uji


(mmHg)

Ta = Temperature rata-rata selama pengambilan contoh uji dalam


Kelvin (K)

298 = Konversi temperature pada kondisi normal (25°C) ke dalam


Kelvin (K)

760 = Tekanan udara standard (mmHg)

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 36
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

c. Konsentrasi NO₂ di Udara Ambien

Konsentrasi NO2 dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

b 10
C= × × 1000…………………………………………….............(4)
V 25

Keterangan:

C = Konsentrasi NO₂ di udara (μg/ Nm3)

b = Jumlah NO₂ dari contoh uji hasil perhitungan dari kurva


kalibrasi (μg)

V = Volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi nomal 25°C, 760
mmHg (Nm3)

10/25 = faktor pengenceran

1000 = Konversi liter ke m3

2. Polutan Amonia (NH3)

Menurut SNI 19-7119.1-2005 perhitungan untuk konsentrasi polutan

NH3 adalah sebagai berikut :

a. Volume Contoh Uji Udara Yang Diambil

Volume contoh uji udara yang diambil, dihitung pada kondisi normal

(25°C, 760 mmHg) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

F1+ F2 Pa 298
V= ×t× × ……………………………….……………..(5)
2 Ta 760

Keterangan :

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 37
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

V = Volume udara yang diambil dikoreksi pada kondisi normal 25°C, 760

mmHg (Nm3)

F1 = laju alir awal (L/menit)

F2 = laju alir akhir (L/menit)

t = Durasi pengambilan contoh uji (menit)

Pa = Tekanan barometer ratarata selama pengambilan contoh uji (mmHg)

Ta = Temperature rata-rata selama pengambilan contoh uji dalam Kelvin

(K)

298 = Konversi temperature pada kondisi normal (25°C) ke dalam Kelvin

(K)

760 = Tekanan udara standard (mmHg)

b. Konsentrasi NH3 Di Udara Ambien

Konsentrasi NH3 udara ambien yang diambil, dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

a
C= ×1000……….…………………………………………….(6)
V

Keterangan:

C = Konsentrasi NO₂ di udara (μg/ Nm3)

a = Jumlah NH3 dari contoh uji berdasarkan kurva kalibrasi (μg)

V = Volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi nomal 25°C, 760
mmHg (Nm3)

1000 = Konversi liter ke m3

3. Polutan Partikel Total Suspended Partikulate (TSP)

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 38
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Menurut SNI 19-7119.3-2005 perhitungan untuk konsentrasi polutan

TSP adalah sebagai berikut :

a. Koreksi Laju Alir Pada Kondisi Standar

Koreksi laju alir pada kondisi standar, dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

1
T s × P0 2
Qs =Q0 ×
[
T 0 × Ps ]
……………………………………………………(7)

Keterangan :

Qs = Laju alir volume dikoreksi pada kondisi standar (Nm3/menit)

Q0 = Laju alir volume uji (m3/menit)

Ts = Temperatur standar, 298 K

T0 = Temperatur rata-rata aktual (273 + Tukur) dimana Q0 ditentukan

Ps = Tekanan barometrik standar, 101,3 kPa (760 mmHg)

P0 = Tekanan barometrik rata-rata aktual dimana Q0 ditentukan

b. Volume Udara Yang Diambil

Volume contoh uji udara yang diambil, dihitung pada kondisi normal

(25°C, 760 mmHg) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Qs1 +Qs2
V= ×T ……………………………………………………...(8)
2

Keterangan :

V = Volume udara yang diambil (m3)

Qs1 = Laju alir awal terkoreksi pada pengukuran pertama (m3/menit)

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 39
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Qs2 = Laju alir awal terkoreksi pada pengukuran pertama (m3/menit

T = Durasi pengambilan contoh uji (menit)

c. Konsentrasi Partikel Tersuspensi Total Dalam Udara Ambien

Konsentrasi partikel tersuspensi total dalam udara ambien yang telah

diambil, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(W 2 −W 1) ×10 6
C= ……………………….……………………………(9)
V

Keterangan :

C = konsentrasi massa partikel tersuspensi (μg/Nm3)

W1 = berat filter awal (g)

W2 = berat filter akhir (g)

V = volume contoh uji udara (m3)

106 = konversi gram (g) ke mikrogram (μg)

d. Persamaan Konversi Canter

Mengkonversikan hasil perhitungan konsentrasi TSP selama 1 jam

pengukuran kedalam konsentrasi selama 24 jam dengan konversi Canter.

C 1=C2 ¿………………………………………………………(10)

Keterangan :

C1 = konsentrasi rerata udara dengan lama pencuplikan contoh t1 (μg/Nm3)

C2 = konsentrasi rerata udara dari hasil pengukuran dengan lama pencuplikan

t1 = lama pencuplikan contoh 1 (24 jam)

t2 = lama pencuplikan contoh 2 dari hasil pengukuran contoh udara (jam)

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 40
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

p = faktor konversi yang bernilai antara 0,17 dan 0,2.

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 41
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

J. Klasifikasi Jalan

Klasifikasi jalan merupakan aspek penting yang pertama kali harus

diidentifikasikan sebelum melakukan perancangan jalan, karena kriteria desain

suatu rencana jalan yang ditentukan dari standar desain ditentukan oleh klasifikasi

jalan rencana. Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,

suatu ruas jalan dapat diklasifikasikan berdasarkan segi peninjauannya, yaitu

berdasarkan segi layanan, segi pengawasan dan pendanaan serta berdasarkan

fungsinya. Namun perlu diingat bahwa pada keadaan sehari-hari pembagian kelas

jalan ini tidaklah nyata seperti dalam konsep tersebut.

1. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Pelayanan

Jalan raya dapat digolongkan dalam klasifikasi berdasarkan pelayanannya

yang mana mencakup dua golongan meliputi:

a. Jalan sosial/ekonomi (Jalan Umum); yaitu jalan raya yang diperuntukkan

melayani aktivitas sosial dan perekonomian masyarakat.

b. Jalan politik/militer (Jalan Khusus /jalan strategi); yaitu jalan yang

diperuntukkan melayani aktivitas politik dan militer. Pada ruas jalan ini

aktifitas-aktifitas lainnya tidak diperkenankan dan sangat tertutup.

2. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Pengawasan dan Pendanaan

Jalan raya dapat digolongkan dalam klasifikasi berdasarkan pengawasan dan

pendanaan yang mana mencakup beberapa golongan meliputi:

a. Jalan nasional; Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor

dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 42
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.

b. Jalan provinsi; Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem

jaringan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota

kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis

provinsi.

c. Jalan kabupaten; Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem

jaringan jalan primer yang tidak termasuk dalam jalan nasional dan jalan

provinsi, yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota

kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat

kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem

jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis

kabupaten.

d. Jalan kota; Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan sekunder

yang menghubungkan antara pusat pelayanan dalam kota,

menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antara

persil, serta menghubungkan antar pusat permukiman yang berada di

dalam kota.

e. Jalan desa; Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan

kawasan dan/atau antar permukiman di dalam desa, serta jalan

lingkungan.

3. Klasifikasi Jalan Menurut Sistem Jaringan

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 43
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari

sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin

dalam hubungan hirarki.

a. Sistem jaringan jalan primer; Sistem jaringan jalan primer disusun

berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa

untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan

menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat

kegiatan sebagai berikut:

1) Menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat

kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan

lingkungan;

2) Menghubungkan antar pusat kegiatan nasional.

b. Sistem jaringan jalan sekunder; Sistem jaringan jalan sekunder disusun

berdasarkan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dan pelayanan

distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan

yang menghubungkan secara menerus kawasan yang mempunyai fungsi

primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder

ketiga, dan seterusnya sampai ke persil.

4. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Kelas Jalan

Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan

klasifikasi menurut fungsi jalan (Pasal 11 PP No.43/1993), sebagai berikut:

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 44
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

a. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor

termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,

ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu

terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton;

b. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor

termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,

ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu

terberat yang diizinkan 10 ton;

c. Jalan kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui

kendaraan bermotor.

d. Masuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,

ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu

terberat yang diizinkan 8 ton (Silvester, 2019).

K. Jenis-jenis Kendaraan

Jenis kendaraan yang digunakan sebagai alat transportasi merupakan bagian

didalam sistem transportasi yang akan memberikan dampak terhadap lingkungan

fisik dan biologi akibat emisi pencemar udara dan kebisingan. Kedua jenis

pencemar ini sangat ditentukan oleh jenis dan kinerja mesin penggerak yang

digunakan. Persyaratan pengendalian pencemaran seperti yang diterapkan di

Amerika Serikat telah terbukti membawa perubahan-perubahan besar dalam

perencanaan mesin kendaraan bermotor.Tingkat emisi pencemar dari kendaraan

bermotor tidak saja bergantung dari jenis mesin dan proses pembakaran yang

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 45
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

diterapkan, tetapi dalam kenyataanya ditentukan pula oleh, pola berhenti-jalan

dan pola berkendara dari umur mesin sendiri. (Soedomo, 1999 dalam Rengga

dkk., 2017).

Menurut Soedomo (1999) dalam Rengga dkk. (2017) salah satu faktor

dominan pengaruh sektor transportasi terhadap pencemaran udara perkotaan di

indonesia adalah Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor. Disamping

factor - faktor yang menentukan intensitas emisi pencemar sumber seperti diatas

adalah faktor potensi dispersi atmosfer daerah perkotaan yang akan sangat

tergantung kepada kondisi dan perilaku meteorologi.

Emisi transportasi adalah pancaran atau pelepasan gas buang yang berasal

dari sector transportasi. Gas buang yang dimaksud merupakan gas buang yang

diemisikan ke udara ambien berupa gas dari berbagai jenis polutan dan partikel

(Aly, 2015). Jenis-jenis kendaraan bermotor menurut Peraturan Pemerintah RI

No.44 Tahun 1993 yaitu:

1. Passenger Car Petrol (PC-P), adalah kendaraan beroda empat yang

menggunakan bahan bakar bensin dan dilengkapi sebanyak-banyaknya 8

(delapan) tempat duduk, tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik

dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi. Menggunakan

bahan bakar bensin.

2. Passenger Car Diesel (PCD), adalah mobil beroda karakter mesin yang

berisik sehingga dianggap kurang nyaman untuk dikendarai. Padahal, mobil

diesel bisa menjadi alternatif selain kendaraan yang berbahan bakar bensin.

Terlebih mobil diesel paling irit dibandingkan mesin bensin. 

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 46
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

3. Light commercial vehicles petrol (LCV-P),

4. Light commercial vehicles diesel (LCV-D),

5. Heavy duty vhicles (HDV),

6. Bus, Mobil bus yang di maksud yaitu kendaraan bermotor angkutan orang

yang

memiliki tempat duduk lebih dari 8 (delapan) orang, termasuk untuk

Pengemudi atau yang beratnya lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus)

kilogram.

7. Motocycle (MC), adalah kendaraan bermotor beroda dua, atau tiga tanpa

rumah-rumah baik dengan atau tanpa kereta samping.

L. Alat Impinger

Sistem impinger telah menjadi pilihan umum untuk pengambila sampel,

terutama perangkap polutan gas dalam media sorben cair. Penggunaan sistem

impinger juga diperluas ke berbagai aplikasi, misalnya.perkiraan tingkat emisi

berbagai odotan dai sampel sedimen yang dikumpulkan dari lingkungan yang

tercemar. Metode impinger dapat digunakan untuk sampel kontaminan tertentu di

udara metode ini sangat mirip dengan sampling sorben padat aktif dalam arti

bahwa bekerja dengan memiliki kontaminan kimia bereaksi dengan larutan

sebagai sampel udara yang menggelembung melalui cairan (Swapna, 2017).

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 47
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Sumber: Dokumentasi Kelompok XV, 2021


Gambar 1. Alat Impinger
Rangkaian impinger dibagi menjadi empat bagian penting, yaitu tabung

impinger atau midget impinger. Tabung impinger merupakan botol tempat

pengambilan contoh uji yang dilengkapi dengan ujung silinder gelas yang berada

di dalam labu dengan maksimum diameter dalam 1 mm, pompa penghisap,

berfungsi untuk menarik contoh udara ke dalam impinger, flow meter digunakan

untuk mengukur kecepatan udara saat pengambilan sampel, tabung penyerap uap

air, digunakan sebagai pengaman pompa pada saat pengambilan sampel udara

(Akbar, 2016).

M. Alat High Volume Air Sampler (HVAS)

High Volume Air Sampler (HVAS) adalah peralatan yang digunakan untuk

pengumpulan kandungan partikel melalui fitrasi, sejumlah besar volun udara di

atmosfer dengan memakai pompa vakum kapasitas tinggi, yang dilengkapi dengan

filter dan alat control laju alir (Modul Praktikum, 2021).

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 48
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Sumber: Dokumentasi Kelompok XV, 2021


Gambar 2. Alat HVAS
Prinsip kerja dari high volume air sampler dengan metode gravimetri adalah

menentukan konsentrasi debu yang ada di udara dengan menggunakan pompa

isap. Udara yang terhidap disaring dengan filter, sehingga debu yang ada di udara

akan menempel pada filter tersebut. Berdasarkan jumlah udara yang terhisap dan

berat debu yang menempel pada filter, akan diketahui kortsentrasi debu yang ada

di udara (Modul Praktikum, 2021).

High Volume Air Sampler (HVAS) merupakan salah satu alat sampling

yang digunakan untuk sampling partikulat berupa Total Suspended Particulate

(TSP) dengan ukuran dibawah 100 μm. HVAS merupakan salah satu sampler

partikel udara yang banyak digunakan, dan telah ditetapkan sebagai metode

standar untuk pengambilan sampel TSP oleh SNI (Standar Nasional Indonesia)

dan NAAQS (National Ambient Air Quality Standart) (Didik, 2020).

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 49
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Pengukuran

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 50
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

B. Alat dan Bahan

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 51
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

C. Flowchart Tahap Persiapan

1. Persiapan Pembuatan Larutan Penjerap NO2

Pembuatan larutan penyerap NO2 dengan metode Griess – Saltzman.

MULAI

Menyiapkan alat dan bahan:


5,5 gpadatanasamsulfanilatmonohidrat
(H2NC6H4SO3H)
Gelas piala 1.000 mL
140 mL asam asetatglasial
Stirrer
800 mL air bebas mineral
Labu ukur 1.000 mL
10 mL aseton
20 mL larutan induk NEDA

Larutkan 5,5 g padatan asam sulfanilat

monohidrat (H2NC6H4SO3H) dalam gelas

piala 1.000 mL

Larutkan 140 mL asam asetatglasial

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 52
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 53
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Aduk secara hati-hati dengan stirrer

sambil ditambahkan dengan air bebas

mineral hingga kurang lebih 800 mL

Pindahkan larutan tersebut ke dalam


Labu ukur 1.000 mL

Tambahkan10 mL aseton

Tambahkan 20 mL larutan induk

NEDA

Lalu aduk larutan sampai homogen

Pindahkan larutan ke botol reagen 1.000

mL, lalu letakkan botol ke dalam box


pendingin

SELESAI

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 54
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

2. Persiapan Pembuatan Larutan Penjerap NH3

Pembuatan larutan penyerap NH3 dengan metode Griess – Saltzman.

MULAI

Menyiapkan alat dan bahan:


1. 1,5 mL H2SO4 97%
Labu ukur 1000 mL
200 mL air suling
Penangas air es

Masukkan 3 mL H2SO4 97% ke dalam

labu ukur 1000 mL yang telah berisi

kurang lebih 200 mL air suling dingin

yang diletakkan dalam penangas air es

Larutan diencerkan hingga 1.000 mL.


Laluhomogenkan(hati-hati reaksi eksosetrim

SELESAI

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 55
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

3. Persiapan Penimbangan Kertas Saring Untuk Pengambilan TSP

MULAI

Menyiapkan alat dan bahan:


1. Kertas saring
2. Cawan petri
3. Pinset
4. Aquades
5. Oven
6. Desikator

Filter fiber glass diambil dengan pinset

Dimasukkan ke dalam cawan petri

Berilabeldanisinomortitik
pengambilanData
D. Flowchart Tahap Pengambilan data

Timbangdengantimbangananalitik
sebagai berat awal sampel

SELESAI

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 56
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

E. Flowchart Analisis Data di Laboratorium

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 57
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

F. Flowchart Tahap Pengolahan Data

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 58
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 59
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 60
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

DAFTAR PUSTAKA

KELOMPOK XV
NUR ALIFIYAH NABILAH MALIK / D131191028 61
LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Sound Level Meter TM-103 Jam 07.35 – 07.45 WITA

Lampiran 2. Data Aplikasi Decibel XPro Jam 07.35 – 07.45 WITA


Lampiran 3. Alat Sound Level Meter TM-103

Lampiran 4. Aplikasi Decibel X Pro


Lampiran 5. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai