Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

REKAYASA LINGKUNGAN
(HSKK 531)

DAMPAK LINGKUNGAN AKIBAT PEMBANGUNAN


KONSTRUKSI TEKNIK SIPIL

Dosen Pembimbing:
Dr. Rusdiansyah
NIP. 19740809 200003 1 001
Chairul Abdi, S.T., M.T.
NIP. 19780712 201212 1 002

KELOMPOK 9:
Ahmad Royaldi 1710811210007
Arif Giyani 1710811110007
Ratri Handayanti 1710811120043

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI


INDONESIA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL
BANJARBARU

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
tugas makalah ini, yang berjudul “Dampak Lingkungan Akibat Pembangunan
Konstruksi Teknik Sipil”. Makalah ini berisikan informasi dampak lingkungan
akibat pembangunan konstruksi teknik sipil dan AMDAL.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang pengolahan air bersih. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.

Banjarbaru, 8 Desember 2019

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 3
2.1 Pengertian Dampak ..................................................................... 3
2.2 Dampak Negatif Bagi Lingkungan ............................................. 4
2.3 Contoh Jenis Dampak ................................................................. 4
2.4 AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) .................................. 5
2.5 Prosedur Pelaksanaan AMDAL......... ................................... ...... 6
2.6 Studi Kasus Dampak Lingkungan Akibat Konstruksi......... . ...... 8
BAB III. PENUTUP ............................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 17

iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Skema Terjadinya Dampak ................................................ 3
Gambar 2.2 Tumpukan Tanah Kapur Hasil Reklamasi .......................... 8
Gambar 2.3 Dampak Reklamasi Pantai Kota Manado ........................... 9
Gambar 2.4 Reklamasi Untuk Pembangunan Bandara Ngurah Rai Bali 10
Gambar 2.5 Pengembangan Reklamasi Pantura Jakarta ......................... 10
Gambar 2.6 Dampak Saat Proses Pembangunan ................................... 11
Gambar 2.7 Dampak Pembangunan Telah Selesai ................................. 12

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada awal kebudayaan manusia, perubahan pada lingkungan oleh aktivitas
manusia masih dalam kemapuan bagi alam untuk memulihkan diri secara alamiah,
tetapi semakin lama aktivitas manusia semakin kompleks sehingga menimbulkan
banyak perubahan pada lingkungan. Perubahan lingkungan yang sudah terjadi
sering masih dapat ditoleransi oleh manusia karena dianggap tidak menimbulkan
kerugian pada manusia sercara jelas dan berarti. Tetapi perubahan yang semakin
besar akhirnya akan menimbulkan kerugian bagi manusia dalam memnuhi
kebutuhan hidupnya, kesejahteraannya dan bahkan keselamatan dirinya.
Kemudian karena semakin memburuknya kualitas bumi tempat tingggal manusia,
maka pada tahun 1972 di Stockholm, negara-negara anggota Persatuan Bangsa-
Bangsa mengadakan konferensi lingkungan hidup, melahirkan prinsip-prinsip
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Melalui
implementasi konsep ini pembangunan yang sedang dan akan berjalan di muka
bumi diharapkan tidak menimbulkan dampak kerusakan lingkungan yang dapat
mengurangi hak generasi selanjutnya akan sumber daya alam dan terpeliharanya
proses ekologi.
Seperti yang disinggung diatas, dunia konstruksi juga terlibat di dalam
memburuknya lingkungan hidup, dimana aktivitas manusia dalam pelaksanaan
proyek bangunan dapat menimbulkan dampak yang merugikan (negatif) pada
lingkungan sekitarnya. Besarnya dampak negatif yang ditimbulkan sangat
tergantung seberapa kompleks aktivitas proyek tersebut. semakin kompleks
aktivitas yang terjadi maka semakin besar dampak negatif yang dihasilkan.
Dampak negatif yang dihasilkan selama pelaksanaan proyek dapat bermacam-
macam, seperti ceceran tanah pada jalan yang berasal dari truk pengangkut tanah
yang sering membuat jengkel para pengendara terutama pada musim hujan,
menggenangnya air pada permukiman sekitarnya, debu dari truk pengangkut
tanah yang dapat mengganggu pernafasan, keretakan bangunan sekitar akibat
galian proyek konstruksi yang terlalu dalam, suara bising yang ditimbulkan oleh

1
alat-alat yang bekerja siang malam tanpa mengingat jam-jam istirahat warga
sekelilingnya, juga dalam pengiriman bahan bangunan yang jika tidak melalui
perencanaan yang baik bisa mengganggu lalu lintas dan masih banyak masalah
lainnya. Masalah-masalah lingkungan ini kurang mendapat perhatian baik oleh
pemilik (owner), perencana (konsultan) dan pelaksana (kontraktor) proyek
konstruksi yang lebih memperhatikan biaya, mutu dan waktu. Padahal dampak
negatif yang ditimbulkan dapat mengganggu, merugikan, bahkan dapat pula
membahayakan masyarakat yang berada di sekitar lokasi proyek konstruksi
tersebut.
Oleh karena itu, para pelaku di bidang konstruksi harus memperhatikan
dampak negatif yang dapat ditimbulkan dalam pelaksanaan proyek konstruksi
tersebut. Dalam fase perencanaan maupun pelaksanaan proyek konstruksi perlu
dilakukan analisis mengenai dampak negatif yang dapat ditimbulkan terhadap
lingkungan sekitar agar dapat direncanakan tindakan untuk dapat mengurangi atau
bahkan mengeliminasi dampak negatif yang terjadi dan sebaliknya dapat
memperbesar dampak positif, sehingga dengan demikian dapat memperbesar
manfaat dalam proyek konstruksi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana dampak bagi lingkungan akibat pembangunan konstruksi
Teknik Sipil?
2. Apa itu prosedur pelaksanaan AMDAL?
3. Bagaimana studi kasus dampak lingkungan akibat pembangunan
konstruksi Teknik Sipil?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui dampak bagi lingkungan akibat pembangunan
konstruksi Teknik Sipil.
2. Dapat mengetahui prosedur pelaksanaan AMDAL.
3. Dapat mengetahui studi kasus dampak lingkungan akibat pembangunan
konstruksi Teknik Sipil.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Dampak


Dampak dapat didefinisikan sebgai setiap perubahan yang terjadi dalam
lingkungan akibat adanya aktivitas manusia. Demikian pula kegiatan manusia
dalam melaksanakan pembangunan proyek konstruksi juga akan menimbulkan
dampak terhadap lingkungannya, baik dampak yang bersifat positif maupun
negatif.

Gambar 2.1 Skema terjadinya dampak.

Sasaran pembangunan ialah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.


Pembangunan itu dapat mengakibatkan dampak primer biofisik dan atau sosial
ekonomi budaya. Dampak primer ini juga dapat menimbulkan dampak sekunder,
tersier dan seterusnya, yang masing-masing dapat bersifat biofisik atau sosial
ekonomi budaya. Dampak-dampak ini akan mempengaruhi sasaran tujuan yang
ingin dicapai.

3
2.2 Dampak Negatif Bagi Lingkungan
Ruang lingkup lingkungan hidup sangatlah luas. Pada dasarnya
lingkungan hidup meliputi:
1. Lingkungan fisik dan kimia
2. Lingkungan biologi
3. Lingkungan sosial, ekonomi dan budaya
Adapun dampak negatif akibat pelaksanaan proyek bangunan juga
meliputi ketiga aspek yang ada dalam ruang lingkup lingkungan, yaitu aspek fisik-
kimia, biologi dan sosial-budaya-ekonomi.

2.3 Contoh Jenis Dampak


a. Fisika Kimia
Kualitas udara (kebisingan)
Dengan meningkatnya kebisingan yang dapat melampaui baku mutu di
wilayah studi yang diakibatkan oleh kegiatan proyek, hal ini dampak yang
ditimbulkan akan berlangsung selama pengerjaan proyek dan luasannya akan
mencapai radius tertentu sesuai studi & dan hasil evaluasi.
b. Hidrologi (Kualitas Air)
Kegiatan proyek akan berdampak pada perubahan kualitas dan kuantitas air
dilingkungan/disekitar proyek
c. Hayati
Dampak yang timbul akibat menurunya kualitas dan kuantitas air atau
meningkatnya konsentrasi beberapa parameter tertentu yang terlarut dalam
air dapat berakibat buruk bagi kehidupan organisme fito plankton dan biota
air lainnya.
d. Sosial & Budaya
Dampak sosial yang akan dihadapi proyek adalah penyerapan tenaga kerja
dan penyesuaian kualifikasi yang ada disekitar proyek menjadi pertimbangan
penting. Dampak yang akan timbul terhadap kultur masyarakat sekitar.
e. Sumberdaya Proyek
Timbulnya dampak terhadap pengelolaan material, alat dan tenaga kerja
proyek.

4
2.4 AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan)
Identifikasi Dampak pelaksanaan proyek terhadap kegiatan konstruksi
fisik yang diperkirakan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup,
memerlukah data dan informasi mengenai berbagai komponen kegiatan proyek
yang berpotensi menimbulkan dampak penting serta komponen lingkungan
disekitar lokasi kegiatan yang berpotensi terkena dampak akibat kegiatan.
Penelaahan terhadap kedua hal tersebut menjadi sangat penting karena ketepatan
dan ketelitian Analisis Dampak Lingkungan sepenuhnya tergantung dari
kelengkapan dan kedalaman data dan informasi yang diperoleh.
Dengan melakukan analisis dampak lingkungan dapat diperkirakan dan
dievaluasi jenis, besaran atau intensitas serta tingkat pentingnya dampak yang
terjadi. Intensitas dampak dapat diperkirakan atau dihitung besarnya denan
memakai berbagai metode yang sesuai untuk komponen lingkungan tertentu,
seperti metode statistik, matematik, metode survey, experimental, analogi
ataupun professional judgement. Sedangkan tingkat pentingnya dampak dapat
mengacu pada Pedoman Penentuan Dampak Penting yang ditetapkan oleh Kepala
Bapendal No. 056 Tahun 1994, dimana tingkat pentingnya dampak ditentukan
oleh faktor-faktor:
 Jumlah penduduk yang akan terkena dampak.
 Luas wilayah sebaran dampak.
 Lamanya dampak berlangsung.
 Intensitas dampak.
 Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak.
 Sifat kumulatif dampak.
 Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.
Informasi tentang intensitas atau bobot dampak tersebut diatas secara
sistematis tertuang dalam dokumen AMDAL, dan menjadi acuan dalam
perumusan upaya penanganan dampak yang timbul, yang dituangkan dalam
dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL). Dokumen RKL dan RPL ini harus dapat dijabarkan dalam
gambar-gambar kerja dan syarat-syarat pelaksanaan, serta acuan dalam
melaksanakan pekerjaan. Selanjutnya dokumen RKL dan RPL ini dipakai pula

5
sebagai dasar untuk pelaksanaan pengelolaan lingkungan (KL) dan pelaksanaan
pemantauan lingkungan (PL), selama masa pra konstruksi, konstruksi maupun
pada pasca konstruksi.

2.5 Prosedur Pelaksanaan AMDAL


Secara garis besar proses AMDAL mencakup langkah sebgai berikut:
1. Mengidentifikasi dampak dari rencana usaha dan/atau kegaitan.
2. Menguraikan rona lingkungan awal.
3. Memprediksi dampak penting.
4. Mengevaluasi dampak penting dan merumuskan arahan RKL dan RPL.

Dokumen AMDAL terdiri dari 5 rangkaian dokumen yang dilaksanakan


secara beururutan, yaitu:
1. Konsultasi masyarakat sebagai implementasi Kepka Bapedal No. 8/2000
2. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KAANDAL)
3. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
4. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
5. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

Berikut prosedur pelaksanaan AMDAL :


1. Proses Penapisan
Proses penapisan (Proses Seleksi) wajib AMDAL adalah proses untuk
menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak.
Di Indonesia, proses penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu langkah.
Ketentuan apakah suatu rencana kegiatan perlu menyusun dokumen AMDAL atau
tidak dapat dilihat pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11
Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
dilengkapi dengan AMDAL.
2. Proses Pengumuman
Setiap rencana kegiatan yang diwajibkan untuk membuat AMDAL wajib
mengumumkan rencana kegiatannya kepada masyarakat sebelum pemrakarsa
melakukan penyusunan AMDAL.

6
Pengumuman dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab dan
pemrakarsa kegiatan. Tata cara dan bentuk pengumuman serta tata cara
penyampaian saran, pendapat dan tanggapan diatur dalam Keputusan Kepala
Bapedal Nomor 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan
Informasi dalam Proses AMDAL.
3. Proses Pelingkupan
Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan
lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting (hipotetis) yang
terkait dengan rencana kegiatan. Tujuan pelingkupan adalah untuk menetapkan
batas wilayah studi, mengidentifikasi dampak penting terhadap lingkungan,
menetapkan tingkat kedalaman studi, menetapkan lingkup studi, menelaah
kegiatan lain yang terkait dengan rencana kegiatan yang dikaji. Hasil akhir dari
proses pelingkupan adalah dokumen KA-ANDAL. Saran dan masukan
masyarakat harus menjadi bahan pertimbangan dalam proses pelingkupan.
4. Proses penyusunan dan penilaian KA-ANDAL
Setelah KA-ANDAL selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan
dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan,
lama waktu maksimal penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang
dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali
dokumennya.
5. Proses penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL
Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada
KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL). Setelah
selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai
AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal penilaian
ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan penyusun
untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.
6. Persetujuan kelayakan lingkungan
a. Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu rencana usaha dan/atau kegiatan
diterbitkan oleh:
 Menteri, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai pusat;
 Gubernur, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai provinsi; dan

7
 Bupati/walikota, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai
kabupaten/kota.
b. Penerbitan keputusan wajib mencantumkan:
 Dasar pertimbangan dikeluarkannya keputusan;
 Pertimbangan terhadap saran, pendapat dan tanggapan yang diajukan oleh
warga masyarakat.

2.6 Studi Kasus Dampak Lingkungan Akibat Pembangunan Konstruksi


Teknik Sipil
2.6.1 Studi Kasus Reklamasi Pantai dan Pariwisata
Reklamasi Pantai dan Pariwisata Kaitannya dengan pariwisata, ada
beberapa kasus reklamasi akibat pembanguanan pariwisata yang menyebabkan
lingkungan sekitar rusak seperti trjadinya abrasi pantai, kehancuran terumbu
karang tempat ikan hias, hilangnya pekerjaan nelayan, tercabutnya tradisi lokal,
dan masalah sosial lainnya. Kasus-kasus tersebut antara lain:
1. Reklamasi Pantai Donggala
Reklamasi pantai yang dilakukan sebagai aktifitas proyek jalan lingkar
kota Donggala,Saat ini telah menyebabkan pohon-pohon mangrove yang tumbuh
di kawasan ini menjadi rusak, batu-batu karang yang biasanya terlihat di pinggir
pantai pun sudah tidak tampak lagi, yang terlihat hanyalah tumpukan tanah kapur
hasil reklamasi,yang sebahagiannya telah diratakan.

Gambar 2.2 Tumpukan tanah kapur hasil reklamasi

8
2. Reklamasi Pantai Kota Manado
Kota Manado menjadi lebih condong ke arah pantai/laut sebingga
Kawasan Boulevard lebih terbuka dan menjadi salah satu bagian depan kota yang
berorientasi ke laut. Hal ini menyebabkan aktivitas masyarakat banyak terserap
pada kawasan tersebut, baik untuk menikmati keindahan pantai ataupun
dimanfaatkan oleh sektor informal untuk mencari nafkah. Kondisi seperti yang
disebutkan di atas membawa pengaruh terhadap keberadaan ruang publik di
Kawasan Boulevard. Pengembangan wilayah reklamasi di sekitar kawasan
tersebut memperlihatkan gejala mulai hilangnya ruang publik yang ada. Akses
masyarakat terhadap view pantai dan pesisirnya mulai berkurang seiring dengan
semakin berkembangnya pembangunan di wilayah tersebut.

Gambar 2.3 Dampak Reklamasi Pantai Kota Manado

3. Reklamasi Pantai Jerman, Kuta-Bali


Lokasi pantai ini di sebelah utara Bandara Ngurah Rai menuju ke pusat
pariwisata Kuta. Disebut pantai Jerman karena dulunya ada perumahan orang-
orang Jerman. Tapi, perumahan tersebut kini tak ada lagi. Mereka terdesak abrasi,
garis pantai pun makin mendekat ke daratan. Padahal, menurut cerita warga, dulu
garis pantai berjarak lebih dari 500 meter dari pantai saat ini.abrasi di Pantai
Jerman makin parah setelah ada reklamasi untuk pembangunan Bandara Ngurah
Rai Bali Landasan pacu bandara terbesar di Bali ini memang hasil reklamasi pada
1963-1969. Reklamasi sepanjang 1,5 km dilakukan untuk memperpanjang
landasan pacu seiring tujuan menjadikannya sebagai bandara internasional. Tapi,
reklamasi di Bandara Ngurah Rai dalam batas tertentu bisa dimaklumi. Ada tujuan
lebih besar, penyediaan transportasi publik.

9
Gambar 2.4 Reklamasi Untuk Pembangunan Bandara Ngurah Rai Bali

4. Reklamasi Jakarta
Provinsi Jakarta, khususnya di Jakarta Utara direncanakan pengembangan
reklamasi Pantura Jakarta. Proyek itu dimaksudkan selain untuk memperbaiki
kualitas lingkungan juga untuk pusat niaga dan jasa skala internasional,
perumahan, dan pariwisata. Namun, harus disadari pula bahwa reklamasi pantura
Jakarta bukan hanya sekadar mengeruk, kemudian memunculkan daratan baru
atau untuk kepentingan komersial semata. Lebih dari itu,yang harus dipikirkan
bagaimana dampak ekologis kawasan pantai dengan reklamasi tersebut. Contoh
saja ketika Pantai Indah Kapuk dibangun, yang terjadi kemudian adalah akses
jalan tol ke bandara tergenang air sehingga banjir. Lalu, saat PT Mandara Permai
membangun Perumahan Pantai Mutiara di Muara Karang, PLTU Muara Karang
pun terganggu. Padahal, pasokan listrik untuk Jakarta dan sekitarnya berasal dari
PLTU Muara Karang, Jakarta Utara.

Gambar 2.5 Pengembangan Reklamasi Pantura Jakarta

10
2.6.2 Studi Kasus Pembangunan Apartemen Paltow City Kelurahan
Pedalangan, Banyumanik
Dampak pembangunan Apartemen Paltrow City yang dirasakan
masyarakat pada saat proses pembangunan berbeda-beda berikut hasil temuan
dampak yang dirasakan masyarakat, terlihat pada grafik laba-laba dibawah ini.

Gambar 2.6 Dampak Pembangunan Apartemen Paltrow City Berdasarkan


Persepsi Masyarakat Pada Saat Proses Pembangunan
Berdasarkan grafik laba-laba terkait dampak pembangunan Apartemen Paltrow
City berdasarkan persepsi masyarakat menunjukan bahwa dampak yang paling
dirasakan oleh masyarakat pada saat proses pembangunan yaitu dampak terkait
kebisingan yang ditimbulkan selama proses pembangunan. Hal ini dikarenakan
bahan-bahan material bangunan sering dijatuhkan dari lantai atas ke bawah secara
langsung, suara tower cranne yang selalu berputar selama 24 jam penuh dan suara
buruh/pekerja yang sedang bersenda gurau selama proses pembangunan. Berikut
rincian berdasarkan hasil kuesioner dampak pembangunan Apartemen Paltrow
City yang dirasakan masyarakat sekitar pada saat proses pembangunan.
 Masyarakat sebanyak 59% tidak merasakan keuntungan dari adanya dampak
peningkatan pendapatan pada saat proses pembangunan Apartemen Paltrow
City dengan nilai mean sebesar 2,48.
 Masyarakat sebanyak 50% merasakan khawatir dari adanya dampak
ketersediaan kuantitas air yang semakin berkurang pada saat porses
pemabangunan dengan nilai mean sebesar 2,37.
 Terkait kebisingan, sebanyak 62% masyarakat merasakan bising dengan
adanya proses pembangunan Apartemen Paltrow City dengan nilai mean

11
sebesar 2,48. Sedangkan sebanyak 61% masyarakat mengalami gangguan
kebisingan pada saat proses pembangunan dengan nilai mean sebesar 2,46.
 Terkait kenyamanan, sebanyak 59% masyarakat merasakan tidak nyaman
dengan adanya proses pembangunan Apartemen Paltrow City dengan nilai
mean sebesar 2,50. Sedangkan sebanyak 56% masyakarat merasa tergangggu
kenyamanannya pada saat proses pembangunan dengan nilai mean sebesar
2,45.
 Terkait getaran, sebanyak 49% masyarakat tidak merasakan getaran yang
kuat akibat proses pembangunan Apartemen Paltrow City dengan nilai mean
sebesar 1,65. Sedangkan sebanyak 45% masyarakat merasa terganggu akibat
getaran yang ditimbulkann pada saat proses pembangunan Apartemen
Paltrow City dengan nilai mean sebesar 1,87.
 Terkait gangguan lalu lintas dan kecelakaan kendaraan, sebanyak 48%
masyarakat merasakan telah terjadi tundaan pada saat proses pembangunan
Apartemen Paltrow City dengan nilai mean sebesar 2,09. Sedangkan
sebanyak 55% masyarakat merasakan telah terjadi sedikit gangguan lalu
lintas dan kecelakaan kendaraan pada saat proses pembangunan Apartemen
Paltrow City dengan nilai mean sebesar 1,87.

Dampak pembangunan Apartemen Paltrow City yang dirasakan


masyarakat jika pembangunan telah selesai dibangun berbeda-beda berikut hasil
temuan dampak yang dirasakan masyarakat, terlihat pada grafik laba-laba
dibawah ini.

Gambar 2.7 Dampak Pembangunan Apartemen Paltrow City Berdasarkan


Persepsi Masyarakat Jika Pembangunan Telah Selesai.

12
Berdasarkan grafik laba-laba terkait dampak pembangunan Apartemen
Paltrow City berdasarkan persepsi masyarakat menunjukan bahwa dampak yang
paling dirasakan oleh masyarakat jika pembangunan telah selesai di bangun yaitu
dampak terkait ketersediaan kuantitas sumber air. Hal ini dikarenakan masyarakat
khawatir jika pembangunan telah selesai di bangun terdapat 696 unit kamar yang
akan menggunakan air tanah sebagai sumber kebutuhan sehari-hari. Berikut
rincian berdasarkan hasil kuesioner dampak pembangunan Apartemen Paltrow
City yang dirasakan masyarakat sekitar jika pembangunan telah selesai.
 Berdasarkan hasil kuesioner, jika pembangunan apartemen telah selesai di
bangun sebanyak 47% masyarakat cukup tertarik untuk bekerja di Apartemen
Paltrow City dengan nilai mean sebesar 1,89.
 Berdasarkan hasil kuesioner, jika pembangunan apartemen telah selesai di
bangun sebanyak 44% masyarakat beranggapan bahwa tidak mendapatkan
keuntungan dari segi pendapatan dengan nilai mean sebesar 2,21.
 Berdasarakan hasil kuesioner, jika pembangunan apartemen telah selesai di
bangun sebanyak 57% masyarakat merasa khawatir akan ketersediaan
kuantitas sumber air dengan nilai mean sebesar 2,49.
 Berdasarkan hasil kuesioner, jika pembangunan apartemen telah selesai di
bangun sebanyak 39% masyarakat merasakan cukup terganggu akan
kebisingannya dengan nilai mean sebesar 1,95.
 Berdasarkan hasil kuesioner, jika pembangunan apartemen telah selesai di
bangun sebanyak 44% masyarakat merasa terganggu kenyamananya dengan
adanya Apartemen Paltrow City dengan nilai mean sebesar 2,23.
 Berdasarkan hasil kuesioner, jika pembangunan apartemen telah selesai di
bangun sebanyak 42% masyarakat menganggap akan tetap terjadi sedikit
gangguan lau lintas dan kecelakaan kendaraan bahkan dapat menjadi lebih
parah dengan nilai mean sebesar 2,10.
 Berdasarkan hasil kuesioner, jika pembangunan apartemen telah selesai di
bangun sebanyak 32% masyarakat beranggapan tidak terjadi perubahan harga
lahan yang signifikan dengan nilai mean sebesar 1,83.

13
 Berdasarkan hasil kuesioner, jika pembangunan apartemen telah selesai di
bangun sebanyak 53% masyarakat beranggapan tidak terjadi perubahan gaya
hidup pada diri mereka dengan nilai mean sebesar 1,66.
Dampak yang paling dirasakan oleh masyarakat pada saat proses
pembangunan yaitu dampak terkait kebisingan yang ditimbulkan selama proses
pembangunan dengan persentase sebesar 62% dengan nilai mean 2,48. Hal ini
dikarenakan bahan-bahan material bangunan sering dijatuhkan dari lantai atas ke
bawah secara langsung, suara tower cranne yang selalu berputar selama 24 jam
penuh dan suara buruh/pekerja yang sedang bersenda gurau selama proses
pembangunan. Sedangkan dampak yang dianggap akan paling dirasakan oleh
masyarakat pasca konstruksi yaitu dampak terkait ketersediaan kuantitas sumber
air dengan prosesntase 57% dengan nilai mean 2,49. Hal ini dikarenakan
masyarakat khawatir jika pembangunan telah selesai di bangun terdapat 696 unit
kamar yang akan menggunakan air tanah sebagai sumber kebutuhan sehari -hari.

2.6.3 Solusi
a. Konstruksi Berkelanjutan
Konstruksi berkelanjutan merupakan proses konstruksi yang menggunakan
metode atau konsep, bahan bangunan yang tepat, efisien dan ramah lingkungan di
bidang konstruksi. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai respon dalam penanganan
pemanasan global. Dukungan diperlukan di bidang konstruksi adalah penerapan
teknologi. Setiap proyek konstruksi membutuhkan berbagai sumberdaya proyek
yang tidak dapat ditinggalkan, diantaranya adalah: bahan bangunan, metoda, alat,
pekerja, uang. Kelima sumberdaya proyek yang tidak secara langsung
mempengaruhi dalam implementasi proyek pembangunan berkelanjutan adalah
uang, sedangkan empat lainnya berpengaruh langsung.
Dalam merencanakan dan merealisasikan pembangunan berkelanjutan
diperlukan totalitas dari tim proyek dengan cara:
1) Memperbaiki sistem perpindahan dan penyimpanan material serta
mengurangi sisa material konstruksi;
2) Mendaur ulang material seperti top soil, aspal, beton untuk bangunan baru;
3) Menyiapkan persyaratan tata cara instalasi produk dan material untuk
mengantisipasi terjadinya permasalahan kualitas udara;

14
4) Memberikan pelatihan yang intensif kepada subkontraktor tentang
manajemen sisa konstruksi;
5) Memperhatikan tingkat kelembaban pada berbagai aspek pada saat tahap
konstruksi
6) Memperhatikan kekerasan tanah pada lokasi pekerjaan untuk menjamin tidak
terjadinya erosi dan sedimentasi;
7) Meminimalkan pengaruh tahap konstruksi, seperti pemadatan

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Dampak lingkungan akibat pembangunan konstruksi Teknik Sipil dapat
berupa dampat primer biofisik dan atau dampak sosial ekonomi budaya.
contoh dampak negatif yang terjadi seperti kualitas udara (kebisingan),
kualitas air, kerusakan ekosistem, perubahan kultur masyarakat sekitar dan
dampak pada pengelolaan material serta tenaga kerja proyek.
 Adapun prosedur pelaksanaan AMDAL meliputi, proses penapisan, proses
pengumuman, proses pelingkupan, penyususnan dan penilaian KA-
ANDAL, penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL dan RPL, serta
persetujuan kelayakan lingkungan.
 Studi kasus dampak lingkungan akibat pembangunan konstruksi Teknik
Sipil, contohnya studi kasus reklamasi pantai dan pariwisata daerah Pantai
Donggala, Pantai Kota Manado, Pantai Jerman (Kuta-Bali) dan reklamasi
Pantura Jakarta. Serta Studi kasus Pembangunan Apartemen Paltow City
Kelurahan Pedalangan, Banyumanik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum “Sistem Manajemen Lingkungan Proyek” (2007).


Suratmo, G. 1993. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Suwandi, A. 2016. Dampak Pembangunan Apartemen Paltrow City Berdasarkan
Persepsi Masyarakat Kelurahan Pedalangan, Banyumanik. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Soemarwoto, O. 1997. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Yudi, Zaki & Zamzam. 1997. Dampak Proyek Terhadap Lingkungan: Perlu
Perencanaan Yang Baik. Konstruksi, Januari 1997.
http://kafeolin.blogspot.com/2017/01/kontruksi-sebagai-penyumbang-
kerusakan.html
(Diakses pada: 8 Desember 2019, pukul 20:15 WITA)

17

Anda mungkin juga menyukai