Anda di halaman 1dari 23

TUGAS BANGUNAN TENAGA AIR

(HSKB 833)

Dosen:
Muhammad Azhari Noor, S.T., M.Eng.
NIP : 19801119 200501 1 001

Oleh:
Lisa 1710811120026
Ratri Handayanti 1710811120043
Rizka Ananda Putri 1710811120048

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL
BANJARBARU

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang (BELUM)


.
.
.
.
.
1.2 Sejarah Pemanfaatan Tenaga Air
Pemanfaatan tenaga air telah digunakan sejak zaman kuno, pasa masa itu
energi ini digunakan untuk menggiling gandum serta kegiatan lainnya. Perkembangan
penggunaan tenaga air dimulai pada pertengahan tahun 1770-an oleh insinyur
Perancis bernama Bernard Forest de Belido yang menerbitkan buku berjudul
Architecture Hydraulique. Dalam buku itu, dia menjelaskan tentang mesin hidrolik
aksis vertikal dan horizontal.
Selanjutnya pada abab ke-19, generator elektrik dikembangkan dan kini
dikombinasikan dengan mesin hidrolik. Permintaan meningkat seiring Revolusi
Industri yang mendorong pembangunan. Tepat pada 1878, untuk pertama kalinya di
dunia dibangun rumah pembangkit hydroelectricity yang dikembangkan oleh William
George Armstrong dengan nama Cragside di Northumberland, Inggris. Generator ini
digunakan untuk menyalakan sebuah lampu busur di ruang galeris seninya. Tiga
tahun kemudian atau tepatnya pada 1881, pusat Pembangkit Listrik Tenaga Air di
Schoelkopf Power Station No 1 dekat Niagara Falls, Amerika Serikat (AS) berhasil
menghasilkan listrik. Sedangkan pembangkit listrik ciptaan Edison (Vulcan Street)
mulau beroperasi pada tanggal 30 September 1882 di Appleton, Wisconsin yang
menghasilkan listrik berkapasitas 12.5 kilowatt. Sampai 1886, sebanyak 45
Pembangkit Listrik Tenaga Air dibangun di AS dan Kanada. Bahkan memasuki
1889, PLTA tumbuh dengan cepat dan saat itu AS memiliki 200 PLTA.
Pada awal abad ke-20, banyak PLTA skala kecil dibangun perusahaan
komersial di daerah pegunungan dekat area metropolitan. Kota Grenoble, Prancis pun
untuk pertama kalinya menggelar pameran bertajuk ‘International Exhibition of
Hydropower and Tourism’ yang didatangi jutaan pengunjung. Selanjutnya, pada
1920, sebanyak 40% pembangkit di AS merupakan PLTA, hingga mendorong
pemerintah membuat Federal Power Act yang dijadikan undang-undang dan dasar
hukum.
Federal Power Act mengatur pembentukan Komisi Pembangkit Federal yang
bertugas mengatur PLTA di sumber air dan tanah negara bagian. Ketika skala PLTA
kian besar, bendungan dari pembangkit dikembangkan bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhan listrik, tetapi termasuk mengendalikan banjir, irigasi, dan navigasi. Seiring
dengan begitu bermanfaatnya PLTA untuk memenuhi bermacam kebutuhan,
pemerintah negara bagian pun menggelontorkan anggaran untuk pembangunan PLTA
skala besar dan PLTA dimiliki pemerintah. Pada 1933, dibangun PLTA Tennessee
Valley Authorty dan Bonneville Power Administration pada 1937.
Biro Reklamasi AS yang bertanggung jawab terhadap irigasi wilayah barat
AS juga membangun PLTA besar pada 1928 dengan nama Hoover Dam (Bendungan
Hoover). Para insinyur dari Korps Angkatan Darat AS juga terlibat dalam
pengembengan PLTA dengan turut mendukung penuntasan pembangunan
Bendungan Bonneville pada 1937 yang sebelum dikenal sebagai pusat pengendali
banjir utama.
Pengembangan PLTA terus berlanjut sepanjang abad ke-20. Bahkan sebutan
hydropower diberi nama white coal (batu bara putih) karena sebelumnya banyak
pembangkit listrik yang mengandalkan bahan baku batu bara. Tepat pada 1936,
PLTA Bendungan Hoover dengan kapasitas 1.345 MW menjadi PLTA pertama
terbesar di dunia. Memasuki 1942 dibangun PLTA Grand Coulee Dam dengan
kapasitas lebih besar atau 6809 MW.
Pengembangan PLTA terus merambah ke benua lain dan masuk ke benua
Afrika. Pada 1984, pemerintah Afrika Selatan meresmikan PLTA Bendungan Itaipu
dan menghasilkan 14.000 MW. Namun ‘Negara Tirai Bambu’ membuat kejutan pada
2008 dengan meresmikan PLTA Bendungan Three Gorges dengan kapasitas 22.500
MW. Sejak saat itu, perkembangan generator air untuk menghasilkan listrik terus
berkembang. Energi air dianggap lebih ramah lingkungan dibanding batu bara atau
energi fosil lainnya. Beberapa negara yang memanfaatkan tenaga air sebagai sumber
listrik utama, antara lain Norwegia, Kongo, Paraguay dan Brazil yang mencapai 85%
dari total kebutuhan listrik negara tersebut.
Sejarah PLTA di Tanah Air dimulai pada 1917, Biro Tenaga Air (Waterkraht
burean) di bawah Jawatan Perkeretaapian Negara (Steratz foorwegen) dari
perusahaan negara (Gouvemements bedrijven) diubah kedudukannya menjadi
Jawatan Tenaga Air dan Listrik (Dienstvoor Waterkracht in Electriciteit). Dengan
begitu, jawatan tersebut mulai bergerak dalam pengembangan kelistrikan hingga
penggunaan secara ekonomis dari sumber-sumber tenaga air tersedia.
Jawatan tersebut tak hanya mengurus pemberian lisensi-lisensi untuk tenaga
air dan listrik, tetapi juga mengawasi pula kesamaan instalasi - instalasi listrik di
seluruh Indonesia. Pada 1906, PLTA Pakar dengan sumber air dari sungai
Cikapundung dengan kekuatan 800 KW diresmikan. PLTA tersebut dikelola
Maskapai listrik Bandung (Bandungte Electriciteits Masatsehappij) dan dapat
dianggap sebagai pengolahan pertama untuk pemberian energi listrik dengan
penggunaan tenaga air.
Pada 1920 didirikan Perusahaan Listrik Umum Bandung sekitarnya
(Electriciteitsbederjif Bandung en omstreken, singkatnya GEBEO), dengan modal
dari pemerintah dan swasta. Kemudian, maskapai tersebut diambil alih PLTA Pakar
di Bandung dan PLTA Cijedil (2x174 KW dan 2x220 KW) di Cianjur. Selanjutnya
bekerjasama dengan perusahaan listrik negara untuk memasok listrik kepada
masyarakat. Direksi bagian swasta dipegang oleh perusahaan swasta NV Maintz &
Co. Pada 1934, Dienstvoor Waterkraht an Electriciteit diubah menjadi
Electriciteitswezen (Kelistrikan) singkatnya E.W.
Perusahaan Tenaga Air Negara Dataran Tinggi Bandung (Landis water
krachtbedijf Bandung en) mempunyai dua grup PLTA, yaitu Bengkok (3x1050 KW)
dan Dago (1x 700KW) pada 1923 dengan menggunakan sumber air dari Sungai
Cikapundung, selanjutnya Plengan 3x1050 KW (1923), ditambah 2000 KW (1962)
dan Lamajan dengan kapasitas 2x6400 KW (1924), dan ditambah 6400 KW pada
1933 dengan sumber air Sungai Cisangkuy dan Cisarua.
Sebagai cadangan air untuk musin kemarau dibangun situ Cileunca (9,89 Juta
M3 air) pada 1922 dan Cipanunjang (21,8 Juta M3 air) pada 1930. Untuk mencapai
jumlah banyaknya air seperti tersebut, maka bendungan Pulo, Playangan dan
Cipanunjang' dipertinggi pada 1940, sedangkan situ-situnya mendapat tambahan air
dari sungai-sungai sekitarnya.
Dari PLTA Plengan dibangun jalur transmisi 30 KV sepanjang 80 Km ke GI-
GI Sumadra, Garut dan Singaparna untuk menghantarkan tenaga listrik ke bagian
Priangan Timur. Selanjutnya dari GI Kiaracondong dibangun jalur transmisi 30 KV
ke GI Rancaekek hingga Sumedang ke Priangan Utara - Timur dan kemudian hingga
PLTA Parakan. Kini tegangan Sumedang - Parakan sudah menjadi 70 KV.
Dari PLTA Lamajan pada 1928 dibangun jalur transmisi 30 KV (kemudian 70
KV) ke GI Padalarang, Purwakarta dan Kosambi untuk daerah Priangan Barat dan
pada tahun 1966 dari Kosambi ke Cawang. Di tahun 1920 dibangun PLTU
Dayeuhkolot (2x750 KW) untuk keperluan pemancar radio ke luar negeri, namun
pada 1940 dibongkar dan kemudian menjadi PLTD Dayeuhkolot (2x550 KW). Kini
seluruhnya telah tiada dan bangunan menjadi GI Dayeuhkolot, gudang, dan bengkel
Dayeuhkolot yang sudah ada duluan. Pada 1928 dibangun Central Electriciteit
Laboratorium, singkat CEL di komplek Sekolah Tinggi Tinggi (Technische Hooge
School), yang meliputi pekerjaan testing dan perbaikan peralatan listrik. Kini CEL
telah diserahkan kepada Institut Tehnologi Bandung (ITB ).
Pada 1962 beroperasi PLTA Cikalong (3 x 6400 KW) bekerja paralel dengan
PLTA yang telah ada. Kini Sektor Priangan mempunyai 4 Gardu Induk utama yaitu:
GI North di Utara, GI Cigereleng di Selatan, GI Cibeurem di Barat dan GI
Sukamiskin di Timur.
Berhubungan dengan rencana pembangunan PLTA Parakan (4x2500KW) di
tahun 1939 didirikan Perusahaan Tenaga Air Negara Cirebon
(Lanbswaterkrachtbedrijf Cirebon). Kota Cirebon dan sekitarnya dahulu mendapat
energi listrik dari PLTD Kebonbaru kepunyaan maskapai Gas Hindia Belanda
(Nederland Indische Gas Maatsekapij, singkatnya N.I.E.M). Setelah PLTA Parakan
beroperasi di tahun 1957, maka PLTD Kebonbaru praktis bersifat standby. Kini di
Sektor Cirebon pada tahun 1982 beroperasi PLTG Sunyaragi (2x25,125 KW).
Perusahaan Tenaga Air Negara Jawa Barat. Perusahaan ini mempunyai PLTA
Ubrug (2x5400 KW) di tahun 1924 ditambah dengan 1x6300 KW di tahun lima
puluhan dan PLTA Kracak (2x5500 KW) di tahun 1929, kemudian ditambah dengan
1x5500 KW. Kedua PLTA tersebut dengan perantaraan transmisi 70 kV dihubungkan
bersama ke GI di Bogor dan dari sini dihantarkan dengan lin transmisi 70 kV ke
Jakarta dengan GI-GI Cawang, Muster Cornelis (Jatinegara), Weltercoler (Gambir),
dan Ancol. PLTU Gambir di pinggir kali Ciliwung adalah kepunyaan Maskapai Gas
Hindia Belanda (NIGM) dan merupakan sentral uap pertama yang dibangun tahun
1897 untuk Jakarta dan sekitarnya. Pada 1931, sentral uap tersebut (3200 + 3000 +
1350 KW) diambil alih dan kini tidak ada lagi.
Dari PLTA Ubrug pada 1926 dibangun jalur transmisi 30 KV ke GI
Lembursitu sepanjang 16 km untuk Sukabumi dan sekitarnya. Dari PLTA Kracak
pada 1931 dibangun jalur transmisi 30 kV sepanjang 57 km untuk Rangkasbitung dan
sekitarnya. PLTA Ubrug dan PLTA Kracak kini termasuk Sektor Bogor yang
didirikan di tahun 1946. Sentral-sentral tambahan setelah perang dunia II, adalah
PLTD Karet (12x1000 KW), PLTD Ancol (12x1000 KW), yang dua-duanya tak
beroperasi lagi karena rusak, selanjutnya PLTD Senayan (8x2500 KW), yang
sebagian mesin-mesinnya telah rusak dan sisanya selalu stand by, tahun 1961 PLTU
Priok (2x25 + 2x50 MW) tahun 1962, PLTU Muara karang dan PLTG Pulo Gadung
yang masing-masing beroperasi penuh.
PLTA Jatiluhur (6 x 25 MW) pada 1964 yang mempunyai status otorita,
memberi energi listrik via jalur transmisi 150 kV ke Bagian Timur dengan GI
Cigereleng dan via lin transmisi 150 kV ke Bagian Barat dengan GI Cawang.
Kemudian PLTA Saguling (4 x 175 MW) yang beroperasi pada 1986.
1.3 Bendungan Terbesar Di Dunia Dan Di Indonesia
1.3.1 Bendungan Terbesar di Dunia
1. Bendungan Terbesar di Dunia Three Gorges Dam – China

Gambar 1.1 Bendungan Three Gorges Dam


Three Gorges Dam (Bendungan Tiga Ngarai) saat ini merupakan salah
satu bendungan terbesar di dunia sekaligus pembangkit listrik tenaga air
(PLTA) terbesar di dunia. Dibangun sepanjang 2.3 km menyebrangi Sungai
Yangtze, China. Konstruksi pembangunan bendungan ini dimulai pada 14
Desember 1994. Pembangunan bendungan ini, khususnya untuk pembangunan
badan bendungan selesai pada tahun 2006. Secara keseluruhan, pembangunan
bendungan ini selesai pada 30 Oktober 2008.
Bendungan Three Gorges Dam ini dilengkapi dengan 26 turbin
pembangkit listrik atau generator listrik dengan kapasitas masing-masing 700
MW. Listrik yang dihasilkan oleh bendungan ini sebagian besar merupakan
produk komersial. Untuk pembangunan bendungan ini, 3 desa harus
ditenggelamkan dan banyak masyarakat yang harus dipindahkan akibat
konsekuensi logis dari pembangunan bendungan ini.
Bendungan Three Gorges Dam ini memiliki dimensi panjang 2.335 m
(7.661 ft) dan dimensi tinggi 185 m (607 ft). Bendungan ini merupakan jenis
gravity dam. Kapasitas yang mampu ditampung oleh bendungan ini sebesar
39,3 km3, daerah tangkapan (catchment area) sebesar 1.000.000 km2, dan
surface area 1.045 km2.
Kapasitas terinstalasi yang dimiliki oleh bendungan ini sebesar 18.200
MW dan annual generation sebesar 80.000 GWh dan setara 15 Reaktor nuklir.
Material yang dipergunakan untuk pembangunan bendungan ini membutuhkan
200.000 m3 beton, 463.000 ton baja (jumlah baja sebanyak ini mampu
membangun setidaknya 63 menara setara dengan Menara Eiffel), dan
102.600.000 m3 tanah. Pembangunan bendungan ini, khususnya untuk
pembangunan dinding bendungan membutuhkan beton dengan dimensi panjang
29 meter (95 ft) dan dimensi tinggi 185 meter (607 ft). Tebal dinding
bendungan pada bagian bawah setebal 1 meter (3,3 ft) dan tebal pada bagian
atas setebal 40 meter (131,2 ft).

2. Bendungan Terbesar di Dunia Syncrude Tailings – Kanada

Gambar 1.2 Bendungan Syncrude Tailings


Bendungan terbesar di dunia kedua ini terletak di dekat Fort McMurray
di Alberta, Kanada. Syncrude Tailing Dam memiliki kapasitas sekitar 540.000
m3 air. Semula merupakan waduk bekas tambang minyak bumi yang kemudian
dibuat bendungan. Bendungan Syncrude Tailings saat ini dikelola oleh sebuah
perusahaan yang dikenal sebagai Syncrude Kanada Ltd – perusahaan yang
bertanggung jawab untuk ekstraksi minyak di Athabasca Oil Sands. Bendungan
ini berfungsi untuk menyimpan tailing (sisa ekstraksi minyak atau residu) yang
muncul sebagai produk sampingan dari operasi ekstraksi minyak. Konstruksi
pembangunan bendungan ini dimulai pada 1978. Bendungan Syncrude Tailing
Dam ini memiliki dimensi panjang 18,3 mil (18,2 km) dan dimensi tinggi 88 m
(288 ft).

3. Bendungan Terbesar di Dunia Aswan Dam – Mesir

Gambar 1.3 Bendungan Aswan


Bendungan terbesar di dunia yang menduduki urutan ketiga
adalah Bendungan Aswan. Bendungan ini sebenarnya merupakan sepasang
bendungan, yaitu di Bendungan Aswan Tinggi dan Bendungan Aswan Rendah.
Bedungan Aswan terletak di daerah sungai Nil, Mesir. Bendungan ini dibangun
sekitar tahun 1960 sampai 1970-an, yaitu pada masa pemerintahan Presiden
Gamal Abdel Nasser. Bendungan ini sangat bermanfaat bagi Negara Mesir.
Adapun manfaat yang diperoleh oleh rakyat Mesir dari pembangunan
bendungan Aswan sangat banyak. Diantaranya, melindungi wilyah aliran
sungai Nil dari bahaya banjir tahunan, akibat debit air yang melimpah pada
musim panas yang datang dari alur sungai Nil di Afrika. Bendungan Aswan
Dam ini memiliki dimensi panjang 3830 m dan dimensi tinggi 111 m, debit
spillway 11000 m3/s, kapasitas reservoir sebesar 132 km3, serta kapasitas listrik
yang dihasilkan sebesar 2100 MW.
4. Bendungan Terbesar di Dunia Fort Peck, Amerika Serikat

Gambar 1.4 Bendungan Fort Peck


Bendungan terbesar di dunia urutan ke-4 adalah Fort Peck Dam yang
terletak di timur laut Montana. Bendungan ini adalah salah satu dari 6
bendungan yang ada di Sungai Missouri. Dimulai pada 1933 sebagai bagian
dari New Deal yang diajukan Presiden FD. Roosevelt dan memungkinkan lebih
dari 11.000 buruh punya kerjaan selama pembangunan. Bendungan yang
menyebabkan terbentuknya Danau Fort Peck, digunakan untuk mengendalikan
banjir dan penghasil listrik.
Memiliki kapasitas air sebesar 96.049 m3, panjang 21.026 kaki (6.409
m) dan lebih dari 250 kaki (76 m) tinggi merupakan pembangkit litsrik yang
terbesar di Amerika Serikat dan menciptakan Danau Fort Peck yang merupakan
danau buatan terbesar ke lima di Amerika. Bendungan sepanjang 134 mil (216
km) ini untuk keperluan pembangkit listrik tenaga air listrik, pengendalian
banjir, dan pengelolaan kualitas air.
5. Bendungan Terbesar di Dunia Tarbela Dam, Pakistan

Gambar 1.5 Bendungan Tarbela


Selesai pada 1976, Bendungan Tarbela, juga dikenal sebagai Torabela
atau Pashto, dianggap sebagai salah satu bendungan terbesar di dunia yang
pernah dibangun di Sungai Indus Pakistan. Meskipun bukan bendungan
terbesar di dunia, tapi merupakan bendungan air terbesar yang diisi secara alami
oleh bumi. Bendungan ini menyimpan air tidak hanya untuk mengendalikan
banjir, tetapi juga untuk irigasi dan produksi energi hidro-listrik.
Pakistan telah membangun, Bendungan Tarbela, dengan panjang 3
kilometer dan tinggi 143 meter, untuk irigasi. Sebagai salah satu yang terbesar
di dunia, bendungan ini memuat 148.500.000 m3 urukan tanah dan kapasitas air
yang dapat ditampung sebesar 121.720 m3.

6. Bendungan Terbesar di Dunia Mangla Dam, Pakistan

Gambar 1.6 Bendungan Mangla


Bendungan terbesar di dunia urutan selanjutnya adalah Mangla
Dam yang terletak di Pakistan. Bendungan ini adalah bendungan yang sengaja
dibangun menggunakan dana dari Bank Dunia untuk meeberi batas perairan
Pakistan. Bendungan ini juga memiliki fungsi sebagai sistem irigasi di Pakistan
yang selama ini berpusat di Sungai Indus yang tidak ada aliran tertentu atas
penggunaannya sehingga dengan adanya bendungan ini cukup membantu
masyarakat sekitarnya.
Bendungan ini dibangun antara 1961 dan 1965 di seberang Sungai
Jhelum, sekitar 108 mil (108 km) tenggara dari ibukota Pakistan, Islamabad di
Distrik Mirpur, Azad Kashmir. Komponen Mangla Dam meliputi reservoir,
tanggul utama, tanggul masuk, spillway utama, spillway darurat, struktur
intake, 5 terowongan dan pembangkit listrik. Selain bendungan utama, tanggul
yang disebut Sukian - panjangnya 17.000 kaki dan bendungan kecil yang
disebut Jari Dam untuk memblokir Jari Nala - sekitar 11 mil di luar kota Mirpur
yang baru harus dibangun.
Bendungan Mangla memiliki dimensi panjang 3.140 m (10.302 ft) dan
tinggi 147 m (482 ft). Dengan kapasitas total 9,12 km3 dan dapat menghasilkan
kapasitas listrik sebesar 1.150 MW.

7. Bendungan Terbesar di Dunia Ataturk Dam, Turki

Gambar 1.7 Bendungan Ataturk


Bendungan Atatürk adalah salah satu bendungan terbesar di
dunia yang membendung Sungai Eufrat di perbatasan antara Provinsi
Adıyaman dan Provinsi Şanlıurfa di Daerah Anatolia Tenggara, Turki.
Pembangunannya dimulai pada tahun 1983 dan selesai pada tahun 1990.
Bendungan dan PLTA mulai beroperasi setelah pengisian waduk selesai pada
tahun 1992 serta dioperasikan oleh Badan Hidraulika Negara (DSİ). Waduk
yang terbentuk di balik bendungan diberi nama Waduk Atatürk (bahasa
Turki: Atatürk Baraj Gölü) yang merupakan waduk terbesar ketiga di Turki.
Tinggi bendungan adalah 169 m (554 ft) dengan panjang 1,820 m
(5,970 ft). PLTA-nya memililki kapasistas daya listrik terpasang sebesar 2.400
MW dan mengahsilkan daya listrik 8.900 GW·h per tahun. Total biaya proyek
bendungan ini bernilai sekitar 1,25 miliar Dolar AS.

8. Bendungan Terbesar di Dunia Verzasca Dam – Switzerland

Gambar 1.8 Bendungan Verzasca


Bendungan Verzasca, juga dikenal sebagai bendungan Contra.
Bendungan ini dibangun antara tahun 1960 dan 1965 di Val Verzasca, Swiss.
Bendungan ini dibangun oleh Verzasca SA, sebuah perusahaan yang
menghasilkan listrik di daerah tersebut dan akan terus melakukannya sampai
setidaknya tahun 2046. Waduk The Lago di Vogorno adalah buatan, diciptakan
oleh bendungan itu sendiri, dan telah bertanggung jawab menyebabkan gempa
bumi pada saat waduk itu penuh oleh air.
Bendungan ini memiliki dimensi panjang 380 m (1.250 ft) dan tinggi
220 m (720 ft). Dengan kapasitas total 105.000.000 m3 dan daerah tangkapan
air sebesar 230 km3. Daya listrik yang dapat dihasilkan sebesar 105 MW.
9. Bendungan Terbesar di Dunia Nagarjuna Sagar – India

Gambar 1.9 Bendungan Nagarjuna Sagar


Bendungan terbesar di dunia ke sembilan yaitu Nagarjuna Sagar.
Bendungan ini dapat ditemukan di distrik Nalgonda di Andhra Pradesh – India.
Dianggap sebagai salah satu yang terbesar yang pernah dibangun di Asia,
konstruksi bendungan ini dimulai 10 Desember 1955 selesai pada tahun 1967
dan memiliki 26 gerbang puncak individu. Menilai konstruksinya, bendungan
ini adalah yang tertinggi di dunia yang akan dibuat dari pasangan batu dan
menghasilkan danau buatan manusia terbesar ketiga di dunia. Bendungan dan
kanal-kanal perusahaan sangat penting bagi kemampuan untuk mengairi lahan
di dekatnya.
Bendungan ini memiliki dimensi panjang 1.550 m (5.085 ft) dan tinggi
124 m (407 ft) dari permukaan sungai. Dengan kapasitas tampungan 11,56 km3
dan daerah tangkapan air sebesar 215.000 km3. Daya listrik yang dapat
dihasilkan sebesar 816 MW.

10. Bendungan Terbesar di Dunia Srisailam Dam – India


Bendungan terbesar di dunia yang terakhir ini terletak di Sungai
Krishna, Bendungan Srisailam dibangun diatas Bukit Nallamala dalam ngarai
yang berada sekitar 300 meter di atas permukaan laut. Bendungan ini
merupakan salah satu dari 12 bendungan penghasil listrik tenaga air terbesar di
negara itu tetapi khusus dibangun dalam rangka memberikan irigasi untuk
distrik Kurnool dan Cuddapah – keduanya merupakan daerah yang rentan
terhadap kekeringan.
Bendungan ini memiliki dimensi panjang 512 m (1.680 kaki), tinggi 145
meter (476 kaki) dan memiliki 12 gerbang puncak radial . Ia memiliki reservoir
616 kilometer persegi (238 mil persegi). Proyek memiliki perkiraan kapasitas
hidup untuk menampung 178,74 Tmcft pada level reservoir penuh 885 kaki
(270 m) MSL . Minimum draw down level (MDDL) reservoir adalah pada 705
kaki (215 m) MSL dari gerbang pintu air sungai dan penyimpanan mati terkait
adalah 3,42 Tmcft. [5] Pembangkit listrik bawah tanah tepi kiri memiliki 6 × 150
megawatt (200.000 hp) turbin pompa Francis yang dapat dibalik untuk operasi
penyimpanan yang dipompa (setiap Turbin dapat memompa 200 cumecs ) dan
bank kanan dengan pembangkit listrik bawah tanah menampung 7 × 110
megawatt (150.000 hp) generator turbin-Francis.

Gambar 1.10 Bendungan Srisailam


1.3.2 Bendungan Terbesar di Indonesia
1. Bendungan atau waduk Jatiluhur

Gambar 1.11 Bendungan Jatiluhur


Bendungan atau waduk Jatiluhur ini berada di 100 kilometer arah
ternggara dari Kota Jakarta. Bendungan atau waduk Jatiluhur ini juga disebut
dengan bendungan Ir. Juanda. Bendungan Jatiluhur mulai dibangun sejak
tahun 1957 oleh kontraktor asal Prancis Compagnie française d'entreprise,
dan mulai beroperasi pada 1967, dengan potensi air yang tersedia sebesar 12,9
miliar m3/tahun dan merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia.
Bendungan Jatiluhur merupakan tipe bendungan Rockfill. Dengan dimensi
panjang 1,22 km dan tinggi 96 m.
Di dalam Bendungan Jatiluhur, terpasang 6 unit turbin dengan daya
terpasang 187 MW dengan produksi tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh
setiap tahun, dikelola oleh Perum Jasa Tirta II. Selain dari itu Waduk Jatiluhur
memiliki fungsi penyediaan air irigasi untuk 242.000 ha sawah (dua kali
tanam setahun), air baku air minum, budi daya perikanan dan pengendali
banjir yang dikelola oleh Perum Jasa Trita II.
2. Bendungan Karangkates

Gambar 1.12 Bendungan Karangkates


Bendungan ini terletak di Malang, provinsi Jawa Timur. Bendungan
karagkates ini mendapatkan aliran air dari sungai Brantas yang ada di Jawa
Timur. Bendungan ini dibangun dari tahun 1975 hingga tahun 1977 dengan
memakan dana sebesar 10 milyar rupiah.
Bendungan karagkates mempunyai fungsi sebagai, Pengendali banjir
dengan kala ulang 50 tahun setara 1.650 m3/detik, Pembangkit listrik dengan
daya 3 x 35.000 kWh (488 juta kWh/tahun), Penyediaan air irigasi 24 m³/dt
pada musim kemarau (seluas 34.000 ha) melalui pengaliran ke hilir,
Pariwisata dan perikanan darat. Waduk dikelola oleh Jasa Tirta I , pengelolaan
PLTA oleh Pembangkitan Jawa-Bali

3. Bendungan Sigura-gura

Gambar 1.13 Bendungan Sigura-gura


Bendungan Sigura-gura ini berada di Sumatera Utara atau tepatnya di
radius 23,3 kilometer dari Danau Toba. Bendungan Sigura-gura ini
mempunyai fungsi untuk untuk menjamin ketersediaannya volume air dan
juga besarnya energi air yag dibutuhkan bagi Pembangkit Listrik Tenaga Air
di daerah tersebut dan juga daerah yang berada di sekitarnya. Pembangkit
listrik yang dihasilkan dari bendungan ini dinamakan sebagai PLTA Sigura-
gura. Bendungan Sigura- gura ini mulai dibangun pada tahun 1978 dan
diresmikan pada tahun 1981. Stasiun Pembangkit Listrik Sigura-Gura
dibangun 200 m dibawah permukaan tanah, terdiri dari dua ruangan besar,
yaitu ruang pembangkit listrik dan ruang transformator utama. Dengan 4
perangkat pembangkit tenaga listrik (turbin), Sigura-Gura dapat menyediakan
tenaga listrik sebesar 206 MW.

4. Bendungan Batutegi

Gambar 1.14 Bendungan Batutegi


Bendungan ini berada di Provinsi Lampung. Fungsi utama dari
bendungan besar ini adalah sebagai pembangkit listrik untuk daerah yang
berada di sekitarnya serta sebagai sumber atau penyedia air minum bagi
penduduk yang ada di aderah tersebut. Pembangunan bendungan ini dananya
berasal dari APBN dan juga mendapatkan bantuan dari Japan Bank for
International Corporation. Bendungan ini mempunyai volume saat dalam
keadaan normal, yaitu sekitar 687,767 juta meter3 dengan luas air sebesar 16
km2.
5. Bendungan atau waduk Gajah Mungkur

Gambar 1.15 Bendungan Gajah Mungkur


Bendungan atau waduk Gajah Mungkur merupakan bendungan yang
terbesar di Jawa Tengah yang berada di wilayah Wonogiri, Jawa Tengah.
Bendungan tersebut merupakan bendungan yang menampung air yang berasal
dari Sungai Bengawan Solo yang merupakan sungai terbesar di daerah
tersebut. Pembangunan Waduk Gajah Mungkur direncanakan sejak tahun
1964 dengan fungsi utama sebagai pengendali banjir di Sungai Bengawan
Solo. Kemudian rencana induk pembangunanya dirumuskan pada tahun 1972-
1974 dengan bantuan Overseas Technical Cooperation of Jepang. Lalu mulai
dibangun pada akhir tahun 1976-1981 dan mulai beroperasi pada tahun 1982.
Setiap tahunnya, bendungan ini mampu menghasilkan daya sebesar
12,4 MegaWatt. Selain digunakan sebagai pembangkit listrik, bendungan ini
juga digunakan sebagai objek wisata bagi orang- orang yang berada di
wilayah tersebut, yakni Wonogiri dan sekitarnya.
6. Bendungan atau waduk Wonorejo

Gambar 1.16 Bendungan Wonorejo


Bendungan atau waduk Wonorejo merupakan salah satu bendungan
yang terletak di Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur. Bendungan
ini terletak di radius 12 kilometer dari pusat kota Tulungagung. Bendungan
Wonorejo diresmikan pada tahun 2001 oleh Wakil Presiden Indonesia pada
tahun tersebut, yaitu Megawati Sukarnoputri, setelah dibangun selama hampir
9 tahun sejak 1992. Bendungan Wonorejo ini mempunyai kapasitas 122 juta
meter kubik. Bendungan Wonorejo memiliki fungsi penting sebagai salah satu
pusat tenaga listrik 6,02 MW dan sumber air minum sebesar 8,02 meter kubik
per detik di Provinsi Jawa Timur. Bendungan ini juga berfungsi sebagai
sumber irigasi bagi lahan pertanian seluas 7.540 hektare serta untuk pencegah
banjir di Tulungagung yang dulu sering melanda kota tersebut, bersama
Bendungan Niyama di Kecamatan Besuki.
7. Bendungan Riam Kanan

Gambar 1.17 Bendungan Riam Kanan


Bendungan Riam Kanan adalah bendungan yang terletak di Provinsi
Kalimantan Selatan. Bendungan ini dibangun pada tahun 1973 dan
dimanfaatkan sebagai PLTA provinsi Kalimantan Selatan. Waduk buatan
yang dalam pembangunannya memakan waktu selama 10 tahun ini dibangun
dengan membendung 8 sungai yang bersumber dari Pegunungan Meratus,
serta ada 9 desa yang kemudian ditenggelamkan di area seluas 9.730 hektar
tersebut. adalah untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air yang akan
digunakan untuk menerangi wilayah Banjarmasin dan sekitarnya. Debit air
waduk ini tergolong minim yakni 54,39 meter dari debit minimal 56-57 meter
dan masuk kategori kritis karena hanya bisa satu dari tiga turbin PLTA Ir. P.
M. Noor yang berkapasitas 30 megawatt.

8. Bendungan Tilon di Nusa Tenggara Timur


Pembangunan Bendungan Tilong dilaksanakan tahun 1998 dan selesai
pada tahun 2001 dan berlokasi di Desa Oel Nasi, Kecamatan Kupang Tengah,
Kabupaten Kupang. Luas areal irigasi yang dialiri oleh Bendungan Tilong
seluas 1.484 ha yang terdiri dari areal eksisting sebesar 540 ha dan areal
pengembangan sebesar 9393 ha, dan untuk melayani kebutuhan air baku
untuk air bersih Kota Kupang dan sekitarnya sebesar 150 liter per detik dan
penduduk sekitar bendungan 2,50 liter/detik.
Tipe Bendungan Tilong adalah urugan batu dengan inti tanah ditengah
dengan elevasi minimum + 105,20 m, elevasi mercu minimum + 106,00 m,
dan volume timbunan 422.000 m3. Pelaksana pembangunan Bendungan
Tilong oleh PT. Waskita Karya dan pembangunan jaringan irigasi oleh PT.
Hutama Karya.

Gambar 1.18 Bendungan Tilon

9. Bendungan Batujai di Nusa Tenggara Barat

Gambar 1.19 Bendungan Batujai


Waduk Batujai dibangun pada Kali Penujak yang mengalir dari lereng
gunung Kundo dan bermuara di Selat Lombok dengan panjang sungai
seluruhnya 54 km dan daerah aliran sungainya seluas 550 km2. Kali Penujak
ini mempunyai karakteristik debit sungai yang cukup besar perbedaannya
antara musim hujan dan kemarau. Pembangunan dimulai pada tahun 1977
dan selesai pada tahun 1982 yang merupakan salah satu proyek swasembada
pangan nasional pada era kepemimpinan Presiden Soeharto.
Pada musim hujan debit rata-rata bulanannya dapat mencapai puluhan
meter kubik perdetik sehingga merupakan potensi yang terbuang percuma ke
laut, sedangkan di musim kemarau debit rata-rata bulanannya dapat mencapai
0,1 m3/det dan bahkan bisa kurang.

10. Bendungan Bili- Bili di Sulawesi Selatan

Gambar 1.20 Bendungan Bili-Bili


Bendungan Bili-bili adalah bendungan terbesar di Sulawesi Selatan,
yang terletak di Kabupaten Gowa, sekitar 30 kilometer ke arah timur
Kota Makassar. Bendungan ini diresmikan Presiden Megawati Soekarno
putri pada tahun 1999. Bendungan dengan waduk 40.428 ha ini dibangun
dengan dana pinjaman luar negeri sebesar Rp 780 miliar kerja sama dengan
Japan International Cooperation Agency (JICA). Bendungan Bilibili menjadi
sumber air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Gowa dan
Makassar. Namun, bila musim hujan, lumpur eks longsor di kaki Gunung
Bawakaraeng mengalir masuk ke waduk Bilibili hingga air baku menjdi
keruh.

Anda mungkin juga menyukai