Anda di halaman 1dari 38

ABSTRAK

Laporan Kunjungan industri ini dibuat agar selain pengamat memperoleh


wawasan dan juga sebagai wahana serta sarana untuk Memahami ilmu seputar
perkembangan dunia antariksa di indonesia. Dan pemanfaatan satelit guna
menanggulangi bencana. Metode yang digunakan pengamat dalam menyusun
laporan ini yaitu dengan metode wawancara adapun lain hal sumber data yang
didapat langsung dari prosesi tanya jawab dan data sekunder yang secara tidak
langsung didapat dari website resmi milik Lembaga Penerbangan Dan Antariksa
Wilayah indonesia sendiri sebagian memiliki potensi rawan bencana yang sangat
besar salah satunya ialah gempa bumi yang sangat sering sekali melanda.
Lembaga Penerbangan Dan Antariksa ( LAPAN ) melakukan terobosan yang luar
biasa dengan membuat satelit yang berfokus untuk mengetahui titik potensi rawan
gempa dan untuk memitigasinya dengan cepat. Menggunakan satelit yang diberi
nama A2. Setelah melaksanakan kunjungan industri pengamat dapat menarik
kesimpulan bahwa kunjungan industri ini sangat berguna bagi pengamat karena
dapat menambah pengalaman dan pengetahuan di bidang satelit yang notabenenya
tidak jauh dari seputar komputer

Keyword : Satelit A2, Lapan, Ilmu Antariksa


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vi
I. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 2
1.2 Tujuan ................................................................................................. 3
1.3 Manfaat ............................................................................................... 3
1.4 Lokasi kunjungan ................................................................................ 3
II. PEMBAHASAN ................................................................................................... 4
2.1 Profil objek kunjungan ........................................................................ 4
2.2 Hasil Pengamatan................................................................................ 12
III. PENUTUP ........................................................................................................... 31
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 31
3.2 Saran ................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 32
LAMPIRAN............................................................................................................... 33

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kepala LAPAN ....................................................... 8


Gambar 2.2 Struktur Organisasi Deputi Bidang Sains Antariksa dan Atmosfer ........ 9
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Deputi Teknologi Penerbangan dan Antariksa ....... 10
Gambar 2.4 Struktur Organisasi Deputi Pengindraan Jauh ........................................ 11
Gambar 2.5 Ruangan Auditorium Lapan ................................................................... 12
Gambar 2.6 GPS VS GNSS ....................................................................................... 13
Gambar 2.7 GPS dan GNSS ...................................................................................... 14
Gambar 2.8 Tipe Reciver GPS.................................................................................... 15
Gambar 2.9 Reciver GPS ............................................................................................ 16
Gambar 2.10 Ganguan ionosfer .................................................................................. 16
Gambar 2.11 Software Mitigasi Delay Ionosfer ......................................................... 17
Gambar 2.12 Satelit Lapan A2.................................................................................... 19
Gambar 2.13 Kontainer ............................................................................................... 21
Gambar 2.14 Posisi Satelit Lapan A2 di akses melalio Amsatroid pada tanggal 9 mei
2019 pukul 20:53 wib (sumber : Aplikasi Amsatroid ................................................ 26
Gambar 2.15 Informasi Potensi kekeringan (sumber https://spbn.lapan.go.id) .......... 27
Gambar 2.16 Informasi poteni banjir .......................................................................... 28
Gambar 2.17 Informasi kekeringan asap .................................................................... 29
Gambar 2.18 Informasi kebakaran .............................................................................. 30

vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pimpinan Kepala Lembaga Penerbangan Dan Antariksa (LAPAN) ........ 5
Tabel 2.2 Produk Litbang ........................................................................................... 7
Tabel 2.3 Perangkat ADCS Satelit LAPAN A2 ......................................................... 22
Tabel 2.4 Sepesifikasi MFS Magnetumeter ................................................................ 23

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gempa bumi ialah bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Karena
wilayah Indonesia sendiri terletak diantara pertemuan tiga lempeng bumi ialah
lempeng Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Maka hal itulah yang
sering membuat sebagian daerah terkena dampak dari gempa bumi karena adanya
pergeseran lempeng. Bukan hanya itu jika titik gempa terjadi didaerah laut itu
sangat bisa memicu bencana tsunami yang sangat luar biasa. Bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menggangu kehidupan,
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik faktor alam dan atau faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis (Harjadi.Dkk.
2007:3).

Salah satu contoh yang bisa diambil ialah pasca terjadinya gempa bumi
berkekuatan 7,9 skala richter di donggala dan kota palu Sulawesi tengah
tepatnya pada jumat ( 28/9/18 ) membuat semua jaringan terganggu dan bisa
dikatakan lumpuh total dengan pemanfaatan fasilitas radio amatir pada satelit A2
milik lapan membuat para relawan mudah untuk berkordinaasi pasca gempa disaat
jaringan telpon terganggu dapat berkomunikasi dan berkordinasi dengan tim SAR
guna mencari jalur evakuasi alternative atau untuk meminta pengiriman bantuan
dengan segera. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014), pemanfaatan ialah “
proses, cara memanfaatkan: ~ sumber daya alam untuk pembangunan;”

Dalam hal ini pemanfaatan bantuan yang digunakan ialah satelit LAPAN
A2 milik lapan yang dibuat di indonesia. Dalam garis besar satelit didunia ini
hanya memiliki dua macam yaitu satelit alami yang memang berasal dari alam,
sebagai contoh bulan adalah satelit bagi bumi sedangkan yang kedua ialah satelit
buatan yang dirancang dan dirakit oleh manusia lalu di tempatkan di suatu orbit
menggunakan kendaraan peluncur atau roket. Kamus Besar Bahasa Indonesia

1
2

(2014), menyebutkan bahwa “ satelit adalah bintang siarah yang mengedari


bintang siarah yang lebih besar”.

satelit terlebih khususnya yang dibuat oleh manusia banyak sekali macam
dan kegunaan, tujuan salah satunya satelit LAPAN A2 milik lapan yang dibuat
bertujuan untuk pemantauan maritim, memantau permukaan Bumi, bencana,
hingga identifikasi pulau. Tapi tujuan utama pembuatan satelit ini adalah untuk
mitigasi bencana. harjadi.dkk (2007:4) menyatakan mitigasi adalah serangkaian
upaya mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Salah
satu contoh kontribusi satelit lapan A2 yaitu menyediakan fasilitas komunikasi
radio amatir pada Satelit LAPAN-A2/LAPAN-ORARI untuk keperluan
komunikasi pasca terjadinya bencana. Satelit LAPAN-A2 (IO-86) diaktifkan
untuk membantu komunikasi antar relawan penanganan bencana di Lombok. 19
Agustus 2018 “ LAPAN A2 merupakan satelit terbaru buatan Lembaga
Penerbangan Dan Antariksa (LAPAN).’ (LAPAN A2’.LAPAN.Lembaga
Penerbangan dan Antariksa.16 nov.2013. Web.12 12 mei 2019).

Lapan sendiri adalah suatu lembaga khusus non kementrian yang bergerak
di bidang sains dan antariksa di indonesia. Untuk pusat kantor lapan berdiri di
Jakarta dan telah memiliki lokasi satuan kerja masing-masing. Lembaga ini pun
telah banyak mengeluarkan produk litbang atau penelitian dan pengembangan
dari mulai roket, satelit, pesawat tanpa awak, dan pesawat transportasi. LAPAN
adalah lembaga pemerintah non-kementerian yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri yang membidangi urusan
pemerintahan di bidang riset dan teknologi. (LAPAN ; 2013 ; pokok dan fungsi;
https://www.lapan.go.id/index.php/subblog/pages/2013/5/Tugas-Pokok-dan-
Fungsi; diakses tanggal 13 mei 2019).
3

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari Kuliah Kerja Praktek (KKP) yaitu :

a. Melengkapi nilai Kuliah Kerja Praktek (KKP) sebagai salah satu


syarat untuk penulisan skripsi.
b. Untuk menambah wawasan dan pengalaman penulis tentang
Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN).
c. Untuk mengetahui proses sistem kerja dari satelit lapan A2 beserta
manfaatnya bagi mitigasi bencana
d. Sebagai bahan acuan untuk membuat laporan tentang satelit lapan
A2.

1.3 Manfaat

Manfaat yang bisa diperoleh dari penulisan laporan ini ialah :

a. Dapat menyajikan pengalaman, beserta data-data yang didapat


selama kunjungan kedalam sebuah laporan.
b. Dapat membantu mensosialisasikan tentang manfaat satelit lapan
A2 untuk mitigasi bencana secara lusa.
c. Mampu memaparkan teknologi yang di pakai satelit lapan A2
dalam menjalankan misinya.
d. Hasil laporan ini dapat dijadikan referensi sebagai penelitian
selanjutnya.

1.4 Tempat dan waktu pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek(KKP)

Nama Lembaga : Lembaga Penerbangan dan Antariksa

Alamat : Jl. Dr. Djunjunan Bandung, Jawa Barat.

Tanggal KKP : tanggal 22 – 27 Januari 2019.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Profil Objek Kunjungan

2.1.1 Sejarah

Sejarah singkat berdirinya Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional


(LAPAN), pada awalnya pemerintahan Republik Indonesia membentuk sebuah
panitia astronautika pada tanggal 31 Mei 1962 yang langsung dibuat oleh
Menteri pertama RI, yang memilki tugas mengembangkan keilmuan
astronautika dan penerbangan di Indonesia, kemudian ditetapkan ketua Dewan
Penerbangan yaitu Ir Juanda dan selaku Sekertaris Dewan Penerbangan di jabat
oleh R.J Salatun, setelah beberapa bulan dibentuknya panitia astronoutika oleh
pemerintahan tepatnya pada tanggal 22 September 1962, terbentuklah sebuah
Proyek Roket Ilmiah dan Militer Awal (PRIMA), dengan melakukan kerja sama
antara AURI dan ITB, PRIMA ini berhasil memproduksi dua roket seri Kartika,
setahun kemudian pada tanggal 27 November 1963 dengan keputusan Presiden
Nomor 236 tahun 1963 tentang LAPAN, akhirnya Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional terbentuk, yang memiliki misi utama pengembangan
keilmuan antariksa dan penerbangan di Indonesia dan setelah lapan dibentuk
juga telah menghasilkan berbagai produk litbang seperti, satelit, dan pesawat
tanpa awak. Satelit yang dihasilkan lapan diantaranya adalah satelit TUBSAT,
satelit LAPAN A2/ ORARI, satelit SADEWA, satelit LAPAN A3, dan masih
banyak lagi yang dalam proses pengembangan oleh LAPAN, produk litbang
yang dihasilkan LAPAN sangat membantu dalam beberapa kegiatan dari militer
dan pemerintahan dalam hal penginderaan jauh untuk memantau situasi wilayah
Indonesian dari beberapa dampak seperti kekeringan, banjir, kebakaran dan
gempa bumi. LAPAN juga memilki rekan kerja sama didalam negeri seperti
Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI) dalam penggunaan komunikasi

4
5

amatir, dan ITB membantu dalam melakukan pengembangan beberapa produk


litbang yang telah diproduksi maupun dalam tahap pengembangan oleh
LAPAN.

Tabel 2.1 Pimpinan Kepala Lembaga Penerbangan Dan Antariksa (LAPAN)


No Nama Periode

1 Komodor TNI AU Nurtanio Pringgodigdo 1963-1966

2 Marsdya TNI AU soebambang 1967-1971

3 Marsdya TNI AU (Purn) R.J Salatun 1971-1978

4 Marsda TNI AU dr. R. Sunaryo 1978-1986

5 Marsdya TNI AU Iskandar 1986-1987

6 Marsda TNI AU R. Ibnoe Soebroto 1987-1991

7 Prof. Dr. Ir. Harsono Wiryosumatro, M.S. Met E. 1991-1998

8 Prof. Dr. Harijono djojodihardjo 1999-2000

9 Ir. Mahdi kartasasmita, M Sc., Ph D 2001-2005

10 Dr. Ir Adi Sadewo Salatun 2006-2010

11 Drs. Bambang S. Tedjasukmana, Dipl. Ing 2011-2014

12 Prof. Dr Thomas Djamaludin 2014-Now

Sumber : https://www.lapan.go.id/index.php/subblog/pages/2017/104/Profil-
Kepala

2.1.2. Visi dan Misi

Visi 2015-2019
PUSAT UNGGULAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA
UNTUK MEWUJUDKAN INDONESIA MAJU DAN MANDIRI

Misi 2015-2019
1. Meningkatkan kualitas litbang penerbangan dan antariksa bertaraf
internasional.
6

2. Meningkatkan kualitas produk litbang dan informasi di bidang


penerbangan dan antariksa dalam memecahkan permasalahan
nasional.

3. Melaksanakan dan mengatur penyelenggaraan keantariksaan untuk


kepentingan nasional.

2.1.3 Tugas dan Fungsi

Tugas

LAPAN ( Lembaga Penerbangan Dan Antariksa ) mempunyai tugas


melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian dan
pengembangan kedirgantaraan dan pemanfatannya serta
penyelenggaraan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Fungsi

Dalam mengembangkan tugas diatas LAPAN ( Lembaga Penerbangan


dan Antariksa ) menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. Penyusunan kebijakan penelitian di bidang dan pengembangankan


sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan antariksa, dan
penginderaan jauh dan pemanfaatnya.
2. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sains antariksa dan
atmosfer, teknologi penerbangan antariksa, dan penginderaan jauh
dan pemanfaatnya.
3. Penyelanggaraan keantariksaan.
4. Pengkoordinasian kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas
LAPAN ( Lembaga Penerbangan Dan Antariksa )
5. Pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan administarasi
kepada seluruh unit organisasi di lingkungan LAPAN ( Lembaga
Penerbangan dan Antariksa )
7

6. Pelaksanaan kajian kebijakan strategis penerbangan dan antariksa;


7. Pelaksanaan penjalaran teknologi penerbangan dan antariksa;
8. Pelaksanaan pengelolaan standarisasi dan sistem informasi
penerbangan dan antariksa;
9. Pengawasan atas pelaksanaan tugas LAPAN ( Lembaga
Penerbangan Dan Antariksa

10. Penyampaian laporan, saran dan pertimbangan di bidang penelitian


dan penerbangan sains antariksa dan atmosfer, teknologi
penerbangan dan antariksa dan pengindraan jauh serta
pemanfaatanya.
2.1.4 Produk Litbang Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN)

Sejak berdirinya Lembaga Penerbangan dan Antariksa pada


tanggal 31 mei 1962 samapai dengan saat ini telah banyak
menghasilkan produk Penelitian dan Pengembangan (Litbang) di
antaranya :

Tabel 2.2 Produk Litbang


NO Nama Litbang Misi Tahun
1 LAPAN SURVEILLANCE UAV Membantu misi sipil maupun 2012
02 (LSU 02) atau pesawat tanpa militer untuk menjakau
awak wilayah yang sulit dijangkau
2 Satelit LAPAN A1 (TUBSAT) Pemantauan situasi bumi 2007
seperti banjir kebakaran
hutan,dll.dan melakukan
komunikasi bergerak
3 Satelit LAPAN A2 (ORARI) Pengamatan bumi, 2015
pemantauan kapan, dan
komudikasi radio amatir
4 Satelit LAPAN A3 (LAPAN-IPB) Pemantauan lahan, 2016
pemantauan kapal,
pemantauan keilmuan, dan uji
experiment
5 Satelit Disaster Early Warning sebagai sistem informasi 2010
System (SADEWA) peringatan dini bencana dan
pemantauan kondisi
lingkungan dengan real-time
Sumber : https://lapan.go.id/index.php/subblog/categories/Mjc/produk-litbang
8

2.1.6 Struktur Organisasi Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN)

Struktur Organisasi Kepala LAPAN

Sumber: https://www.lapan.go.id/index.php/subblog/pages/2013/65/Struktur-
Organisasi-LAPAN

Gambar 2.1 : Struktur Organisasi Kepala LAPAN


9

Struktur Organisasi Deputi Bidang Sains Antariksa dan Atmosfer

Sumber: https://www.lapan.go.id/index.php/subblog/pages/2013/83/Struktur -
Organisasi-Deputi-Bidang-Sains-Antariksa-dan-Atmosfer

Gambar 2.2 : Struktur Organisasi Deputi Bidang Sains Antariksa dan


Atmosfer
10

Struktur Organisasi Deputi Bidang Teknologi Penerbangan dan Antariksa

Sumber : https://www.lapan.go.id/index.php/subblog/pages/2013/77/Struktur-
Organisasi-Deputi-Bidang-Penginderaan-Jauh

Gambar 2.3 : Struktur Organisasi Deputi Bidang Teknologi Penerbangan


dan Antariksa
11

Struktur Organisasi Deputi Bidang Penginderaan Jauh

Sumber : https://www.lapan.go.id/index.php/subblog/pages/2013/77/Struktur-
Organisasi-Deputi-Bidang-Penginderaan-Jauh

Gambar 2.4 : Struktur Organisasi Deputi Bidang Penginderaan Jauh


12

2.2 Hasil Pengamatan

Lembaga Penerbangan Dan Antariksa ( LAPAN ) merupakan Lembaga


resmi non kementrian yang khusus berjalan di bidang ilmu sains dan antariksa di
Indonesia. Lembaga ini di dirikan pada tahun 1962 tepatnya setelah 17 tahun
indonesia merdeka, Pada tanggal 31 mei oleh ir.H. Juanda selaku perdana menteri
kalah itu. Lapan memiliki 14 fasilitas penting di seluruh indonesia dan memiliki
tugas masing- masing. Tapi untuk pusat antariksa sendiri terdapat di bandung, jawa
barat. Disitu semua penelitian dan seluruh kegiatan ke antariksaan dilakukan.
Lapan yang terpusat dibandung berada di jalan Dr.Djundjunan nomor 133
Bandung. Dalam melaksanakan pengamatan di pusat sains dan antariksa LAPAN
Bandung. Penulis hanya berada diruang lingkup kunjungan workshop yang di buat
oleh Lapan pada tanggal 24 Januari 2019, supaya pembaca lebih dapat memahami
hasil dari kunjungan. penulis akan memaparkan semua materi yang diberikan dalam
workshop tersebut secara satu persatu dibawah.

Gambar 2.5 : Ruang auditorium lapan


13

Pada gambar diatas penulis sedang berada di ruang auditorium pukul 08.30
wib untuk menunggu pemaparan materi workshop kunjungan yang dilakukan oleh
Kepala Bidang Diseminasi Pussainsa Drs. Bambang Suhandi. Sebelum melakukan
pemaparan materi pihak Lapan yang diwaliki bapak Drs. Bambang Suhandi sebagai
Kepala Bidang Diseminasi memberikan kata sambutan untuk kunjungan ke Lapan
di hadapan 4 dosen pembimbing dan 40 mahasiswa Teknik Informatika. sebaliknya
Pihak Universitas bina darma yang di wakili oleh dosen pembimbing bapak Heri
Suroyo,M.Kom memberikan kata sambutan untuk pihak Lapan yang telah
menerima Universitas Bina Darma untuk berkunjung.

Materi awal yang disampaikan ialah tentang profil Lapan dan produk
litbang secara singkat, Selain itu melalui video Lapan memperkenalkan rancangan
Observatorium Nasional di Kupang. Setelah itu pemaparan materi workshop
langsung dilakukan oleh Bapak M.Slamet Supriyadi, M.Si. dengan materi berjudul
Gangguan Ionosfer pada Receiver GPS. yaitu gangguan Ionosfer terhadap sinyal
radio akurasi GPS (Global Positioning System ) lonosfer adalah bagian dari lapisan
atas atmosfer dimana sejumlah elektron bebas yang mempengaruhi perambatan
gelombang radio.

Gambar 2.6 :GPS vs GNSS


14

GPS VS GNSS. Di dalam materi ini diberikan pemahaman tentang apa


bedanya GPS dan GNSS dan penjelasan mengenai perbedaan diantara keduanya
di mana dari hasil pemaparan dapat disimpulkan seperti dibawah ini

a. GPS ( Global Positioning System ) adalah sebuah satelit sistem navigasi


dan penentuan posisi yang miliki dan dikelola oleh Negara Amerika
Serikat sedangkan.
b. GNNS ( Global Navigation Satelit System ) ialah gabungan satelit dari
beberapa satelit lain. Untuk melakukan sebuah pengukuran dan tidak
mengandalkan pengkuran dari satelit GPS saja.

Gambar 2.7 : GPS dan GNSS

Gambar diatas adalah contoh cara kerja GPS dan GNSS dalam menangkap sinyal
satelit dimana GNSS mengandalkan lebih banyak satelit untuk melakukan sebuah
pengukuran. Selain itu satelit untuk menentukan posisi tidak hanya GPS yang di
kelola di Amerika Serikat melainkan ada pula

1. Glonass milik Rusia (24) 4.QZSS milik Japan (3)


2. Galileo milik Eropa (30) 5.IRNSS milik India (7)
3. Beidou milih China (30)
15

Gambar 2.8 : Tipe Receiver GPS

Receiver GPS atau penerima gelombang radio GPS memiliki 3 tipe yang
dimana masing-masing memiliki tugas berbeda dan cara penggunaan yang berbeda
pertama ada receiver front ends yang berguna untuk memfilter data yang di tangkap
dari satelit kemudian menjadi data IF setelah itu yang kedua ada geodetic receiver
gps yang berfungsi mengolah data IF yang dihasilkan dari receiver front ends
menjadi data RAW atau data mentah yang ketiga ialah commercial gps receiver
yang digunakan untuk menerjemahkan data mentah atau RAW dari geodetic
receiver gps menjadi data lokasi untuk ditampilkan. Contoh commercial gps
receiver ialah seperti google maps. Untuk GPS posisi bisa menggunakan software
RTklib, GoGPS, GPS Lab, GPS Tool.
16

Gambar 2.9 : Receiver GPS

Manfaat Reciever GPS di dunia ini sangatlah membantu dalam melakukan


sebuah pemantauan seperti, untuk navigasi darat, pemantauan maritim,
penerbangan sipil, pertanian, airport operation support. Air navigation, prediksi
cuaca, navigasi posisi, untuk komunitas Negara.

Gambar 2.10 : Gangguan Ionosfer


17

Gangguan ionosfer ialah gangguan dari lapisan atas atmosfer yang dimana
memiliki sejumlah elektron bebas yang mempengaruhi perambatan gelombang
radio. Dimana contoh kasusnya seperti sebuah cockpit pesawat yang berperan
sebagai user penerima meminta sinyal bantuan penunjuk arah dari menarah
pemantau sekitar. Kemudian menara pemantau mengirimkan sinyal bantuan ke
cockpit tetapi sinyal dikirim kan tadi tidak real time diterima akibat dari efek
gangguan ionosfer.

Gambar 2.11 : Software mitigasi delay ionosfer

Untuk mengatasi masalah gangguan delay sinyal radio navigasi di akibatkan oleh
ionosfer bisa menggunakan software-software yang ada dibawah ini :Enri
developed by ENRI

a. Tripos developed by Braunschweig


b. Pegasus developed by Eurocontrol
c. DLR developed by DLR
d. Lapan developed by Lapan

2.2.1 Satelit LAPAN A2

Satelit LAPAN A2 adalah merupakan satelit terbaru buatan Lembaga


Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). Satelit Lapan A2 merupakan
pembaruan dari satelit sebelumnya yaitu satelit Lapan-Tsubat yang dibuat di
18

Technische Universitas Berlin Jerman. Untuk satelit Lapan A2 ini sepenuhnya


dibuat di Indonesia tepatnya di Pusat Teknologi Satelit Lapan di Rancabungur
Bogor,Jawa Barat. Namun tetap menggunakan konsultan dari Jerman. Tujuan di
buatnya satelit ini yaitu untuk mitigasi bencana alam yang terjadi di Indonesia.

Rencananya satelit Lapan A2 akan di luncurkan pada pertengahan 2013 dari


kota Srihari di India.Satelit Lapan A2 di desain untuk tiga misi yaitu pengamatan
bumi, pemantauan kapal, dan komunikasi radio amatir. Dengan berat sekitar 78 kg,
satelit Lapan A2 membawa muatan Automatic Identification System (AIS) yang
berfungsi untuk melakukan identifikasi terhadap kapal yang akan melintasi
wilayah jangkauan Lapan A2. Selain itu untuk misi pengamatan bumi akan
menggunakan kamera digital observasi bumi menggunakan kamera digital
observasi bumi dengan kamera 4 band multispectral scanning. Kamera itu
beresolusi 18 m dengan cakupan 120 km dan kamera resolusi 6 m dengan cakupan
12 km x 12 km.Satelit LAPANA2 juga dilengkapi dengan Automatic Packet
Reporting System (APRS) yang mendukung komunikasi untuk penanganan
bencana. LAPAN juga bekerjasama dengan Organisasi Amatir Radio Indonesia
(Orari). Yang akan memungkinkan LAPAN-A2 sebagai penghubung sekitar 700
ribu pengguna radio amatir atau orari. Melalui Satelit Lapan A2, anggota Orari
dapat berkoordinasi dengan tim SAR untuk mencari jalur evakuasi alternatif atau
pengiriman bantuan. Automatic Packet Reporting System (APRS) juga mendukung
pengiriman pesan singkat melalui gelombang radio yang dapat dilakukan
menggunakan perangkat-perangkat penerima komunikasi radio modern.

Satelit Lapan A2 ini akan mengorbit secara ekuatorial dan akan melintasi
wilayah Indonesia secara diagonal sebanyak 14 kali dalam 24 jam, dengan kisaran
20 menit perputaranya.Pada orbitnya sensor AIS ( Automatic Identification System
) Lapan A2 memiliki radius deteksi lebih dari 100 km dan mempunyai kemampuan
untuk menerima sinyal dari maksimum 200 kapal dalam satu daerah cakupan.
Salah satu contoh pemanfaat satelit Lapan A2 ialah pada saat bencana alam terjadi
di palu donggala pada tanggal 28 september 2018 pukul 18.30 wita dengan
kedalaman 10 km dalam tempo 2 hari atau tepatnya pada tanggal 30 september
19

2018 satelit lapan A2 telah berhasil menghitung lebih dari 5000 bangunan rusak
akibat gempa yang terjadi di Palu dan Donggala. Metode yang digunakan adalah
interpretasi visual dengan membandingkan data citra satelit sebelum dan sesudah
gempa. Hasil perhitungan menunjukkan adanya 418 rusak di Kabupaten Donggala,
dan 2403 di Palu. Dengan hasil itu menunjukan bahwa satelit A2 milik lapan sangat
membantu bagi para relawan dan tim SAR untuk menentukan jalur evakuasi
tercepat untuk mencari korban dan mengantarkan bahan logistic beserta obat-
obatan. Dan gambar 2.6 adalah satelit LAPAN

Gambar 2.12 : Satelit LAPAN A2 ( sumber : Lapan.go.id )

2.2.2 Proses peluncuran satelit LAPAN A2

LAPAN Meluncurkan satelit mikro kedua yaitu LAPAN A2 setelah satelit


TUBSAT yang dibuat dan dan diuji dijerman sedang satelit LAPAN A2 murni di
rancang, di buat, dan di uji coba sepenuhnya di Indonesia untuk pertama kalinya
walaupun masih menggunakan jasa konsultan dari jerman. Satelit ini diluncurkan
menggunakan roket Polar Satellite Launch Vehicle - C30 (PSLV-C30) kepunyaan
Indian Space Research Organisation (ISRO), india. Peluncuran dilaksanakan
dibandar udara Srihai kota High Altitude Range (SHAR) India. Sebelum sampai
pada tempat peluncuran satelit di india, terdapat beberapa proses yang dilalui dalam
melakukan pengiriman satelit LAPAN A2/ ORARI, seperti jalur yang ditempuh
melalui darat dan udara yang pasti akan mengalami perubahan temperatur,
20

kelembaban udara dan getaran/kejutan yang diakibatkan oleh kondisi geografis


jalan raya, dan saat lepas landas pesawat maupun saat mendarat.mengingat jarak
yang akan ditempuh sangat jauh, dan terdapat beberapa komponen yang sangat
sensitif terhadap temperature, kelembaban dan getaran/kejutan. Untuk
menghindari kerusakan pada komponen yang sensitif pihak LAPAN menggunakan
Kontainer yang bisa menjaga temperatur, kelmbaban udara, dan getaran/kejutan.

Perjalanan yang ditempuh berawal dari pusat teknologi satelit,


Rancabungur, Bogor, Jawa Barat, dengan menempuh perjalanan darat menuju
Bandara Soekarno-Hatta,cingkareng kemudian dilanjutkan menggunakan jalur
udara menuju Chennai, India. Dari Chenai menuju SHAR Sriharikota,
menggunakan jalur darat. Perjalanan diatas menempuh waktu 24 jam lebih. Untuk
memastikan komponen yang sensitif tetap aman maka kontainer pengangkut
menggunakan alat perekam data perjalanan, yaitu tiga perekam data kejut, satu
perekam data temperatur dan satu perekam data kelembaban.

Container (kontainer) satelit LAPAN A2 dibuat di Indonesia dan dirancang


khusus untuk menyesuaikan karateristik perijinan dari setiap komponen dengan
menyesuaikan perjalanan yang akan ditempuh, maka dari itu kontainer ini didesain
kedap udara dan dilengkapi dengan damper (peredam kejut). kontainer ini terbagi
menjadi dua bagian yaitu:

1. Pallet (Tumpuan) memiliki dimensi dengan panjang 1000 mm, lebar 1000
mm dan memiliki tinggi 165 cm. selain titik tumpuan saat mobilisasi kontainer,
palletjuga berfungsi sebagai tempat satelit yang akan dibawa yang memiliki sistem
damper (kedap kejut) yang akan meredam kejut/getaran yang terjadi pada saat
perjalanan pengiriman.

2. Envelope (tutup) memiliki dimensi panjang 900 mm dan lebar 1005 dan
ketinggian ruangan 1350 mm, serta tinggi total 1550 mm. Envelopesatu eyebolt
sebagai titik angkat saat membuka dan menutup envelope dengan bantuan crane.
Envelope ini di rancang untuk menahan beban dari tekanan udara serta debu dan
air.
21

Gambar 2.13 : Kontainer ( sumber : Lapan.go.id )

2.2.3 Sistem kontrol satelit LAPAN A2

Satelit LAPAN A2 memiliki Attitude Determination and Control System


(ADCS) yang akan membantu dari kinerja satelit LAPAN A2 dalam menjalankan
misinya yaitu observasi bumi, ketika akan melakukan pengambilan citra video
pada permukaan bumi, kamera pada satelit harus diarahkan ke bumi dan pada saat
misi dijalankan maka satelit harus tetap dikendalikan agar menghadap bumi
terutama wilayah Indonesia, kemudian ADCS juga membantu menjalankan misi
Automatic Identification System (AIS) sebagai misi dari maritim dalam memonitor
Pergerakan kapal laut yang berada di laut Indonesia, dan membantu menjalankan
Automatic Packet Reporting System (APRS) dan Voice Repeater untuk misi
Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI). Perangkat ADCS yang berada pada
pada satelit LAPAN A2 terdiri dari sensor dan aktuartor pada table dibawah ini.
22

Tabel 2.3 Perangkat ADCS satelit LAPAN A2


Sensor Sikap Jumlah Tipe
Star Sensor 2 1 CCD Sensor, 1 CMOS Sensor
Magnetometer 1 Fluxgate
Coarse Sun Sensor 6 Ga-As cell
Gyro 3 Fiber optics

Aktuator
Reaction Wheel 3 -
Magnetic Torque 3 Air coil
Sumber : Artikel ADCS satelit LAPAN-A2/Orari Vol. 10 No.4

Sensor Sikap Satelit

Sensor sikap satelit terdiri dari Star Sensor (STS), Magnetic Fiels Sensor
(MFS), Coarse Sun Sensor (CSS) sebagai referensi sensor dan Fiber Optic Gyro
sebagai sensor inersial. Sensor referensi berfungsi untuk mengetahui orientasi
sikap satelit terhadap referensi tertentu, kemudian sensor inersial berfungsi sebagai
sikap untuk mengetahui orientasi satelit terhadap sumbuh. Dan berikut adalah
penjelasan dari sensor-sensor yang dimiliki oleh satelit lapan A2 :

a. Star Sensor

Didalam satelit LAPAN A2 terdapat dua buah star sensor, 1 buah dengan
tipe sensor CCD dan 1 buah sensor dengan tipe CMOS. Star sensor (STS) adalah
sensor yang dijadikan sebuah referensiyang sangat akurat dengan akurasi 1
arcsec1arcsec min yang dapat memberikan informasi posisi bintang yang menjadi
sikap sebuah satelit terhadap ruang inersial atau disebut juga dengan koordinat
langit.

b. Magnetometer

Magnetometer pada satelit LAPAN A2 merupakan tipe fluxgate untuk


mengukur medan magnet bumi pada tiga sumbu. Magnetometer paada dasarnya
digunakan untuk menghasilkan data satuan vector magnet bumi karena akurasi
23

yang dimiliki magnetometer / Magnetic Fiels Sensor (MFS) cukup baik.


Spesifikasi dari MFS sebagai berikut:

Tabel 2.4 Spesifikasi MFS magnetometer


Wide Field Range ± 0.6 Gauss (± 0.6 Tesla)

Accuracy ≤ 0.2 m Tesla

Power 1 Watt

Massa 220 Gram

Sumber : Artikel ADCS satelit LAPAN-A2/Orari Vol. 10 No.4

c. Sensor Matahari (Coarse Sun Sensor)

Coarse Sun Sensor (CSS) satelit LAPAN A2 menggunakan sel surya


tunggal berjenis Silicon Arsenide. Css pada dasarnya berfungsi untuk mendeteksi
sudut matahari yang berkaitan dengan sisi di mana sensor terpasang dengan output
berupa besaran arus listrik.

d. Gyro

Gyro berfungsi untuk mengukur gerak angular terhadap sumbunya. Gyro di


pasang pada masing-masing sumbu X,Y dan Z sehingga pergerakan angular dapat
di ketahui pada masing-masing sumbuh.

e. Akuator Satelit

Akuator atau pergerakan satelit berfungsi untuk menggerakan satelit relative


terhadap sumbunya (rotasi).Umumnya akuator sebuah satelit terdiri dari Reaction
Wheel dan Magic Torquer.

f. Reaction Wheel

Akuator utama yang digunakan pada satelit LAPAN A2 adalah Reaction


wheel (RW). Cara kerja RW yaitu untuk menghasilkan torasi angular akibat
24

putaran roda yang dihasilkannya, di mana torasi yang dihasilkan akan


membangkitkan momentum angular. Kemudian akan di transfer oleh satelit sesuai
dengan hukum kekealan momentum.Proses ini yang menyebabkan satelit dapat
berotasi.

g. Magnetic Torquer

Akuator yang kedua adalah magnetic torque, yaitu berupa lilitan kawat
yang berfungsi untuk membangkitkan dipol moment magnetic. Lilitan kawat
tersebut juga dapat memberikan kompensasi residu gangguan magnetic pada satelit
di samping itu juga dapat untuk dumping momentum angular ketika reaction wheel
mengalami saturasi.

2.2.4 Moda Kendali Otomatis

Satelit LAPAN A2 dilengkapi dengan fitur moda kendali otomatis. Fungsi


dari moda kendali otomatis ini adalah untuk mempermudah operasi satelit dalam
menjalankan misinya,di mana fungsi ini sepenuhnya di kendalikan oleh komputer
satelit. Mode Kendali otomatis yang terdapat pada satelit LAPAN A2 di jelaskan
sebagai berikut :

a. Nadir Pointing Mode

Pada mode ini, sumbu Z+ satelit yang terdapat muatan kamera menghadap
tegak lurus permukaan bumi sapanjang ground tracknya. Selain itu pada mode ini
kecepatan angular pada sumbu pitch satelit dijaga konsultan.

b.Target Pointing Mode

Pada mode ini, kecepatan angular pada sumbu pitch satelit diatur sehingga
sumbu Z+ satelit mengarah ke obyek tertentu di permukaan bumi. Mode ini dapat
digunakan untuk mengamati objek inertial diantariksa, misalnya bulan Dengan
sistem ADCS yang dimiliki oleh satelit LAPAN A2 tersebut, maka diharapkan
misi-misi yang dibawanya akan dapat dipenuhi.

2.2.5 Sistem Komunikasi Amatir


25

Satelit LAPAN A2 bekerja sama dengan Organisasi Amatir Radio Indonesia


(ORARI), maka dari itu satelit LAPAN A2 sering disebut juga satelit LAPAN
ORARI, dalam memitigasi bencana . Satelit LAPAN A2 dapat terhubung ke 700
ribu radio amatir dan orari dapat memberikan informasi kepada Badan SAR
Nasional (BASARNAS) dalam memilih jalur alternatif dalam mengevakuasi
korban bencana dan dalam memnyalurkan bantuan kepada korban bencana, pada
satelit LAPAN A2 terdapat APRS yang didesain bisa mengirimkan pesan singkat
melalui radio amatir dan bisa diterima melalui radio modern. Sistem komunikasi
amatir juga dapat digunakan oleh militer ketika terjadi perperangan untuk
melakukan komunikasi, karena disaat terjadi dua peristiwa diatas kemungkina
besar seluruh sambungan komunikasi akan lumpuh kecuali sistem komunikasi
amatir dari satelit.

Ketika akan melakukan komunikasi melalui radio amatir ada beberapa


perlengkapan yang harus dipersiapkan yaitu :

1. Radio HT

2. Antena yang digunakan sebagai penangkap sinyal dari satelit.

3. Aplikasi AMSATDROID FREE sebagai alat pendeteksi posisi satelit. dan

4. Kompas

Langkah-langkah yang dilakukan ketika akan melakukan komunikasi yaitu :

1. Mengaktifkan radio HT dan aktikan bagian VHF dan UHF, kemudian input
melalui frekuensi 145.880 Mhz, dan pada output terdapat pada frekuensi 435.880
Mhz, jika terjadi dopper maka akan ada pergeseran -+ 10 Khz
2. Mengarahkan antena sesuai pada azimuth yang telah kita lacak pada
aplikasi AMSATDROID seperti ditujukan pada gambar 2.8
3. Ketika kita telah mengetahui posisi satelit maka jangan melakukan suatu
transmisi uplink karena akan menggangu stasiun yang sedang bekerja, didalam
komunikasi radio LISTENING FIRST sangat penting.
26

4. Dalam melakukan komunikasi melalui radio kita harus sabar menunggu


antrian panggilan, dikarenakan banyak stasiun lain yang sedang menggunakan.

Gambar 2.14 : Posisi satelit Lapan A2 di akses melalui Amsatdroid pada tanggal
9 mei 2019 pukul 20.53 wib ( sumber : aplikasi Amsatdroid )

2.2.6 Sistem Informasi untuk Mitigasi Bencana (SIMBA)

SIMBA ialah sistem informasi yang disediakan oleh lapan untuk mengetahui
informasi terhadap peringantan dini bencana dan informasi terhadap dampak dari
bencana, SIMBA bisa diakses melalui web browser dengan link
http://pusfatja.lapan.go.id/simba/, pada link tersebut kita akan langsung memasuki
halaman utama dari Sistem Informasi untuk Mitigasi Bencana. Didalam web ini
kita dapat langsung mengakses informasi peringatan dini bencana seperti , potensi
27

kekeringan, potensi banjir,titik panas, peringatan kebakaran hutan dan gunung api
Indonesia, kemudian pada dampak bencana kita dapat mengakses informasi seperti
tanggapan darurat bencana, respon bencana dan daerah yang terbakar. Dan
diberikut masing-masing tampilan dari web sistem informasi untuk mitigasi
bencana atau ( SIMBA) :

a . Informasi Potensi kekeringan

Gambar 2.15 : Informasi potensi kekeringan (sumber https://spbn.lapan.go.id)

Dari data diatas dibuat pada bulan maret tahun 2019, dan kami akses datanya
pada tangga l9 mei 2019 jam 23:13, kemudian dilihat data diatas wilayah Indonesia
tidak ada yang tedampak potensi kekeringan yang extream, wilayah Indonesia
dalam kisaran 50 % lebih hanya mengalami kekeringan ringan dan sisanya normal
tidak terdampak dari pontensi kekeringan .
28

b. Informasi Potensi Banjir


+

Gambar 2.16 : Informasi potensi banjir ( sumber :https://spbn.lapan.go.id )

Data diatas perbaharui dan kami akses pada tanggal 9 mei 2019, dari data
diatas potensi banjir hanya di beberapa daerah saja terlihat pada wilayah Indonesia
yang terdapat warna biru tua adalah yang terdampak potensi dari banjir. Dengan
adanya informasi ini kita dapat lebih waspada terhadap banjir yang akan melanda
daerah kita.
29

c. Informasi Kekeringan dan Asap

Gambar 2.17 : Informasi kekeringan dan asap ( sumber : https://spbn.lapan.go.id)

Data diatas diperbarui dan diakses pada tanggal 9 mei 2019, dari data diata
bisa kita lihat potensi kekeringan dan asap pada wilayah Indonesia paling tinggi
hanya pada level sedang yang berwarna biru dan wilayah yang terdampak pada
level sedang dari Indonesia berkisaran -+ 5% dan sisanya terdapat pada level rendah
yang berwarna biru tua dalam data yang ada diatas tersebut. Beberapa gambar yang
ditampilkan diatas tentang informasi peringatan dini bencana yang diakses melalui
SIMBA, masih ada banyak informasi yang bisa diakses tentang peringatan dini
bencana.
30

d. Informasi Daerah Kebakaran di Wilayah Indonesia

Gambar 2.18 : Informasi daerah kebakaran (sumber: https://spbn.lapan.go.id)

Data diatas di perbarui pada periode juli 2015 sampai dengan desember 2016
dan diakses pada tanggal 10 mei 2019 jam 00: 12 wib, dari data diatas dijelaskan
wilayah yang paling banyak titik terdampak dari kebakaran ialah pulau sumatera
kemudian disusul oleh Kalimantan dan yang terakhir terdapat pada papua, untuk
kepulauan jawa tidak titik dari dampak kebakaran.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil kunjungan industri di lapan kami dapat menarik kesimpulan


sebagai berikut :

1. Lapan adalah suatu lembaga pemerintahan departemen yang bertanggung


jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia dan pelaksanaan
tugasnya dikoordinasikan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidan
Riset dan Teknologi.

2. Penginderaan jauh merupakan ilmu dan sistem perolehan informasi tentang


suatu objek wilayah atau gejala-gejala di permukaan bumi dengan analisis
data yang diperoleh dari suatu alat tanpa menyentuh atau kontak langsung
dengan sasaran atau objek yan dikaji.

3. Dengan adanya satelit LAPAN A2 dapat mengetahui bencana alam yang


sedang terjadi dan dapat langsung membantu masyarakat serta nelayan
setempat, juga dapat mengetahui posisi ikan sehingga nelayan dapat
mendapatkan hasil yang lebih banyak.

3.2 Saran

Untuk melengkapi laporan ini kami akan menyampaikan beberapa saran yang
mungkin bisa membantu mengisi kekurangan-kekurangan yang ada, antara
lain sebagai berikut :

1. Kuasai terlebih dahulu teori sebelum melaksanakan praktik kerja lapangan.

2. Gunakan waktu sebaik mungkin.

3. Jangan pernah merasa puas dengan hasil yang telah dicapai.

31
DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, dkk. 2007. Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya


Di Indonesia.Jakarta : Bakornas PB

Kamus Besar Bahasa Indonesia.2014.Edisi ke-4.Jakarta: Depatermen Pendidikan


Dan Kebudayaan RI.

Lembaga Penerbangan Dan Antariksa.2013.Lapan - A2 ; https://www.lapan.go.id/


index.php/subblog/read/2013/118/Satelit-Lapan-A2/produk-litbang

Lapan.2013.Pokok Dan Fungsi;https://www.lapan.go.id/index.php/subblog/pages/


2013/5/tugas pokok dan fungsi
LAMPIRAN

33

Anda mungkin juga menyukai