(.................................
)
Tanggal Pengumpulan
(.................................
Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat segala rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan observasi lapangan ini. Laporan praktikum ini
disusun sebagai bagian dari tugas mata kuliah Kartografi Dasar yang kami tempuh pada semester
ini. Dalam pelaksanaan praktikum, kami mendapatkan kesempatan mengaplikasikan teori yang
telah dipelajari di dalam kelas ke dalam situasi praktis. Praktikum ini membuka wawasan dan
memberikan pengalaman berharga dalam memahami konsep-konsep dasar Kartografi Dasar.
Kami juga bisa melibatkan diri secara aktif dalam proses percobaan, observasi, dan
analisis data. Semuanya termasuk aspek penting dalam pengembangan keterampilan praktis.
Selama pelaksanaan praktikum, kami mengalami beragam tantangan dan hambatan. Namun,
kami dapat mengatasinya melalui kerja sama tim, bimbingan dosen, dan semangat pantang
menyerah. Kami menyadari bahwa setiap kesalahan dan kegagalan merupakan bagian dari proses
pembelajaran. Hal tersebut membantu kami terus meningkatkan kualitas kinerja dan pemahaman.
Laporan ini mencakup langkah-langkah praktis yang kami lakukan, hasil observasi,
analisis data, serta kesimpulan. Kami berharap laporan yang disusun ini dapat memberikan
gambaran jelas dan komprehensif tentang konsep Kartografi Dasar. Kami mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing, teman-teman sekelas, dan pihak-pihak lain,
yang telah memberikan dukungan juga bimbingan selama pelaksanaan praktikum. Semoga
laporan ini bisa memberikan kontribusi positif bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih lanjut
mengenai Kartografi Dasar.
Akhir kata, kami menyampaikan permohonan maaf jika terdapat kekurangan dan
keterbatasan dalam penyusunan laporan ini. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan untuk perbaikan di masa mendatang.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.3 Tujuan...........................................................................................................................5
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................................11
4.2 Analisis.......................................................................................................................11
BAB V PENUTUP...................................................................................................................19
5.1 Kesimpulan.................................................................................................................19
5.2 Saran...........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Apa sajakah perubahan penggunaan lahan yang terdapat di Goa Kreo, Pantai Marina,
dan Bukit Cinta?
2. Bagaimana analisis perubahan penggunaan lahan yang terdapat di Goa Kreo, Pantai
Marina, dan Bukit Cinta?
3. Bagaimana toponimi yang terdapat di Goa Kreo, Pantai Marina, dan Bukit Cinta?
1.3 Tujuan
3. Mahasiswa mampu mengetahui toponimi yang terdapat di Goa Kreo, Pantai Marina,
dan Bukit Cinta.
4. Mahasiswa mampu membuat sketsa dari Goa Kreo, Pantai Marina, dan Bukit Cinta
BAB II
LANDASAN TEORI
Sketsa peta adalah sebuah gambaran mengenai suatu wilayah yang ada. Pada
umumnya sketsa peta ini dibuat tanpa menggunakan skala. Jadi sketsa sendiri hanya
menggambarkan sebuah gambaran sepintas mengenai suatu wilayah yang ada. Sebagai
patokan umum untuk mempermudah menemukan lokasi yang dimaksudkan, pada sketsa
biasanya digambarkan tempat-tempat atau fenomena-fenomena alam atau budaya yang
banyak dikenal orang. Seperti halnya peta, sketsa memiliki fungsi menunjukan lokasi atau
tempat-tempat tertentu di suatu wilayah.
Menurut Oesman Effendi (1978) bahwa sketsa adalah merupakan perpaduan dari
melihat, merasakan, menghayati, berpikir, ekspresi, empati serta bersikap. Sehingga
sketsa adalah kepekaan dari suatu intuisi. Selain itu juga berupa kedalaman jiwa seniman
sebagai proses penginderaan yang totalitas dari seseorang terhadap suatu objek yang akan
direkam.
Kemudian menurut Meyers (1969), pengertian sketsa adalah gambar catatan. Ia
membedakannya dengan gambar karya lengkap dan gambar karya studi. Dalam karya
studi, gambar merupakan eksplorasi teknis atau bentuk untuk penyelesaian lukisan,
patung, dan lain-lain. Umumnya penggambarannya bersifat menyoroti suatu rincian dari
bagian-bagian tertentu, seperti anatomi kepala, tangan ataupun bahu, draperi, dan
sebagainya demi mempelajari bentuk orang.
Sketsa adalah gambar yang dibuat tanpa pengukuran di lapangan atau hanya
menggunakan perkiran ukuran pada objek. Sketsa sangat penting untuk menggambarkan
objek-objek geografi di permukaan bumi. Objek sketsa harus ada dan diamati secara
langsung oleh pembuat sketsa. Gambaran permukaan bumi yang ada didepan dapat
dilihat, diamati, dan langsung dibuat sketsanya. Sketsa tidak memiliki skala dan ukuran
yang bener, arah mata angin juga tidak diukur dengan tepat sehingga dapat dibuat tanpa
orientasi.
Sketsa dibuat mencakup wilayah yang ada didepan pembuatan peta, mencakup
hamparan fenomena di permukaan bumi. Dalam membuat sketsa arah yang dipandang
tidak boleh berubah dan berpindah. Tentukan titik ikat pandangan didepan mata,
pembatasan fenomena yang akan digambar berpedoman pada sudut mata kanan dan sudut
mata kiri. Batas Objek yang akan digambar dan lakukan sketsa pengelompokan gambar
pada peta.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sketsa adalah gambaran mengenai suatu wilayah
tanpa melakukan pengukuran hanya perkiraan saja dengan mengamati objek secara
langsung.
Elevasi adalah posisi ketinggian suatu objek dari satu titik tertentu (datum). Datum
yang dipakai ini biasanya mengacu kepada permukaan laut maupun permukaan geoid
WGS-84 yang digunakan pada GPS (Global Positioning System). Maka dari itu, tidak
heran banyak yang menyatakan elevasi sebagai daerah permukaan laut (dpl).
Peta digital merupakan jenis peta yang gambarkan melalui bantuan dari komputer
secara digital. Peta ini hanya dapat dilihat melalui perangkat teknologi seperti laptop,
komputer dan smartphone. Contoh peta digital adalah melalui aplikasi Google Maps.
BAB III
METODE PENELITIAN
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan studi
pustaka, observasi, wawancara dan sokumentasi. Pada teknik studi pustaka pengumpulan data
dilakukan dengan mengadakan studi penelaah terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-
catatan, dan laporan-laporan yang memiliki hubungan dengan penelitian yang akan
diselesaikan. Dan observasi pengumpulan data dilakukan lewat pengamatan langsung. Kami
melakukan pengamatan terhadap 3 objek penelitian untuk diamati menggunakan pancaindra.
Kemudian mendapatkan materi dari para dosen terkait sejarah objek-objek penelitian tersebut.
Dan teknik pengumpulan data yang terakhir yaitu dokumentasi dilakukan pengambilan foto
objek menggunakan smartphone yang dilakukan oleh peneliti untuk memperkuat hasil
pengamatan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Goa Kreo merupakan kawasan wisata dengan luas 5-6 Hektar yang terletak di
Bukit Kerincing dan Lembah Sungai Kreo, atau secara administratif terletak di Dukuh
Talun Kacang, Kelurahan Kandri Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Secara
astronomis Goa Kreo terletak di koordinat -7.03608,110.350148. Goa Kreo berbatasan
dengan Laut Jawa disebelah utara dan disebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan
Cepoko, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Mijen dan timur berbatasan dengan
Kelurahan Sedeng. Goa Kreo merupakan destinasi wisata yang lengkap dan unik karena
memuat unsur wisata budaya, wisata sejarah, dan wisata alam. Kondisi topografi
Kecamatan Gunungpati berada pada ketinggian di atas permukaan laut pada ketinggian 0-
259 Mdpl dengan panjang garis pantai. Wilayah Kecamatan Gunungpati terdiri dari
wilayah yang topografinya cenderung beragam. Pada daerah Kecamatan Gunungpati
bagian barat mempunyai topografi cenderung datar. Topografi akan mulai beragam ketika
semakin menuju ke bagian timur dari Kecamatan Gunungpati. Berdasarkan keadaan
tinggi wilayah, kawasan wisata Goa Kreo termasuk dalam dataran sedang karena berada
di ketinggian 350 mdpl. Bila ditinjau dari tingkat kemiringan atau kelerengan kawasan
hutan wisata Goa Kreo memiliki kemiringan 2-15% dan >40%, yang secara mayoritas
memilliki lereng yang sangat curam. Beberapa sumber air di sekitar wilayah Kecamatan
Gunungpati berasal dari aliran sungai yang mengalir dari Gunung Ungaran dan Waduk
Jatibarang itu sendiri. Selain menjadi pemasok air di wilayah tersebut, Waduk Jatibarang
juga digunakan sebagai pengendali banjir dari Kali Garang dan beberapa sungai lainnya.
Luas daerah tangkapan Waduk Jatibarangyaitu 53 Km2 dengan volume tampungan
sebanyak 20.400.400 M2. Objek Wisata Goa Kreo Semarang merupakan objek wisata
alam yang didominasi oleh beberapa jenis tumbuhan langka yaitu pohon kesambi, pohon
serut, pohon peh, pohon walikukun, pohon trenggulun, pohon palok, pohon winong,
pohon kelayu, pohon laban, pohon luwing, pohon tutup hijau pohon kemloko, pohon ri
getek, pohon siwilkuthil, pohon tutup kuning, pohon awar-awar, pohon lasep, dan lain-
lain. Tumbuhan langka tersebut dikelola oleh pengelola wisata tersebut sendiri. Sementara
itu unggulan dari objek wisata Goa Kreo Semarang adalah kera ekor panjang (Macca
fascicularis) yang hidup bebas dan sudah jinak dikarenakan sudah terase berinteraksi
dengan manusia di area objek wisata Goa Kreo yang menjadi koleksi fauna di objek
wisata tersebut, terdapat kurang lebih 300 kera yang dikelola oleh pengelola wisata
tersebut.
Pada dasarnya bentuk pemanfaatan lahan merupakan bentuk kegiatan manusia
yang ada di atas sebidang lahan. Aktivitas penggunaan lahan secara umum menunjukkan
proses hubungan antara manusia, substansi, energi, dan informasi Kecamatan Gunungpati
dan Mijen yang menjadi lokasi pembangunan Waduk Jatibarang masih termasuk dalam
kawasan pedesaan. Kegiatan masyarakatanya pun masih berorientasi pada lahan
pertanian. Hal ini dikarenakan sebagian besar penggunaan lahan di Kecamatan Mijen dan
Gunungpati masih dimanfaatakan sebagai lahan pertanian, seperti sawah, kebun, dan
tegalan. Aktivitas sebagian besar masyarakat di Kecamatan Mijen dan Gunungpati pun
berupa petani dan buruh tani Perubahan Penggunaan Lahan Penggunaan lahan merupakan
suatu bentuk pemanfaatan dan fungsi dari perwujudan suatu bentuk penutup lahan.
Apabila terjadi perubahan penggunaan lahan, maka pemanfaatan lahannya pun akan
berubah pula Bentuk mata pencaharian dan kebutuhan berasal dari berbagai bentuk
pertanian. Deskripsi di atas menunjukkan pengaruh perubahan penggunaan lahan pada
hubungan yang ada. Perubahan terjadi karena pelepasan tanah milik warga untuk
pembangunan waduk Jatibrang.
Awal munculnya jalan Kandri berupa persawahan yang sangat luas, tetapi pada
tahun 90an terjadi bencana banjir yang memakan banyak korban. Serta menenggelamkan
sawah yang kemudian pemerintah dengan bantuan jepang membangun bendungan yang
ada didekat Goa Kreo. Goa Kreo tersebut merupakan wisata yang mana membutuhkan
akses untuk menuju ke goanya itu sendiri, yang kemudian dibangun jalan di Desa Kandri.
Jalan tersebut disebut jalan kandri karna berada di Desa Kandri.
Bendungan ini juga menjadi habitat dari ratusan monyet ekor panjang serta
menyimpan sejarah menarik untuk dipelajari. Berbagai kegiatan seru bisa anda lakukan
ketika mengunjungi Waduk Jatibarang, Bendungan atau Waduk ini mulai dibangun pada
tanggal 15 Oktober 2009 untuk mencegah banjir yang sering terjadi di Semarang. Inisiasi
pembuatan bendungan ini dimulai sejak tahun 1992 hingga 1993 dengan ide awal sebagai
bendungan serbaguna. Waduk jatibarang Sejarah nama wilayah Kecamatan Jatibarang
sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tapi ada beberapa sumber yang diceritakan
oleh sesepuh warga jatibarang tentang sekilas sejarahnya.
1.14.2 Pantai Marina
Pantai Marina merupakan salah satu pantai yang ada di Kota Semarang Provinsi
Jawa Tengah. Secara letak administrasi, pantai ini terletak di Kelurahan Tawangsari
Semarang Barat, tepatnya di Jalan Yos Sudarso sekitar komplek PRPP (Pekan Raya
Promosi dan Pembangunan) Dan secara astronomis, pantai ini terletak pada 6,95 1.5 dan
110,38 BT dengan letak astronomis -6. 946331.110.392664. Secara geografis Pantai
Marina berbatasan dengan Laut jawa di sebelah utara dan Kota Semarang di sebelah
selatan, dibagian barat berbatasan dengan Kelurahan Tambakharjo dan sebelah timur
berbatasan dengan Keluarahan Tawangsari. Pantai ini merupakan pantai yang digunakan
sebagai objek wisatadan objek wisata pantai mi merupakan salah satu pantai wisata
primadona bagi masyarakat Semarang khususnya Pantai Marina biasanya selain untuk
berekreasi oleh masyarakat sekitar, juga digunakan untuk memancing ikan. Pantai Marina
ini dulunya adalah sebuah pantai berpasir yang indah, Yang dimana Pantai Marina ini
semulanya adalah tempat tambak ikan dan pohon bakau atau mangrove. Namun seiring
berjalannya waktu kawasan ini direklamasi oleh pemerintah Pantai ini direklamasi untuk
kepentingan perumahan dan gedung-gedung pendukung kegiatan yang ada di Kota
Semarang. Reklamasi yang dilakukan oleh pemerintah terhadap Pantai Marina Semarang
telah diatur dalam SK Wali Kota Semarang No. 590/04310 tanggal 31 Agustus 2004 dan
mengacu pada Perda Kota Semarang No. 5 Tahun 2004tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Semarang Tahun 2000-2010 dan Perda Kota Semarang No. 8 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK). Namun walaupun demikian Pantai
Marina tetap menjadi andalan untuk berwisata bagi warga Kota Semarang Pantai Marina
ini dulunya adalah sebuah pantai berpasır yang indah, Yang dimana Pantai Marina ini
semulanya adalah tempat tambak ikan dan pohon bakau atau mangrove. Namun seiring
berjalannya waktu kawasan ini direklamasi oleh pemerintah. Pantai ini direklamasi untuk
kepentingan perumahan dan gedung-gedung pendukung kegiatan yang ada di Kota
Semarang. Reklamasi yang dilakukan oleh pemerintah terhadap Pantai Marina Semarang
telah diatur dalam SK Wali Kota Semarang No. 590/04310 tanggal 31 Agustus 2004 dan
mengacu pada Perda Kota Semarang No. 5 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Semarang Tahun 2000-2010 dan Perda Kota Semarang No. 8 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK). Namun walaupun demikian Pantai
Marina tetap menjadi andalan untuk berwisata bagi warga Kota Semarang
Pantai Marina adalah salah satu objek wisata pantai yang berada di kota
Semarang, Jawa Tengah. Arti nama pantai marina sendiri berasal dari kata "marina" yang
dalam bahasa spanyol diartikan sebagai pantai atau tepi laut. Kata marina juga digunakan
untuk dermaga pedalaman di sungai dan kanal yang digunakan secara eksklusif oleh kapal
pesiar non-industri seperti kapal kanal. Pantai ini menyimpan pemandangan eksotis khas
kota Semarang. Dahulu, tempat ini merupakan hutan bakau dan tambak, tapi pemerintah
setempat mengubahnya menjadi tempat rekreasi dengan cara reklamasi daratan. Hasil
reklamasi dari hutan bakau ini, sekarang berupa perumahan, pertokoan, dan perkantoran,
di sebelah selatan pantai.
1.14.3 Rawa Pening
1.15 Kesimpulan
Observasi Lapangan (OBL) Jurusan Geografi UNNES dilakukan oleh mahasiswa
semester gasal tahun 2023 yang mengunjungi 3 kawasan yaitu, Goa Kreo, Pantai Marina, dan
Bukit Cinta. Kegiatan ini khususnya pada Kartografi Dasar adalah untuk pengamatan pada
sebuah objek secara langsung dan detail untuk mendapatkan informasi yang benar terkait
objek tersebut. pengujian yang diteliti dan diamati bertujuan untuk mengumpulkan data atau
penilaian. Hasil laporanya berisikan tentang penggunaan lahan, perubahan lahan, toponimi,
dan sketsa dari tempat yang telah diobservasi.
Pada tempat pertama yaitu Goa Kreo yang berada di Desa Kandri, Kecamatan Gunung
Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah dengan letak astronomis -7.038769, 110.350117. Pantai
Marina merupakan Pantai reklamasi yang secara geografis berada di sebelah Utara berbatasan
dengan laut Jawa. Pantai ini menjadi tempat kedua untuk dilakukan observasi, tepatnya di
Desa Panggung Lor, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang Jawa Tengah, letak
astronomisnya pada -6.954488, 110.403307. Kemudian lokasi terakhir yaitu Rawa Pening
terletak di Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang dengan letak asitronomis -
7.30695, 110.422942. Ketiga tempat observasi tersebut merupakan tempat wisata alam yang indah
dan sudah sering dikunjungi oleh banyak masyarakat.
1.16 Saran
Setiap kegiatan pasti ada kalanya kekurangan jadi izinkan kami menyampaikan saran serta
kritik untuk observasi lapangan kali ini. Berdasarkan apa yang kita dapatkan atau alami
selama melakukan observasi ini kita rasa sudah cukup senang dan tentunya bisa belajar
banyak hal baru dari kegiatan ini serta menambah pengetahuan dan pengalaman. Sarannya
mungkin dari panitia bisa bertanggung jawab secara tegas dan bijaksana dalam mengatur
rundown yang telah dibuat dan tidak miskomunikasi sesame panitia dan peserta agar kegiatan
observasi lapangan berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Atmoko, A. (2001). REKREASI AIR DI SUB KAWASAN WISATA BUKIT CINTA. Semarang:
Fakultas Teknik Undip.
Bayu, A. (2023). "Pantai Marina Semarang: Daya Tarik, Harga, Jam Buka, dan Rute". From
https://www.google.com/amp/s/www.detik.com/jateng/wisata/d-6847099/pantai-marina-
semarang-daya-tarik-harga-jam-buka-dan-rute/amp. (di akses pada 5 Desember 2023
pukul 09.45 WIB)
Dini, D. (2022). "Goa Kreo di Semarang: Daya Tarik, Legenda, dan Harga Tiket". From
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/regional/read/2022/11/24/220618578/
goa-kreo-di-semarang-daya-tarik-legenda-dan-harga-tiket. (di akses pada 5 Desember
2023 pukul 09.39 WIB)
Nicholas, R. (2020). "Rute dan Harga Tiket Bukit Cinta Rawa Pening, Tempat Wisata Keren di
Kabupaten Semarang". From
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/travel/read/2020/09/06/184427327/rute-
dan-harga-tiket-bukit-cinta-rawa-pening-tempat-wisata-keren-di-kabupaten. (di akses
pada 5 Desember 2023 pukul 10.12 WIB)
Parman, S. (2010). Deteksi perubahan garis pantai melalui citra penginderaan jauh di Pantai
Utara Semarang Demak. Jurnal Geografi: Media Informasi Pengembangan dan Profesi
Kegeografian, 7(1).
Rahman, R. (2017). Pengaruh Destination Branding Dan Produk Wisata Terhadap Niat
Berkunjung Kembali Melalui Word of Mouth (Studi Kasus Pada Objek Wisata Alam Goa
Kreo Semarang). Jurnal Administrasi Bisnis, 6(4), Hal 61-67.
Septiyana, B. (2022). Tinjauan Geografis di Kawasan Objek Wisata Goa Kreo Semarang. Jurnal
Geografi, 11(1), Hal 34-43.
Wuryanta, A. (2018). Eutrophication and solving effort in lake rawapening, semarang district
Central Java (A Spasial Approach. Jurnal Geografi: Media Informasi Pengembangan dan
Profesi Kegeografian, 15(1).
LAMPIRAN