Disusun Oleh:
Ranti Priyanti Awaliyah (1506669)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah laporan praktikum ini dapat
selesai tepat pada waktunya meskipun dengan berbagai perjuangan didalamnya.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpah kepada Nabi Muhammad SAW.
Laporan Praktikum Pemanfaatan Penginderaan Jauh dalam Kajian
Vegetasi untuk Objek Heterogen Jarang di Desa Ciemas Kecamatan Ciemas
Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Penginderaan Jauh sebagai salah satu output dari praktikum lapangan
yang dilakukan. Dalam penyusunannya, penyusun banyak memperoleh bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penyusun ucapkan terima kasih kepada:
1.
Prof. Dr. H. Dede Sugandi, M.Si selaku dosen mata kuliah Penginderaan
Jauh.
2.
Dr. Lili Somantri, S.Pd., M.Si selaku dosen mata kuliah Penginderaan Jauh.
3.
4.
5.
sederhana dan dibutuhkan detail studi kembali untuk mendapat hasil yang
koheren. Penyusun berharap laporan ini bisa memberikan informasi yang
bermanfaat.
Saran dan kritik penulis terima untuk perbaikkan kedepannya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................ iii
Daftar Gambar .........................................................................................................v
Daftar Tabel .......................................................................................................... vi
BAB I Pendahuluan .................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................2
BAB II Tinjauan Pustaka .........................................................................................3
2.1 Penginderaan Jauh ..................................................................................3
2.2 Citra Landsat 08 ...................................................................................14
2.3 Vegetasi ................................................................................................17
BAB III Metodologi Penelitian ..............................................................................26
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................................26
3.2 Populasi dan Sample ............................................................................26
3.3 Alat dan Bahan .....................................................................................27
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................29
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................30
BAB IV Pembahasan .............................................................................................33
4.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian .....................................................33
4.2 Hasil Interpretasi Objek .......................................................................36
4.3 Analisis.................................................................................................36
3.3 Pemanfaatan Penginderaan Jauh dalam Kajian Vegetasi.....................42
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Interaksi Cahaya dengan Objek............................................................5
Gambar 2.2 Komponen Penginderaan Jauh .............................................................7
Gambar 2.3 Energi Elektromagnetik........................................................................8
Gambar 2.4 Spektrum Elektromagnetik ...................................................................8
Gambar 2.5 Interaksi Energi ....................................................................................9
Gambar 2.6 Perbandingan Band Landsat 7 dan 8 ..................................................15
Gambar 3.1 Letak Geopark Ciletuh ......................................................................26
Gambar 3.2 Peta RBI Lembar Ciemas dan Ciwaru ...............................................28
Gambar 3.3 Citra Landsat 08 Tahun 2015 Kawasan Jawa Barat Selatan ..............28
Gambar 3.4 Peta Populasi Kajian Vegetasi............................................................31
Gambar 3.5 Peta Sample Kajian Vegetasi .............................................................32
Gambar 4.1 Objek pada Citra yang di Interpretasi ...............................................37
Gambar 4.2 Hutan Heterogen dengan Kerapatan Rendah ....................................39
Gambar 4.3 Pohon Suren ......................................................................................40
Gambar 4.4 Pohon Sengon atau Jeng-jeng ...........................................................41
Gambar 4.5 Pertanian Kering di Wilayah Kajian .................................................40
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Interpretasi Objek ...................................................................................36
Tabel 4.2 Uji Akurasi ............................................................................................ 36
Tabel 4.3 Interpretasi Citra dengan Unsur Interpretasi. .........................................38
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era global seperti saat ini, berbagai teknologi dikembangkan
oleh manusia dan proses distribusi nya pun sangat cepat dikalangan
masyarakat dunia. Salah satu teknologi tersebut digunakan dalam
memperoleh informasi tentang suatu objek tanpa harus bersentuhan
langsung dengan objek kajiannya. Sistem teknologi ini disebut dengan
Penginderaan Jauh. Geografi sebagai ilmu yang mempelajari permukaan
bumi tentu sangat membutuhkan Penginderaan Jauh. Mengingat semua
informasi tentang bumi beserta isinya sulit untuk diperoleh langsung oleh
manusia. Maka diperlukan sebuah teknik untuk mengetahuinya.
Penginderaan jauh disebut juga sebagai sistem, artinya dalam
Penginderaan Jauh terdapat sebuah input, proses, dan output. Input dan
proses akan dibantu oleh beberapa komponen Penginderaan Jauh, seperti
misalnya tenaga, sensor, dll. Output dari Penginderaan jauh adalah citra.
Citra ini lah yang digunakan dalam memperoleh informasi tentang sebuah
objek. Untuk memvalidasi data, maka beberapa objek dalam citra tersebut
harus dibuktikan ke lapangan langsung. Proses ini lah yang dilakukan oleh
penyusun ketika melaksanakan praktikum Penginderaan Jauh. Adalah
membuktikan objek-objek yang ada pada citra Landsat 08 dilapangan
secara langsung.
Yang menjadi fokus kajian individu dalam praktikum kali ini
adalah berkaitan dengan vegetasi. Dimana individu bertindak sebagai
surveyor, membuktikan distribusi vegetasi yang terdapat pada citra landsat
08 dengan kenyataan dilapangan. Hal ini tentu bertujuan sebagai bahan
analisis perubahan-perubahan yang terjadi dilapangan, dimana sejak era
globalisasi, banyak sekali perubahan diberbagai sektor lapangan salah
satunya adalah pada persebaran vegetasi. Dalam mengetahui persebaran
tersebut, maka teknik Penginderaan Jauh bisa dijadikan media dalam
mendeskripsikannya melalui citra Landsat 08 atau jenis citra lainnya.
latar
belakang
yang
telah
dikemukakan,
dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penginderaan Jauh
2.1.1 Pengertian Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh sudah tidak asing lagi dipelajari dalam geografi,
karena geografi mempelajari seluruh ruang yang terdapat di permukaan
bumi, dan teknik penginderaan jauh merupakan salah satu teknik untuk
mendapatkan informasi yang terdapat di permukaan bumi tersebut.
Di Indonesia penginderaan jauh sering disingkat Inderaja. Dalam
istilah asing istilah penginderaan jauh dikenal dengan nama remote
sensing
(Inggris),
teledection
(Prancis),
fernerkundung
(Jerman),
bumi.
Matahari
memancarkan
dua
gelombang
yang
gelombang
elektromagnetik
tersebut,
matahari
Gelombang radio.
Untuk mendapatkan data objek permukaan diperlukan tenaga.
disebut
juga
sistem
aktif
dengan
perekaman
objek
Sensor fotografik
Merupakan sistem penginderaan jauh yang perekamannya
memakai tenaga matahari. Proses perekaman pada sensor ini
berlangsung melalui proses kimiawi. Sensor ini akan menghasilkan
foto. Apabila sensor fotografik dipasang pada pesawat maka akan
menghasilkan foto udara atau citra foto. Namun apabila dipasang
pada satelit maka akan menghasilkan citra satelit atau foto satelit.
Sensor elektronik
Merupakan system penginderaan jauh yang perekamannya
memakai tenaga matahari dan tenaga buatan. Sensor ini bekerja
secara elektrik dengan menggunakan computer. Citra yang
dihasilkan dari sensor ini adalah citra penginderaan jauh.
c. Wahana
Dalam
penginderaan
jauh,
untuk
mendapatkan
informasi
Radiasi Elektromgnetik
Energi elektromagnetik adalah sebuah komponen utama dari
pengiriman
informasi
dari
target
kepada
sensor.
Energi
pantulan
sinar
matahari
sebagai
sumber
gelombang
gelombang
dan
frekuensinya
disebut
spectrum
b.
Interaksi Energi
Gelombang elektromagnetik (EM) yang dihasilkan matahari
dipancarkan (radiated) dan masuk ke dalam atmosfer bumi. Interaksi
antara radiasi dengan partikel atmosfer bisa berupa penyerapan
(absorption), pemencaran (scattering) atau pemantulan kembali
(reflectance).Sebagian besar radiasi dengan energi tinggi diserap oleh
atmosfer dan tidak pernah mencapai permukaan bumi. Bagian energi
yang bisa menembus atmosfer adalah yang transmitted. Semua masa
dengan suhu lebih tinggi dari 0 Kelvin (-273 C) mengeluarkan (emit)
radiasi EM.
Sensor
Radiometer adalah alat pengukur level energi dalam kisaran
panjang gelombang tertentu, yang disebut channel. PJ multispectral
menggunakan sebuah radiometer yang berupa deretan dari banyak
sensor, yang masing masing peka terhadap sebuah channel atau band
dari panjang gelombang tertentu. Data spectral yang dihasilkan dari
suatu target berada dalam kisaran level energi yang ditentukan.
Radiometer yang dibawa oleh pesawat terbang atau satelit
mengamati bumi dan mengukur level radiasi yang dipantulkan atau
dipancarkan dari benda-benda yang ada di permukaan bumi atau pada
atmosfer. Karena masing masing jenis permukaan bumi dan tipe
partikel pada atmosfer mempunyai karakteristik spectral yang khusus
10
perlu
dianalisis
dengan
cara
interpretasi.
Dalam
menginterpretasi citra, ada objek yang nampak dan ada yang tidak
nampak dalam citra. Untuk itu diperlukan juga teknik interpretsi yang
berbeda yaitu:
-
Teknik langsung
Teknik ini digunakan untuk menginterpretasi objek yang sudah
Nampak jelas pada citra, seperti penggunaan lahan, vegetasi, jalan
dan pola aliran sungai.
Rona/warna
Merupakan karakteristik spectral yang didasarkan pada gelap
terangnya suatu objek. Terdapat tiga factor interpretasi dalam rona
yaitu, kandungan air (banyaknya kandungan air, maka rona
berwarna gelap); kekerasan objek; dan kecerahan objek.
Ukuran
Ukuran ini ditunjukkan oleh besar kecilnya suatu objek. Dalam
menentukan ukuran ini dapat dihitung secara manual yakni dengan
mengukur objek tersebut pada citra dan dikonversikan dengan
skala yang digunakan.
11
Bentuk
Bentuk objek dapat membantu dalam menginterpretasi citra.
Bentuk tersebut biasanya memberikan ciri khas suatu objek.
Misalnya bangunan sekolah yang terlihat berbentuk L, U, atau
jalan yang berbentuk lurus memanjang, dsb.
Tekstur
Merupakan frekuensi perubahan rona pada citra. Ada tiga tingkatan
tekstur yaitu halus, sedang dan kasar. Apabila pantulan berbeda
maka tekstur yang dihasilkan yaitu kasar, namun apabila pantulan
sama maka tekstur yang dihasilkan yaitu halus.
Pola
Merupakan bentuk teratur atau tidaknya suatu objek. Dengan pola,
akan diperoleh gambaran objek sebenarnya melalui citra dari objek
yang bersangkutan. Misalnya, pola aliran sungai yang berbentuk
dendritic, trellis, pinnate, dll.
Tinggi
Interpretasi ini dapat digunakan apabila suatu objek memiliki
ketinggian. Dapat dihitung dengan mengkonversi skala yang
digunakan terutama citra yang memiliki bentuk tiga dimensi dapat
diinterpretasi melalui unsur ketinggian tersebut.
Bayangan
Bayangan dapat dihasilkan dari objek yang memiliki ketinggian.
Bayangan sangat dipengaruhi oleh sudut datangnya sinar matahari
pada saat pemotretan. Apabila pemotretan dilakukan pada pagi hari
maka bayangan berada di sebelah barat. Jika pemotretan dilakukan
pada siang hari maka tidak ada bayangan objek, hal ini karena
matahari tegak lurus terhadap objek. Namun apabila pemotretan
dilakukan pada sore hari maka bayangan berada di sebelah timur.
Situs
Situs merupakan ciri khas suatu objek. Misalnya sawah memiliki
ciri khas berupa pematang, lapangan sepak bola memiliki ciri khas
berupa gawang, kebun the ciri khasnya gedeng dan pabrik, dll.
12
Asosiasi
Merupakan hubungan suatu objek dikaitkan dengan objek lain di
sekitarnya. Misalnya, sawah berasosiasi dengan sungai, lapangan
bola dengan pemukiman, perkampungan berasosiasi dengan jalan
dan pekarangan yang ditumbuhi tanaman, dll.
seperti
jumlah
band,
rentang
spektrum
gelombang
13
14
15
Kelebihan lainnya tentu saja adalah akses data yang terbuka dan
gratis. Meskipun resolusi yang dimiliki tidak setinggi citra berbayar seperti
Ikonos, Geo Eye atau Quick Bird, namun resolusi 30 m dan piksel 12 bit
akan memberikan begitu banyak informasi berharga bagi para pengguna.
Terlebih lagi, produk citra ini bersifat time series tanpa striping (kelemahan
landsat 7 setelah tahun 2003).
2.3 Vegetasi
Vegetasi (dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah istilah
untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup
yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Ada pula yang
mengartikan vegetasi sebagai semua spesies tumbuhan yang terdapat dalam
suatu wilayah yang luas, yang memperlihatkan pola distribusi menurut ruang
dan waktu.
2.3.1 Macam macam Vegetasi dan Karakteristiknya
Berikut 9 macam vegetasi yang ada di dunia beserta karakteristiknya :
1) Bioma Tundra
Bioma Tundra memiliki ciri-ciri vegetasi rumput dan lumut kerak
(Lichenes) dan terdapat pada daerah Skandinavia, Rusia, Siberia dan
Kanada. Bioma tundra terdapat di bumi bagian utara, yaitu di kutub
utara yang memiliki curah hujan yang rendah. Oleh karena itu, hutan
tidak dapat berkembang di daerah ini. Pada musim dingin, air dalam
tanah dingin dan membeku sehingga tumbuhan tidak dapat tumbuh
besar. Produsen utama di bioma ini adalah lichenes dan lumut.
Binatang yang dapat ditemui di bioma ini, antara lain beruang kutub,
reindeer (rusa kutub), serigala, dan burung-burung yang bermigrasi
ketika musim-musim tertentu. Pertumbuhan tanaman di daerah ini
hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum,
lumut kerak, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek,
dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi
dengan keadaan yang dingin. Hewan yang hidup di daerah ini ada
yang menetap dan ada yang datang pada musim panas, semuanya
berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki rambut atau bulu yang
16
17
18
8) Hutan bakau,
contoh-contoh vegetasi.
20
rumput,
a. Hutan
Hutan adalah
sebuah
kawasan
yang
ditumbuhi
Kawasan-kawasan
dengan
semacam
lebat
ini
dioksida (carbon
dioxide
modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu
aspek biosfer Bumi yang paling penting.
Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat
menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di
dataran rendah maupun di pegunungan, di pulaukecil maupun di benua besar.
Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama
pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup
luas.
Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahuntahun. Jadi, tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup
semusim saja. Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang
pokok tegak berkayu yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun)
yang jelas.Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu
menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda
daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan hujan tropis, rasanya
seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembap, yang berbeda
daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan. Ini
berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya), serta
beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak
terpisahkan dari hutan.Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya
menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non
kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya
tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat
berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen,
tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan,
21
Dalam
keadaan
demikian,
kebun
dibedakan
ungkapan
sehari-hari,
kebun
sering
kali
digunakan
untuk
d. Tundra
Tundra adalah suatu area dimana pertumbuhan pohon terhambat dengan
rendahnya suhu lingkungan sekitar karena itu disebut daerah tanpa pohon. Pada
area ini, mayoritas tumbuhan yang hidup biasanya berupa lumut, rerumputan.
Tundra biasanya hidup di daerah dingin seperti di daerah lintang tinggi atau di
puncak gunung bersalju. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari.
Terdapat diwilayah utara dan terdapat dipuncak gunung yang tinggi. Iklim kutub
dengan musim dingiin yang panjang serta gelap dan musim panas yang panjang
dan terang terus menerus.
2.3.3 Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dalam ekologi
hutan satuan yang diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi
konkrit (Rohman dan Sumberartha, 2001). Analisis vegetasi dapat digunakan
untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuhtumbuhan (Rohman dan Sumberatha, 2001) :
1.
2.
Mempelajari
tegakan
tumbuh-tumbuhan
bawah,
yang
dimaksud
tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat dibawah
tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alangalang dan vegetasi semak belukar.
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk
menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan
suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi
sangat berkembang dengan pesat seiring (Syafei, 1990).
Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu,
serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua
komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas
tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat
tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain (Syafei,
1990).
23
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Secara keseluruhan lokasi penelitian ini adalah kawasan National
Geopark Ciletuh. Dalam kajian vegetasi, lokasi penelitian tersebar pada
beberapa plot yang berada di dua kecamatan, antara lain kecamatan Ciemas
dan kecamatan Ciwaru . Dalam laporan ini hanya akan dipaparkan satu
lokasi penelitian surveyor, dimana lokasi absolut atau letak koordinat nya
adalah pada 07o101,69LS dan 106o3618,44BT, secara administratif
masuk ke dalam wilayah Desa Mekarsakti, Kecamatan Ciemas.
Penelitian ini hanya berlangsung selama beberapa jam dalam satu
hari, adalah pada tanggal 26 November 2016. Dimulai pada pukul 08.00
WIB dan berakhir sekitar pukul 13.30 WIB. Sisa waktu dalam sehari
digunakan untuk mengamati kondisi sekitar National Geopark Ciletuh.
3.2 Populasi dan Sample
Dalam praktikum ini surveyor melakukan observasi lapangan di
kawasan National Geopark Ciletuh, Sukabumi, Jawa Barat. Populasi yang
diambil dalam kegiatan praktikum ini adalah jenis-jenis vegetasi yang ada di
kawasan National Geopark Ciletuh meliputi Heterogen Rapat, Heterogen
Jarang, Homogen Rapat, dan Homogen Jarang. (Gambar 3.4 Peta Populasi
Kajian Vegetasi).
Sedangkan sample yang diambil dalam kegiatan praktikum ini
adalah jenis vegetasi Heterogen Jarang di Desa Kertamukti, Kecamatan
Ciemas, Kabupaten Sukabumi. (Gambar 3.5 Peta Sample Kajian Vegetasi)
3.3 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah.
1. Kompas
Kompas adalah alat navigasi untuk menentukan arah berupa sebuah
panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan
medan magnet bumi secara akurat.
25
2. GPS
Global Positioning System (GPS) adalah sebuah system navigasi
berbasiskan radio yang menyediakan informasi berupa titik koordinat,
kecepatan, ketinggian dan waktu pengguna di seluruh dunia. GPS ini
sangat diperlukan karena untuk mencocokkan koordinat yang sedang
dikaji antara di laboratorium dan di lapangan.
3. Alat Tulis
Alat tulis yang digunakan berupa buku catatan, pensil, balpoin, peggaris,
busur derajat.
4. Kamera
Kamera merupakan seperangkat perlengkapan yang berfungsi untuk
mengabadikan suatu objek. Kamera ini sangat diperlukan untuk
mengabadikan hasil penelitian di lapangan.
5. Laptop
Laptop ini berfungsi untuk mengolah data yang telah dimiliki. Selain itu
laptop ini juga berperan dalam penggunaan aplikasi ER Mapper yang
digunakan untuk menginterpretasi citra.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah.
1. Peta Rupa Bumi Indonesia
Dalam penelitian peta RBI yang digunakan adalah Peta Rupa Bumi
Indonesia Lembar Ciemas dan Ciwaru, Peta RBI ini berfungsi untuk
menyamakan dengan peta citra landsat agar hasilnya lebih teliti dan
benar. Berikut adalah Peta RBI Lembar Ciemas dan Ciwaru:
26
2. Citra Landsat 08
Dalam penelitian peta Citra Landsat yang digunakan adalah Citra
Landsat Pantai Selatan Jawa Barat, khususnya di daerah Ciletuh,
Sukabumi. Berikut adalah Citra Landsat nya:
Gambar 3.3 Citra Landsat 08 Tahun 2015 Kawasan Jawa Barat Selatan
3.4 Teknik Pengumpulan data
1. Studi literatur
Studi literatur ini dilakukan dengan tujuan untuk menemukan variabelvariabel yang akan diteliti, selain itu untuk menentukan hal-hal apa saja
yang akan dilakukan saat di lapangan ataupun setelah di lapangan. Dalam
studi literatur ini kami mencari konsep-konsep dan teori-teori yang
mendukung dan relevan dengan penelitian.
2. Interpretasi citra
Untuk dapat menentukan objek kajian vegetasi di daerah Geopark
Ciletuh, surveyor melakukan interpretasi citra landsat daerah tersebut
yang sebelumnya telah surveyor batasi daerah mana yang akan di
observasi. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan saat berada di
tempat penelitian, selain itu interpretasi citra ini bertujuan untuk melihat
objek vegetasi yang surveyor interpretasi dengan keadaan sebenarnya di
lapangan. Interpretasi citra ini di lakukan sebelum pergi ke lapangan
dengan menggunakan software ER Mapper 6.4. ER Mapper ini
27
28
3.5.2
Interpretasi Citra
Interpretasi citra haruslah dilakukan karena untuk memudahkan
dalam pelaksanaan praktikum. Dalam interpretasi citra Landsat
Ciletuh ini khususnya dalam kajian vegetasi, surveyor dibantu
dengan peta Rupabumi Indonesia lembar Ciemas dan Ciwaru.
Penggunaan peta rupa bumi ini mempermudah peneliti dalam
menganalisis daerah objek kajian baik persiapan sebelum ke
lapangan
maupun
ketika
29
observasi
di
lapangan.
30
31
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Umum Wilayah Kajian
4.1.1 Kondisi Fisik
Ciletuh merupakan kawasan yang berada di selatan Jawa Barat dan
secara administratif masuk ke dalam wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa
Barat. Sejak tahun 2015 Ciletuh ditetapkan sebagai National Geopark oleh
UNESCO melalui Komite Nasional Indonesia dan Kementrian ESDM. Hal
ini mengingat kawasan Ciletuh berpeluang untuk dijadikan laboratorium
alam yang sangat lengkap, termasuk oleh bidang ilmu Geografi. National
Geopark Ciletuh di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, merupakan kawasan
wisata alam yang sarat dengan pemandangan yang indah.
Setiap hari di kawasan ini dapat kita saksikan pertunjukan alam nan
megah, mulai dari amfiteater alami raksasa, deretan air terjun, gulungan
ombak yang menghantam tepian bukit yang berbatuan unik & langka, dan
atraksi lainnya. Kawasan yang seolah menyendiri di sukabumi selatan ini,
ternyata menorehkan catatan penting dalam bidang ilmu kebumian.
Di lingkungan alam Ciletuh yang cantik, di jumpai kumpulan
batuan campuraduk (batuan bancuh) yang dalam istilah geologi dunia di
kenal dengan sebutan melange. Komposisinya berupa batuan beku, mulai
dari yang bersifat asam sampai ultrabasa; batuan sedimen, dan batuan
metamorf yang semuanya berdampingan secara tektonik. Batuan-batuan ini
merupakan batuan tertua yang tersingkap ke permukaan di wilayah jawa
barat yang terbentuk (terendapkan) dalam palung laut hasil penunjaman
lempeng samudra di bawah lempeng benua pada zaman kapur, 50-65 juta
tahun yang lalu(tyl). Kompleks batuan Ciletuh, dalam geologi, menjadi
kawasan yang khas, unik dan langka yang disebut juga sebagai fosil
tektonik.
Kawasan Ciletuh sebenarnya terletak di daerah yang lebih luas
cakupannya, baik secara geologi, maupun sejarah, dan cerita rakyat, yaitu
daerah Jampang. Dalam geologi Jawa Barat, ada yang disebut Formasi
32
Jampang, yaitu unit batuan yang terdiri atas breksi gunung api, tup, dengan
sisipan lava berselingan dengan batu pasir, batu lempeng, dan napal.
Umurnya antara Oligosen Atas Miosen Bawah ( 25 juta tyl 15 juta tyl ).
Persebaran batuan ini melampar mulai dari Sukabumi hingga wilayah
Ciamis.
Pemaparan diatas merupakan kondisi fisik Ciletuh secara
keseluruhan dan ditinjau dari sudut pandang geologi saja. Wilayah kajian
vegetasi terletak disekitar kecamatan Ciemas, dimana kawasan ini
dipengaruhi oleh iklim pantai. Sehingga suhu nya relatif tinggi dan di siang
hari kondisinya cukup panas. Selain itu, keanekaragaman vegetasi pada
wilayah kajian semakin memperkaya kondisi fisiknya. Seperti misalnya,
didaerah Ciemas banyak sekali hutan heterogen dengan kerapatan yang
tinggi dan contoh jenis vegetasinya adalah pohon Suren, Pinus, dll.
4.1.2 Kondisi Sosial
Kawasan Natinal Geopark Ciletuh mungkin sudah ditinggali
manusia selama beberapa generasi, dan bekerja di kawasan itu sehingga
sedikit banyak telah menghasilkan nilai ekonomi sendiri. Melalui
pengembangan geopark, diharapkan nilai ekonomi masyarakat setempat
akan ditingkatkan, selaras dengan kegiatan konservasi berkelanjutan dan
pendidikan yang menjadi kegiatan di dalam kawasan.
Geopark menjadi bentuk apresiasi kita semua kepada nilai dan
makna keunikan, kelangkaan dan estetika dari keragaman dan warisan
geologi yang terdapat di suatu kawasan. Ditopang oleh pilar pembangunan
berkelanjutan, pengembangan wilayah berciri khusus seperti itu ditujukan
kepada masyarakat setempat yang tinggal di dalam dan di sekitar
kawasan Ciletuh.
Dengan demikian masyarakat setempat akan merasakan manfaat
yang
diperoleh,
langsung
atau
tidak
langsung,
dari
kegiatan
33
34
telah menginterpretasi sebuah objek pada citra adalah Heterogen Jarang, dan
membuktikannya dilapangan. Berikut adalah hasil nya:
Tabel 4.1 Interpretasi Objek
Koordinat
No
Nama Objek
Heterogen Jarang
Kesesuaian
sampel
BT
LS
10603632,69
0701001
Keterangan
Heterogen
Sesuai
Jarang
Total Sampel
Kenyataan di
Presentase
Lapangan
Ketepatan
M1
1.
M1
100%
M1 = Heterogen Jarang
Sumber: Survey Lapangan Tahun 2016
35
36
Koordinat
Rona
Ukuran
Bentuk
Tekstur
Pola
Tinggi
Bayangan
Situs
Asosiasi
Objek
RGB
Tampak tidak
seragam dan
kerapatannya
rendah.
Objek ini
berasosiasi
dengan
heterogen
rapat
Heterogen
Jarang
543
10603632,69
1
BT
0701001 LS
Cerah
Sedang
Tidak
Beraturan
Kasar
Meman
-jang
38
Terlihat pada citra, objek yang menjadi kajian dan di observasi oleh
surveyor adalah yang dideliniasi. Objek tersebut diinterpretasikan sebagai jenis
vegetasi Heterogen Jarang. Dari rona terlihat, bahwa objek tersebut cerah dan
memiliki warna merah muda sedikit keunguan. Selain itu, tekstur nya pun cukup
kasar dan memiliki pola memanjang. Dalam citra penggunaan lahan, objek
tersebut bisa diinterpretasikan sebagai hutan yang memiliki kerapatan rendah. Hal
ini bisa dilihat dari ketidakseragaman objek dengan warna-warna yang berbeda
satu sama lain dan kerapatannya pun cenderung rendah. Setelah dilakukan survey
lapangan, kenyataannya adalah sama yaitu jenis vegetasi Heterogen Jarang. Objek
tersebut yang ditentukan berdasarkan koordinat pada citra adalah berupa hutan
Heterogen, dengan kerapatan yang rendah. Dan hutan tersebut merupakan hutan
produksi, dimana hasil nya akan dikelola oleh sebuah perusahaan dengan
memanfaatkan tenaga penduduk setempat. Berikut adalah hasil dokumentasi
lapangan surveyor:
39
Pohon
suren
memiliki
sesuai
dengan
tempat
tumbuh
Surian
di
daerah
nya,
seperti
Sumatera,
Surian
istilah
lainnya.
Nama
maupun
bubuk
kayu
ini
dapat
ketinggian
600-2700
suren
dimanfaatkan
yang
selain
dapat
kayunya
vaneer, panel kayu dan juga kulit serta akarnya dimanfaatkan untuk bahan baku
obat diarrhoea dan ekstrak daunnya dipakai sebagai antibiotik dan bio-insektisida,
sedangkan kulit batang dan buahnya disuling untuk menghasilkan minyak
aromatik. Tajuk tidak terlalu lebar sehingga pohon suren biasa digunakan sebagai
tumbuhan pelindung atau pembatas di ladang dan sebagai windbreak di
perkebunan. Selain pohon suren, keheterogenannya juga dipengaruhi oleh pohon
Jeng-jeng atau pohon Sengon. Berikut adalah gambar pohon tersebut:
40
jeungjing, jeungjing
sunda (Sd.); dan lain-lain. Sengon dijumpai secara alami di hutan luruh daun
campuran di wilayah lembab dan ugahari, dengan curah hujan antara 1.000
5.000 mm pertahun. Pohon ini didapati pula di hutan-hutan sekunder, di sepanjang
tepian sungai, dan di sabana, hingga ketinggian 1.800 m dpl. Sengon beradaptasi
dengan baik pada tanah-tanah dengan istilah miskin, ber-pH tinggi, atau yang
mengandung garam; juga tumbuh baik di tanah aluvial lateritik dan tanah berpasir
bekas tambang.
Sengon menghasilkan kayu yang ringan sampai agak ringan, dengan
densitas 320640 kg/m pada kadar air 15%. Agak padat, berserat lurus dan agak
kasar, namun mudah dikerjakan. Kayu terasnya kuning mengkilap sampai
cokelat-merah-gading; kekuatan dan keawetannya digolongkan ke dalam kelas
kuat IIIIV dan kelas awet IIIIV. Kayu ini tidak diserang rayap tanah, karena
adanya kandungan zat ekstraktif di dalam kayunya. Kayu sengon biasa
dimanfaatkan untuk membuat peti, perahu, ramuan rumah dan jembatan.
Tumbuhan Jeng-jeng atau Sengon diwilayah kajian memang belum menjulang
tinggi, melainkan masih bersifat pohon-pohon rendah.
41
42
43
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
National Geopark Ciletuh di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat,
merupakan kawasan wisata alam yang sarat dengan pemandangan menarik.
Setiap hari di kawasan ini dapat kita saksikan pertunjukan alam nan megah,
mulai dari amfiteater alami raksasa, deretan air terjun, gulungan ombak yang
menghantam tepian bukit yang berbatuan unik & langka, dan atraksi lainnya.
Kawasan
44
2.
3.
Mengajak banyak akademisi, peneliti, atau surveyor untuk bersamasama mengkaji alam Ciletuh dari berbagai disiplin ilmu. Sehingga
kualitas Geopark Ciletuh ini akan semakin meningkat.
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Oman. Geopark Nasional Ciletuh. [Online] Tersedia di:
www.papsiciletuh.com. Diakses pada: 11 Desember 2016
Basahona, Ato. 2016. Pengertian Analisis Vegetasi Menurut Ahli. [Online]
Tersedia
di:
http://www.atobasahona.com/2015/10/analisis-vegetasi-
Rosalia.
2014.
Vegetasi.
Makalah.
[Online]
Tersedia
http://cerdasda.blogspot.co.id/2014/01/makalah-vegetasi.html.
di:
Diakses
Eksotisme
Mega.
Geopark
Ciletuh.
[Online]
Tersedia
di:
dalam
Bidang
Kehutanan.
[Online]
Tersedia
di:
Nama.
2015.
Sengon.
[Online]
Tersedia
di:
2009.
Budidaya
Tanaman
Suren
[Online]
Tersedia
http://dabiosa.blogspot.co.id/2009/07/budidaya-tanaman-suren.html.
Diakses pada 17 Desember 2016
46
di: