Anda di halaman 1dari 31

MODEL/TEKNOLOGI

ALAT PENGAMBILAN SAMPEL PLANKTON


TAHUN 2023

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT
BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT
YOGYAKARTA

Jl. Imogiri Timur KM 7,5 Grojogan Wirokerten, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta 55197
Telp. (0274) 371588, Fax. (0274) 443284
TIM PELAKSANA KEGIATAN
MODEL/TEKNOLOGI ALAT PENGAMBILAN SAMPEL
PLANKTON
TAHUN 2023

Penasehat : Kepala BBTKLPP Yogyakarta


Penanggung Jawab : Koordinator Substansi PTL
Verifikator : Sub Koordinator Subsubstansi Teknologi Pengendalian Penyakit
Ketua Tim : Yulianta, SST
Anggota : 1. Indah Nur Haeni, S.Si, M.Sc.
2. Rudi Priyanto, S.Si.
3. Dina Juli Retnaningsih, ST

Mengetahui,
Koordinator Substansi PTL

Indah Nur Haeni, S.Si, M.Sc.


NIP. 197308301998032001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penyusunan laporan Kegiatan “Model/Teknologi Alat Pengambilan
Sampel Plankton Tahun 2023” dapat terselesaikan.
Laporan ini disusun sebagai bentuk pertanggungan jawab atas terlaksananya kegiatan
“Model/Teknologi Alat Pengambilan Sampel Plankton Tahun 2023”. Semoga dengan
tersusunnya laporan ini dapat memberikan manfaat kepada masyarakat dan stake holder
instansi BBTKLPP Yogyakarta.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangannya,
untuk itu kami mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan di masa mendatang.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu menyumbangkan
pikiran, tenaga, dan waktu sehingga pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan
laporan ini dapat terselesaikan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi BBTKLPP
Yogyakarta.

Yogyakarta, Desember 2023

Tim Kegiatan Substansi PTL


BBTKLPP Yogyakarta
DAFTAR ISI

Halaman Judul
TIM PELAKSANA KEGIATAN ......................................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................................... 3
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 6
A. Latar Belakang ......................................................................................................................... 6
B. Tujuan dan manfaat................................................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................................... 7
1. Analisa sampel benthos dan plankton................................................................................................. 9
BAB III METODE PELAKSANAAN ................................................................................................................ 18
A. Jenis Kegiatan ........................................................................................................................ 18
B. Lokasi Kegiatan...................................................................................................................... 18
C. Tahapan Kegiatan ................................................................................................................. 18
D. Waktu Kegiatan ...................................................................................................................... 18
BAB IV RANGKUMAN HASIL KEGIATAN ..................................................................................................... 19
A. Deskripsi Umum ..................................................................................................................... 19
B. Hasil Kegiatan ........................................................................................................................ 19
2 Hasil dan Pembahasan Jenis dan Kelimpahan Plankton .................................................................... 21
3 Kesimpulan ............................................................................................ Error! Bookmark not defined.
Daftar Pustaka ........................................................................................................................................... 23
Model Teknologi Pengambilan sampel Plankton

Intisari

Kualitas air permukaan dapat di lihat dari kualitas fisik, kimia dan biologi. Salah satu
faktor biologi yang berpengaruh terhadap kualitas air adalah Plankton. Plankton sebagai pakan
alami mempunyai peran dalam rantai makanan yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan kelangsungan hidup biota yang ada di air.
Pembuatan Model Teknologi Alat Pengambilan sampel Plankton untuk membantu
proses pengambilan sampel Plankton lebih mudah dan aman. Beberapa teknologi yang di
terapkan adalah pengambilan sampel Plankton pada kedalaman sedangkan pada alat
pengambilan sampel Benthos dengan Teknologi Pengambilan sampel kwantitatif.
Tujuan pembuatan Model Teknologi Alat Pengambilan sampel Plankton ini supaya
proses pengambilan sampel lebih representatif sehingga hasil yang di dapat lebih
menggambarkan kondisi yang sebenarnya serta lebih memudahkan proses pengambilan dan
lebih aman bagi petugas yang melakukan pengambilan.
Pada pembuatan Model Teknologi Alat Pengambilan sampel Plankton di hasilkan
model pengambilan sampel Plankton yaitu Plankton net No 25 mesh size 30-50 µm Ø 15 cm
panjang 30 cm dengan bucket (botol) 100 ml, dengan kemampuan sampai kedalaman 15 m
dan 2 model pengambilan Benthos secara kwantitatif yaitu Model Alat Pengambil Benthos
Surber Net Type 30 cm dan Alat Pengambil Benthos D-Net Type 30 cm . Pada pengendalian
mutu yang di lakukan dengan menguji bilasan alat setelah di gunakan perlu di lakukan
pembilasan alat menggunakan air bebas plankton dan benthos sampai volume 4 L.
Dengan adanya pembuatan alat ini di harapkan proses pengambilan sampel Plankton
pada kedalaman dapat di lakukan dengan lebih baik dan lebih representatif. Sedangkan pada
pengambilan sampel Benthos dengan alat ini hasil bisa secara kwantitatif dan hasilnya lebih
representatif.

Kata Kunci: Laboratorium Biologi Lingkungan BBTKL PP Yogyakarta, kwantitas


benthos, plankton, air permukaan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kualitas air permukaan sangat dipengaruhi oleh kesuburan perairan dan tanah air
permukaan. Kesuburan perairan akan mempengaruhi produktivitas perairan tersebut.
Produktivitas utama adalah kecepatan penimbunan energi (melalui proses fotosintesa)
dari organismee-organismee produsen, jadi organismee produsen menentukan besar
kecilnya produktivitas ekosistem air permukaan secara keseluruhan. Jika dalam suatu air
permukaan organismee produsen menghasilkan bahan makanan bagi organismee lain
(konsumen) maka air permukaan tersebut dikatakan subur.
BBTKL PP Yogyakarta memiliki salah satu tugas pokok dan fungsi dalam
pengembangan model dan teknologi tepat guna dan merupakan unggulan dari BBTKLPP,
setiap tahunnya berusaha menciptakan inovasi teknologi tepat guna yang baru sesuai
kebutuhan dan mengikuti permintaan dari masyarakat, baik teknologi tepat guna dalam
bidang penyehatan lingkungan maupun pengendalian penyakit bersumber vektor.
Pembuatan model dan teknologi alat pengambilan sampel Plankton ini untuk
mengatasi pengambilan sampel Plankton pada kedalaman serta Alat Pengambilan
Sampel Benthos secara Kwantirtatif. Pada pembuatan alat ini menerapkan 2 teknologi
yaitu Pengambilan Sampel Plankton pada kedalaman dan Pengambilan Sampel Benthos
secara Kwantitatif. Diharapkan dengan adanya alat ini proses pengambilan sampel
Plankton pada kedalaman dapat di lakukan secara representatif dan aman sedangkan
pada pengambilan sampel Benthos dapat di lakukan secara kwantitatif.

B. Tujuan dan manfaat


Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan alat pengambilan sampel plankton yang
representatif untuk mendapatkan gambaran jenis, keanekaragaman, keseragaman dan
dominansi. Manfaat dari penelitian mendapatkan sampel yang representatif menggunakan
jenis alat yang paling efektif dan representatif pada pengambilan sampel yang sesuai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Plankton Net
Mengenal fungsi Plankton Net sebagai salah satu alat water sampling yang dirancang khusus
untuk melakukan pengambilan sampel plankton di perairan.

Pengertian dan Fungsi Plankton Net


Mengenal fungsi Plankton Net tidak terlepas dari kebutuhan akan penilaian kualitas biotik
suatu lingkungan perairan (akuatik). Plankton dalam hal ini dianggap sebagai salah satu organismee
terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik. Organismee adalah
makanan utama bagi kebanyakan makhluk laut. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan (zooplankton)
dan tumbuhan laut (fitoplankton) dengan ukuran sangat kecil (mikroskopis).
Dikarenakan ukuran plankton yang sangat kecil, maka diperlukan suatu alat khusus untuk
pengambilan sampelnya, dikenal dengan sebutan Plankton Net. Alat ini merupakan jaring dengan
mesh size yang disesuaikan dengan plakton. Penggunaan jaring Planktonselain praktis juga sampel
yang diperoleh cukup banyak. Jaring berfungsi untuk menyaring air serta Planktonyang berada
didalamnya. Planktonyang tertangkap sangat bergantung pada ukuran mesh size jaring, karenanya
ukuran mesh size yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis atau ukuran plankton yang akan
diamati.
Ukuran Plankton yang relatif besar (terutama zooplankton) menggunakan jaring No. 0 atau
No.3, sedangkan yang lebih untuk plankton yang lebih kecil menggunakan No. 15 atau No. 20. Untuk
perairan dangkal didaerah tropis, dianjurkan mesh size dengan ukuran 30-50 µm untuk fitoplankton
dan zooplankton kecil. Sedangkan untuk mezooPlanktonyang lebih besar digunakan ukuran mesh
size 150-175 µm.
Bentuk, Konstruksi dan Ukuran Plankton Net
Bentuk plankton net menyerupai kerucut dengan berbagai ukuran yang dibentuk dari jaring plankton
net biasa terbuat dari jaring berbahan nilon. Rata-rata panjang jaring plankton net adalah 4-5 kali
diameter mulutnya.

Konstruksi planton net dibentuk dari sejumlah alat bahan metarail, sebagai diuraikan secara detail
sebagai berikut:
1. Ring (Cincin) : terletak di atas dan berfungsi sebagai pengikat tali dan sebagai penarik plankton net.
Cincin biasanya terbuat dari besi. Diameter cincin berbeda ± beda tergantung dari merk dan jenis
plankton net, namun pada umumnya diameter cincin ini yaitu 15 - ±25 cm.
2. String (Tali) : berfungsi untuk menghubungkan jaring dengan cincin.Panjang tali bervariasi tergantung
jenis plankton net dan jenis plankton yang akan diambil, namun biasanya tali yang digunakan
berukuran 25 - ± 50 cm.
3. Wire (Kawat) : digunakan untuk membentuk net atau mulut jaring sesuai keinginan dan kebutuhan
kita. Diameter kawat biasanya 31 cm untuk fitoplankton dan 45 cm untuk zooplankton.
4. Jaring : digunakan biasanya dari bahan nilon. Mesh size dari jaring ini biasanya 30 - ± 50 µm untuk
fitoplankton dan 150 - 175 µm untuk zooplankton, panjang jaring sekitar 4 - 5 kali diameter mulut
jaring.
5. Bucket (Botol) : berfungsi untuk alat penampung untuk menyimpan sampel air yang telah disaring oleh
plankton net. Alat penampung ini biasanya berbentuk tabung yang mudah dicopot. Prinsipnya bucket
harus memenuhi syarat : (a) dapat dengan mudah dioperasikan dilaut, dan (b) tidak menampung air
terlalu banyak.
Cara Pengunaan Plankton Net
Metode pengambilan sampel menggunakan plankton net terbagi atas dua cara tergantung pada tujuan
yang diiginkan, biasanya dibedakan atas :
1. Sampling Secara Horizontal: Metoda pengambilan plankton secara horizontal ini dimaksudkan untuk
mengetahui sebaran plankton horizontal. Plankton net pada suatu titik di laut, ditarik kapal menuju ke
titik lain, pengambilan sampel seiring pergerakan kapal secara perlahan (2 knot), plankton net ditarik
untuk jarak dan waktu tertentu (biasanya 5-8 menit). Jumlah air tersaring diperoleh dari angka pada
flowmeter atau dengan mengalikan jarak diantara dua titik tersebut dengan diameter plankton net.
Flowmeter untuk peningkatan ketelitian. Dengan cara horizontal sampel terbatas pada satu lapisan
saja.
2. Sampling Secara Vertikal: Merupakan cara termudah untuk mengambil sampel dari seluruh kolom air
(coposite sample). Ketika kapal berhenti, plankton net diturunkan sampai ke kedalaman yang
diinginkan dengan pemberat dibawahnya. Setelah itu plankton net ditariknya keatas dengan
kecepatan konstan. Untuk mesh size halus digunakan kecepatan 0,5 m/detik untuk mata jaring kasar
1,0 m/detik.
3. Sampling Secara Miring (Obelique): jaring diturunkan perlahan ketika kapal bergerak perlahan ( 2
knot). Besar sudut kawat dengan garis vertikal 45˚, setelah mencapai kedalaman yang diinginkan
plankton net ditarik secara perlahan dengan posisi sudut yang sama. Sampel yang didapat merupakan
plankton yang terperangkap dari berbagai lapisan air. Kelemahan metode ini adalah waktu yang
dibutuhkan relatif lama.
Ukuran Plankton Net
 Plankton Net Mesh Size 100 (150 µm ) Diameter 15 cm
 Plankton Net Mesh Size 140 (106 µm) Diameter 30 cm
 Plankton Net Mesh Size 170 (0,090 µm) Diameter 30 cm
Plankton Net Mesh Size 180 (90 µm) Diameter 15 cm dan Diameter 30 cm

1. Analisa sampel benthos dan plankton


Sampel benthos diambil pada dua (2) titik, yaitu pada sebelum kontak dengan limbah cair
dan setelah kontak dengan limbah cair . Pengambilan sampel benthos dengan menggunakan
alat yaitu Pengambilan Benthos model Surber.Net type 30 cm, Pengambilan Benthos model D.Net
type 30 cm. Sampel benthos di bawa ke laboratorium untuk dilakukam identifikasi. Sampel
plankton juga dilakukan pengambilan sampel pada dua (2) titik, yaitu pada sebelum kontak
dengan limbah cair dan setelah kontak dengan limbah cair. Pengambilan sampel plankton
dengan menggunakan alat plankton net untuk kedalaman tertentu dengan pemberat. Sampel air
yang berisi plankton diberi bahan pengawet (formalin). Sampel dibawa ke laboratorium untuk
dilakukan identifikasi. Identifikasi dilakukan menggunakan mikroskop. Buku Identifikasi yang
digunakan yaitu menurut : Davis (1955), Newell and Newell (1963), dan Yamaji (1979).
Analisa data:
Keanekaragaman plankton (indeks keanekaragaman dihitung denganmenggunakan rumus:

H = − ∑n [( ni
)] ln [( ni
)]
i=1 N N
(1)
Sumber : Kendeigh (1980)
Keterangan:
H = Indeks diversitas (keanekaragaman)ni =
jumlah individu setiap jenis
N = jumlah total individu
Keseragaman plankton (indeks keseragaman) denga menggunakan rumus :

1
𝐸= H

H maks
(2)
Keterangan :
E = Indeks Keseragaman
H’ maks= ln s ( s adalah spesies)H’ =
Indeks Keaneragaman

Indeks keseragaman berkisar antara 0 -1. Apabila nilai E lebih besar dari 0,6 maka nilai
keseragaman tinggi (Kreb, 1978).
Dominasi dengan menggunakan rumus :
C = ∑ [ ni/N ] 2
(3)
Keterangan :C = Indeks dominasi;Ni =
jumlah individu jenis i
N = Jumlah individu
Nilai D mendekati 1, ada jenis tertentu yang dominan (Odum, 1993)

B. Benthos
Secara historis invertebrate bentos telah digambarkan sebagai organisme yang berguna untuk
mengevaluasi pengaruh lingkungan terhadap sistem akuatik (Klemm et al., 1990; rosembergh and
Resh, 1993). Hewan ini merupakan organisme yang relatif menetap (sedentary) dan sensitif
terhadap perubahan sedimen dan kualitas air. Komunitas bentos juga merefleksikan efek kumulatif
dari kondisi masa lalu dan sekarang karena mobilitasnya rendah dan siklus hidupnya beberapa
minggu sampai beberapa tahun. Hubungan ekologisnya sudah diketahui dengan baik, dan mereka
adalah sumber makanan utama untuk beberapa jenis ikan. Penilaian lingkungan akuatik dengan
komunitas bentos membutuhkan biaya yang tdk begitu mahal, sampling komunitas bentos lebih
mudah, alat-alat sampling lebih sederhana.
Elemen kunci dari studi komunitas bentos adalah sebagai berikut: Mendefinisikan tujuan,
rancangan penelitian, sampling dilapangan, prosesing sampel,analisis data, pelaporan
1. SAMPLING DI LAPANGAN
Elemen dasar dari sampling dilapangan meliputi metoda, alat, prosedur lapangan
1.1. Metoda sampling dan alat
Makro invertebrata bentos dapat dikoleksi dari substrat alami atau substrat buatan (substrat yg
dimasukan) dengan masing-masing tipe memiliki keuntungan, tergantung pada kondisi tempat
yang spesifik. Substrat alami dapat disampling dimanapun bila memungkinkan. Substrat buatan
akan digunakan bila substrat alami secra fisik tidak dapat disampling atau bila substrat begitu
bervariasi sehingga pengaruhnya membutuhkan perpindahan dari sampling design

1.1.1. Ukuran Mesh


Sampling bentos membutuhkan net dan saringan. Ukuran mesh yang dipilih menentukan ukuran
minimal organismee yang disampling Ukuran mesh yang lebih kecil akan menahan banyak
organismee dan memberikan perkiraan kelimpahan yang lebih baik, tetapi meningkatkan biaya
proses sampel. Ukuran mesh yang direkomendasikan 180-250 mikron untuk studi monitoring
bentos kecuali ada interest khusus terhadap organisme yang lebih kecil (spt Oligochaeta) atau yang
lebih besar (spt. Plecoptera atau Ephemeroptera). Bila sampel yang diambil pada suatu penelitian
dibandingkan dengan yang diambil pada penelitian sebelumnya ukuran mesh yang digunakan
kedua penelitian ini harus sama.
1.1.2. Substrat alami
Substrat alami merupakan habitat yang lebih baik untuk disampel. Keuntungan utama dari sampling
pada substrat alami merefleksikan struktur komunitas invertebrate yang menghuni habitat. Potensi
tidak menguntungkan meliputi variasi hasil yang lebih tinggi dari substrat yang heterogen dimana
pada putarannya meningkatkan biaya melalui syarat-syarat ukuran sampel yang besar (Klemm et
al., 1990). Substrat alami di perairan tawar dapat disampel dengan menggunakan alat seperti,
grab, stream-net, core dan air-lift (sedotan) sampler. Beberapa autor telah menyampling
batu secara tunggal, lebih baik dari pada substrat campuran. Sungai besar dengan aliran deras
dengan substrat relatif kasar merupakan habitat yang paling sulit untuk disampel, sedikit sekali
metoda yang paling efektif. Alat yang sering digunakan untuk studi bentos di air tawar adalah Grab
dan stream-net sampler. Karakteristik dari berbagai sampler disimpulkan pada Tabel 2. Bila
digunakan dengan tepat sampler memberikan perkiraan kuantitatif dari kelimpahan per unit area,
tetapi perlu dipertimbangkan bahwa kelimpahan dari organisme kecil, akan underestimated karena
lolos dari net atau ukuran mesh.
Grab sampler mengoleksi sampel yang berpenetrasi kedalam substrat dan memperoleh
kuantitas tersendiri dari sedimen dasar. Seluruh grab sampel mempunyai mekanisme jepitan. Batu
dan kerikil yang tertangkap oleh penjepit menghalangi untuk menutup akan menyebabkan
kehilangan sampel. Karena itu grab hanya digunakan untuk sampling substrat halus. Karena grab
dapat dioperasikan dari boat pemantik menggunakan messenger cocok untuk perairan yang lebih
dalam dimana net sampler tdk bisa digunakan. Bagian atas dari kebanyakan sampler mempunyai
penutup yang berengsel, terbuka ketika sampler diturunkan dan menutup ketika sampler ditarik
keatas. Namun invertebrate yang aktif dengan mudah melarikan diri jika penutup tdk menutup
dengan sempurna. Karena itu bagian atas grab sampler ditutup dengan mesh 180-250 mikron.
Ponar (standar dan kecil), van Veen and Ekman sampler direkomendasikan untuk menaksir
komunitas invertebrate bentos (Tabel 2)
Stream net-sampler yang disesuaikan dengan mesh net yang halus dan mengoleksi invertebrate
dari air mengalir yang melewati sampler. Sampler ini khusus digunakan untuk perairan dangkal
(<0,5 m) dengan substrat kasar merupakan ciri khas dari habitat riffle. Stream sampler yang
direkomendasikan meliputi Hess, Box dan Surber sampler dan sampler lain yang rancangannya
mirip.
1.1.3. Substrat buatan
Substrat buatan didefinisikan sebagai alat yang dimasukan kedalam perairan, yang dapat
memgambarkan substrat yang standar dari lingkungan akuatik dimana substrat ini diletakan.
Substrat buatan dapat digunakan untuk memonitor perubahan komunitas invertebrate dalam ruang
dan waktu, tetapi tidak merefleksikan komunitas invertebrata penghuni pada substrat alami.
Komunitas yang mengkolonisasi substrat buatan akan bias untuk organisme mobil dan drifting
(hanyut terbawa arus). Perkiraan kelimpahan yang diperoleh dari substrat buatan dinyatakan
sebagai jumlah per sampler, karena mereka tidak menduga kelimpahan pada substrat alami yang
berbatasan/berdekatan. Keuntungan dan kerugian dari substrat buatan diberikan dibawah ini.
Keuntungan.:
- Memungkinkan koleksi data dari lokasi yang tidak bisa disampel secara efektif oleh alat
lain
- Mengizinkan sampling yang distandarisasi
- Mengurangi variabilitas dibandingkan dengan tipe sampling yang lain
- Mengurangi proses sampling karena disini biasanya kurang detritus dari pada sampler
substrat alami
- Memberikan fleksibelitas dalam program sampling.
Kelemahan:
- Dinamika kolonisasi tidak terdokumentasi dengan baik
- Sampel mungkin tdk representatif dari kondisi lokal bila invertebrate yang menghuni
sampler berasal dari daerah bagian atas
- Substrat buatan membutuhkan waktu pendedahan yang lama (6-8 minggu)
- Berpotensi kehilangan fauna ketika menarik sampel kembali
- Dibutuhkan dua kali perjalanan, yang pertamaketika sampler ditempatkan di dalam
sungai atau danau dan yg kedua ketika mengambil kembali.
Ada 2 tipe utama substrat buatan yang umum digunakan: Multiple (HESTER-Dandy)
sampler dan basket sampler (APHA, 1989; ASTM, 1992). Mutiple sampler terdiri dari permukaan
yang standar (baku) (biasanya papan tebal yang keras atau material keramik) untuk dikolonisasi
oleh organismee akuatik, bentuknya seragam dan diketahui luas areanya. Multiple-plate sampler
selektif untuk kelompok invertebrate tertentu (mis. Filter feeder).
Basket sampler tidak baku, umumnya digunakan keranjang berbentuk selinder “barbecue basket”.
Keranjang diisi dengan batu alami yang bervariasi diameternya dari 2,5 – 7,5 cm (1-3 inchi).
Permukaan area yang tersedia untuk kolonisasi tergantung pada substrat yang digunakan dalam
basket.
Rekomendasi:
Secara keseluruhan rancangan substrat buatan mirip dengan rancangan untuk substrat alami yang
digambarkan diatas. Substrat buatan dapat digunakan bila terlalu sulit mengambil sampel pada
substrat alami dan bila terlalu banyak variabelitas pada habitat (mis. substrat) untuk kondisi tempat
yang sesuai. Namun substrat buatan tidak cocok untuk untuk memperkirakan kontaminan yang
berasosiasi dengan sedimen dasar. Berikut ini sederet rekomendasi untuk menggunakan substrat
buatan (APHA, 1989, Klemm et al, 1990 dan ASTM, 1992):
- Basket sampler lebih disukai dari pada multi-plate sampler
- Tempat yang dipilih harus semirip mungkin untuk mengurangi variabilitas
- Pada sungai dangkal substrat buatan dapat ditempatkan kedalaman 1 meter) tetapi tidak
pada substrat alami; pada sungai dalam substrat mungkin lebih efektif padakedalaman
dimana penetrasi cahaya memungkinkan alga tumbuh; biasanya dalam 1-5 m dari
permukaan.
- Substrat diambil kembali dengan net ukuran mesh 180 -250 mikron untuk mencegah
invertebrate hilang.
- Substrat ditempatkan minimal 6-8 minggu
- Substrat ditempatkan dalam suatu system harus lebih banyak dari pada yang dibutuhkan
agar kehilangan substrat selama perode kolonisasi dapat teratas

1.2. Prosedur lapangan


Prosedur lapangan meliputi seluruh aktivitas mulai dari pengumpulan sampel sampai
ke labor untuk prosesing
1.2.1. Pengumpulan sampel
Sampel invertebrate bentos dikumpulkan dengan menggunakan prosedur yang ditetapkan
sebelumnya dimana outline dalam racangan sampling. Prosedur utuk koleksi dari sampel
menggunakan alat yang mengikuti metoda standar (APHA, 1989;Klemm, et al., 1990;
ASTM, 1992).
Untuk sampel grab: setelah sampel diambil dari dasar, sedimen diperiksa hati2. Kriteria
spesifik sampel dapat diterima adalah :
- Air yang melapisi bagian atas ada (menunjukan menunjukan kebocoran minimal)
- Permukaan sedimen relatif datar (menunjukan gangguan minimal)
- Seluruh permukaan sampel masuk didalam sampler
- Sampel ditetapkan terlebih dahulu kedalaman penetrasinya
Untuk stream net-sampler, kriteria dapat diterima berhubungan dengan proses sampling itu sendiri.
Contoh masing-masing sampel dapat dikumpulkan menggunakan metoda yang sama. Ini meliputi
kedalaman penetrasi sampler yang ditetapkan dan waktu pengumpulan masing-masing sampel.
1.2.2. Penyaringan
- Bila sampel dikumpulkan dilapangan volumenya besar, seperti sampel grab, langsung
disaring dilapangan. Ukuran mesh dari saringan (atau ukuran mesh paling kecil bila
sederet saringan yg digunakan) tidak lebih dari 180-250 mikron.
12.3. Kontainer
Kontainer sampel harus:
- Cukup besar sehingga sampel yang diambil tidak lebih dari 50 % volume
container, dengan sisa ruang dialokasikan untuk pengawet.
- Aman selama penanganan rutin dan transportasi
- Tahan bocor
- Mempunyai sifat fisika dan kimia yang tidak dipengaruhi oleh pengawet.
- Mengikuti peraturan berkenaan dengan transportasi barang berbahaya
Yang direkomendasikan tipe kontainer sampal adalah botol plastik, Kantung plastik besar tidak
bocor. Botol kaca tidak dianjurkan untuk digunakan dilapangan karena bisa pecah.

1.2.4. Pengawet
Pengawet yang direkomendasikan sebagai pengawet adalah larutan formalin 10 % sebagai
pengawet dan fixatif. Bila sampel mengandung sejumlah besar material organik atau sejumlah
invertebrate dibutuhkan formalin 20 %. Beberapa organsme membutuhkan relaksasi sebelum
difiksatif, untuk mencegah perputaran/membengkok atau rusak yang membuatnya sulit atau tidak
bisa diidentifikasi, terutama sekali berkenaan dengan studi di laut, lamanya waktu spesimen dalam
formalin tergantung pada kelompok taksonomi. Contoh Molusca dan bivalva akan decalsifikasi bila
terdedah dalam perode waktu lama. Larutan formalin akan menyangga penurunan asam
menyebabkan dekalsifikasi dari molusca. Idealnya, pH paling paling kurang 8,2. Borax (borate
sodium) digunakan sebagai buffer karena agent buffer lain menghalangi identifikasi dengan
meninggalkan residu pada jaringan tubuh. Setelah satu minggu untuk disimpan lebih lama
investigator mengganti formalin dengan alkohol 70 %.
Banyak macam fiksatif dan pengawet mencakup peraturan mengenai transportasi barang-
barang yang berbahaya dan oleh kesehatan dan pengaturan WHMIS ( Workplace Hazardous
Materials Information System), peraturan dan undang-undang limbah kimia seperti formalin
dibutuhkan. Formalin dapat di gunakan kembali bila disaring melalui saringan atau kain ketika
sampel dipindahkan ke alkohol atau untuk disorting dan diidentifikasi. Sebagai alternatif formalin
yang sudah digunakan dapat disimpan dalam container besar dan material padat akan mengendap.
Formalin yang sudah digunakan dapat dipertahankan (misal disimpan sampai 10 % atau
konsentrasi yang lebih besar) dengan menambahkan formalin yang terkonsentrasi.
1.2.5. Pewarnan sampel
Pewarnan bertujuan untuk sorting. Pewarnan dapat dicampur dengan formalin beberapa hari
kedepan. Sampel mungkin diwarnai ketika mengoleksi, atau setelah itu untuk memudahkan sorting.
(Resh and Mc. Evary, 1993). Pewarna yang paling banyak di pakai adalah rose Bengal, 4gr/l
formalin. Namun konsentrasi tepat yang digunakan tergantung pada kandungan organik sampel.
1.2.6. Pelabelan sampel
Masing-masing sampel mempunyai 2 label. Satu pada sisi dalam container dan satu lagi diluar
container (tidak pada tutup). Label ini meliputi tempat lokasi, nomor sampel dan tanggal
penyamplingan. Ganakan material label yang cocok untuk pengawet/fiksatif dan container.
Catatan lapangan: paling tidak meliputi jumlah tempat sampling, jumlah sampel dan data lain
seperti:
- lintang dan ketinggian, titik koordinat dari masing-masing lokasi sama dengan
nama lokasi deskriptif
- tanggal
- waktu lokasi
- nama anggota lapangan,
- kolektor
- deskripsi habitat
- penyamplingan atau metoda sampling
- metode pengayakan dan ukuran mesh
- informasi lainnya (misal: iklim atau cuaca, aliran sungai)
- panyimpanan dan pengiriman yang aman
2. PROSESI SAMPLING
Seksi ini menggambarkan prosesi sampel semenjak tiba dilabor sampai analisis data
2.1. Sorting
Sorting sampel maksudnya proses pemindahan invertebrate dari material sampel yang lainnya.
Penyortir yang berpengalaman akan memisahkan invertebrate kedalam kelompok taksonomi yang
besar untuk mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk identifikasi. Langkah pertama mencuci
sampel untuk memisahkan pengawet, pengawet disaring, disimpan dapat digunakan kembali bila
mungkin. Sampel dicuci menggunakan saringan dengan ukuran mesh yang sama dengan
perancangan sampling. Sorting dapat
dilakukan dengan dengan meletakan sejumlah kecil sampel dalam grid petri dish dan diamati
dibawah mikroskop bedah. Masing-masing petri dapat diulang 2 x untuk meyakinkan seluruh
organime sudah terambil. Bila memungkinkan masing-masing sampel dipilih oleh satu orang
untuk mengurangi kesalahan. Penyortir harus mencatat spesifikasi sampel seperti kondisi
substrat, dsbnya. Waktu sorting dapat berkurang dengan menggunakan saringan, pewarna
dan teknik pengapungan atau dengan subsampling. Penyaringan sampel yang berulang-ulang
akan memindahkan partikel halus seperti lempung dan lumpur tetapi tidak dapat memisahkan
material yang lebih kasar seperti lumut atau detritus besar. Karena itu penyaringan sangat
efektif untuk sampel perairan lentik atau daerah deposisional dengan substrat halus ( Resh
and McElravy, 1993). Pewarna seperti Rose Bengal digunakan untuk memudahkan
penyortiran dengan membuat invertebrate lebih jelas. Sampel mungkin diwarnai ketika
dikoleksi. Metoda pengapungan menggunakan larutan Calsium Chlorida yang lebih berat dari
air atau pengawet sampel. Bila sampel diletakan dalam container seperti baki maka sucrose
atau larutan yang lebih berat ditambahkan biasanya invertebrate akan mengapung pada
bagian atas sehingga dengan mudah dapat dipisahkan. Namun sampel yang tersisa harus
dipilih dengan menggunakan mikroskop karena organismee yang lebih berat seperti Molusca
dan Trechoptera dengan sarang batunya tidak mengapung. Dan beberapa organisme yang
tersisa menempel pada debris seperti lumut akuatik.
Subsampling
Bila memungkinkan seluruh sampel disortir dan subsampling dihindari. Teknik seperti
penyaringan, pewarnan atau pengapungan dapat mengurangi waktu sortir sampai 50 % (Resh
and McElravy, 1993) karena itu sama efektifnya dengan subsampling. Namun bila sampel
sangat besar volumenya seperti sampel dari grab pada daerah yang terdeposit, subsampling
dibutuhkan. Seluruh sampel atau beberapa fraksi sampel misalnya invertebrate yang lolos
dengan mesh 500 mikron mungkin bisa subsampel. Subsampel digunakan biasanya untuk
mengurangi waktu sortir tetapi juga digunakan untuk mengurangi waktu untuk identifikasi.
Contoh Chironomid atau Oligochaeta mungkin di subsample setelah dipisahkan dari sampel.
Bila sangat melimpah harus di mounting pada slide untuk identifikasi.
Alat dan metoda subsampling untuk sampel bentos digambarkan oleh Hynes (1970)
dan Klemm et al. (1990). Metoda dan alat yang digunakan subsampling organisme lain seperti
zooplankton atau larva ikan dapat juga disesuaikan untuk penggunaan invertebrate bentos.
Sub sampel biasanya dengan meletakan sampel dalam baki yang diberi grid sorting atau
identifikasi invertebrate secara random pada grid yang terpilih atau dengan mencampurkan
sampel dalam suatu volume yang besar dari beberapa larutan dan disortir atau diidentifikasi
invertebrate dalam satu atau lebih aliquot dari larutan. Subsampling biasanya dilakukan pada
invertebrate yang telah diawetkan lebih baik dari pada yang hidup, karena spesimen yang
diawetkan tidak mudah rusak, (misalnya ketika sampel di campur kan untuk meyakinkan
distribusinya merata) , dan karena spesimen hidup bergerak dan perpindahannya
menyebabkan bias didalam grid atau aliquot.
Bagaimanapun juga metoda subsampling yang digunakan harus memenuhi kriteria berikut:
1. Fraksi subsample harus diketahui ( persentase dari total sampel)
2. Subsampel harus mewakili sampel secara keseluruhan ( subsampel tidak menjadi
bias selanjutnya atau bertentangan denga taksa tertentu
3. Variance dalam subsampling relatif kecil terhadap variansi antar ulangan sampel.
Bila kriteria ini tidak terpenuhi, subsampling akan menurunkan keakuratan uji statistik.
4. Metoda subsampling harus mudah digunakan, dan secara substansi
mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk sorting dan identifikasi. Metoda yang
paling bagus menjadi lebih efektif untuk

keragaman tipe sampel dan tipe substrat, sehingga metoda yang berbeda tidak wajib
untuk masing2 situasi.
2.2. Identifikasi spesimen
Seluruh spesimen diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop bedah (dissecting
microscope) dan buku acuan yang terkait,
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Jenis Kegiatan
Kegiatan Pengembangan Model/Teknologi Alat Pengambilan Sampel Plankton ini
merupakan kegiatan pengembangan teknologi tepat guna berupa pembuatan Alat Pengambilan
Sampel Plankton untuk kedalaman tertentu serta pembuatan Alat Pengambilan Sampel Benthos
secara Kwantitatif, harapannya alat ini dapat membantu proses pengambilan sampel Plankton
dan Benthos yang lebih representatif dan lebih aman bagi petugas.
B. Lokasi Kegiatan
Uji coba skala laboratorium dilaksanakan di Balai Besar Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta, Jl. Imogiri Timur KM 7,5
Grojogan, Wirokerten, Banguntapan, Bantul, D.I. Yogyakarta.
C. Tahapan Kegiatan
a. Pembuatan TTG Alat Pengambilan Sampel Plankton
Tahap kegiatan ini berupa pengadaan bahan melalui pengadaan langsung dengan
pihak ketiga, dengan proses berikut: tim kegiatan menyusun bahan yang dibutuhkan untuk
diusulkan ke Substansi PTL dan dilanjutkan usulan ke pejabat KPA untuk diproses sesuai
dengan prosedur pengadaan barang/jasa pemerintah yang berlaku.
b. Uji Coba Alat
Uji coba alat dilakukan di sungai Gajah Wong di dekat Kebun Binatang Gembira Loka
serta pemeriksaan di lakukan di laboratorium Faktor Resiko Lingkungan Biologi BBTKL PP
Yogyakarta.
c. Sosialisasi
Agar alat ini dapat digunakan secara tepat dan memberikan manfaat untuk
mendukung pekerjaan di laboratorium dan di lapangan, maka perlu disosialisasikan cara
penggunaan alat dengan benar kepada petugas-petugas yang terkait.
d. Pelaporan
Hasil dari kegiatan dibuat laporan sebagai pertanggungjawaban kegiatan dan
sebagai bahan evaluasi pengembangan model dan teknologi berikutnya.
D. Waktu Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan meliputi pengadaan bahan dan pembuatan alat, uji coba, sosialisasi
dan pelaporan dilaksanakan sesuai jadwal kegiatan sebagai berikut:
a. Pengadaan Bahan & Pembuatan: Maret - Juni 2023
b. Uji Coba : November 2023
c. Sosialisasi : November 2023
d. Pelaporan : Desember 2023
BAB IV
RANGKUMAN HASIL KEGIATAN

A. Deskripsi Umum
Pengembangan Model/Teknologi Alat Pengambilan Sampel Plankton ini merupakan
pengembangan teknologi tepat guna berupa pembuatan alat TTG untuk mendukung kinerja di
laboratorium Faktor Resiko Lingkungan Biologi pada proses pengambilan sampel Plankton dan
Benthos di lapangan. Selama ini alat yang di gunakan pada proses pengambilan sampel
Plankton pada kedalaman kurang representatif dan beresiko bagi petugas sedangkan
pengambilan Benthos yang selama ini di lakukan hanya untuk pemeriksaan kualitatif saja tidak
bisa untuk mengetahui tingkat kepadatan.

B. Hasil Kegiatan
a. Pengadaan Bahan & Pembuatan Produk
Pengadaan alat untuk Alat Pengambilan Sampel Plankton ini melalui pengadaan
langsung dengan pihak ketiga, dengan proses berikut: tim BBTKLPP Yogyakarta setelah
menyusun bahan yang dibutuhkan untuk diusulkan ke Substansi PTL dan dilanjutkan usulan
ke pejabat KPA untuk diproses sesuai dengan prosedur pengadaan barang/jasa pemerintah
yang berlaku. Adapun daftar usulan dan spesifikasi alat sebagai berikut:
Tabel 1. Daftar Usulan Pengadaan Alat TTG berupa Alat Pengambilan Sampel Plankton di
Substansi PTL Tahun 2023
NO NAMA BARANG JUMLAH
1 Model / Teknologi Alat Pengambilan Sampel Plankton dengan
spesifikasi sebagai berikut:
 Plankton Net untuk kedalaman.
Model Teknologi Alat Pengambilan sampel Plankton net No
25 mesh size 30-50 µm Ø 15 cm panjang 30 cm dengan
1 paket
bucket (botol) 100 ml, dengan kemampuan sampai
kedalaman 15 m.
 Benthos.Net Kwantitatif.
Model Alat Pengambil Benthos Surber Net Type 30 cm
Model Alat Pengambil Benthos D-Net Type 30 cm
cm
30
cm
60

Gambar 1. Desain Alat Pengambilan Sampel Plankton pada kedalaman

30 cm 50 cm

3
0
c
m

150 cm

Gambar 2. Desain Alat Pengambilan Sampel Benthos Type D.Net 30 cm


3
0
c
m

30 cm 50 cm

Gambar 3. Desain Alat Pengambilan Sampel Benthos Type Surber.Net 30 cm


Berdasarkan Rencana Aksi Kegiatan (RAK), model dan teknologi Alat Pengambilan Sampel
Plankton Net untuk ke dalaman sampai 15 m, Alat Pengambilan Sampel Benthos Type D.Net
30 cm dan Alat Pengambilan Sampel Benthos Type Surber.Net 30 cm berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 266/Menkes/SK/III/2004 alat ini dengan teknologinya
representatif & kwantitatif sampler serta user safety.

b. Uji Coba
2 Hasil Pengendalian Mutu Pengambilan Sampel
Tabel 1. Hasil Pengendalian Mutu Pengambilan Sampel
volume pembilasan alat
No. Jenis Plankton 2 liter 3 liter 4 liter
A. Phytoplankton
Cyclotella sp 5 2 0
Gomphosphaeria sp 4 1 0
microciystic sp 2 0 1
Nitzhia sp 2 1 0
Oscillatoria sp 2 0 0
Pediastrum sp 1 0 0
Scenedesmus sp 61 48 4
Surirella sp 3 0 0
Synedra sp 2 0 0
Fragilaria sp 0 1 0
Navicula sp 0 3 2
B. Zooplankton
1 Crustaceae
Acartia clausi 0 0 0
Tigriopus japonicus 0 0 0
Jumlah Ind.Plankton/Liter 82 56 7
Jumlah Taksa 9 6 3
Indeks Keanekaragaman (H') 1 1 1
Indeks Keseragaman (E') 1,69 2,33 0,95
Indeks Dominan (D') 74,39 85,71 57,14
2 Kesimpulan
Melihat hasil pengendalian mutu pengambilan sampel plankton dengan menggunakan
Plankton.net untuk kedalaman dapat di lihat ada penurunan yang signifikan dari tiga perlakukan
pembilasan. Pada pembilasan 2 liter masih di dapatkan 82 sedangkan pada 3 liter bilasan di
temukan 56 sehingga terjadi penurunan 31,71 %, sedangkan pada bilasan 4 liter masih di
temukan 7 sehingga penurunannya sebesar 91,46 %.
Dari hasil ini dapat di simpulkan bahwa setelah di lakukan pembilasan 4 liter hasilnya
sudah sangat kecil dan angkanya sudah kurang berarti. Sehingga pada saat melakukan
pengambilan sampel Plankton menggunakan alat ini perlu di lakukan pembilasan minimal 4 liter
sebelum di gunakan untuk melakukan pengambilan lagi supaya tidak terjadi kontaminasi.

Tabel 1. HASIL VERIFIKASI PLANKTON

Nama Spesies
No Gambar
Analis 1 Analis 2 Analis 3

1 Actinastrum sp Actinastrum sp Actinastrum sp

2 Asterionella sp Asterionella sp Asterionella sp

3 Euglena sp Euglena sp Euglena sp

4 Placoneis sp Placoneis sp Placoneis sp

5 Pleurosigma sp Pleurosigma sp Pleurosigma sp

6 Navicula sp Stauroneis sp Navicula sp

7 Surirella sp Surirella sp Surirella sp

8 Synedra sp Synedra sp Synedra sp


Daftar Pustaka

Basmi, J. (2000). Planktonologi: Plankton sebagai Bioindikator Kualitas Perairan. Fakultas


Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Davis, G.C. (1955). The Marine and Freshwater Plankton, Michigan State University Press.
USA. 526 p.
Hutabarat, S. Dan S.M. Evans. (1995). Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia
Press.
Kendeigh S. Charles. (1980). Ecologi with Special Reference to Animals and Man.
Prentice-Hal of india, New Delhi.
Krebs, C. J. (1978). Ecology. The Experimental Analysis of Distribution and Abudance.
Harper & Row Publ.: New York.
Musa, M. (2004). Kondisi Kualitas Air Pada Budidaya Campuran Ikan Bandeng dan Udang
di Air permukaan Garam Sumenep Madura. Jurnal Penelitian Perikanan 7(1), ISSN
0854
– 3685..
Newell, G.E. and R.C. Newell, 1963. Marine Plankton a Practical Guide. Hutchinson
Educational Ltd 178 -202 Great Portland Street, London W-1.
Nybakken, J.W. (1988). Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. Penerbit Gramedia:
Jakarta.
Odum, E. P. (1993). Dasar-Dasar Ekologi. Alih Bahasa: Samingan, T. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
Pagoray H., Ghitarina, Deni Udayana, (2015). Kualitas Plankton Pada Kolam Pasca
Tambang Batubara yang Dimanfaatkan Untuk Budidaya Perairan. Majalah Ilmiah
Pertanian Ziraa’ah. 40(2): 108 – 113.
Rahmad A.W.,Tarzan P., Reni A. 2015. Kadar Timbal (Pb) dan Kepadatan Pupulasi
Cerihtidea sp di Pantai Selatan Kabupaten Bangkalan Madura, Jawa Timur.
LanteraBio ISSN 2252 – 3979. Vol 4 No.3. p:174 -179.
Yamaji, C.S. 1979. Illustration of The Marine Plankton of Japan. Hoikusha Publishing Co.,
Ltd Japan. 572 p.
LAMPIRAN

Gills (Insang ) Cersi (ekor)

Leg and proleg (Kaki sejati dan kaki semu) Case (sarang)
Navicula sp.
Coscinodiscus

Nitzschia sp. Pleurosigma sp.

Acartia clause
Tigriopus japonicas

Gambar 1. Jenis-jenis plankton yang banyak ditemukan di perair permukaanan (10 x


10 Pembesaran).
1. Model/Teknologi Alat Pengambilan Sampel Benthos Type D.Net
Gambar desian dan gambar alat
30 cm 50 cm

3
0
c
m

150 cm

Gambaran Umum dan fungsi Model Alat Pengambilan Sampel Benthos Type D.Net
Jaring rangka D dengan panjang gagang 1,5 m dan jaring berbentuk kerucut sepanjang
50 cm dengan mata jaring 0,3 mm dan diameter 30 cm. di gunakan untuk pengambilan
sampel Benthos kualitatif dan semi kuatitatif pada sungai dangkal dengan kecepatan
aliran lambat sampai sedang.

Spesifikasi
Model/Teknologi Alat Pengambil Sampel Benthos Type D.Net Ø30 cm
Perincian/Spesifikasi sebagai berikut:
 Rangka Stenlles Stal Ø2 cm Pengambil Benthos Type D-Net Ø30 cm.
 Jarring diameter 0,3 mm ukuran Ø30 cm panjang 50 cm
 Kotak Area bahan stenles steel 30 cm x 30 cm.
 Satu set pinset Stenles Steel.
 Nampan Putih Multipurpose tray Size : 267x185 x 42 mm.
 Botol Sprayer 1000 ml.
Cara pengoperasian
1. Bilas alat dengan aquadest atau air bersih yang tidak ada benthos sebanyak 2 L
tampung bilasan di ember atau baki volume 5 L, gunakan sebagai blangko
control.
2. Pasang kotak area 30 x30 cm di tengah aliran sungai beri patok atau di
tumpukin batu biar tidak terbawa arus.
3. Letakan alat Pengambil Benthos Type D-Net Ø30 cm di belakan kotak area
posisikan dasar alat rapat dan tegak dengan arus air.
4. Kemudian aduk aduk secara runtut dengan tongkat pengaduk semua area 30
x30 c.
5. Angkat alat Pengambil Benthos Type D-Net Ø30 cmmelawan arus kemudian ambil
kotak area 30 x30 cm.
6. Lepaskan jaring dengan melepas perekat pada rangka tuangkan pada nampan
putih dengann cara jarring di balik bagian dalam di luar.
7. Bilas alat alat Pengambil Benthos Type Surber.Net dengan 2 liter aquadest dengan
cara di semprot dari atas sampai bawah sampai bersih.

Cara Perawatan Alat.


1. Jaga kebersihan alat, lakukan pembersihan secara rutin dengan di bilas
aquadest setelah di gunakan dan sebelum di gunakan dengan menggunakan
botol semprot.
2. Setelah di di bersihkan di keringkan baru dis impan di tempat penyimpanan yang
tidak lembab, terlindung dari debu dan sinar matahari langsung.
3. Jangan mencuci jaring dengan cara di beri detergen kemudian di sikat
2. Model/Teknologi Alat Pengambilan Sampel Benthos Type Surber.Net
Gambar desian dan gambar alat

3
0
c
m

30 cm 50 cm

Gambaran Umum dan fungsi Model Alat Pengambilan Sampel Benthos Type Surber.Net
Jaring rangka persegi dengan ukuran 30 x 30 cmpanjang jarring 50 cm dan jaring
berbentuk persegi panjang dengan mata jaring 0,3 mm. di lengkapi dengan kotak area
30 x 30 cm. Alat ini di gunakan untuk pengambilan sampel Benthos kuantitatif pada
sungai dangkal dengan kecepatan aliran lambat sampai sedang.

Spesifikasi
Model/Teknologi Alat Pengambil Sampel Benthos Type Surber.Net
Perincian/Spesifikasi sebagai berikut:
 Rangka Stenlles holo 1,5 x1,5 cm kotak persegi ukuran 30 x 30 cm
 Jarring diameter 0,3 mm ukuran 30 x 30 cm panjang 50 cm
 Kotak Area bahan stenles steel 30 cm x 30 cm.
 Satu set pinset Stenles Steel.
 Nampan Putih Multipurpose tray Size : 267x185 x 42 mm.
 Botol Sprayer 1000 ml.
Cara pengoperasian
1. Bilas alat dengan aquadest atau air bersih yang tidak ada benthos sebanyak 2 L
tampung bilasan di ember atau baki volume 5 L, gunakan sebagai blangko
control.
2. Letakan alat Pengambil Benthos Type Surber.Net di tengah aliran sungai beri patok
atau di tumpukin batu pada kotak area 30 x 30 cm biar tidak terbawa arus.
3. Kemudian aduk aduk secara runtut dengan tongkat pengaduk semua area 30
x30 c.
4. Angkat alat Pengambil Benthos Type Surber.Net melawan arus .
5. Lepaskan jarring dengan melepas perekat pada rangka tuangkan pada nampan
putih dengann cara jarring di balik bagian dalam di luar.
6. Bilas alat alat Pengambil Benthos Type Surber.Net dengan 2 liter aquadest dengan
cara di semprot dari atas sampai bawah sampai bersih.

Cara Perawatan Alat.


1. Jaga kebersihan alat, lakukan pembersihan secara rutin dengan di bilas
aquadest setelah di gunakan dan sebelum di gunakan dengan menggunakan
botol semprot.
2. Setelah di di bersihkan di keringkan baru dis impan di tempat penyimpanan yang
tidak lembab, terlindung dari debu dan sinar matahari langsung.
3. Jangan mencuci jaring dengan cara di beri detergen kemudian di sikat
3. Model/Teknologi Alat Pengambilan Sampel Plankton pada kedalaman

Gambar desian dan gambar alat

Gambaran Umum dan fungsi Model Alat Pengambilan Sampel Plankton pada kedalaman
Jaring rangka stenles dengan dengan diameter 15 cmpanjang jarring 50 cm dan jaring
berbentuk persegi panjang dengan mata jaring Plankton net No 25 mesh size 30-50 µm. di
lengkapi dengan pemberat pada bagian bawah botol dan di tengah jarring serta tali nylon
20 M . Alat ini di gunakan untuk pengambilan sampel Plankton kuantitatif pada sungai .
danau dan laut dengan kedalaman tertentu sampai 20 M.

Spesifikasi
Model/Teknologi Alat Pengambil Sampel Plankton pada Kedalaman
Perincian/Spesifikasi sebagai berikut:
 Plankton net No 25 mesh size 30-50 µm Ø 15 cm panjang 30 cm dengan bucket (botol).
 Pemberat dari timbal dg pengait panjang 50 cm.
 Tali nylon Ø 5-10 mm panjang 20 m
 Botol (bucket) wadah Plankton 150 ml.
 box alat
Cara pengoperasian
1. Bilas alat dengan aquadest atau air bersih yang tidak ada benthos sebanyak 2 L
tampung bilasan di botol (bucket) 100 ml/ 200 ml di gunakan sebagai blangko
control.
2. Letakan alat Pengambil Benthos Type Surber.Net di tengah aliran sungai beri patok
atau di tumpukin batu pada kotak area 30 x 30 cm biar tidak terbawa arus.
3. Kemudian aduk aduk secara runtut dengan tongkat pengaduk semua area 30
x30 c.
4. Angkat alat Pengambil Benthos Type Surber.Net melawan arus .
5. Bilas alat alat Pengambil Benthos Type Surber.Net dengan 4 sd 5 liter aquadest.
6. Ambil botol (bucket) sampel dengan cara di putar.

Cara Perawatan Alat.


1. Jaga kebersihan alat, lakukan pembersihan secara rutin dengan di bilas
aquadest setelah di gunakan dan sebelum di gunakan dengan menggunakan
botol semprot.
2. Setelah bersihkan di keringkan baru dis impan di tempat penyimpanan yang
tidak lembab, terlindung dari debu dan sinar matahari langsung.
3. Jangan mencuci jaring dengan cara di beri detergen kemudian di sikat

Anda mungkin juga menyukai