Anda di halaman 1dari 124

PWK 18707/Kerja Praktek

LAPORAN KERJA PRAKTEK

ANALISIS KETERSEDIAN RUANG TERBUKA HIJAU


PRIVAT
DI KELURAHAN SUKAWARNA
Kerja Praktek dilaksanakan di Dinas Penataan Ruang Kota Bandung

Oleh.
Juliano Yeanaz Garnes talantika
NRP. 163060005

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
Maret , 2021
LEMBAR PERSETUJUAN

ANALISIS KETERSEDIAN RUANG TERBUKA HIJAU PRIVAT


DI KELURAHAN SUKAWARNA

NAMA : Juliano Yeanaz Garens Talantika


NIM : 163060005
PROGRAM STUDI : PERENCANAAN WILAYAH & KOTA

Telah disetujui Pada Tanggal, 6 Maret 2021


Oleh
Pembimbing Perusahaan/Instansi Pembimbing Akademik

( Ivan Charles,ST) ( Apriadi Budi Raharja,S.T.,M.SI.)

Mengetahui
Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

(Deden Syarifudin, ST.,MT.)

i
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS KETERSEDIAN RUANG TERBUKA HIJAU PRIVAT


DI KELURAHAN SUKAWARNA

NAMA : Juliano Yeanaz Garnes Talantika


NIM : 163060005
PROGRAM STUDI : PERENCANAAN WILAYAH & KOTA

Telah diuji Pada Tanggal, 04 Mei 2021

Oleh Penguji,

1. Apriadi Budi Raharja, S.T.,M.SI : ……………………………………

2. Ratih Rantini, S.T.,MT : ……………………………………

3. DR. Ari Djatmiko, IR.,MT. : ……………………………………

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Bersama ini saya menyatakan bahwa isi yang terkandung dalam Kerja Praktek ini dengan
judul :

ANALISIS KETERSEDIAN RUANG TERBUKA HIJAU PRIVAT


DI KELURAHAN SUKAWARNA
Adalah murni merupakan hasil penelitian dan pemikiran saya sendiri.

Demikian pernyataan ini saya buat dan siap menerima konsekuensi apapun dimasa yang akan
datang, bila ternyata Kerja Praktek ini merupakan salinan ataupun contoh karya-karya yang
telah dibuat/terbitkan sebelum tanggal Kerja Praktek ini.

Mengetahui Bandung,
Ketua Program Studi PWK Unpas Penulis

(Deden Syarifudin, ST.,MT ) (Juliano Yeanaz Garnes Talantika)

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya
di akhirat nanti. Ucap syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan laporan Kerja Praktek yang berjudul “Analisis
Ketersedian Ruang Terbuka Hijau Privat Di Kelurahan Sukawarna”. Yang merupakan
syarat dari mata kuliah Kerja Praktek, sehingga dikemudian hari saya bisa mendapatkan gelar
Sarjana Teknik Perencanaan Wilayah Kota Universitas Pasundan. Untuk selanjutnya
penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian proposal kerja praktek ini, yaitu:
1. Bapak Apriadi Budi Raharja,S.T.M.SI selaku dosen pembimbing penyusun atas
kesediaan dan keikhlasannya yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, ilmu,
saran serta nasehat yang bermanfaat bagi penyusun dalam penyusunan laporan kerja
praktek ini.
2. Bapak Dr. Ir. Firmansyah., MT selaku Koordinator Kerja Praktek Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Pasundan atas bimbingan, pegarahan dan
ilmu yang telah diberikan kepada penyusun untuk dapat menyelesaikan laporan kerja
praktek ini
3. Bapak Deden Syarifudin, ST., MT selaku Pimpinan Prodi Perencanaan Wilayah dan
Kota Universitas Pasundan atas bimbingan, pegarahan dan ilmu yang telah diberikan
kepada penyusun untuk dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini.
4. Bu Ir. Dyah Saraswati dan Kang Ivan Charles, ST selaku pembimbing lapangan saat
penyusun melakukan kerja praktek di Dinas Penataarn Ruang Kota Bandung.
5. Serta Semua Pihak yang telah membantu dan teman-teman mahasiswa Perencanaan
Wilayah dan Kota angkatan 2016 atas dorongan semangat, ilmu, saran dan motivasi
serta bantuan yang diberikan kepada penyusun selama ini.

Bandung, Maret 2021

Penyusun

i
ABSTRAK

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang atau mengelompok, yang penggunaannya lebih
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun
yang sengaja ditanam. Ruang terbuka hijau publik merupakan ruang terbuka yang dimiliki
dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan unutk kepentingan masyarakat
secara umum. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat adalah ruang terbuka hijau yang
kepemilikan dan pemeliharannya menjadi tanggung jawab pihak atau lembaga swasta,
perorangan dan masyarakat. Tujuan dari Kerja Praktek ini yaitu agar mahasiswa dapat
mengimplementasikan teori-teori atau ilmu-ilmu yang telah didapatkan dalam pelaksanaan
perkuliahan selama ini. Dimana dengan ilmu/teori tersebut, maka akan dapat memberikan
acuan kepada mahasiswa untuk menambah wawasan, memperoleh pengalaman bekerja yang
sesungguhnya dan juga dapat mengenal dunia kerja lebih nyata. Adapun metode yang
dilakukan adalah dengan mendigitasi hasil citra foto udara dengan menggunakan aplikasi
SIG. Berdasarkan Hasil analisis ketika membandingkan luas RTH (%) dengan kententuan
peraturan KDH dilihat dari Lampiran 7 Perda Kota Bandung Tahun 2015 buat daerah KBU
adalah 52%, dari 823 unit bangunan hanya 4 unit bangunan saja yang sesuai dengan
peraturan yang fungsinya adalah sebagai rumah hunian.
Kata Kunci : Ruang Terbuka Hijau (RTH), KDH, Digitasi, KBU

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
ABSTRAK............................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1. 1 Latar Belakang.........................................................................................................................1
1. 2 Rumusan Masalah....................................................................................................................2
1. 3 Tujuan.......................................................................................................................................2
1. 4 Sasaran......................................................................................................................................2
1. 5 Manfaat.....................................................................................................................................3
1. 6 Sistematika Penulisan...............................................................................................................3
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN/INSTANSI............................................................5
2.1 Profil Dinas Penataan Ruang Kota Bandung.........................................................................5
2.2 Suasana Kerja di Instansi........................................................................................................7
BAB III TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................8
3.1 Tinjauan Teori...........................................................................................................................8
3.1.1 Ruang Terbuka Hijau........................................................................................................8
3.1.2 Ruang Terbuka Hijau Privat..........................................................................................11
3.1.3 Intensitas Pemanfaatan Ruang........................................................................................13
3.1.4 Sistem Informasi Geografi...............................................................................................14
3.1.5 Preseden Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Privat......................................................19
3.2 Tinjauan Peraturan.................................................................................................................22
3.2.1 Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang....................................22
3.2.2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.....................22
3.2.3 Peraturan Menteri Agraria Tata Ruang No. 16 Tahun 2018 Tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota..............24
3.3 Tinjauan Kebijakan.................................................................................................................27
3.3.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Tahun 2011 - 2031...............................27
3.3.2 Peraturan Daerah Kota bandung Tentang Rencana Detail Tata Ruang dan
Peraturan Zonasi Tahun 2015 - 2035.......................................................................................27

iii
3.3.3 Peraturan Daerah Kota bandung Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Tahun 2018 - 2023......................................................................................................................36
BAB IV METODOLOGI..................................................................................................................38
4.2 Metode Pendekatan................................................................................................................38
4.2.1 Metode Pendekatan Pekerjaan........................................................................................38
4.2.2 Metode Pendekatan Kerja Praktek.................................................................................40
4.3 Metode Pengumpulan Data....................................................................................................40
4.3.1 Metode Pengumpulan Data Pekerjaan............................................................................40
4.3.2 Metode Pengumpulan Data Kerja Praktek.....................................................................40
4.4 Metode Analisis.......................................................................................................................41
4.4.1 Analisis Spasial..................................................................................................................41
4.4.2 Analisis Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat.........................................42
4.5 Kedudukan Praktikan dalam Perusahaan/Instansi.............................................................43
4.6 Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek......................................................................................43
4.7 Log Book Kegiatan Kerja Praktek........................................................................................44
BAB V HASIL DAN CAPAIAN.......................................................................................................46
5.1 Gambaran Umum....................................................................................................................46
5.1.1 Gambaran Umum Kota Bandung...................................................................................46
5.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Sukajadi.........................................................................52
5.1.3 Gambaran Umum Kelurahan Sukawarna......................................................................56
5.2 Analisis.....................................................................................................................................59
5.2.1 Guna Lahan.......................................................................................................................59
5.2.2 Jenis Ruang Terbuka Hijau Privat..................................................................................61
5.2.3 Peraturan Kebijakan Teknis Penyediaan RTH Privat..................................................65
5.2.4 Proses Digitasi Foto Udara...............................................................................................72
5.2.5 Analisis Keteresediaan Ruang Terbuka Hijau Privat....................................................75
5.3 Temuan Praktikan...................................................................................................................98
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................................99
6.1.1 Kesimpulan Kerja Praktek..............................................................................................99
6.1.2 Kesimpulan Hasil Pekerjaan............................................................................................99
6.2 Saran.........................................................................................................................................99
6.2.1 Saran Bagi Instansi/perusahaan......................................................................................99
6.2.2 Saran Bagi Calon Praktikan..........................................................................................100
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................101
LAMPIRAN – LAMPIRAN...........................................................................................................103

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Kondisi Ruang Terbuka Hijau Kota-Kota Besar....................................20
Tabel 3.2 Tabel Tipologi RTH..............................................................................................23
Tabel 3.3 Tabel Kepemilikan RTH.......................................................................................24
Tabel 3.4 Tabel Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang...............................................29
Tabel 4.5 Jadwal Kegiatan Harian Praktikan.....................................................................44
Tabel 4.6 Jadwal Pengerjaan Laporan................................................................................45
Tabel 5.8 Luas Wilayah Menurut Kelurahan.....................................................................52
Tabel 5.9 Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan..............................................................52
Tabel 5.10 Guna Lahan Kota Bandung...............................................................................59
Tabel 5.11 Tabel Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang.............................................65
Tabel 5.12 Ruang terbuka hijau privat di Kelurahan Sukawarna berdasarkan fungsi
bangunan.................................................................................................................................76
Tabel 5.13 Kesesuaian Bangunan terhadap Intensitas.......................................................95

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas Penataan Ruang Kota Bandung..........................6
Gambar 3.2 Jenis RTH Privat..............................................................................................11
Gambar 3.3 Contoh RTH Privat di daerah Perumahan....................................................12
Gambar 3. 4 Visualisasi KDH, KLB, KDH.........................................................................13
Gambar 3.5 Visualisasi Data Spasial....................................................................................14
Gambar 3.6 Karaklteristik Format Titik, Format Garis, Format Poligon, Format
Permukaan..............................................................................................................................14
Gambar 3.7 Liputan Fotografik Sepanjang Satu Jalur Terbang......................................15
Gambar 3.8 Ruang Terbuka Hijau di Negara Singapura..................................................18
Gambar 3.9 Ruang Terbuka Hijau di Kota Baru Parahyangan.......................................20
Gambar 10 Ruang Terbuka Hijau di BSD Kota Tanggerang...........................................21
Gambar 4.11 Lingkup Materi Kerja Praktek (KP) dalam Kerangka Pekerjaan Evaluasi
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat pada SWK Bojonegara...........................................38
Gambar 5.12 Ruang Terbuka Hijau Rumah Hunian.........................................................46
Gambar 5.13 Ruang Terbuka Hijau Pendidikan................................................................46
Gambar 5.14 Ruang Terbuka Hijau Kesehatan.................................................................47
Gambar 5.15 Ruang Terbuka Hijau Peribadatan..............................................................47
Gambar 5.16 Ruang Terbuka Hijau Perkantoran..............................................................48
Gambar 5.17 Ruang Terbuka Hijau Perdagangan dan Jasa.............................................48
Gambar 5.18 Peta Administrasi Kota Bandung..................................................................49
Gambar 5.19 Ruang Terbuka Hijau Rumah Hunian.........................................................51
Gambar 5.20 Ruang Terbuka Hijau Pendidikan................................................................51
Gambar 5.21 Ruang Terbuka Hijau Kesehatan.................................................................51
Gambar 5.22 Ruang Terbuka Hijau Peribdatan................................................................52
Gambar 5.23 Ruang Terbuka Hijau Perkantoran..............................................................52
Gambar 5.24 Ruang Terbuka Hijau Perdagangan dan Jasa.............................................52
Gambar 5.25 Peta Administrasi Kecamatan Sukajadi.......................................................53
Gambar 5.26 Ruang Terbuka Hijau di Kelurahan Sukawarna........................................55
Gambar 5.27 Peta Administrasi Kelurahan Sukawarna....................................................56
Gambar 5.28 Peta Guna Lahan Kota Bandung 2018.........................................................58
Gambar 5.29 Ruang Terbuka Hijau Rumah Hunian.........................................................59
Gambar 5.30 Ruang Terbuka Hijau Pendidikan................................................................59

vi
Gambar 5.31 Ruang Terbuka Hijau Kesehatan.................................................................60
Gambar 5.32 Ruang Terbuka Hijau Peribadatan..............................................................60
Gambar 5.33 Ruang Terbuka Hijau Perkantoran..............................................................60
Gambar 5.34 Ruang Terbuka Hijau Perdagangan dan Jasa.............................................61
Gambar 5.35 Sebaran Ruang Terbuka Hijau Sesuai Fungsi.............................................62
Gambar 5.36 Poto Udara Kelurahan Sukawarna...............................................................72
Gambar 5.37 Digitasi Persil..................................................................................................72
Gambar 5.38 Digitasi RTH privat........................................................................................73
Gambar 5.39 Peta Sesuai/Tidak Sesuai Ruang Terbuka Hijau Privat.............................95

vii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya (Undang-undang No. 26 tahun
2007 tentang Penataan Ruang). Ruang terbuka merupakan ruang yang direncanakan
karena kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara
terbuka.
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang terbuka hijau publik merupakan ruang
terbuka yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan unutk
kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk ruang terbuka hijau publik antara
lain adalah taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan,
sungai, dan pantai. Yang termasuk ruang terbuka hijau privat antara lain adalah kebun
halaman rumah/gedung milik masyarakat atau swasta yang ditanami tumbuhan. Proporsi 30
(tiga puluh) persen merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem
kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan sistem mikrolimat, maupun sistem ekologis
lain, yang selanjutnya akan meningkatkan fungsi dan proporsi ruang terbuka hijau di kota,
pemerintah, masyarakat, dan swasta di dorong untuk menanam tumbuhan diatas bangunan
miliknya. Proporsi ruang terbuka hijau publik seluas minimal 20 (dua puluh) persen yang
disediakan oleh pemerintah daerah kota dimaksudkan agar proporsi ruang terbuka hijau
minimal dapat lebih dijamin pencapaiannya sehingga memungkinkan
pemanfaatannnya secara luas oleh masyarakat (UU No.26, 2007 Tentang Penataan
Ruang).
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat adalah ruang terbuka hijau yang kepemilikan dan
pemeliharannya menjadi tanggung jawab pihak atau lembaga swasta, perorangan dan
masyarakat yang dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh pemerintah daerah (Dian
Rahmadhani,2015).

Kerja Praktek (KP) adalah kegiatan mahasiswa yang dilakukan di masyarakat


maupun di perusahaan/instansi untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dan melihat

1
relevansinya di dunia kerja serta mendapatkan umpan balik dari perkembangan ilmu
pengetahuan dari masyarakat maupun melalui jalur pengembangan diri dengan mendalami
bidang ilmu tertentu dan aplikasinya. Kerja Praktek (KP) ini dapat dijadikan sebagai salah
satu cara yang dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memperoleh
pengalaman praktek dilapangan dengan melihat, mengamati, membandingkan, menganalisis
serta menerapkan materi yang diperoleh dari proses perkuliahan yang didapat dengan
membandingkan keadaan yang sebenarnya terjadi di masyarakat. Setelah mengikuti kerja
praktek ini setiap mahasiswa diharapkan memperoleh tambahan ilmu pengetahuan sesuai
dengan disiplin ilmu yang diperolehnya sehingga mahasiswa diharapkan untuk dapat
mengimplementasikan materi – materi yang diperoleh selama di bangku perkuliahan terhadap
kondisi sebenarnya di lapangan.
Dengan dilaksanakannya Kerja Praktek (KP) ini mahasiswa diharapkan dapat
memperoleh pengalaman kerja dalam rangka menerapkan atau membandingkan serta
menganalisis teori - teori dan pengetahuan dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan
dengan yang telah selama ini di pelajari dalam perkuliahan.

1. 2 Rumusan Masalah
Salah Satu Sasaran RPJMD 2018-2023 Kota Bandung yaitu Meningkatnya Ruang
Kota yang Nyaman dan Berkelanjutan. Indikator yang menggambarkan pencapaian
kinerjanya adalah Persentase RTH. Target peningkatan persentase RTH selama 5 tahun
sebesar 1%, yang dilaksanakan melalui penambahan RTH Publik dan peningkatan ketaatan
terhadap pemenuhan RTH Privat sesuai aturan. Untuk mencapai sasaran tersebut
dilaksanakan kegiatan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Perkotaan untuk mengetahui data RTH
Privat dan persentase bangunan gedung umum yang memenuhi RTH Privat sesuai ketentuan
yang berlaku.

1. 3 Tujuan
Tujuan dari Kerja Praktek ini yaitu agar mahasiswa dapat mengimplementasikan
teori-teori atau ilmu-ilmu yang telah didapatkan dalam pelaksanaan perkuliahan selama ini.
Dimana dengan ilmu/teori tersebut, maka akan dapat memberikan acuan kepada mahasiswa
untuk menambah wawasan, memperoleh pengalaman bekerja yang sesungguhnya dan juga
dapat mengenal dunia kerja lebih nyata.

2
1. 4 Sasaran
Sasaran untuk mencapai tujuan tersebut di atas yaitu dilakukan beberapa kegiatan
yang meliputi:
1. Menambah pengalaman/wawasan baru yang diperoleh selama melakukan kegiatan
Kerja Praktek, terutama yang berkaitan dengan lingkup Perencanaan Wilayah dan Kota.
2. Mengaplikasikan ilmu Tata Ruang Wilayah dan Kota yang telah diperoleh selama
dibangku perkuliahan sebagai teori yang disesuaikan dengan kenyataan di lapangan.
3. Membangun mitra yang baik dengan instansi/perusahaan yang barkaitan dengan
lingkup Perencanaan Wilayah dan Kota
4. Membangun kerjasama tim dalam menyelesaikan pekerjaan yang sedang berjalan.

1. 5 Manfaat
Dengan melaksanakan kegiatan Kerja Praktek (KP) ini mahasiswa diharapkan akan
memperoleh manfaat serta nilai tambah yang sangat berarti untuk lebih mengenal dunia kerja
dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh guna meningkatkan
pemahaman dan keterampilan juga mendidik mahasiswa agar dapat menguasai serta
mengembangkan wawasan sesuai dengan minat keahliannya. Disisi lain juga sebagai sarana
untuk menilai dan mengevaluasi bagi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota terhadap
kualitas pendidikan dan pembelajaran yang telah dilakukan terhadap peserta didiknya
sehingga memberikan bekal bagi kompetensi dasar dan minat keahliannya dalam ilmu
perencanaan wilayah dan kota. Dengan dilaksanakannya kegiatan kerja praktek, diharapkan
mahasiswa memiliki bekal untuk dapat berkontribusi untuk lingkungan sekitar terutama
dibidang perencanaan wilayah dan kota.

1. 6 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah memahami laporan ini, maka rencana penulisan laporan ini
akan disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup wilayah dan
substansi, lokasi dan waktu pelaksanaan, nama dan peran praktikan, jadwal pelaksanaan, dan
sistematika penyusunan laporan kerja praktek.

BAB 2 GAMBARAN UMUM INSTANSI

3
Bab ini berisikan gambaran umum instansi/perusahaan kerja praktek yaitu Dinas
Penataan Ruang Kota Bandung, kedudukan pratikan, dan tugas praktikan.

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan mengenai kajian teori dan kebijakan yang berkaitan dengan kajian
Analisis Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Privat di Kelurahan Sukawarna agar sesuai
dengan ketentuan peraturan yang ada.

BAB 4 METODOLOGI

Bab ini berisikan mengenai gambaran umum pekerjaan, pendekatan dan metodologi
pekerjaan, gambaran umum lokasi/wilayah pekerjaan, dan posisi pekerjaan KP dalam
keseluruhan pekerjaan.

BAB 5 HASIL DAN CAPAIAN PEKERJAAN KP

Bab ini menguraikan mengenai materi kerja praktek yang terdiri dari kompilasi dan
analisis data yang dilakukan yakni pembahasan “Analisis Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau
Privat di Kelurahan Sukawarna”.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini berisikan mengenai kesimpulan dan saran, baik terhadap hasil pembahasan,
maupun terhadap perusahaan pelaksanaan kerja praktek dan Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota Universitas Pasundan.

4
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN/INSTANSI
2.1 Profil Dinas Penataan Ruang Kota Bandung
A. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Dinas Penataan Ruang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor
8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Bandung
dan Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 1383 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Penataan Ruang Kota Bandung. Dinas
Penataan Ruang mulai beroperasional sejak tahun 2017. Dinas Penataan Ruang mempunyai
tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang penataan ruang dan pengelolaan
pemakaman. Dinas Penataan Ruang menyelenggarakan Fungsi :

1. Perumusan Kebijakan lingkup penataan ruang dan pemakaman

2. Pelaksanaan kebijakan lingkup penataan ruang dan pemakaman

3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan lingkup penataan ruang dan pemakaman

4. pelaksanaan administrasi Dinas lingkup penataan ruang dan pemakaman

5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkait dengan tugas dan
fungsinya.

B. Susunan Organisasi

Dinas Penataan Ruang memiliki 3 Bidang yaitu :

1. Bidang Perencanaan Tata Ruang Kota yang membawahkan :


a. Seksi pengukuran dan Pemetaan ;
b. Seksi Perencanaan dan Pengembangan Tata Ruang Kota;
c. Seksi Perencanaan Prasarana Kota.
2. Bidang Pemanfaatan Ruang Kota yang membawahkan :
a. Seksi Penataan Bangunan dan Arsitektur Kota;
b. Seksi Pengelolaan Teknis Bangunan Negara;
c. Seksi Elemen dan Dekorasi Kota.
3. Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kota, yang membawahkan:

5
KEPALA DINAS

6
KELOMPOK SEKTRETARIS
JABATAN
FUNGSIONAL
Sub Bagian Umum, Sub Bagian

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas Penataan Ruang Kota Bandung


Kepegawaian, Data Program dan
dan Informasi Keuangan

b. Seksi Pengusutan dan Penertiban Tata Ruang dan Bangunan;


c. Seksi Dokumentasi dan Evaluasi Tata Ruang dan Bangunan.
BIDANG PERENCANAAN TATA BIDANG PEMANFAATAN BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
RUANG KOTA RUANG KOTA PEMANFAATAN RUANG

a. Seksi Pengawasan dan Tata Ruang dan Bangunan;


Seksi Pengukuran dan Seksi Pengawasan Tata Ruang
Pemetaan Seksi Penataan Bangunan dan Bangunan
dan Arsitektur Kota
Seksi Perencanaan Seksi Pengusulan dan
Prasarana Kota Seksi Pengelolahan Teknis Penertiban Penataan Ruang
Bangunan Gedung
Seksi Perencanaan dan
Seksi Dokumentasi dan

Sumber : Dinas Penataan Ruang Kota Bandung


Pengembangan Tata
Seksi Element dan Evaluasi Tata Ruang dan
Ruang Kota
Dekorasi Kota Bangunan
Kepala UPT Kepala UPT Kepala UPT Kepala UPT
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan
Pemakaman Pemakaman Pemakaman Pemakaman
Wilayah I Wilayah II Wilayah III Wilayah IV
Kepala Sub Bagian Kepala Sub Bagian Kepala Sub Bagian Kepala Sub Bagian
Tata Usaha UPT Tata Usaha UPT Tata Usaha UPT Tata Usaha UPT
Pengolaan Pengolaan Pengolaan Pengolaan
PemakamanWilayah PemakamanWilayah PemakamanWilayah PemakamanWilayah
I II III IV
2.2 Suasana Kerja di Instansi
Suasana kerja yang saya rasakan ketika berada di kantor sangat nyaman karena saya
sangat diterima dengan baik disana, para staf yang bekerja pun ramah. Untuk ruangan diberi
tempat untuk mengerjakan pekerjaan, rapat pun di ruangan rapat yang seharusnya. Ketika ada
rapat yang berhubungan dengan pekerjaan yang kami kerjakan, saya diikut sertakan dengan
pegawai lain yang menjadi anggota dalam tim tersebut. Dan juga saya memiliki hak untuk
ikut serta dalam berbicara ketika rapat, dan kita ada hal yang tidak diketahui akan di ajari
oleh anggota yang lain.

Disana apabila datang ke kantor kami juga disediakan makanan dan minuman,
pembimbing saya sangat baik orangnya. Karena kemaren pas sedang masa pandemi Covid
jadi diterapkan WFH (Work From Home) demi keamanan masing masing, dan saya dating ke
kantor paling tidak seminggu sekali untuk melaporkan hasil kerjaan atau ketika sedang ada
rapat, sisanya melalui Aplikasi Zoom.

7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Tinjauan Teori
3.1.1 Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang
berfungsi sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota,
kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga,
kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau diartikan sebagai Kawasan yang mempunyai
unsur dan struktur alami yang harus diintegrasikan dalam rencana tata ruang kota, tata ruang
wilayah, dan rencana tata ruang regional sebagai satu kesatuan sistem (Nirwono joga dan
Irwan ismaun, 2011).

RTH terbagi menjadi Ruang terbuka hijau (RTH) publik dan Ruang terbuka hijau
(RTH) privat, proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang
terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat,
apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki total
luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus
tetap dipertahankan keberadaannya. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk
menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan
keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan
ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan
nilai estetika kota. Target luas sebesar 30% dari luas wilayah kota dapat dicapai secara
bertahap (Samsuddin amin dan Nurmaida amri, 2011)

A. Manfaat dan Fungsi


Berdasarkan pendapat (Hakim dan Utomo,2004 dalam Dewi arimbi,2016), adapun
manfaat RTH di wilayah perkotaan, adalah sebagai berikut:

1. Memberikan kesegaran, kenyamanan dan keindahan lingkungan sebagai paru-


paru kota.
2. Memberikan lingkungan yang bersih dan sehatbagi penduduk kota.
3. Memberikan hasil produksi berupa kayu, daun, bunga dan buah.
4. Sebagai tempat hidup satwa dan plasma nutfah.

8
5. Sebagai resapan air guna menjaga keseimbangan tata air dalam tanah,
mengurangialiran air permukaan, menangkap dan menyimpan air, menjaga
keseimbangan tanah agar kesuburan tanah tetap terjamin.
6. Sirkulasi udara dalam kota.
7. Sebagai tempat prasarana dan sarana kegiatan rekreasi

Ruang terbuka sebenarnya merupakan wadah yang dapat menampung aktivitas


tertentu dari masyarakat di wilayah tersebut. Karena itu, ruang terbuka mempunyai kontribusi
yang akan diberikan kepada manusia berupa dampak yang positif. Fungsi RTH Kota
(Irwan,2005 dalam Dewi arimbi,2016), RTH mempunyai beberapa fungsi antara lain:

1. Sebagai paru-paru kota; tanaman sebagai elemen hijau pada pertumbuhannya


menghasilkan zat asam (O2) yang sangat diperlukan bagi makhluk hidup
untuk bernafas.
2. Pengatur lingkugan mikro, vegetasi akan menimbulkan lingkungan setempat
sejuk, nyaman, dan segar.
3. Penyeimbang alam dan perlindungan terhadap kondisi fisik sekitarnya.
4. Mengurangi polusi air, udara, dan suara (kebisingan).
5. Menambah keindahan kota sekaligus sebagai tempat rekreasi

B. Jenis Ruang Terbuka Hijau


Terdapat 3 jenis ruang terbuka hijau berdasarkan fisik, struktur ruang, dan segi
kepemilikan (Siti Fuadillah A. Amin,2013) :

1. Berdasarkan fisik
a. RTH Alami adalah RTH yang terdiri dari habitat liar alami, kawasan
lindung dan taman nasional
b. RTH Non Alami/ Binaan adalah RTH yang terdiri dari taman lapangan
olahraga, makam dan jalur hijau lahan.
2. Berdasarkan Struktur Ruang
a. RTH dengan Pola Ekologis memiliki pola mengelompok,memanjang
ataupun tersebar
b. RTH Pola Planologis merupakan RTH yang memiliki pola mengikuti
hirarki dan struktur perkotaan
3. Berdasarkan segi kepemilikan

9
a. RTH Publik adalah RTH yang dikelola pemerintah setempat dan
digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum
b. RTH Privat adalah RTH milik institusi atau orang perorang yang
pemanfaatannya untuk kalangan lain berupa halaman rumah yang
ditanami tumbuhan

C. Jenis Tanaman Yang Dimanfaatkan Sebagai Ruang Terbuka Hijau


Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tumbuhan yang menempati
suatu ekosistem. Tanaman merupakan material lansekap yang hidup dan terus berkembang.
Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar tanaman, bentuk, tekstur dan warna
selama masa pertumbuhannya . Dengan demikian, kualitas dan kuantitas ruang terbuka akan
terus berkembang sesuai dengan pertumbuhan tanaman (Hakim dan Hardi, 2004:98 dalam
Faidloh Nur Rochim dan Jaesron Alie Syahbana, 2013). Demikian pemilihan jenis jenis
tanaman yang sesuai habitatnya dapat mempengaruhi efektivitas fungsi RTH, misalnya dalam
kemampuannya untuk menekan pencemaran udara, mengurangi erosi tanah, menyerap debu,
mengurangi bau, mengurangi erosi tanah, meredam kebisingan, penahan angin dan hujan.

Beberapa pengelompokan jenis tanaman yang mempunyai karakteristik tertentu, yang


dapat digunakan dalam pengembangan RTH Kota.Pengelompokan jenis tanaman berdasarkan
pada bentuk tajuk dan struktur tanaman ( Muh Ikhsan,2012),terdiri dari :

1. Tanaman Pohon
Tanaman pohon adalah jenis tanaman yang berkayu, mempunyai batang
tunggal dan dicirikan dengan pertumbuhan yang tinggi. Tanaman berkayu
adalah tanaman yang membentuk batang sekunder dan jaringan xylem yang
banyak. Biasanya tanaman jenis ini banyak digunakan sebagai tanaman
pelindung dan center point.

2. Tanaman Perdu
Tanaman perdu merupakan tanaman berkayu yang pendek dengan batang
yang cukup kaku dan kuat untuk menopang bagian - bagian tanaman.
Golongan perdu biasanya dibagi menjadi tiga, yaitu perdu rendah, perdu
sedang, dan perdu tinggi. Bunga sikat botol, Crossandra dan Euphorbia
termasuk dalam golongan tanaman perdu.

3. Tanaman Semak

10
Golongan tanaman jenis ini dicirikan dengan batang yang berukuran sama dan
sederajat.

4. Tanaman Merambat
Tanaman merambat ini lebih banyak digunakan sebagai tanaman rambat dan
tanaman gantung, dan tanaman jenis ini dicirikan dengan batang yang tidak
berkayu dan tidak cukup kuat untuk menopang bagian tanaman lainnya

5. Tanaman Herba, Terna, Bryoids, dan Sukulen


Tanamanherba (Herbaceous) atau terna merupakan jenis tanaman dengan
sedikit jaringan sekunder atau tidak sama sekali (tidak berkayu) tetapi dapat
berdiri tegak. Tanaman bryoids, terdiri dari lumut, paku - pakuan, dan
cendawan. Ukurannya dibagi berdasarkan tinggi vegetasi. Bentuk dan ukuran
daunnya ada yang besar, lebar, menengah, dan kecil (jarum dan rumput-
rumputan) dan campuran. Tanaman sekulen adalah jenis tanaman ’lunak’ yang
tidak berkayu dengan batang dan daun yang mampu menyimpan cadangan air
dan tahan terhadap kondisi yang kering.

3.1.2 Ruang Terbuka Hijau Privat


Penyediaan RTH privat menjadi salah satu alternatif yang harus didorong terutama
untuk mengurangi ketimpangan ketersediaan RTH publik (Handayani, 2007 dalam Rani
Ismiarti Ergantara dan Emy Khikmawati, 2020). RTH privat harus memiliki luas yang
memadai dan perlu direncanakan agar memiliki fungsi optimal sebagai penyerap polutan.
Pemilihan jenis tanaman yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya diperlukan agar tanaman
yang ditanam mampu hidup dengan baik dan berfungsi optimal sebagai ruang terbuka privat.
Pemilihan jenis tanaman untuk pengembangan RTH privat juga harus memperhatikan
toleransi tanaman terhadap polutan di wilayah perkotaan, seperti daya tahan yang tinggi
terhadap paparan polutan serta nilai sosial dan ekonomi tanaman.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat adalah ruang terbuka hijau yang kepemilikan dan
pemeliharannya menjadi tanggung jawab pihak atau lembaga swasta, perorangan dan
masyarakat yang dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh pemerintah daerah (Dian
Rahmadhani,2015).

11
A. Manfaat dan Fungsi
Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau, baik Ruang Terbuka Hijau publik maupun
Ruang Terbuka Hijau privat, memiliki fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis, dan
fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi arsitektural, sosial, dan fungsi ekonomi. Dalam
suatu wilayah perkotaan empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan
kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota (Dian Rahmadhani,2015).

B. Jenis Ruang Terbuka Hijau Privat


Dari segi kepemilikan RTH dapat berupa RTH public yang dimiliki oleh umum dan
terbuka bagi masyarakat luas, atau RTH privat (pribadi) yang berupa taman-taman yang
berada pada lahan-lahan pribadi.

Sumber : Dadang Mansyur, 2018

Gambar 3.2 Jenis RTH Privat

 Taman/Kebun/Pekarangan Rumah
Menurut Simatupang dan Suryana (1989) dalam Erza Nugraha (2016) , pekarangan
berasal dari kata “karang” yang berarti tanaman tahunan (perennialcrops). Oleh karena
itu, pekarangan harus dicirikan oleh adanya rumah tinggal yang tetap, sehingga tidak
berlaku untuk pemukiman yang berpindah-pindah (nomadensettelment) atau untuk usaha
pertanian yang tidak menetap

12
Sumber : Yosica Mariana, 2014

Gambar 3.3 Contoh RTH Privat di daerah Perumahan

3.1.3 Intensitas Pemanfaatan Ruang


Bangunan Gedung, baik itu sebuah rumah ataupun fasilitas umum, yang merupakan
karya seorang arsitek harus dapat memberikan jaminan bagi penggunannya. Ada baiknya
jaminan dulu persyaratan administratifnya saat akan melakukan perencanaan. Apabila sudah
terjamin maka secara otomatis pasti memenuhi persyaratan teknis 4K. untuk dapat memenuhi
persyaratan administrasi dan persyaratan teknis, ada beberapa Langkah yang harus dilakukan.
Daya dukung lahan (site) harus dihitung untuk menentukan luas bangunan yang boleh di
bangun diatas lahan yang dimiliki. Sebelumnya, perlu diketahui beberapa hal yang berkaitan
dengan perhitungan daya dukung tersebut, diantaranya (Arief Sabarudin, 2013) :

 Koefisien dasar bangunan (KDB)


 Koefisien lantai bangunan (KLB)
 Garis sempadan bangunan (GSB)
 Jumlah lantai bangunan (JLB)
 Koefisien dasar hijau (KDH)
 Ruang terbuka hijau pekarangan (RTHP)

Penentuan KDB ditinjau dari aspek lingkungan dengan tujuan untuk


mengendalikan luas bangunan di suatu lahan sehingga tidak mengganggu penyerapan air

13
hujan ke tanah. KDB maksimum ditetapkan dengan mempertimbangkan tingkat pengisian
atau peresapan air, kapasitas drainase dan jenis penggunaan lahan.Rumus perhitungan KDB
tertera pada persamaan (Dwi Rini Septiani, 2020) :

Luas Lantai Dasar Bangunan


KDB= ×100 %
Luas Bidang Tanah

Koefisien lantai bangunan adalah angka perbandingan antara total luas lantai
bangunan yang diperbolehkan untuk dibangun dengan luas lahan daerah perencanaan yang
dikuasai (Nadia Diandra,2020).

Total Luas Lantai


KLB=
Luas Lahan Daerah PerencanaanYang Dikuasai(¿)

Koefisien Daerah Hijau menurut ( Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang


Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Tahun 2007 dalam Nadia
Diandra, 2020) adalah angka perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka hijau (RTH)
dalam petak lahan dengn luas lahan daerah perencanaan yang dikuasai. Angka tersebut dapat
dicari menggunakan rumus di bawah ini:

¿ Luas seluruhruang terbukahijau dalam petak lahan( RTH )


KDH = ×100 %
Luas lahan daerah perencanaan yang dikuasain( ¿)

Sumber : Rahman Hilmy Nugroho, 2020

Gambar 3. 4 Visualisasi KDH, KLB, KDH

3.1.4 Sistem Informasi Geografi


Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan sistem informasi berbasis komputer yang
digunakan secara digital untuk menggambarkan dan menganalisa ciri-ciri geografi yang
digambarkan pada permukaan bumi dan kejadian-kejadiannya ( atribut-atribut non spasial
untuk dihubungkan dengan studi mengenai geografi) [Feick et all,1999;Tuman,2001 dalam
Dewi handayani,2005]. Data Spasial merupakan data yang menunjuk posisi geografi dimana

14
setiap karakteristik memiliki satu lokasi yang harus ditentukan dengan cara yang unik. Untuk
menentukan posisi secara absolut berdasar sistem koordinat. Untuk area kecil, sistem
koordinat yang paling sederhana adalah grid segiempat teratur. Untuk area yang lebih besar,
berdasarkan proyeksi kartografi yang umum digunakan (Tuman,2001 dalam Dewi
handayani,2005).

Sumber : DRS. Dede Sugandi dkk, 2009

Gambar 3.5 Visualisasi Data Spasial

Sumber : DRS. Dede Sugandi dkk, 2009

Gambar 3.6 Karaklteristik Format Titik, Format Garis, Format Poligon, Format Permukaan

Setiap objek geografi mengarah pada spesifikasi lokasi dalam suatu space. Objek bisa
berupa fisik, budaya atau ekonomi alamiah. Penampakan tersebut di tampilkan pada suatu
peta untuk memberikan gambaran yang representative dari spasial suatu objek sesuai dengan
kenyataan di bumi. Simbol, warna dan gaya garis digunakan untuk mewakili setiap spasial
yang berbeda pada peta dua dimensi (DRS.Dede Sugandi dkk, 2009)

A. Pengambilan Foto Udara


Pembuatan foto udara tegak
Sebagian dasar foto udara tegak dibuat dengan kamera kerangka sepanjang garis
terbang atau jalur terbang (flight line or flight strips). Garis diatas muka bumi tepat di bawah

15
pesawat terbang pada saat nelakukan pemotretan disebut garis nadir. Garis ini
menghubungkan titik – titik pusat foto udara tegak. Foto udara berikutnya biasanya dipotret
dengan beberapa persen tampalan akhir (endlap). Tampalan ini tidak hanya untuk menjamin
liputan keseluruhan sepanjang satu garis terbang, tetapi tampalan minimum sebesar 50%
sangat penting untuk memperoleh liputan stereokopik bagi seluruh daerah penelitian. Liputan
stereoskopik meliputi pasangan foto udara tegak yang saling bertampalan yang disebut
pasangan streo. Pasangan stereo memberikan dua sudut pandangan yang berbeda bagi daerah
tampalannya. Apabila citra membentuk pasangan stereo diamati melalui stereoskop, setiap
mata secara psikologik menempati titik yang sesuai dengan titik pemotretan masing – masing
foto pada pasangan stereo tersebut pada saat penerbangan. Hasil yang di capai ialah persepsi
model stereo, Sebagian besar terapan interprestasi foto udara menggunakan liputan
stereoskopik dan pandangan stereo (Lillesand/Kiefer,1993).

Sumber : Lillesand/Kiefer, 1993

Gambar 3.7 Liputan Fotografik Sepanjang Satu Jalur Terbang

Jenis Wahana Pengambilan Foto udara :

1. Wahana UAV Jenis Fix Wing


Salah satu cara untuk mendapatkan informasi spasial berupa foto udara adalah dengan
menggunakan sebuah pesawat tanpa awak atau yang biasa disebut UAV (Unmanned
Aerial Vehicle) fotogrametri. Dimana wahana yang dimaksud dapat mampu terbang
sesuai perencanaan terbang (autopilot) dan dapat melakukan pemotretan foto udara.
Wahana yang dimaksud menggunakan pesawat tanpa awak atau disebut UAV

16
(Unmanned Aerial Vehicle) yang merupakan wahana untuk pengambilan data foto
udara yang selanjutnya akan diproses secara fotogrametri. UAV ini memungkinkan
untuk melakukan pelacakan posisi dan orientasi dari sensor yang diimplementasikan
dalam sistem lokal atau koordinat global (Eisenbeiss, 2008 dalam Oghy Octori, 2015).
2. Wahana Udara Quadcopter
Saat mengudara, sebuah quadcopter tidak selalu dapat mempertahankan posisinya
dengan mulus. Hal ini karena terdapat berbagai hambatan, seperti angin dan saat
melakukan beberapa manuver yang membuat gerakannya menjadi tidak stabil.
Gerakan yang tidak stabil ini akan mempengaruhi hasil akhir pengambilan foto atau
video. Sebagai contoh, hasil foto bisa kurang fokus dan terjadi efek blur pada gambar
atau bisa juga menyebabkan hasil video menjadi bergoyang – goyang (Rahmat
Hidayat,2014)
3. Light Surveillance Aircraf (LSA)
LSA yang berupa pesawat ultra ringan bermotor dan nantinya juga dikembangkan
untuk dapat dikendalikan secara autonomous atau tanpa awak sebagaimana UAV.
LSA yang sedang dikembangkan mampu beroperasi hingga ketinggian 2000m dan
akan mampu menghasilkan data foto seluas 200 Km 2. LSA memiliki bentang sayap
18 m dan panjang 8,5m serta digerakan dengan 3 baling-baling, selain akan mampu
lepas landas pada landasan pendek 300m yang memudahkan operasionalnya juga
akan terbang lebih stabil sehingga diharapkan dapat mengemban misi pemetaan udara
(Agus, 2014 dalam Dony Kushardono, 2015).

B. Interprestasi Poto Udara


Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu
objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang di peroleh dengan suatu alat tanpa
kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji. Foto udara berisi rekaman
rinci kenampakan permukaan bumi pada saat pemotretan. Studi secara sistematik atas foto
udara biasanya meliputi beberapa sifat khas dasar kenampakan yang tergambar pada poto.
Foto udara biasanya dikelompokan menjadi foto udara tegak dan foto udara condong.
Karakteristik/sifat khas yang tepat yang berguna untuk beberapa tugas tertentu dan cara
memikirkannya, tergantung pada bidang terapannya. Meskipun demikian, Sebagian besar
terapan mempertimbangkan tujih karakteristikdasar atau variasinya, yakni : bentuk, ukuran,
pola, bayangan, rona, tekstur, dan situs (Lillesand/Kiefer,1993).

17
Jumlah gambaran yang disajikan pada suatu foto udara antara lain bergantung pada
skala foto. “ Skala” fotografik seperti halnya dengan skala petaa, merupakan suatu pernyataan
yang menyatakan bahwa suatu unit jarak pada foto udara menyajikan sejumlah tertentu unit
jarak di medan. Skala dapat dinyatakan sebagai padanan jarak, pecahan representative, atau
perbandingan. Metode yang paling cepat untuk menentukan skala foto adalah mengukur jarak
di foto dan di medan antara dua titik yang dikenal. Cara ini mempersyaratkan kedua titik
tersebut harus dapat diidentifikasi pada foto dan pada peta. Skala (S) kemudian dihitung
sebagai perbandingan jarak di foto (d) dengan jarak di medan (D) (Lillesand/Kiefer,1993).

d
S=
D

Proses interprestasi poto udara sering dapat dipermudah dengan menggunakan kunci
interprestasi poto udara. Kunci interprestasi poto udara membantu penafsir menilai informasi
yang disajikan pada poto udara dengan cara yang terorganisir dan ajeg. Kunci interprestasi
menyajikan petunjuk tentang pengenalan kenampakan atau kondisi objek pada citra poto
udara. Secara ideal, kunci interprestasi terdiri atas dua bagian dasar :

 Sekumpulan stereogram ilustratif teranotasi tentang kenampakan atau kondisi


yang harus diidentifikasi dari suatu kenampakan yang dikenali.
 Grafik atau deskripsi verbal yang dikemukakan secara sistematik tentang
karakterisktik pengenalakn citra bagi kenampakan atau kondisi tersebut.

Ada dua jenis umum kunci interprestasi foto udara secara umum yang dibedakan
berdasarkan metode penyajian kenampakan diagnostiknya.

 Kunci selektif berisi sejumlah besar contoh foto dengan keterangannya,


penafsir memilih sebuah kenampakan kunci yang mirip dengan kenampakan
atau kondisi objek pada poto udara yang dikaji
 Kunci eliminasi disuse agar interprestasi berlanjut langkah demi langkah dari
yang umuum ke yang khusus, dan kemudian menyisishkan semua
kenampakan atau kondisi kecuali satu yang diidentifikasi.

Perlengkapan interprestasi foto udara biasanya bertindak satu diantara tiga tujuan
pokok, yaitu: pengamatan foto, pengukuran kenampakan pada poto, dan memindahkan hasil
interprestasi ke peta dasar. Perlengkapan dasar : stereoskop lensa sederhana, stereoskop lensa
dengan pembesaran dua kali , stereoskop cermin, alat pengukur stereomikrometer, stereoskop

18
cermin penyiaman, stereoskop zoom, meja sinar, penggaris sederhana, tumpangan grid titik
tembus pandang, planimeter kutub, sistem pengangka elektronik, stereo zoom transfer scope,
penganalisis elektronik (Lillesand/Kiefer,1993).

C. Digitasi
Digitasi merupakan proses mengubah fitur geografis pada peta analog (format
raster) menjadi format digital (format vektor) menggunakan meja digitasi digitizer
yang dihubungkan dengan komputer (ESRI, 2004).. Pada proses ini, peta yang
akan dilakukan digitasi terlebih dahulu harus dibawa ke dalam format raster baik itu
melalui proses scanning dengan alat scanneratau dengan pemotretan. Digitasi on screen
paling sering dilakukan karena lebih mudah dilakukan, tidak memerlukan tambahan
peralatan lainnya, dan lebih mudah untuk dilakukan koreksi apabila terjadi kesalahan
(Dani Purba, 2018)

3.1.5 Preseden Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Privat


A. Singapura
Singapura, dengan luas 625 Km2 dan penduduk 3,6 juta pada tahun 2000 dan
kepadatan 5.200 jiwa/ km2, diproyeksikan memiliki ruang terbangun mencapai 69% dari
luas kota secara keseluruhan. Dalam rencana digariskan 24% atau 177 Km2sebagai ruang
terbuka, sehingga standar ruang terbukanya mencapai 0,9 haper 1.000 orang. Tokyo,
melakukan perbaikan ruang terbuka hijau pada jalur hijau jalan, kawasan industri, hotel
dan penutupan beberapa jalur jalan.Walaupun luas kota Tokyo sangat terbatas, namun
Pemerintah kota tetap mengusahakan taman-taman tersebut, yang memiliki standar 0,21
ha per 1.000 orang. Sementara itu, pendekatan penyediaan ruang terbuka hijau yang
dilakukan di Bombay –India, dapat pula dijadikan masukan awal untuk dapat memahami
Hirarki Ruang Terbuka Hijau di lingkungan permukiman padat ( Muh Ikhsan,2012)

19
Sumber: arsiteklingkungan, 2015

Gambar 3.8 Ruang Terbuka Hijau di Negara Singapura

Tabel 3.1 Tabel Kondisi Ruang Terbuka Hijau Kota-Kota Besar

No Kota Populasi (Juta jiwa) RTH (m2/jiwa)


1 Singapura 2,70 7,0
2 Baltimore 0,93 27,0
3 Chicago 3,37 8,80
4 San Fransisco 0,66 32,20
5 Washington DC 0,76 45,70
6 Muenchen 1,27 17,60
7 Amsterdam 0,81 29,4
8 Geneva 0,17 15,10
9 Paris 2,60 8,40
10 Stocholm 1,33 80,10
11 Kobe 1,40 8,10
12 Tokyo 11,80 2,10
Sumber : Liu Thai Ker,1994 dalam Muh Ikhsan, 2012

B. Kota Baru Parahyangan


Kota Baru Parahyangan (KBP) sebagai cikal bakal kota satelit bagi kota Bandung
memiliki sebuah koridor perumahan dan 11 klaster (dinamakan tatar) perumahan yang
sudah terbangun pada saat penelitian ini dilakukan. Perumahan bertipe koridor
ditempatkan berjejer di area jalan utama menuju gerbang-gerbang klaster, sedangkan
setiap klaster dibuat tertutup dengan gerbang masuk khusus yang dijaga oleh petugas
keamanan. Dengan mengusung pilar budaya, sejarah, dan pendidikan sebagai konsep
pengembangan kawasan, KBP secara berhati-hati menerapkan penggayaan pada bentuk

20
rumah tinggal di setiap klusternya serta tema khusus pada desain taman di masing-masing
klaster. Penggayaan tersebut selain menjadi penanda nilai jual klaster berdasarkan luas
kavling dan luas bangunan, juga menunjukkan kekhasan nuansa pada sebuah klaster.
Hampir semua klaster perumahan KBP memiliki taman tematik yang ditata menyatu
dengan area perumahan sebagai elemen path, edge, node, atau landmark . Apa pun pola
yang diterapkan, adanya fasilitas bermain membuat setiap taman berfungsi sebagai sarana
rekreasi warga klaster tempat taman itu berada. Hal ini tidak menutup kemungkinan
taman tersebut didatangi atau dimanfaatkan oleh warga klaster lain di dalam lingkungan
KBP.

Sumber : housingestate

Gambar 3.9 Ruang Terbuka Hijau di Kota Baru Parahyangan

C. BSD Kota Tanggerang


Bumi Serpong Damai (BSD) City merupakan salah satu kawasan perkotaan yang
dikembangkan dengan konsep kota mandiri yang ada di Kota Tangerang Selatan. BSD
City merupakan proyek kota terencana dengan total luas lahan terbesar di Indonesia, yaitu
sebesar 6.000 hektar dan dilaksanakan secara bertahap di dalam 3 tahap. BSD City
memiliki slogan khas “Big City, Big Opportunity”, kota satelit dari daerah Jabodetabek ini
menawarkan berbagai kemudahan bagi penghuninya. Semua kebutuhan masyarakat yang
menunjang aktifitas hidup berusaha dipenuhi oleh pengembang mulai dari tempat tinggal
yang berkualitas, area komersil, kawasan industri, pusat perbelanjaan, dan fasilitas umum
seperti sekolah, transportasi, tempat ibadah, sarana olah raga serta rekreasi seperti
lapangan tenis, kolam renang, taman kota, hingga lapangan golf. Salah satu fasilitas yang
bersifat sebagai ruang terbuka hijau publik yang ada di BSD City ini adalah Taman Kota.
BSD City memiliki konsep pembangunan kawasan perkotaan berupa konsep Smart City

21
atau Kota Cerdas, dimana konsep ini diharapkan mampu merespon tantangan urbanisasi
dengan segenap kompleksitas permasalahannya (Wildan Fadhillah Ardi, 2017)

Sumber : Lamudi, 2015

Gambar 10 Ruang Terbuka Hijau di BSD Kota Tanggerang

3.2 Tinjauan Peraturan


3.2.1 Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
Pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang bertujuan untuk menjamin bahwa pemanfaatan
ruang dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang. Berdasarkan pada Undang-Undangan
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 35, menyebutkan bahwa:
“Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi”.

3.2.2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman


Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
Ruang terbuka, adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik
dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam
penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang terbuka
terdiri atas ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH),
adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam. Ruang terbuka hijau publik adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh
pemerintah daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara
umum. Ruang terbuka hijau privat adalah RTH milik institusi tertentu atau orang

22
perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau
halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan.

Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut:


1.ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat; 2. proporsi RTH
pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka
hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat; 3. apabila luas RTH baik publik
maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan
atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan
keberadaannya.

Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem


kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem
ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan
masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Target luas sebesar 30%
dari luas wilayah kota dapat dicapai secara bertahap melalui pengalokasian lahan perkotaan
secara tipikal

Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami berupa habitat liar alami,
kawasan lindung, dan taman-taman nasional serta RTH non alami atau binaan seperti taman,
lapangan olahraga, pemakaman atau jalur-jalur hijau jalan. Dilihat dari fungsi RTH dapat
berfungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi.

Tabel 3.2 Tabel Tipologi RTH

Fisik Fungsi Struktur Kepemilikan

RTH Alami Ekologis Pola Ekologis RTH Publik


Ruang Terbuka
Sosial Budaya
Hijau (RTH)

RTH Non Alami Estetika Pola Planologis RTH Privat

Ekonomi

Sumber : Permen PU No. 05/PRT/M/2008

Secara struktur ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok,


memanjang, tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang
perkotaan. Dari segi kepemilikan, RTH dapat dibedakan ke dalam RTH publik dan RTH
privat. Pembagian jenis-jenis RTH publik dan RTH privat adalah berikut:

23
Tabel 3.3 Tabel Kepemilikan RTH

No. Jenis RTH Publik RTH Privat


1 RTH Pekarangan
a. Pekarangan rumah tinggal V
b. Halaman perkantoran, took, tempat usaha V
c. Taman atap bangunan V
2 RTH Taman dan Hutan Kota
a. Taman RT V V
b. Taman RW V V
c. Taman Kelurahan V V
d. Taman Kecamatan V V
e. Taman Kota V
f. Hutan Kota V
g. Sabuk Hijau (green belt) V
3 RTH Jalur Hijau Jalan
a. Pulau jalan dan Median jalan V V
b. Jalur pejalan kaki V V
c. Ruang dibawah jalan laying V
4 RTH Fungsi Tertentu
a. RTH sempadan rel kereta api V
b. jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi V
c. RTH sempadan sungai V
d. RTH sempadan pantai V

e. RTH pengamanan sumber air baku/mata air V

f. Pemakaman V
Sumber : Permen PU No. 05/PRT/M/2008

3.2.3 Peraturan Menteri Agraria Tata Ruang No. 16 Tahun 2018 Tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya. Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut PZ
kabupaten/kota adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan
ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan
zonanya dalam rencana detail tata ruang.

1. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang

24
Intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan teknis tentang kepadatan zona
terbangun yang dipersyaratkan pada zona tersebut dan diukur melalui Koefisien Dasar
Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), dan Koefisien Daerah Hijau (KDH)
baik di atas maupun di bawah permukaan tanah. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
adalah ketentuan mengenai intensitas pemanfaatan ruang yang diperbolehkan pada suatu
zona, yang meliputi:

1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Maksimum KDB adalah koefisien


perbandingan antara luas lantai dasar bangunan gedung dengan luas
persil/kavling. KDB maksimum ditetapkan dengan mempertimbangkan
tingkat pengisian atau peresapan air, kapasitas drainase, dan jenis penggunaan
lahan. KDB maksimum dinyatakan dalam satuan persentase, misalnya di
sebuah zona dengan KDB 60%, maka properti yang dapat dibangun luasnya
tak lebih dari 60% dari luas lahan. KDB maksimum sebesar 70%.

2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Minimum dan Maksimum KLB adalah


koefisien perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas
persil/kavling. KLB minimum dan maksimum ditetapkan dengan
mempertimbangkan harga lahan, ketersediaan dan tingkat pelayanan
prasarana, dampak atau kebutuhan terhadap prasarana tambahan, serta
ekonomi, sosial dan pembiayaan. KLB maksimum sebesar 2.1-3.0.

3. Koefisien Dasar Hijau Minimal KDH adalah angka persentase perbandingan


antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang
diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dengan luas persil/kavling. KDH
minimal digunakan untuk mewujudkan RTH dan diberlakukan secara umum
pada suatu zona. KDH minimal ditetapkan dengan mempertimbangkan tingkat
pengisian atau peresapan air dan kapasitas drainase. KDH minimal dinyatakan
dinyatakan dalam satuan persentase, misalnya di sebuah zona dengan KDH
20%. KDH minimal 30% dari keseluruhan luas lahan perumahan, setiap 100
m2 RTH diharuskan minimum ada 1 pohon tinggi dan rindang.

Beberapa ketentuan lain dapat ditambahkan dalam intensitas pemanfaatan ruang,


antara lain meliputi:

25
1. Koefisien Tapak Basement (KTB) Maksimum KTB maksimum ditetapkan
dengan mempertimbangkan KDH minimal. KTB adalah angka persentase luas
tapak bangunan yang dihitung dari proyeksi dinding terluar bangunan dibawah
permukaan tanah terhadap luas perpetakan atau lahan perencanaan yang
dikuasai sesuai RTRW, RDTR dan PZ.

2. Koefisien Wilayah Terbangun (KWT) Maksimum KWT adalah perbandingan


antara luas wilayah terbangun dengan luas seluruh wilayah. KWT ditetapkan
dengan mempertimbangkan:

 Tingkat pengisian peresapan air/water recharge.

 Jenis penggunaan lahan.

 Kebutuhan akan buffer zone.

3. Kepadatan Bangunan atau Unit Maksimum Kepadatan bangunan atau unit


maksimum ditetapkan dengan mempertimbangkan faktor kesehatan
(ketersediaan air bersih, sanitasi, sampah, cahaya matahari, aliran udara, dan
ruang antar bangunan), faktor sosial (ruang terbuka privat, privasi, serta
perlindungan dan jarak tempuh terhadap fasilitas lingkungan), faktor teknis
(resiko kebakaran dan keterbatasan lahan untuk bangunan atau rumah), dan
faktor ekonomi (biaya lahan, ketersediaan, dan ongkos penyediaan pelayanan
dasar). Kepadatan bangunan dalam satu pengembangan kawasan baru
perumahan tidak bersusun maksimum 200 rumah/ha dan dilengkapi PSU yang
memadai, adapun kepadatan perumahan bersusun maksimum 1000 rumah/ha
dilengkapi PSU yang memadai pula.

4. Kepadatan Penduduk Maksimal Untuk menentukan intensitas pemanfaatan


ruang pada suatu zona diperlukan analisis proyeksi penduduk yang
disesuaikan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan dan
ditetapkan berdasarkan rekomendasi/pendapat teknis para ahli terkait.
2. Ketentuan Tata Bangunan

26
Ketentuan tata bangunan adalah ketentuan yang mengatur bentuk, besaran, peletakan,
dan tampilan bangunan pada suatu zona untuk menjaga keselamatan dan keamanan
bangunan. Komponen ketentuan tata bangunan minimal terdiri atas:

1. Ketinggian bangunan (TB) maksimum. Ketinggian bangunan adalah tinggi


maksimum bangunan gedung yang diizinkan pada lokasi tertentu dan diukur
dari jarak maksimum puncak atap bangunan terhadap (permukaan) tanah yang
dinyatakan dalam satuan meter.

2. Garis sempadan bangunan (GSB) minimum GSB adalah jarak minimum


antara garis pagar terhadap dinding bangunan terdepan. GSB ditetapkan
dengan mempertimbangkan keselamatan, resiko kebakaran, kesehatan,
kenyamanan, dan estetika.

3. Jarak bebas antar bangunan minimal yang harus memenuhi ketentuan tentang
jarak bebas yang ditentukan oleh jenis peruntukan dan ketinggian bangunan.

4. Jarak bebas samping (JBS) dan jarak bebas belakang (JBB) JBB adalah jarak
minimum antara garis batas petak belakang terhadap dinding bangunan
terbelakang. Jarak Bebas Samping (JBS) merupakan jarak minimum antara
batas petak samping terhadap dinding bangunan terdekat.

3.3 Tinjauan Kebijakan


3.3.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya. Ruang terbuka hijau yang selanjutnya disebut RTH adalah area
memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

RTH sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 ayat (1) huruf d, tersebar di seluruh
wilayah kota yang mempunyai arahan penyediaan sampai akhir tahun rencana dengan
proporsi sebagai berikut: 1. RTH Publik dengan total luas lebih kurang 3.400 (tiga ribu empat
ratus) hektar atau 20% (dua puluh persen). dan 2. RTH Privat dengan total luas lebih kurang
1.700 (seribu tujuh ratus) hektar atau 10% (sepuluh persen).

27
RTH Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dikembangkan oleh
Pemerintah Kota dan tersebar di seluruh wilayah kota, meliputi: a. taman unit lingkungan. b.
taman sepanjang sempadan jaringan jalan, jalan tol, rel kereta api, sungai dan irigasi serta
SUTT. c. kawasan pemakaman dan. d. hutan kota.

3.3.2 Peraturan Daerah Kota bandung Tentang Rencana Detail Tata Ruang dan
Peraturan Zonasi Tahun 2015 - 2035
Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area memanjang/jalur
dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman,
baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang Terbuka Non Hijau
yang selanjutnya disingkat RTNH adalah ruang terbuka di bagian wilayah perkotaan yang
tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras atau yang berupa badan
air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak dapat ditumbuhi tanaman atau berpori.

Zona Lindung Alami (RTH) :

1. Sub Zona RTH Publik RTH1


a. Sub-sub Zona RTH Taman Unit Lingkungan; (RTH 1.1)
b. Sub-sub Zona RTH Pemakaman; (RTH 1.2)
c. Sub-sub Zona RTH Hutan Kota; (RTH 1.3)
d. Sub-sub Zona RTH Pelestarian Alam; (RTH 1.4)
e. Sub-sub Zona RTH Perlindungan Plasma Nutfah, Eks Situ; (RTH 1.5)
2. Sub Zona RTH Privat; (RTH 2)

Zona Lindung Alami sub Zona RTH Publik sebagaimana dimaksud pasal 7 ayat (2) huruf d
seluas kurang lebih 32,45 (tiga puluh dua koma empat lima) hektar, meliputi : a. Sub-sub
zona RTH Taman Unit Lingkungan. b. Sub-sub zona RTH Pemakaman.

Sub zona RTH Privat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c seluas kurang lebih 1,21
(satu koma dua satu) hektar dengan sebaran yaitu : a. Blok Cibaduyut Wetan Kecamatan
Bojongloa Kidul b. Blok Warungmuncang Kecamatan Bandung Kulon

Intensitas pemanfaatan ruang berdasarkan KDH sebagaimana dimaksud pada ayat (5),
permukaan basemen 1 (satu)/lapis pertama diturunkan sekurang-kurangnya (2) m (tiga meter)
di bawah permukaan tanah dimanfaatkan sebagai resapan air dan RTH diperhitungkan
sebagai KDH setelah mendapat rekomendasi dari dinas teknis terkait. Intensitas pemanfaatan

28
ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 303 ayat (1), pada lahan perencanaan ditetapkan
sebagai berikut:

 Lahan perencanaan yang memiliki lebih dari satu intensitas pemanfaatan


ruang pada satu zona dapat diperhitungkan secara rata-rata dan ketinggian
bangunan mengikuti batasan bangunan tertinggi;
 Lahan perencanaan pada satu zona dengan satu kepemilikan dan dibatasi
prasarana kota dapat diperhitungkan secara rata-rata dan ketinggian bangunan
mengikuti batasan bangunan tertinggi;
 Lahan perencanaan satu kepemilikan yang memiliki lebih dari satu zona dapat
dihitung secara proporsional.

Tabel 3.4 Tabel Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang

Kode KDH
Zona Kode Sub Zona Tata Bangunan Keterangan
Zona Minimum
R.1 Tabel Vertikal tinggi (KDB 40% a) GSB
Ketentuan max 40%, >8 lantai) mempertimbangk
Vertikal sedang (KDB 40%
Intensitas an aspek
40%, 5-8 lantai)
Pemanfaatan keselamatan dan
Landed (luas persil 10%
Ruang kebisingan suara,
<150m2)
R.2 Perumahan Vertikal rendah (KDB 40% b) GSB minimum = ½
kepadatan 40%, x lebar rumija
Landed (luas persil 10% Bangunan tinggi
sedang
150-350m2) GSB minimum = ½
R.3 Perumahan Perumahan landed 20% Bangunan rendah
x lebar rumija: -
kepadatan adalah bangunan
Jalan
rendah Rumah Tinggal dengan
Arteri:minimum 20
maksimum 2 lantai.
meter yang
dipergunakan
sebagai RTNH
(plaza) - Jalan
Kolektor: minimum
12 meter yang
dipergunakan
sebagai RTNH
(plaza) atau parkir
c) Untuk kapling
kurang dari 60 m2,
GSB

29
sekurangkurangnya
2 m.
d) Tinggi bangunan
maksimum
mempertimbangk
an daya dukung
lahan, kawasan
keselamatan
operasi
penerbangan serta
mempertimbangk
an aspek
keselamatan
penghuni.
e) Perumahan vertikal
tinggi dan sedang
hanya
diperbolehkan
dibangun pada sisi
jalan dengan lebar
Rumija eksisting 12
meter.
f) Perumahan vertikal
rendah hanya
diperbolehkan
dibangun pada sisi
jalan dengan lebar
Rumija eksisting 8
meter.
g) GSB samping dan
belakang diatur
berdasarkan
pertimbangan
keselamatan,
estetika atau
karakter kawasan
yang ingin
dibentuk, minimum
4 meter.
h) Lebar persil

30
minimum yang
berada di sisi jalan
arteri dan kolektor
minimum 10 meter.

K.1 Pasar Pasar Tradisional 20%


Tradisional
KT Perkantoran Perkantoran 20% a) GSB Prasarana harus
(Pemerintahan) (Pemerintahan) mempertimbangkan disediakan sesuai
aspek keselamatan standar teknis,
dan kebisingan; atau terutama kebutuhan
GSB minimum = ½ parkir - Luas minimum
x lebar rumija lantai bangunan Kantor
b) Dilengkapi Kecamatan dan Kantor
prasarana minimum Kelurahan berdasarkan
sesuai standar protopype bangunan
(parker misalnya) yang telah ditetapkan.
c) Tinggi bangunan
maksimum
mempertimbangkan
daya dukung lahan
dan prasarana
lingkungan,
kawasan
keselamatan operasi
penerbangan serta
mempertimbangkan
aspek keselamatan
penghuni.

C Campur Campuran Sedang 30%  Prasarana harus


disediakan sesuai
standar teknis,
terutama
kebutuhan parkir -
Pengaturan skala
site pada RTBL
dapat
mengkombinasikan
KLB dengan rata-
rata yang tetap.

31
 Diprioritaskan
untuk lahan atau
rencana
pembangunan oleh
pemerintah

Campuran Sedang 20% a) GSB minimum = ½ Prasarana harus


x lebar rumija: - disediakan sesuai
Jalan Arteri: standar teknis,
minimum 15 meter, terutama kebutuhan
yang dipergunakan parkir
sebagai RTNH
(plaza). - Jalan
Kolektor: minimum
10 meter, yang
dipergunakan
sebagai RTNH
(plaza) atau parkir -
Jalan
Lokal/Lingkungan:
GSB minimum 7,5
meter, yang dapat
digunakan untuk
parkir Luas lantai
maksimum 10.000
m2.
b) Shopping street yang
menyediakan parkir
basemen atau
bangunan parkir:
GSB minimum 0
meter
c) GSB samping dan
belakang diatur
berdasarkan
pertimbangan
keselamatan,
estetika atau
karakter kawasan
yang ingin dibentuk,

32
minimum 4 meter.
d) KTB Maks = 100%-
KDH dan tidak
diperkenankan di
bawah RTH

I Industri dan Besar, luas lahan> 30% a) GSB  Permohonan


Pergudangan 10.000 m2 mempertimbangkan pembangunan
Sedang, luas lahan 20%
aspek keselamatan harus melalui
5.000 – 10.000 m2
dan kenyamanan; pengkajian
Kecil, Luas lahan 200 10%
atau GSB minimum rancangan (design
– 1.000 m2
Rumah tangga 10% = ½ x lebar rumija review) yang
b) Tinggi bangunan menilai dampak
maksimum pembangunan
mempertimbangkan tersebut terhadap
daya dukung lahan, berbagai aspek
kawasan yang berkaitan
keselamatan operasi  Industri berdampak
penerbangan serta besar dilengkapi
mempertimbangkan dengan AMDAL
aspek Keselamatan dan Andalalin
penghuni, pekerja  Industri berdampak
dan masyarakat kecil dilengkapi
sekitarnya dengan RKL dan
RPL
 Prasarana harus
disediakan sesuai
standar teknis,
terutama
kebutuhan parkir

W Wisata Buatan Wisata 40% a) Jika terdapat  Permohonan


bangunan, GSB pembangunan
minimum harus melalui
mempertimbangka pengkajian
n aspek rancangan (design
keselamatan dan review) yang
perlindungan menilai dampak
ataskebisingan; pembangunan
atau GSB tersebut terhadap
minimum = ½ x berbagai aspek

33
lebar rumija yang berkaitan
b) Tinggi bangunan  Prasarana harus
maksimum 2 lantai. disediakan sesuai
standar teknis,
terutama kebutuhan
parkir

SPU Pelayanan Pendidikan Tinggi 20% GSB minimum  Pada jalan


Umum mempertimbangkan lokal/lingkungan
aspek keselamatan dan hanya
perlindungan atas diperkenankan
kebisingan; atau GSB sekolah menengah
minimum = ½ x lebar negeri atau skala
rumija. lingkungan
 Prasarana harus
disediakan sesuai
standar teknis,
terutama kebutuhan
parkir

Pendidikan 20%  Rumah sakit tidak


Dikdasmen diperkankan di
jalan
lokal/lingkungan
 Prasarana harus
disediakan sesuai
standar teknis,
terutama
kebutuhan parkir

Kesehatan 25% Prasarana harus


Peribadatan 25%
disediakan sesuai
Olahraga 25%
Transportasi 20% standar teknis,
Sosial Budaya 25% terutama kebutuhan
parkir
HK Pertahanan dan 25% a) GSB  Berlaku untuk
Keamanan mempertimbangkan semua jenis
aspek keselamatan bangunan
dan kebisingan perkantoran dan
suara dan minimum instalasi militer
= ½ x lebar rumija; dan polisi.
b) Pergudangan  Untuk perumahan

34
senjata/peluru dinas mengikuti
maupun kegiatan aturan perumahan
tembakmenembak
dan sejenisnya
harus dilengkapi
pengaman.
c) Tinggi bangunan
maksimum
mempertimbangkan
daya dukung lahan,
kawasan
keselamatan operasi
penerbangan serta
mempertimbangk
an aspek
keselamatan.

PT Pertanian 98% Hanya untuk sarana


dan prasarana
pertanian
KH Peruntukan IPAL 25%  Permohonan
Khusus pembangunan
harus melalui
pengkajian
rancangan (design
review) yang
menilai dampak
pembangunan
tersebut terhadap
Prasarana Pengolahan 25% berbagai aspek
Sampah yang berkaitan
 Prasarana harus
disediakan sesuai
standar teknis,
terutama
kebutuhan parkir

Kawasan Bandung Bangunan Tinggi 52%  Ketinggian


Utara bangunan lebih

35
dari 8 lantai
 Kepadatan
penduduk rata-rata
kurang dari 480
jiwa/Ha

Bangunan Sedang 52%  Ketinggian


bangunan lebih
dari 4-8 lantai
 Kepadatan
penduduk rata-rata
kurang dari 320
jiwa/Ha

Bangunan Rendah 52% Kepadatan bangunan


rata-rata kurang dari 1
bg/Ha, kepadatan
penduduk rata-rata 50
jiwa/Ha
Sumber : Lampiran VII Peraturan Daerah Kota Bandung Tahun 2015

3.3.3 Peraturan Daerah Kota bandung Tentang Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Tahun 2018 - 2023
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan
lindung di Kota Bandung terdiri atas:

 Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya,


 Kawasan perlindungan setempat,
 Kawasan RTH,
 Kawasan pelestarian alam dan cagar budaya,
 Kawasan eks industri,
 Kawasan rawan bencana,
 Kawasan lindung lainnya.

Luasan kawasan RTH di Kota Bandung terdiri atas RTH privat dan RTH Publik. Data
tahun 2017 sesuai LKPJ AMJ, RTH Kota Bandung sebesar 12,20% dari luas total Kota
Bandung. RTH publik, terdiri atas: taman kota, kebun bibit, RTH pemakaman, sempadan
tegangan tinggi/sutet, sempadan sungai, jalur hijau jalan, sempadan kereta api, serta RTH
yang merupakan PSU perumahan formal yang telah diserahkan kepada Pemerintah Kota

36
Bandung. RTH privat, terdiri atas: RTH kawasan permukiman, RTH sarana pelayanan umum
pendidikan, RTH sarana pelayanan umum kesehatan, RTH kawasan militer, RTH kawasan
perdagangandan industri, dan RTH perkantoran dan perdagangan.

37
BAB IV
METODOLOGI

4.2 Metode Pendekatan

4.2.1 Metode Pendekatan Pekerjaan


Pada pelaksanaan analisis ini menggunakan pendekatan Kuantitatif. Pendekatan
kuantitatif adalah penelitian yang analisisnya lebih fokus pada data-data numerik (angka)
yang diolah dengan menggunakan metode statistika. Pada umumnya penelitian menggunakan
pendekatan kuantitatif merupakan penelitian sampel besar, karena pada pendekatan
kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial yaitu dalam rangka pengujian hipotetsis dan
menyandarkan kesimpulan pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil.
Dengan menggunakan pendekatan ini, maka akan diperoleh signifikansi hubungan antar
variabel yang diteliti. Metode kuantitatif adalah metode utama, sedangkan data kualitatif
sebagai data penunjuang.

38
Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Privat pada
SWK Bojonegara

P Persiapan (konsolidasi tim,


penyusunan jadwal, studi literatur dan
metodologi)

Studi literatur dan


peraturan-peraturan
terkait

Identifikasi Persil Digitasi Persil


Lokasi
Aturan tata ruang
Input data

Identifikasi dan Digitasi RTH


Privat

Mengelolah Data

Analisis Data dengan melakukan Evaluasi

Laporan

Gambar 4.11 Lingkup Materi Kerja Praktek (KP) dalam Kerangka Pekerjaan Evaluasi Ruang
Terbuka Hijau (RTH) Privat pada SWK Bojonegara

Dari kerangka pengerjaan diatas dapat diketahui bahwa yang saya kerjakan di
praktikan itu adalah mendigitasi persil dari poto udara yang sudah disiapkan lalu mendigitasi
RTH dari hasil digitasi persil tersebut, lalu data yang sudah di punya diolah untuk melihat
persen dari RTH yang ada apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang ada atau belum.

39
4.2.2 Metode Pendekatan Kerja Praktek
Pendekatan Kuantitatif adalah penelitian yang analisisnya lebih fokus pada data-data
numerik (angka) yang diolah dengan menggunakan metode statistika. Dengan menggunakan
pendekatan ini, maka akan diperoleh signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti.
Metode kuantitatif adalah metode utama. Pendekatan Kualitatif penelitian yang berangkat
dari inkiuri naturalistik yang temuan-temuannya tidak ditemukan dari penghitungan statistic,
dengan melakukan observasi secara langsung ke lapangan.

4.3 Metode Pengumpulan Data

4.3.1 Metode Pengumpulan Data Pekerjaan


Metode pengumpulan data yang di gunakan adalah data primer dengan melakukan
observasi langsung kelapangan untuk mengamati keadaan wilayah studi guna mendapatkan
data yang obyektif dan dapat di pertanggung jawabkan. Data sekunder yang merupakan
metode pengumpulan data dari literature yang diperoleh secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain), seperti poto udara dan shp.

4.3.2 Metode Pengumpulan Data Kerja Praktek


1. Data Primer
Data primer merupakan metode pencarian data dan informasi yang dilakukan secara
langsung melalui responden di lapangan. Metode ini dapat berupa :

a. Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan dengan mengamati keadaan wilayah studi guna
mendapatkan data yang obyektif dan dapat di pertanggung jawabkan, kegiatan
observasi dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut :
 Sebelum melakukan observasi, terlebih dahulu menetapkan target utama dan
target lain daerah dan objek yang hendak diobservasi.
 Peneliti melakukan kunjungan ke lokasi tertentu yang dutetapkan sebagai
lokasi observasi dan mengamati serta menganalisis secara visual terhadp objek
observasi.
b. Dokumentasi
Mendokumentasikan hasil-hasil observasi yang mendukung studike dalam media tulis
(check list), media gambar/video dan media lainnya. Dengan menggunakan foto/video
akan dapat mengungkan suatu situasi pada detik tertentu sehingga dapat memberikan
informasi deskriptif yang berlaku saat ini.

40
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan metode pengumpulan data dari studi literature dan
peraturan peraturan terkait. Sebagai pendukung dalam kegiatan Evaluasi Ruang Terbuka
Hijau (RTH) privat.

Menurut lingkup KP ini yang dikerjakan :

1. Pengambilan data
Data yang digunakan adalah data - data literatur dan peraturan - peraturan
terkait tentang RTH privat, untuk data digitasi yang digunakan adalah hasil
foto udara smartmap 2016 yang sudah diakui oleh BIG.
2. Digitasi Persil
Digitasi persil memakai hasil foto udara dengan menggunakan aplikasi SIG,
Digit semua bangunan yang terlihat di foto udara lalu masukan keterangan
fungsi bangunan, luas persil di atribut tabel.
3. Identifikasi & digitasi RTH privat
Digitasi RTH privat berdasarkan hasil digitasi persil, untuk mengetahui bahwa
RTH tersebut merupakan bagian dari suatu persil. Digitasi persil bisa
dilakukan dengan melihat bagian hijau/pohon/rumput yang terdapat di foto ,
apabila tidak terlihat jelas di hasil foto udara bisa dilakukan survey
langsung/tidak langsung melalui google map/google earth untuk
memastikannya. Lalu masukan keterangan Luas RTH privat dan intensitas
KDHnya sesuai peraturan yang ada di atribut tabel.
4. Analisis Ketersediaan
Analiis yang dilakukan adalah membandingkan luas RTH privat dengan
intensitas pemanfaatan ruang KDH sesuai dengan peraturan RDTR Kota
Bandung, akan menghasilkan Sesuai dan Tidak Sesuai nya bangunan persil
yang ada di lingkup pengerjaan.

4.4 Metode Analisis

4.4.1 Analisis Spasial


Karakteristik utama Sistem Informasi Geografi adalah kemampuan menganalisis
sistem seperti analisa statistik dan overlay yang disebut analisa spasial. Analisa dengan
menggunakan Sistem Informasi Geografi yang sering digunakan dengan istilah analisa
spasial , tidak seperti sistem informasi yang lain yaitu dengan menambahkan dimensi

41
‘ruang (space)’ atau geografi. Kombinasi ini menggambarkan attribut-attribut pada
bermacam fenomena seperti umur seseorang, tipe jalan, dan sebagainya, yang secara
bersama dengan informasi seperti dimana seseorang tinggal atau lokasi suatu jalan
(Keele,1997 dalam Dewi handayani,2005). Analisa Spasial dilakukan dengan meng-
overlay dua peta yang kemudian menghasilkan peta baru dari hasil analisis.

Analisis spasial yang diakaji yaitu digitasi Bangunan umum dan digitasi RTH privat.
Analisis spasial ini terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut :

 Digitasi Persil dengan menggunakan Aplikasi Sofware SIG.


 Digitasi RTH privat dari hasil digitasi Persil untuk melihat RTH privat yang dimiliki
tiap bangunan umum.
 Hasil digitasi RTH privat didalam atribut tabelnya memiliki keterangan Luas persil,
Luas RTH, Ketentuan KDH.
 Lalu dianalisis dengan cara membandingkan Luas RTH (%) dengan intensitas
pemanfaatan ruang sesuai ketentuan yang berlaku

4.4.2 Analisis Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat


Berdasarkan dalam peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Undang-undang Republik
Indonesia No. 26 Tahun 2007. Tentang penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau
(RTH) sebagian besar lahan kota merupakan ruang terbuka hijau yang memiliki 30% dari
luas keseluruhan wilayah yang terdiri dari ruang terbuka publik dan Privat. Proporsi yang
dimiliki harus terdapat Ruang Terbuka Hijau yang dimana 30% meliputi (10% RTH Privat
dan 20% RTH Publik) dengan jenis klasifikasinya ada empat yaitu RTH pekarangan, RTH
Taman dan Hutan Kota, RTH Jalur Hijau Jalan, dan RTH Fungsi Tertentu.

Buat analisis ketersedian dilakukan membandingkan Ruang terbuka eksisting dengan


KDH sesuai dengan ketentuan peraturan.

 Hasil digitasi RTH privat didalam atribut tabelnya terdapat keterangan luas RTH,
fungsi bangunan, KDH sesuai ketentuan
 Dilakukan Analisis dengan membandingkan Luas RTH (%) dengan ketentuan KDH
untuk melihat bahwa RTH sudah memenuhi persyaratan peraturan atau belum

Dari tahapan yang berada diatas dilakukan untuk mengetahui Sesuai atau Tidak
Sesuainya RTH privat yang ada diwilayah tersebut dengan cara membandingkan Luas RTH

42
privat(%) dan intensitas Pemanfaatan Ruang. Ketentuan KDH dilihat dari Lampiran 7 Perda
Kota Bandung Tahun 2015

4.5 Kedudukan Praktikan dalam Perusahaan/Instansi

Praktikan yang melakukan kerja praktek di Dinas penataan Ruang Kota Bandung yaitu
sebagai berikut :

Nama : Juliano Yeanaz Garnes Talantika

NRP : 16306005

Praktikum dalam pengerjaan proyek kerja praktek di Dinas Penataan Ruang Kota
Bandung berperan sebagai anggota team atau tenaga tambahan dalam pengerjaan proyek
“Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Privat pada SWK Bojonegara”.Kedudukan dan tugas
pratikan dalam kegiatan pengawasan teknis penyelenggaraan penataan ruang yaitu sebagai
Anggota tim dalam melaksanakan, mengidentifikasi RTH privat dan bangunan gedung pada
SWK Bojonegara, mengidentifikasi aturan RTH untuk bangunan gedung umum pada SWK
Bojonegara, menyusun perhitungan persentase bangunan gedung umum yang memenuhi
RTH privat pada SWK Bojonegara.

4.6 Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek

Jadwal pelaksanaan Kerja di Dinas Penataan Ruang Kota Bandung dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

September Oktober November Desember


KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Persiapan dan Mengenal
Kegiatan
Mengidentifikasi bangunan
Gedung pada SWK
Bojonegara
Mengidentifikasi RTH Private
pada SWK Bojonegara
Menyusun perhitungan
persentase bangunan Gedung
dan RTH

Keterangan :

43
: Hari Kerja dalam 1 Minggu. (Dalam 1 Minggu : 5 Hari Kerja, 1 kali pertemuan di kantor
4 kali WFH dirumah)

Kegiatan Rapat Kerja Di Dinas Pentaan Ruang Kota Bandung

4.7 Log Book Kegiatan Kerja Praktek

Pekerjaan yang dilakukan oleh praktikan di Dinas Penataan Ruang Kota Bandung,
yaitu:

Nama : Juliano Yeanaz Garnes Talantika


NIM : 163060005
Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota
Dosen Pembimbing : Apriadi Budi Raharja, ST., MSi

Tabel 4.5 Jadwal Kegiatan Harian Praktikan

Diselesaikan Diserahkan
No. Hari/Tanggal Tugas Pekerjaan Harian
Tanggal Ke
Staf Analisis
Senin, 7 Jumat, 18
1. Pemanfaatan
September 2020 September 2020
Ruang
Mengidentifikasi Staf Analisis
Senin, 21 Jumat, 2
2. bangunan menggunakan Pemanfaatan
September 2020 Oktober 2020
aplikasi Sofware SIG Ruang
Staf Analisis
Senin, 5 Jumat, 9 oktober
3. Pemanfaatan
Oktober 2020 2020
Ruang
Staf Analisis
Senin, 12 Jumat, 16
4. Pemanfaatan
Oktober 2020 Oktober 2020
Ruang
Mengidentifikasi RTH Staf Analisis
Senin, 19 Jumat, 6
5. menggunakan aplikasi Pemanfaatan
Oktober 2020 November 2020
Sofware SIG Ruang
Staf Analisis
Senin, 9 Jumat, 20
6. Pemanfaatan
November 2020 November 2020
Ruang
Staf Analisis
Senin, 23 Menyusun perhitungan Jumat, 4
7. Pemanfaatan
Desember 2020 persentase bangunan Desember 2020
Ruang
8. Senin, 7 Menyusun perhitungan Jumat, 18 Staf Analisis
Desember 2020 persentase RTH Desember 2020 Pemanfaatan

44
Diselesaikan Diserahkan
No. Hari/Tanggal Tugas Pekerjaan Harian
Tanggal Ke
Ruang

Tabel 4.6 Jadwal Pengerjaan Laporan

Diselesaikan Diserahkan
No. Hari/Tanggal Tugas Pekerjaan Harian
Tanggal Ke
Mengerjakan BAB III
Selasa, 22 Tinjauan Pustaka, mencari Sabtu. 02 Pembimbing
1.
Desember 2020 teori – teori terkait Ruang Januari 2021 Kerja Praktek
Terbuka Hijau
Mengerjakan BAB III
Senin, 4 Januari Tinjauan Pustaka, mencari Sabtu, 23 Pembimbing
2.
2021 teori teori terkait Ruang Januari 2021 Kerja Praktek
Terbuka Hijau Privat
Mengerjakan BAB IV
Senin, 25 Sabtu, 30 Pembimbing
3. Metodologi dan BAB V
Januari 2021 Januari 2021 Kerja Praktek
Gambaran Umum
Mengerjakan perbaikan
Senin, 01 Sabtu, 13 Pembimbing
4. BAB V Gambaran Umum,
Februari 2021 Februari 2021 Kerja Praktek
dan Analisis
Mengerjakan perbaikan
Senin, 15 Sabtu, 27 Pembimbing
5. Analisis dan Pembuatan
Februari 2021 Februari 2021 Kerja Praktek
Kesimpulan dan Saran
Penyusunan Kembali dari
Cover, Abstrak sampai
Senin, 01 Maret Sabtu, 06 Maret Pembimbing
6 Lampiran – Lampiran
2021 2021 Kerja Praktek
untuk persiapan seminar
Kerja Praktek
Selasa, 04 Mei
7 Seminar Kerja Praktek
2021

45
BAB V
HASIL DAN CAPAIAN

5.1 Gambaran Umum


5.1.1 Gambaran Umum Kota Bandung
Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa
Barat. Secara astronomis, Kota Bandung terletak di antara 107 0 36 ‘ Bujur Timur dan 60 55’
Lintang Selatan. Luas wilayah kota Bandung adalah 167,31 km 2 yang terbagi menjadi 30
kecamatan yang mencakup 151 kelurahan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Gedebage
dengan luas 9,58 km2. Sedangkan kecamatan dengan luas terkecil adalah kecamatan
Astanaanyar yaitu dengan luas wilayah 2,89 km2. Penduduk Kota Bandung berdasarkan
proyeksi penduduk tahun 2018 sebanyak 2.503.708 jiwa yang terdiri atas 1.262.479 jiwa
penduduk laki-laki dan 1.241.229 jiwa penduduk perempuan.

 Sebelah Utara : Kecamatan Sukasari


 Sebelah Selatan : Kecamatan Cicendo
 Sebelah Barat : Kota Cimahi
 Sebelah Timur : Kecamatan Coblong

46
Perencanaan ruang terbuka hijau Kota Bandung didasarkan pada kebutuhan untuk
memenuhi kewajiban minimum ruang terbuka hijau kawasan perkotaan sesuai dengan
Undang-undang Penataan Ruang, yaitu 30% dari luas seluruh wilayah Kota Bandung atau
5.104,14 Ha. Saat ini luas ruang terbuka hijau di Kota Bandung baru mencapai 1.910,49 Ha
atau 11,43% dari seluruh luas wilayah kota, sehingga diperlukan penambahan ruang terbuka
hijau sebesar 3.193,65 Ha atau 18,57% dari seluruh luas wilayah kota

RTH taman unit lingkungan dikembangkan secara bertahap dengan arahan luasan
total lebih kurang 2.717 (dua ribu tujuh ratus tujuh belas) hektar berada di PPK Gedebage,
taman eks TPA Pasir Impun dan taman eks TPA Cicabe, serta taman-taman kecamatan dan
taman-taman kelurahan. RTH taman sepanjang sempadan jaringan jalan, jalan tol, rel kereta
api, sungai dan irigasi serta SUTT, dikembangkan secara bertahap dengan arahan luasan total
lebih kurang 392 (tiga ratus sembilan puluh dua) hektar. RTH kawasan pemakaman,
dikembangkan secara bertahap melalui revitalisasi pemakaman dan perluasan tempat
pemakaman umum di Nagrog, Ujung Berung dan di Rancacili, Rancasari serta kawasan
pemakaman eksisting dengan luasan total lebih kurang 291 (dua ratus sembilan puluh satu)
hektar. RTH hutan kota, dikembangkan di Babakan Siliwangi seluas 3,1 (tiga koma satu)
hektar. Untuk contoh gambaran dari Ruang terbuka hijau privat Kota bandung bisa dilihat di (
Gambar 5.12 sampai Gambar 5.17 ) merupakan contoh ruang terbuka hijau di Kota
bandung yang di lihat berdasarkan fungsi bangunan.

Ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Bandung dikembangkan menjadi sebuah jaringan
kehijauan (green network) dengan inspirasi dari penghijauan Kota Bandung Lama yang
sudah membentuk sistem, terintegrasi antara estetika, kenyamanan warga kota, dan
pemenuhan kriteria ekologi lingkungan kota. Pembangunan jejaring kehijauan Kota Bandung
ini dilakukan untuk kesejahteraan masyarakat kota secara menyeluruh dengan pendekatan
untuk, dari, oleh masyarakat.

47
1. Rumah Hunian

Sumber : google maps

Gambar 5.12 Ruang Terbuka Hijau Rumah Hunian

2. Pendidikan

Sumber : google maps

Gambar 5.13 Ruang Terbuka Hijau Pendidikan

48
3. Kesehatan

Sumber : google maps

Gambar 5.14 Ruang Terbuka Hijau Kesehatan

4. Peribadatan

49
Sumber : google maps

Gambar 5.15 Ruang Terbuka Hijau Peribadatan

5. Perkantoran

50
Sumber : google maps

Gambar 5.16 Ruang Terbuka Hijau Perkantoran

6. Perdagangan dan Jasa

Sumber : google maps

Gambar 5.17 Ruang Terbuka Hijau Perdagangan dan Jasa

51
Gambar 5.18 Peta Administrasi Kota Bandung

52
5.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Sukajadi
Kecamatan Sukajadi merupakan salah satu bagian dari wilayah Kota Bandung dengan
memiliki luas lahan sebesar + 430,9 Ha. Secara geografis Kecamatan Sukajadi memiliki
bentuk wilayah datar/berombak sebesar 100 % dari total keseluruhan luas wilayah. Ditinjau
dari sudut ketinggian tanah, Kecamatan Sukajadi berada pada ketinggian 500 m diatas
permukaan air laut. Suhu maksimum dan minimum di Kecamatan Sukajadi berkisar rata-rata
+ 32o C, sedangkan dilihat dari segi hujan berkisar 84 mm/th dan jumlah hari dengan curah
hujan yang terbanyak sebesar 45 hari.

Tabel 5.7 Luas Wilayah Menurut Kelurahan

No Kelurahan Luas Wilayah (Ha)


1 Sukabungah 80,00
2 Pasteur 131,00
3 Cipedes 49,90
4 Sukagalih 51,00
5 Sukawarna 119,00
Jumlah 430,90
Sumber : Kecamatan Sukajadi dalam angka 2019

Tabel 5.8 Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan

No Kelurahan Penduduk (orang)


1 Sukabungah 25.388
2 Pasteur 19.746
3 Cipedes 31.840
4 Sukagalih 18.799
5 Sukawarna 14.583
Jumlah 110.356
Sumber : Kecamatan Sukajadi dalam angka 2019

 Sebelah Utara : Kecamatan Sukasari


 Sebelah Selatan : Kecamatan Cicendo
 Sebelah Barat : Kota Cimahi
 Sebelah Timur : Kecamatan Coblong

53
Untuk contoh gambaran dari Ruang terbuka hijau privat di Kecamatan Sukajadi bisa dilihat
di ( Gambar 5.19 - Gambar 5.24 ) merupakan contoh ruang terbuka hijau di Kecamatan
Sukajadi yang di lihat berdasarkan fungsi bangunan.

1. Rumah Hunian

Sumber : google maps

Gambar 5.19 Ruang Terbuka Hijau Rumah Hunian

2. Pendidikan

Sumber : google maps

Gambar 5.20 Ruang Terbuka Hijau Pendidikan

3. Kesehatan

Sumber : google maps

Gambar 5.21 Ruang Terbuka Hijau Kesehatan

54
4. Peribadatan

Sumber : google maps

Gambar 5.22 Ruang Terbuka Hijau Peribdatan

5. Perkantoran

Sumber : google maps

Gambar 5.23 Ruang Terbuka Hijau Perkantoran

6. Perdagangan dan Jasa

Sumber : google maps

Gambar 5.24 Ruang Terbuka Hijau Perdagangan dan Jasa

55
Gambar 5.25 Peta Administrasi Kecamatan Sukajadi

56
5.1.3 Gambaran Umum Kelurahan Sukawarna
Kelurahan Sukawarna memiliki luas wilayah sebesar 38,31 Ha dengan jumlah
penduduk pada tahun 2018 sebesar 14.583 jiwa.
 Sebelah Utara : Kelurahan Sukawarna
 Sebelah Selatan : Kelurahan Husen sastranegara, Desa Sukaraja
 Sebelah Barat : Kelurahan Cimahi
 Sebelah Timur : Kelurahan Sukagalih

Untuk contoh gambaran dari Ruang terbuka hijau privat di Kelurahan Sukawarna bisa dilihat
di Gambar 5.26 dibawah ini .

57
Sumber : google maps

Gambar 5.26 Ruang Terbuka Hijau di Kelurahan Sukawarna

58
Gambar 5.27 Peta Administrasi Kelurahan Sukawarna

59
5.2 Analisis
5.2.1 Guna Lahan
Penggunaan lahan adalah wujud nyata dari pengaruh kegiatan manusia terhadap
sebagian fisik di bumi. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan
lahan adalah peningkatan jumlah penduduk, sedangakan luas lahannya tetap. Pertambahan
penduduk dan berkembangnya tuntutan hidup menyebabkan kebutuhan ruang yang semakin
meningkat.

Dilihat dari Tabel 5.8 dibawah pada guna lahan kota bandung bahwa didominasi oleh
permukiman dengan luas 9771,99, lalu sawah irigasi dengan luas 3397,07. Guna Lahan Kota
Bandung Tahun 2018 terdiri dari :

Tabel 5.9 Guna Lahan Kota Bandung

Keterangan Luas (ha) Persentase


Air Tawar 8.83 0.051207137
Belukar/Semak 43.27 0.25093237
Gedung 274.77 1.593452446
Hutan 13.03 0.075563873
Kebun 976.86 5.665028773
Permukiman 9771.99 56.66994709
Rumput 1477.25 8.566901864
Sawah Irigasi 3397.07 19.70036576
Sawah Tadah Hujan 292.50 1.696272666
Tanah Berbatu 2.36 0.013686166
Tanah Ladang/Tegalan 985.76 5.716641856
Total 17241.33 100

60
61
Gambar 5.28 Peta Guna Lahan Kota Bandung 2018

62
5.2.2 Jenis Ruang Terbuka Hijau Privat
Jenis Ruang terbuka hijau privat yang dikelompokan sesuai dengan fungsi bangunan
hasil dari digitasi persil. Fungsi bangunan yang di gunakan mengikuti dari RTDR Kota
Bandung. Karena kelurahan sukawarna berada di dalam daerah KBU yang dimana buat
ketentuan KDHnya sama semua baik semua jenis bangunan maka di implikasikan buat fungsi
fungsi bangunanya. Untuk contoh dari Ruang terbuka hijau privat bisa dilihat di ( Gambar
5.29 sampai Gambar 5.34 ) merupakan contoh ruang terbuka hijau yang di lihat berdasarkan
fungsi bangunan.

1. Rumah Hunian

Sumber : observasi lapangan

Gambar 5.29 Ruang Terbuka Hijau Rumah Hunian

2. Pendidikan

Sumber : observasi lapangan

Gambar 5.30 Ruang Terbuka Hijau Pendidikan

63
3. Kesehatan

Sumber : observasi lapangan

Gambar 5.31 Ruang Terbuka Hijau Kesehatan

4. Peribadatan

Sumber : observasi lapangan

Gambar 5.32 Ruang Terbuka Hijau Peribadatan

5. Perkantoran

Sumber : observasi lapangan

Gambar 5.33 Ruang Terbuka Hijau Perkantoran

64
6. Perdagangan dan Jasa

Sumber : observasi lapangan

Gambar 5.34 Ruang Terbuka Hijau Perdagangan dan Jasa

65
66
Gambar 5.35 Sebaran Ruang Terbuka Hijau Sesuai Fungsi

5.2.3 Peraturan Kebijakan Teknis Penyediaan RTH Privat


Peraturan ini digunakan sebagai pedoman dalam penyedian RTH berdasarkan
zonanya, karena setiap zona memiliki ketentuan KDH yang berbeda beda tergantung dari
tipenya. Seperti perumahan kepadatan tinggi memiliki tipe lagi, ada yang >8 lantai KDHnya
40%, landed KDHnya 10%. Sedangkan untuk daerah KBU memiliki ketentuan KDH yang
sama yaitu 52% untuk semua jenis bangunan bisa dilihat di Tabel 5.9 dibawah ini. Jenis
bangunan yang ada di Kawasan KBU :

 Bangunan tinggi : Ketinggian bangunan lebih dari 8 lantai, kepadatan


penduduk rata-rata kurang dari 480 jiwa/Ha
 Bangunan sedang : Ketinggian bangunan lebih dari 4-8 lantai, kepadatan
penduduk rata-rata kurang dari 320 jiwa/Ha
 Bangunan rendah : Kepadatan bangunan rata-rata kurang dari 1 bg/Ha,
kepadatan penduduk rata-rata 50 jiwa/Ha

Tabel 5.10 Tabel Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang

Kode KDH
Zona Kode Sub Zona Tata Bangunan Keterangan
Zona Minimum
R.1 Perumahan Vertikal tinggi (KDB 40% i) GSB
kepadatan max 40%, >8 lantai) mempertimbangkan
Vertikal sedang (KDB 40%
tinggi aspek keselamatan
40%, 5-8 lantai)
dan kebisingan
Landed (luas persil 10%
suara,
<150m2)
R.2 Perumahan Vertikal rendah (KDB 40% j) GSB minimum = ½
kepadatan 40%, x lebar rumija
Landed (luas persil 10% Bangunan tinggi
sedang
2
150-350m ) GSB minimum = ½
R.3 Perumahan Perumahan landed 20% Bangunan rendah
x lebar rumija: -
kepadatan adalah bangunan
Jalan
rendah Rumah Tinggal dengan
Arteri:minimum 20
maksimum 2 lantai.
meter yang
dipergunakan
sebagai RTNH
(plaza) - Jalan
Kolektor: minimum
12 meter yang
dipergunakan

67
sebagai RTNH
(plaza) atau parkir
k) Untuk kapling
kurang dari 60 m2,
GSB
sekurangkurangnya
2 m.
l) Tinggi bangunan
maksimum
mempertimbangkan
daya dukung lahan,
kawasan
keselamatan
operasi
penerbangan serta
mempertimbangkan
aspek keselamatan
penghuni.
m) Perumahan vertikal
tinggi dan sedang
hanya
diperbolehkan
dibangun pada sisi
jalan dengan lebar
Rumija eksisting 12
meter.
n) Perumahan vertikal
rendah hanya
diperbolehkan
dibangun pada sisi
jalan dengan lebar
Rumija eksisting 8
meter.
o) GSB samping dan
belakang diatur
berdasarkan
pertimbangan
keselamatan,
estetika atau
karakter kawasan

68
yang ingin
dibentuk, minimum
4 meter.
p) Lebar persil
minimum yang
berada di sisi jalan
arteri dan kolektor
minimum 10 meter.

K.1 Pasar Pasar Tradisional 20%


Tradisional
KT Perkantoran Perkantoran 20% d) GSB Prasarana harus
(Pemerintahan) (Pemerintahan) mempertimbangkan disediakan sesuai
aspek keselamatan standar teknis,
dan kebisingan; atau terutama kebutuhan
GSB minimum = ½ parkir - Luas minimum
x lebar rumija lantai bangunan Kantor
e) Dilengkapi Kecamatan dan Kantor
prasarana minimum Kelurahan berdasarkan
sesuai standar protopype bangunan
(parker misalnya) yang telah ditetapkan.
f) Tinggi bangunan
maksimum
mempertimbangkan
daya dukung lahan
dan prasarana
lingkungan,
kawasan
keselamatan operasi
penerbangan serta
mempertimbangkan
aspek keselamatan
penghuni.

C Campur Campuran Sedang 30%  Prasarana harus


disediakan sesuai
standar teknis,
terutama
kebutuhan parkir -
Pengaturan skala
site pada RTBL
dapat

69
mengkombinasikan
KLB dengan rata-
rata yang tetap.
 Diprioritaskan
untuk lahan atau
rencana
pembangunan oleh
pemerintah

Campuran Sedang 20% e) GSB minimum = ½ Prasarana harus


x lebar rumija: - disediakan sesuai
Jalan Arteri: standar teknis,
minimum 15 meter, terutama kebutuhan
yang dipergunakan parkir
sebagai RTNH
(plaza). - Jalan
Kolektor: minimum
10 meter, yang
dipergunakan
sebagai RTNH
(plaza) atau parkir -
Jalan
Lokal/Lingkungan:
GSB minimum 7,5
meter, yang dapat
digunakan untuk
parkir Luas lantai
maksimum 10.000
2
m.
f) Shopping street yang
menyediakan parkir
basemen atau
bangunan parkir:
GSB minimum 0
meter
g) GSB samping dan
belakang diatur
berdasarkan
pertimbangan
keselamatan,
estetika atau

70
karakter kawasan
yang ingin dibentuk,
minimum 4 meter.
h) KTB Maks = 100%-
KDH dan tidak
diperkenankan di
bawah RTH

I Industri dan Besar, luas lahan> 30% c) GSB  Permohonan


2
Pergudangan 10.000 m mempertimbangkan pembangunan
Sedang, luas lahan 20%
aspek keselamatan harus melalui
5.000 – 10.000 m2
dan kenyamanan; pengkajian
Kecil, Luas lahan 200 10%
atau GSB minimum rancangan (design
– 1.000 m2
Rumah tangga 10% = ½ x lebar rumija review) yang
d) Tinggi bangunan menilai dampak
maksimum pembangunan
mempertimbangkan tersebut terhadap
daya dukung lahan, berbagai aspek
kawasan yang berkaitan
keselamatan operasi  Industri berdampak
penerbangan serta besar dilengkapi
mempertimbangkan dengan AMDAL
aspek Keselamatan dan Andalalin
penghuni, pekerja  Industri berdampak
dan masyarakat kecil dilengkapi
sekitarnya dengan RKL dan
RPL
 Prasarana harus
disediakan sesuai
standar teknis,
terutama
kebutuhan parkir

W Wisata Buatan Wisata 40% c) Jika terdapat  Permohonan


bangunan, GSB pembangunan
minimum harus melalui
mempertimbangka pengkajian
n aspek rancangan (design
keselamatan dan review) yang
perlindungan menilai dampak
ataskebisingan; pembangunan

71
atau GSB tersebut terhadap
minimum = ½ x berbagai aspek
lebar rumija yang berkaitan
d) Tinggi bangunan  Prasarana harus
maksimum 2 lantai. disediakan sesuai
standar teknis,
terutama kebutuhan
parkir

SPU Pelayanan Pendidikan Tinggi 20% GSB minimum  Pada jalan


Umum mempertimbangkan lokal/lingkungan
aspek keselamatan dan hanya
perlindungan atas diperkenankan
kebisingan; atau GSB sekolah menengah
minimum = ½ x lebar negeri atau skala
rumija. lingkungan
 Prasarana harus
disediakan sesuai
standar teknis,
terutama kebutuhan
parkir

Pendidikan 20%  Rumah sakit tidak


Dikdasmen diperkankan di
jalan
lokal/lingkungan
 Prasarana harus
disediakan sesuai
standar teknis,
terutama
kebutuhan parkir

Kesehatan 25% Prasarana harus


Peribadatan 25%
disediakan sesuai
Olahraga 25%
Transportasi 20% standar teknis,
Sosial Budaya 25% terutama kebutuhan
parkir
HK Pertahanan dan 25% d) GSB  Berlaku untuk
Keamanan mempertimbangkan semua jenis
aspek keselamatan bangunan
dan kebisingan perkantoran dan
suara dan minimum instalasi militer

72
= ½ x lebar rumija; dan polisi.
e) Pergudangan  Untuk perumahan
senjata/peluru dinas mengikuti
maupun kegiatan aturan perumahan
tembak menembak
dan sejenisnya
harus dilengkapi
pengaman.
f) Tinggi bangunan
maksimum
mempertimbangkan
daya dukung lahan,
kawasan
keselamatan operasi
penerbangan serta
mempertimbangkan
aspek keselamatan.

PT Pertanian 98% Hanya untuk sarana


dan prasarana
pertanian
KH Peruntukan IPAL 25%  Permohonan
Khusus pembangunan
harus melalui
pengkajian
rancangan (design
review) yang
menilai dampak
pembangunan
tersebut terhadap
Prasarana Pengolahan 25% berbagai aspek
Sampah yang berkaitan
 Prasarana harus
disediakan sesuai
standar teknis,
terutama
kebutuhan parkir

Kawasan Bandung Bangunan Tinggi 52%  Ketinggian


Utara bangunan lebih

73
dari 8 lantai
 Kepadatan
penduduk rata-rata
kurang dari 480
jiwa/Ha

Bangunan Sedang 52%  Ketinggian


bangunan lebih
dari 4-8 lantai
 Kepadatan
penduduk rata-rata
kurang dari 320
jiwa/Ha

Bangunan Rendah 52% Kepadatan bangunan


rata-rata kurang dari 1
bg/Ha, kepadatan
penduduk rata-rata 50
jiwa/Ha
Sumber : Lampiran VII Peraturan Daerah Kota Bandung Tahun 2015

5.2.4 Proses Digitasi Foto Udara


Untuk proses digitasi foto udara terdiri dari :

 Georeferencing atau addressing merupakan proses transformasi data dari data


yang belum mempunyai kordinat geografis menjadi data yang mempunyai
kordinat geografi. Data yang sudah direktifikasi selanjutnya dapat ditumpang
susunkan atau dioverlaykan dengan beberapa data yang lain yang sudah
direktifikasi lebih dulu.
 Digitizing adalah proses menggambar ulang fitur geografi pada peta analog
menjadi format digital dengan digitizing tablet atau mouse yang dihubungkan
dengan komputer, hasil dari proses digitasi ini kemudian disimpan dalam
bentuk data spasial. Metode digitasi secara umum dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu dengan menggunakan digitizer yang menggunakan meja digitasi
dan yang langsung onscreen di layar monitor. Digitasi onscreen paling sering
digunakan karena lebih mudah dilakukan, tidak memerlukan tambahan alat
lainnya dan lebih mudah dikoreksi apabila terjadi kesalahan. Ada 3 jenis
bentuk pola digitasi yaitu bentuk point, line dan polygon. Bentuk point
mewakili lokasi yang berbentuk individual seperti informasi letak sekolah,

74
rumah sakit, jembatan, tiang listrik dan lain-lain. Bentuk line digunakan untuk
menggambarkan sungai, jalan raya, jalur rel kereta api serta bentuk garis
horisontal lainnya. Bentuk Polygon berfungsi untuk membentuk suatu luasan
seperti ladang, perkebunan, mangrove dan sebagainya.
 Adding coordinate Selain data-data gambar dalam bentuk shape file (*shp)
pada ArcGIS juga dapat ditambahkan data dalam bentuk tabel yang berisi
informasi koordinat dalam bentuk X (garis bujur) dan Y (garis lintang). Posisi
ini menggambarkan letak geografis suatu obyek di atas permukaan bumi
seperti posisi mercu suar atau titik lokasi pengambilan sampel tanah. Akuisisi
data X dan Y dapat dilakukan dengan menggunakan alat Global Positiong
System (GPS).

Digitasi menggunakan gambar hasil poto udara dari smartmap 2016 yang sudah
disetujui oleh BIG, digitasi dilakukan menggunakan aplikasi SIG. Langkah Langkahnya :

 Digitasi bangunan umum dari foto udara.


 Digitasi ruang terbuka hijau privat dari hasil digitasi bangunan umum.

Digit bangunan umum bisa dilihat di Gambar 5. 37 yang ada di Kelurahan


Sukawarna, lalu didalam atribut tabelnya terdapat keterangan Kelurahan, Kecamatan, Jalan,
Fungsi bangunan, Jumlah bangunan, dan Luas bangunan. Setelah selesai digitasi persil baru
melakukan digitasi RTH privat dilihat di Gambar 5. 38 dari tiap bangunan.cara nya dengan
digit bagian hijaunya, lalu didalam atribut tabelnya ditambahkan KDH sesuai RDTR dan
Luas RTH. Buat intensitasnya kelurahan Sukawarna memiliki KDH 52% karena berada di
daerah KBU dilihat dari Lampiran 7 tabel ketentuan intensitas pemanfaatan ruang perda Kota
Bandung dan Lampiran RTRW Kota Bandung. Yang dihasilkan adalah data dalam bentuk
numerik berisi luasan ruang terbuka hijau privat di kelurahan Sukawarna.

75
Gambar 5.36 Foto Udara Kelurahan Sukawarna

Gambar 5.37 Digitasi Persil

76
Gambar 5.38 Digitasi RTH privat

Keterangan
Bangunan
RTH Privat
5.2.5 Analisis Keteresediaan Ruang Terbuka Hijau Privat
Dari analisis ketersediaan untuk melihat bahwa ruang terbuka hijau privat di
kelurahan sukawarna telah sesuai/tidak sesuai dengan ketentuan KDHnya. Karena berada di
wilayah KBU maka ketentuan KDHnya adalah 52% apabila luasan ruang terbuka hijau privat
lkurang dari 52% maka tidak sesuai dan sebaliknya. Proses analisisnya :

 Shp Software SIG ruang terbuka hijau privat memiliki fungsi bangunan dan
luasannya di buka melalui excel.
 Bandingkan luasan ruang terbuka hijau privat setiap fungsi bangunan dengan
ketentuan KDH yang berlaku karena di wilayah KBU setiap fungsi bangunan
memiliki ketentuan yang sama yaitu 52%.
 Terlihatla jumlah bangunan yang telah sesuai dan tidak sesuai dengan
ketentuan KDH.

77
Tabel 5.11 Ruang terbuka hijau privat di Kelurahan Sukawarna berdasarkan fungsi bangunan

KDH
Fungsi Luas Bangunan Luas
RDTR Luas RTH (m2) Sesuai (YA/Tidak)
Bangunan (m2) RTH(%)
(%)
Rumah 381,51 52,00 62,12 16,28 TIDAK
Rumah 238,34 52,00 2,18 0,92 TIDAK
Rumah 254,17 52,00 36,50 14,36 TIDAK
Rumah 234,69 52,00 28,73 12,24 TIDAK
Rumah 422,64 52,00 77,91 18,43 TIDAK
Rumah 594,22 52,00 355,15 59,77 YA
Rumah 250,46 52,00 67,88 27,10 TIDAK
Rumah 470,10 52,00 39,57 8,42 TIDAK
Rumah 200,12 52,00 44,23 22,10 TIDAK
Rumah 301,90 52,00 59,39 19,67 TIDAK
Rumah 276,60 52,00 36,23 13,10 TIDAK
Rumah 313,55 52,00 10,38 3,31 TIDAK
Rumah 268,69 52,00 21,94 8,17 TIDAK
Rumah 274,62 52,00 61,94 22,56 TIDAK
Rumah 449,29 52,00 109,35 24,34 TIDAK
Rumah 115,63 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 105,86 52,00 2,89 2,73 TIDAK
Rumah 165,46 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 206,02 52,00 34,52 16,75 TIDAK
Rumah 145,70 52,00 51,48 35,34 TIDAK
Rumah 208,21 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 194,20 52,00 7,47 3,85 TIDAK
Rumah 993,60 52,00 381,83 38,43 TIDAK
Rumah 145,90 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 206,21 52,00 30,77 14,92 TIDAK
Rumah 290,78 52,00 32,95 11,33 TIDAK
Rumah 260,97 52,00 47,39 18,16 TIDAK
Rumah 252,01 52,00 54,68 21,70 TIDAK
Rumah 260,71 52,00 15,75 6,04 TIDAK
Rumah 374,98 52,00 91,19 24,32 TIDAK
Rumah 252,45 52,00 14,39 5,70 TIDAK
Rumah 455,68 52,00 129,18 28,35 TIDAK
Rumah 361,52 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 110,94 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 109,63 52,00 11,68 10,65 TIDAK
Rumah 321,16 52,00 60,11 18,72 TIDAK
Rumah 159,73 52,00 11,35 7,11 TIDAK
Rumah 360,79 52,00 104,70 29,02 TIDAK
Rumah 458,57 52,00 164,25 35,82 TIDAK
Rumah 1073,24 52,00 164,25 15,30 TIDAK
Rumah 296,82 52,00 35,93 12,11 TIDAK
Rumah 283,90 52,00 15,75 5,55 TIDAK

78
KDH
Fungsi Luas Bangunan Luas
RDTR Luas RTH (m2) Sesuai (YA/Tidak)
Bangunan (m2) RTH(%)
(%)
Rumah 239,72 52,00 42,72 17,82 TIDAK
Rumah 241,06 52,00 19,62 8,14 TIDAK
Rumah 461,73 52,00 24,37 5,28 TIDAK
Rumah 319,64 52,00 15,36 4,81 TIDAK
Rumah 275,71 52,00 9,65 3,50 TIDAK
Rumah 238,54 52,00 22,85 9,58 TIDAK
Rumah 224,16 52,00 11,93 5,32 TIDAK
Rumah 234,80 52,00 24,57 10,46 TIDAK
Rumah 258,10 52,00 44,34 17,18 TIDAK
Rumah 239,47 52,00 10,02 4,18 TIDAK
Rumah 120,11 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 159,84 52,00 49,53 30,99 TIDAK
Rumah 141,93 52,00 7,27 5,13 TIDAK
Rumah 140,66 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 142,51 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 161,33 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 1041,76 52,00 217,13 20,84 TIDAK
Rumah 501,30 52,00 88,03 17,56 TIDAK
Rumah 508,81 52,00 35,68 7,01 TIDAK
Rumah 507,63 52,00 198,17 39,04 TIDAK
Rumah 699,87 52,00 179,52 25,65 TIDAK
Rumah 865,28 52,00 360,60 41,67 TIDAK
Rumah 433,80 52,00 76,81 17,71 TIDAK
Rumah 294,94 52,00 55,38 18,78 TIDAK
Rumah 550,66 52,00 127,70 23,19 TIDAK
Rumah 404,05 52,00 31,67 7,84 TIDAK
Rumah 161,10 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 177,76 52,00 7,10 3,99 TIDAK
Rumah 141,54 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 142,31 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 243,49 52,00 13,60 5,58 TIDAK
Rumah 708,49 52,00 51,82 7,31 TIDAK
Rumah 405,29 52,00 46,06 11,36 TIDAK
Rumah 302,59 52,00 25,81 8,53 TIDAK
Rumah 283,14 52,00 40,93 14,46 TIDAK
Rumah 265,69 52,00 26,49 9,97 TIDAK
Rumah 241,60 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 256,58 52,00 25,60 9,98 TIDAK
Rumah 396,34 52,00 140,84 35,53 TIDAK
Rumah 279,95 52,00 63,35 22,63 TIDAK
Rumah 281,00 52,00 37,94 13,50 TIDAK
Rumah 307,18 52,00 57,21 18,63 TIDAK
Rumah 298,14 52,00 16,38 5,49 TIDAK
Rumah 481,76 52,00 38,40 7,97 TIDAK

79
KDH
Fungsi Luas Bangunan Luas
RDTR Luas RTH (m2) Sesuai (YA/Tidak)
Bangunan (m2) RTH(%)
(%)
Rumah 428,77 52,00 180,80 42,17 TIDAK
Rumah 289,70 52,00 10,89 3,76 TIDAK
Rumah 192,92 52,00 42,78 22,17 TIDAK
Rumah 192,92 52,00 13,51 7,00 TIDAK
Rumah 263,23 52,00 13,34 5,07 TIDAK
Rumah 245,94 52,00 33,05 13,44 TIDAK
Rumah 408,85 52,00 73,08 17,88 TIDAK
Rumah 374,66 52,00 16,65 4,44 TIDAK
Rumah 235,78 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 253,51 52,00 17,35 6,84 TIDAK
Rumah 254,56 52,00 24,10 9,47 TIDAK
Rumah 246,91 52,00 18,85 7,64 TIDAK
Rumah 362,76 52,00 48,68 13,42 TIDAK
Rumah 103,85 52,00 6,57 6,32 TIDAK
Rumah 276,89 52,00 41,14 14,86 TIDAK
Rumah 258,60 52,00 45,54 17,61 TIDAK
Rumah 279,88 52,00 64,33 22,99 TIDAK
Rumah 269,03 52,00 57,18 21,26 TIDAK
Rumah 278,65 52,00 21,88 7,85 TIDAK
Rumah 329,91 52,00 88,38 26,79 TIDAK
Rumah 499,01 52,00 129,10 25,87 TIDAK
Rumah 367,18 52,00 102,74 27,98 TIDAK
Rumah 412,29 52,00 37,02 8,98 TIDAK
Rumah 426,81 52,00 82,99 19,44 TIDAK
Rumah 396,66 52,00 90,04 22,70 TIDAK
Rumah 441,42 52,00 122,92 27,85 TIDAK
Rumah 583,92 52,00 63,57 10,89 TIDAK
Rumah 569,22 52,00 276,70 48,61 TIDAK
Rumah 358,26 52,00 64,25 17,93 TIDAK
Rumah 321,38 52,00 34,84 10,84 TIDAK
Rumah 290,96 52,00 30,84 10,60 TIDAK
Rumah 313,37 52,00 68,39 21,83 TIDAK
Rumah 349,32 52,00 63,20 18,09 TIDAK
Rumah 390,81 52,00 93,52 23,93 TIDAK
Rumah 279,29 52,00 56,62 20,27 TIDAK
Rumah 239,65 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 335,54 52,00 70,94 21,14 TIDAK
Rumah 364,39 52,00 105,11 28,84 TIDAK
Rumah 227,94 52,00 81,23 35,64 TIDAK
Rumah 282,58 52,00 46,43 16,43 TIDAK
Rumah 296,12 52,00 21,74 7,34 TIDAK
Rumah 310,10 52,00 47,94 15,46 TIDAK
Rumah 213,27 52,00 21,51 10,09 TIDAK
Rumah 411,59 52,00 72,59 17,64 TIDAK

80
KDH
Fungsi Luas Bangunan Luas
RDTR Luas RTH (m2) Sesuai (YA/Tidak)
Bangunan (m2) RTH(%)
(%)
Rumah 341,58 52,00 75,49 22,10 TIDAK
Rumah 459,04 52,00 118,43 25,80 TIDAK
Rumah 474,80 52,00 106,13 22,35 TIDAK
Rumah 293,61 52,00 67,84 23,10 TIDAK
Rumah 311,55 52,00 58,65 18,83 TIDAK
Rumah 286,49 52,00 44,09 15,39 TIDAK
Rumah 280,54 52,00 36,12 12,87 TIDAK
Rumah 285,41 52,00 37,69 13,20 TIDAK
Rumah 274,32 52,00 38,91 14,18 TIDAK
Rumah 286,76 52,00 63,30 22,08 TIDAK
Rumah 434,21 52,00 139,33 32,09 TIDAK
Rumah 232,00 52,00 22,45 9,68 TIDAK
Rumah 236,91 52,00 26,79 11,31 TIDAK
Rumah 263,15 52,00 25,94 9,86 TIDAK
Rumah 477,27 52,00 92,88 19,46 TIDAK
Rumah 269,17 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 335,58 52,00 86,22 25,69 TIDAK
Rumah 148,90 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 130,47 52,00 37,36 28,64 TIDAK
Rumah 140,42 52,00 13,58 9,67 TIDAK
Rumah 693,06 52,00 210,67 30,40 TIDAK
Rumah 514,55 52,00 116,27 22,60 TIDAK
Rumah 326,81 52,00 21,39 6,55 TIDAK
Rumah 310,05 52,00 30,45 9,82 TIDAK
Rumah 572,55 52,00 247,60 43,25 TIDAK
Rumah 767,16 52,00 244,57 31,88 TIDAK
Rumah 514,27 52,00 26,24 5,10 TIDAK
Rumah 459,21 52,00 117,78 25,65 TIDAK
Rumah 511,04 52,00 122,18 23,91 TIDAK
Rumah 480,77 52,00 112,86 23,48 TIDAK
Rumah 454,14 52,00 132,31 29,13 TIDAK
Rumah 348,99 52,00 86,99 24,93 TIDAK
Rumah 711,23 52,00 270,62 38,05 TIDAK
Rumah 482,25 52,00 159,60 33,09 TIDAK
Rumah 498,89 52,00 130,52 26,16 TIDAK
Rumah 495,35 52,00 196,41 39,65 TIDAK
Rumah 446,48 52,00 176,05 39,43 TIDAK
Rumah 711,33 52,00 117,37 16,50 TIDAK
Rumah 695,81 52,00 230,44 33,12 TIDAK
Rumah 657,24 52,00 199,35 30,33 TIDAK
Rumah 691,98 52,00 180,45 26,08 TIDAK
Rumah 520,22 52,00 149,19 28,68 TIDAK
Rumah 335,04 52,00 97,73 29,17 TIDAK
Rumah 315,57 52,00 58,95 18,68 TIDAK

81
KDH
Fungsi Luas Bangunan Luas
RDTR Luas RTH (m2) Sesuai (YA/Tidak)
Bangunan (m2) RTH(%)
(%)
Rumah 343,70 52,00 58,64 17,06 TIDAK
Rumah 321,40 52,00 62,31 19,39 TIDAK
Rumah 347,34 52,00 45,11 12,99 TIDAK
Rumah 313,41 52,00 56,10 17,90 TIDAK
Rumah 449,66 52,00 176,15 39,17 TIDAK
Rumah 494,02 52,00 77,73 15,73 TIDAK
Rumah 459,23 52,00 196,99 42,90 TIDAK
Rumah 544,32 52,00 108,31 19,90 TIDAK
Rumah 228,61 52,00 21,44 9,38 TIDAK
Rumah 667,67 52,00 69,08 10,35 TIDAK
Rumah 577,05 52,00 274,38 47,55 TIDAK
Rumah 269,04 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 231,37 52,00 12,81 5,54 TIDAK
Rumah 123,46 52,00 23,84 19,31 TIDAK
Rumah 450,90 52,00 133,10 29,52 TIDAK
Rumah 345,55 52,00 97,79 28,30 TIDAK
Rumah 374,70 52,00 65,12 17,38 TIDAK
Rumah 277,58 52,00 26,28 9,47 TIDAK
Rumah 209,02 52,00 47,58 22,76 TIDAK
Rumah 200,27 52,00 69,40 34,65 TIDAK
Rumah 479,62 52,00 63,57 13,25 TIDAK
Rumah 479,62 52,00 164,90 34,38 TIDAK
Rumah 447,02 52,00 101,89 22,79 TIDAK
Rumah 440,37 52,00 78,36 17,79 TIDAK
Rumah 390,53 52,00 134,94 34,55 TIDAK
Rumah 424,99 52,00 102,75 24,18 TIDAK
Rumah 332,36 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 354,70 52,00 50,68 14,29 TIDAK
Rumah 452,36 52,00 256,11 56,62 YA
Rumah 370,75 52,00 138,53 37,37 TIDAK
Rumah 292,15 52,00 44,93 15,38 TIDAK
Rumah 269,85 52,00 50,63 18,76 TIDAK
Rumah 301,73 52,00 18,26 6,05 TIDAK
Rumah 322,49 52,00 54,79 16,99 TIDAK
Rumah 330,34 52,00 58,96 17,85 TIDAK
Rumah 558,37 52,00 78,68 14,09 TIDAK
Rumah 422,10 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 285,64 52,00 77,74 27,22 TIDAK
Rumah 1065,77 52,00 354,96 33,31 TIDAK
Rumah 308,08 52,00 50,67 16,45 TIDAK
Rumah 300,59 52,00 50,16 16,69 TIDAK
Rumah 171,64 52,00 7,12 4,15 TIDAK
Rumah 75,57 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 123,86 52,00 0,00 0,00 TIDAK

82
KDH
Fungsi Luas Bangunan Luas
RDTR Luas RTH (m2) Sesuai (YA/Tidak)
Bangunan (m2) RTH(%)
(%)
Rumah 182,51 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 87,91 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 372,85 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 82,80 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 139,43 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 308,69 52,00 87,57 28,37 TIDAK
Rumah 259,82 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 259,02 52,00 68,62 26,49 TIDAK
Rumah 138,26 52,00 30,56 22,11 TIDAK
Rumah 164,10 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 155,24 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 194,07 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 297,96 52,00 61,17 20,53 TIDAK
Rumah 83,63 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 118,33 52,00 19,49 16,47 TIDAK
Rumah 129,78 52,00 41,67 32,11 TIDAK
Rumah 112,02 52,00 51,55 46,02 TIDAK
Rumah 174,57 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 224,35 52,00 20,38 9,09 TIDAK
Rumah 557,13 52,00 135,05 24,24 TIDAK
Rumah 702,21 52,00 325,50 46,35 TIDAK
Rumah 190,92 52,00 22,98 12,04 TIDAK
Rumah 298,76 52,00 42,06 14,08 TIDAK
Rumah 172,55 52,00 23,22 13,46 TIDAK
Rumah 223,66 52,00 161,50 72,21 YA
Rumah 255,87 52,00 8,87 3,47 TIDAK
Rumah 86,18 52,00 6,79 7,87 TIDAK
Rumah 207,46 52,00 4,64 2,24 TIDAK
Rumah 246,64 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 202,45 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 208,29 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 209,81 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 69,62 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 85,18 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 53,99 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 111,71 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 94,59 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 47,77 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 79,14 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 118,34 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 109,80 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 178,37 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 30,32 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 22,98 52,00 0,00 0,00 TIDAK

83
KDH
Fungsi Luas Bangunan Luas
RDTR Luas RTH (m2) Sesuai (YA/Tidak)
Bangunan (m2) RTH(%)
(%)
Rumah 133,81 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 141,32 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 81,68 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 45,65 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 36,66 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 40,58 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 45,64 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 36,78 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 55,78 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 58,02 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 91,64 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 81,25 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 118,65 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 184,97 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 64,03 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 74,16 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 67,72 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 92,10 52,00 5,79 6,28 TIDAK
Rumah 92,10 52,00 4,42 4,80 TIDAK
Rumah 153,71 52,00 39,94 25,98 TIDAK
Rumah 172,08 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 40,87 52,00 10,51 25,73 TIDAK
Rumah 45,06 52,00 4,40 9,76 TIDAK
Rumah 137,68 52,00 28,76 20,89 TIDAK
Rumah 51,35 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 57,11 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 88,37 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 57,12 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 51,20 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 68,39 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 70,78 52,00 3,76 5,31 TIDAK
Rumah 55,83 52,00 10,60 18,98 TIDAK
Rumah 32,78 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 72,99 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 51,05 52,00 4,03 7,90 TIDAK
Rumah 96,25 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 171,29 52,00 29,79 17,39 TIDAK
Rumah 130,01 52,00 29,69 22,84 TIDAK
Rumah 108,70 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 138,80 52,00 10,63 7,66 TIDAK
Rumah 153,19 52,00 24,98 16,31 TIDAK
Rumah 129,53 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 123,42 52,00 4,07 3,29 TIDAK
Rumah 371,33 52,00 33,90 9,13 TIDAK

84
KDH
Fungsi Luas Bangunan Luas
RDTR Luas RTH (m2) Sesuai (YA/Tidak)
Bangunan (m2) RTH(%)
(%)
Rumah 149,61 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 52,54 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 106,38 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 127,69 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 109,08 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 440,99 52,00 86,32 19,57 TIDAK
Rumah 321,34 52,00 45,63 14,20 TIDAK
Rumah 298,65 52,00 71,82 24,05 TIDAK
Rumah 271,47 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 340,23 52,00 42,19 12,40 TIDAK
Rumah 307,78 52,00 13,57 4,41 TIDAK
Rumah 343,02 52,00 64,77 18,88 TIDAK
Rumah 327,64 52,00 49,88 15,22 TIDAK
Rumah 610,21 52,00 55,35 9,07 TIDAK
Rumah 302,33 52,00 73,74 24,39 TIDAK
Rumah 251,63 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 239,24 52,00 28,48 11,90 TIDAK
Rumah 300,14 52,00 48,08 16,02 TIDAK
Rumah 386,46 52,00 92,05 23,82 TIDAK
Rumah 189,12 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 504,70 52,00 137,27 27,20 TIDAK
Rumah 487,94 52,00 113,24 23,21 TIDAK
Rumah 350,49 52,00 97,80 27,91 TIDAK
Rumah 260,29 52,00 27,99 10,75 TIDAK
Rumah 227,88 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 134,14 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 142,07 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 307,53 52,00 79,29 25,78 TIDAK
Rumah 261,15 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 123,10 52,00 52,59 42,72 TIDAK
Rumah 90,87 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 230,36 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 89,19 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 130,16 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 46,88 52,00 4,97 10,61 TIDAK
Rumah 277,92 52,00 46,45 16,71 TIDAK
Rumah 479,28 52,00 111,66 23,30 TIDAK
Rumah 416,86 52,00 27,55 6,61 TIDAK
Rumah 371,40 52,00 11,96 3,22 TIDAK
Rumah 188,90 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 290,27 52,00 20,69 7,13 TIDAK
Rumah 406,08 52,00 170,14 41,90 TIDAK
Rumah 453,56 52,00 75,67 16,68 TIDAK
Rumah 215,30 52,00 30,08 13,97 TIDAK

85
KDH
Fungsi Luas Bangunan Luas
RDTR Luas RTH (m2) Sesuai (YA/Tidak)
Bangunan (m2) RTH(%)
(%)
Rumah 205,27 52,00 41,48 20,21 TIDAK
Rumah 209,96 52,00 54,21 25,82 TIDAK
Rumah 206,78 52,00 43,11 20,85 TIDAK
Rumah 451,03 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 479,67 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 396,46 52,00 39,13 9,87 TIDAK
Rumah 37,79 52,00 5,29 13,99 TIDAK
Rumah 199,76 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 122,14 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 76,25 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 141,64 52,00 37,68 26,60 TIDAK
Rumah 74,01 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 206,96 52,00 6,99 3,38 TIDAK
Rumah 91,51 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 144,06 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 455,59 52,00 25,53 5,60 TIDAK
Rumah 290,73 52,00 40,59 13,96 TIDAK
Rumah 316,52 52,00 49,18 15,54 TIDAK
Rumah 289,94 52,00 73,42 25,32 TIDAK
Rumah 622,32 52,00 297,09 47,74 TIDAK
Rumah 492,97 52,00 46,87 9,51 TIDAK
Rumah 607,06 52,00 69,55 11,46 TIDAK
Rumah 500,85 52,00 190,84 38,10 TIDAK
Rumah 550,16 52,00 197,72 35,94 TIDAK
Rumah 197,62 52,00 31,88 16,13 TIDAK
Rumah 825,78 52,00 360,01 43,60 TIDAK
Rumah 479,76 52,00 150,99 31,47 TIDAK
Rumah 465,75 52,00 5,04 1,08 TIDAK
Rumah 506,74 52,00 170,90 33,73 TIDAK
Rumah 380,32 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 411,81 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 666,31 52,00 105,94 15,90 TIDAK
Rumah 686,27 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 227,60 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 466,45 52,00 31,35 6,72 TIDAK
Rumah 199,65 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 306,83 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 236,68 52,00 31,04 13,12 TIDAK
Rumah 211,26 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 281,55 52,00 39,15 13,91 TIDAK
Rumah 314,34 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 215,91 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 575,51 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 196,09 52,00 25,29 12,90 TIDAK

86
KDH
Fungsi Luas Bangunan Luas
RDTR Luas RTH (m2) Sesuai (YA/Tidak)
Bangunan (m2) RTH(%)
(%)
Rumah 257,15 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 126,56 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 162,69 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 113,55 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 111,31 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 124,29 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 117,79 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 117,79 52,00 7,14 6,06 TIDAK
Rumah 69,74 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 110,32 52,00 8,31 7,54 TIDAK
Rumah 92,61 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 86,42 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 148,99 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 98,03 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 116,48 52,00 7,91 6,79 TIDAK
Rumah 148,45 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 436,35 52,00 24,34 5,58 TIDAK
Rumah 99,30 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 188,69 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 218,12 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 223,93 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 268,63 52,00 49,40 18,39 TIDAK
Rumah 321,51 52,00 35,77 11,13 TIDAK
Rumah 190,52 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 190,52 52,00 34,65 18,19 TIDAK
Rumah 418,25 52,00 25,86 6,18 TIDAK
Rumah 35,51 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 22,79 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 28,98 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 77,73 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 430,92 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 173,07 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 415,84 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 415,84 52,00 93,60 22,51 TIDAK
Rumah 437,49 52,00 14,01 3,20 TIDAK
Rumah 170,12 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 131,39 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 216,14 52,00 19,64 9,09 TIDAK
Rumah 129,24 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 35,51 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 143,00 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 135,95 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 202,10 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 145,79 52,00 0,00 0,00 TIDAK

87
KDH
Fungsi Luas Bangunan Luas
RDTR Luas RTH (m2) Sesuai (YA/Tidak)
Bangunan (m2) RTH(%)
(%)
Rumah 577,61 52,00 151,70 26,26 TIDAK
Rumah 210,14 52,00 15,18 7,22 TIDAK
Rumah 168,35 52,00 41,74 24,79 TIDAK
Rumah 86,70 52,00 14,85 17,13 TIDAK
Rumah 97,27 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 159,60 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 228,71 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 307,86 52,00 76,38 24,81 TIDAK
Rumah 336,30 52,00 119,64 35,57 TIDAK
Rumah 59,46 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 41,69 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 99,52 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 73,93 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 51,46 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 81,94 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 64,23 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 128,89 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 25,38 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 126,25 52,00 29,48 23,35 TIDAK
Rumah 76,39 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 70,16 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 50,11 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 69,04 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 94,30 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 116,72 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 91,98 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 35,99 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 83,94 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 50,98 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 38,66 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 57,19 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 63,82 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 28,44 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 48,03 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 48,43 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 30,96 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 55,29 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 58,46 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 86,88 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 47,91 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 354,14 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 202,25 52,00 105,27 52,05 YA
Rumah 108,91 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 249,72 52,00 37,90 15,18 TIDAK

88
KDH
Fungsi Luas Bangunan Luas
RDTR Luas RTH (m2) Sesuai (YA/Tidak)
Bangunan (m2) RTH(%)
(%)
Rumah 338,55 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 300,37 52,00 73,83 24,58 TIDAK
Rumah 168,21 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 126,89 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 129,89 52,00 6,76 5,20 TIDAK
Rumah 316,16 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 85,86 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 163,08 52,00 16,97 10,40 TIDAK
Rumah 154,15 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 264,06 52,00 5,35 2,03 TIDAK
Rumah 87,38 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 95,49 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 84,50 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 89,79 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 110,01 52,00 13,21 12,01 TIDAK
Rumah 126,02 52,00 45,63 36,20 TIDAK
Rumah 58,55 52,00 2,84 4,84 TIDAK
Rumah 139,62 52,00 8,83 6,32 TIDAK
Rumah 101,20 52,00 2,02 1,99 TIDAK
Rumah 691,65 52,00 4,86 0,70 TIDAK
Rumah 83,85 52,00 2,72 3,24 TIDAK
Rumah 157,55 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 169,37 52,00 7,82 4,62 TIDAK
Rumah 108,22 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 149,52 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 75,11 52,00 9,05 12,05 TIDAK
Rumah 244,09 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 47,92 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 103,70 52,00 4,58 4,41 TIDAK
Rumah 34,16 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 51,82 52,00 2,08 4,01 TIDAK
Rumah 116,36 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 66,91 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 84,01 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 133,21 52,00 11,71 8,79 TIDAK
Rumah 53,33 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 87,95 52,00 2,83 3,22 TIDAK
Rumah 92,27 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 110,84 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 67,88 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 117,45 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 143,13 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 49,37 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 49,24 52,00 0,00 0,00 TIDAK

89
KDH
Fungsi Luas Bangunan Luas
RDTR Luas RTH (m2) Sesuai (YA/Tidak)
Bangunan (m2) RTH(%)
(%)
Rumah 184,46 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 55,86 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 180,48 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 153,61 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 60,58 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 83,06 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 86,73 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 55,03 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 55,55 52,00 4,01 7,21 TIDAK
Rumah 102,06 52,00 23,58 23,10 TIDAK
Rumah 75,53 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 54,76 52,00 3,59 6,55 TIDAK
Rumah 81,63 52,00 2,46 3,01 TIDAK
Rumah 157,69 52,00 11,84 7,51 TIDAK
Rumah 99,68 52,00 7,36 7,39 TIDAK
Rumah 59,71 52,00 5,14 8,61 TIDAK
Rumah 60,70 52,00 3,85 6,34 TIDAK
Rumah 93,07 52,00 7,18 7,71 TIDAK
Rumah 154,48 52,00 19,85 12,85 TIDAK
Rumah 176,07 52,00 45,69 25,95 TIDAK
Rumah 145,35 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 173,13 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 369,07 52,00 43,56 11,80 TIDAK
Rumah 158,65 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 188,01 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 100,27 52,00 7,96 7,94 TIDAK
Rumah 93,94 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 79,34 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 96,86 52,00 2,35 2,43 TIDAK
Rumah 34,56 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 139,96 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 224,84 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 132,06 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 154,17 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 368,85 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 145,05 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 119,27 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 155,25 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 270,51 52,00 71,67 26,50 TIDAK
Rumah 94,33 52,00 9,26 9,82 TIDAK
Rumah 216,42 52,00 20,16 9,32 TIDAK
Rumah 202,88 52,00 34,76 17,14 TIDAK
Rumah 173,23 52,00 30,97 17,88 TIDAK
Rumah 228,22 52,00 17,59 7,71 TIDAK

90
KDH
Fungsi Luas Bangunan Luas
RDTR Luas RTH (m2) Sesuai (YA/Tidak)
Bangunan (m2) RTH(%)
(%)
Rumah 100,22 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 110,88 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 163,49 52,00 10,62 6,50 TIDAK
Rumah 190,90 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 223,11 52,00 34,07 15,27 TIDAK
Rumah 178,83 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 127,27 52,00 7,00 5,50 TIDAK
Rumah 143,92 52,00 38,32 26,63 TIDAK
Rumah 134,46 52,00 6,84 5,09 TIDAK
Rumah 176,91 52,00 23,39 13,22 TIDAK
Rumah 110,24 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 146,77 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 71,64 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 175,78 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 266,29 52,00 50,86 19,10 TIDAK
Rumah 164,93 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 159,44 52,00 52,46 32,91 TIDAK
Rumah 144,13 52,00 3,94 2,74 TIDAK
Rumah 155,54 52,00 12,52 8,05 TIDAK
Rumah 149,46 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 270,01 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 216,51 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 77,51 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 63,40 52,00 5,39 8,51 TIDAK
Rumah 83,07 52,00 8,22 9,89 TIDAK
Rumah 177,58 52,00 38,51 21,69 TIDAK
Rumah 229,79 52,00 52,67 22,92 TIDAK
Rumah 115,50 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 157,96 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 276,31 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 89,84 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 123,64 52,00 4,44 3,59 TIDAK
Rumah 106,71 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 156,32 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 152,32 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 116,95 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 114,85 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 95,89 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 136,65 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 86,77 52,00 5,77 6,65 TIDAK
Rumah 105,09 52,00 7,83 7,45 TIDAK
Rumah 124,08 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 114,78 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 114,78 52,00 2,64 2,30 TIDAK

91
KDH
Fungsi Luas Bangunan Luas
RDTR Luas RTH (m2) Sesuai (YA/Tidak)
Bangunan (m2) RTH(%)
(%)
Rumah 160,38 52,00 37,27 23,24 TIDAK
Rumah 105,71 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 86,68 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 86,56 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 76,36 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 52,64 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 41,99 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 97,96 52,00 33,90 34,61 TIDAK
Rumah 55,62 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 103,05 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 58,89 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 61,15 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 67,68 52,00 7,77 11,48 TIDAK
Rumah 59,58 52,00 17,54 29,44 TIDAK
Rumah 65,29 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 170,61 52,00 6,82 4,00 TIDAK
Rumah 144,21 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 55,35 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 56,05 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 113,90 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 137,71 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 102,48 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 59,22 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 12,65 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 84,49 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 102,44 52,00 1,48 1,45 TIDAK
Rumah 43,63 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 58,67 52,00 4,35 7,41 TIDAK
Rumah 54,82 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 112,20 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 585,34 52,00 248,55 42,46 TIDAK
Rumah 291,20 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 353,23 52,00 28,82 8,16 TIDAK
Rumah 252,10 52,00 28,01 11,11 TIDAK
Rumah 271,69 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 409,25 52,00 102,39 25,02 TIDAK
Rumah 426,86 52,00 96,04 22,50 TIDAK
Rumah 440,58 52,00 23,86 5,42 TIDAK
Rumah 306,97 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 306,97 52,00 50,05 16,31 TIDAK
Rumah 323,49 52,00 43,61 13,48 TIDAK
Rumah 304,95 52,00 16,39 5,37 TIDAK
Rumah 245,56 52,00 35,16 14,32 TIDAK
Rumah 208,56 52,00 12,02 5,76 TIDAK

92
KDH
Fungsi Luas Bangunan Luas
RDTR Luas RTH (m2) Sesuai (YA/Tidak)
Bangunan (m2) RTH(%)
(%)
Rumah 195,93 52,00 19,36 9,88 TIDAK
Rumah 210,31 52,00 31,30 14,88 TIDAK
Rumah 458,95 52,00 173,26 37,75 TIDAK
Rumah 436,56 52,00 130,52 29,90 TIDAK
Rumah 432,98 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 257,66 52,00 38,34 14,88 TIDAK
Rumah 242,65 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 264,54 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 328,08 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 199,79 52,00 22,76 11,39 TIDAK
Rumah 134,92 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 139,49 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 78,38 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 71,64 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 57,33 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 50,07 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 67,06 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 117,88 52,00 17,14 14,54 TIDAK
Rumah 36,54 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 24,05 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 127,37 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 86,91 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 89,55 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 72,44 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 66,58 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 84,02 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 60,54 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 29,31 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 50,80 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 55,18 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 34,69 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 410,01 52,00 27,00 6,58 TIDAK
Rumah 623,30 52,00 39,03 6,26 TIDAK
Rumah 469,58 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 613,92 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 184,00 52,00 26,29 14,29 TIDAK
Rumah 160,59 52,00 5,64 3,51 TIDAK
Rumah 581,18 52,00 174,49 30,02 TIDAK
Rumah 155,38 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 191,25 52,00 35,56 18,59 TIDAK
Rumah 235,96 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 229,89 52,00 1,50 0,65 TIDAK
Rumah 58,11 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 32,30 52,00 0,00 0,00 TIDAK

93
KDH
Fungsi Luas Bangunan Luas
RDTR Luas RTH (m2) Sesuai (YA/Tidak)
Bangunan (m2) RTH(%)
(%)
Rumah 40,80 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 68,91 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 196,09 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 25,55 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 20,33 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 20,86 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 49,51 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 71,70 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 26,20 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 69,06 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 161,01 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 66,44 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 75,59 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 98,37 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 241,61 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 124,58 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 200,36 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 183,03 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 46,40 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 55,56 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 43,93 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 62,20 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 128,90 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 123,84 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 42,26 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 27,23 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 57,80 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 44,15 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 233,11 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 235,31 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 235,31 52,00 28,79 12,24 TIDAK
Rumah 61,31 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 47,28 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 99,12 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 32,09 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 23,59 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 44,30 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 55,48 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 110,17 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 30,13 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 34,70 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 67,79 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 38,91 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 34,36 52,00 0,00 0,00 TIDAK

94
KDH
Fungsi Luas Bangunan Luas
RDTR Luas RTH (m2) Sesuai (YA/Tidak)
Bangunan (m2) RTH(%)
(%)
Rumah 50,90 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 53,26 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 35,63 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 37,61 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 35,84 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 190,83 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 305,77 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 308,98 52,00 64,41 20,85 TIDAK
Rumah 195,12 52,00 39,74 20,37 TIDAK
Rumah 84,08 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 129,98 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 171,67 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 148,93 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 247,42 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 242,04 52,00 10,77 4,45 TIDAK
Rumah 217,93 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 128,52 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 195,49 52,00 60,62 31,01 TIDAK
Rumah 198,65 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Rumah 154,45 52,00 69,39 44,93 TIDAK
Rumah 518,89 52,00 241,19 46,48 TIDAK
Rumah 825,91 52,00 116,41 14,09 TIDAK
Pendidikan 4647,92 52,00 1712,23 36,84 TIDAK
Pendidikan 14226,28 52,00 1331,35 9,36 TIDAK
Pendidikan 1942,04 52,00 363,74 18,73 TIDAK
Pendidikan 2509,57 52,00 95,56 3,81 TIDAK
Kesehatan 399,21 52,00 8,39 2,10 TIDAK
Kesehatan 283,66 52,00 40,19 14,17 TIDAK
Peribadatan 922,07 52,00 199,09 21,59 TIDAK
Peribadatan 411,29 52,00 34,20 8,32 TIDAK
Peribadatan 201,91 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Peribadatan 210,36 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Peribadatan 131,58 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Peribadatan 336,08 52,00 46,22 13,75 TIDAK
Perkantoran 1588,62 52,00 467,72 29,44 TIDAK
Perkantoran 7000,28 52,00 747,25 10,67 TIDAK
Toko 171,25 52,00 20,04 11,70 TIDAK
Toko 112,57 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Toko 323,80 52,00 5,24 1,62 TIDAK
Toko 1861,07 52,00 72,76 3,91 TIDAK
Toko 505,61 52,00 87,21 17,25 TIDAK
Toko 407,31 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Toko 462,49 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Toko 194,70 52,00 0,00 0,00 TIDAK

95
KDH
Fungsi Luas Bangunan Luas
RDTR Luas RTH (m2) Sesuai (YA/Tidak)
Bangunan (m2) RTH(%)
(%)
Toko 413,47 52,00 29,57 7,15 TIDAK
Toko 102,43 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Toko 774,96 52,00 49,45 6,38 TIDAK
Toko 632,94 52,00 88,83 14,04 TIDAK
Toko 419,50 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Toko 1626,06 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Toko 729,30 52,00 210,59 28,87 TIDAK
Toko 981,65 52,00 104,51 10,65 TIDAK
Toko 422,79 52,00 159,95 37,83 TIDAK
Toko 341,19 52,00 34,83 10,21 TIDAK
Toko 543,07 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Toko 614,86 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Toko 614,86 52,00 10,53 1,71 TIDAK
Toko 1688,65 52,00 509,34 30,16 TIDAK
Toko 582,53 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Toko 569,55 52,00 57,06 10,02 TIDAK
Toko 200,13 52,00 27,67 13,82 TIDAK
Toko 131,19 52,00 56,52 43,08 TIDAK
Toko 162,65 52,00 16,24 9,98 TIDAK
Toko 300,32 52,00 10,79 3,59 TIDAK
Toko 93,04 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Toko 251,07 52,00 70,80 28,20 TIDAK
Toko 155,87 52,00 10,45 6,70 TIDAK
Toko 105,64 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Toko 69,85 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Toko 43,42 52,00 8,30 19,12 TIDAK
Toko 117,62 52,00 30,40 25,85 TIDAK
Toko 102,41 52,00 5,76 5,63 TIDAK
Toko 435,47 52,00 21,18 4,86 TIDAK
Toko 407,56 52,00 8,77 2,15 TIDAK
Toko 230,62 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Toko 342,42 52,00 48,48 14,16 TIDAK
Toko 541,21 52,00 0,00 0,00 TIDAK
Sumber Hasil Analisis 2020

Tabel 5.12 Kesesuaian Bangunan terhadap Intensitas

Sesuai
Fungsi Bangunan Jumlah Persentase
Perumahan 4 0.49
Tidak Sesuai
Pendidikan 4 0,49
Peribadatan 6 0,73
Kesehatan 2 0,24
Perkantoran 2 0,24

96
Perdagangan dan Jasa 41 4,98
Perumahan 764 92,83
Total Tidak Sesuai 819 99.51
Total Keseluruhan 823 100
Sumber Hasil Analisis 2020

Menurut Tabel 5.10 merupakan tabel yang berisi fungsi bangunan yang sesuai dan
tidak sesuai ketika dibandingkan luas RTH (%) dengan KDH RDTR. Menurut Tabel 5.11
diatas berisi jumlah bangunan dari tiap fungsi bangunan yang termasuk kelompok
sesuai/tidak sesuainya luas RTHnya dengan ketentuan yang berlaku, yang termasuk kategori
sesuai hanya dari fungsi bangunan perumahan saja dengan jumlah 4. Sedangkan yang tidak
sesuai dengan jumlah 819 dari semua fungsi bngunan yang ada.

97
Gambar 5.39 Peta Sesuai/Tidak Sesuai Ruang Terbuka Hijau Privat

98
5.3 Temuan Praktikan
 Dalam pengerjaan digitasi menggunakan foto udara tahun 2016 yang dimana
cukup lama dari tahun pengerjaan kegiatan sekarang, terdapat cukup banyak
perubahan Ketika melihat kondisi eksisting seperti didalam foto udara di suatu
tempat tidak ada bangunan tetapi di eksistingnya sudah terdapat.
 Dalam pengerjaan evaluasi ruang terbuka hijau privat pada Kawasan Bojonegara
hanya berdasarkan based on interprestasi foto udara tanpa melakukan survey,
seharusnya dalam pengerjaan di butuhkan survey agar data yang kita punya lebih
valid ketimbang hanya melalui foto udara dan google maps
 Dalam peraturan intensitas pemanfaatan ruang nilai KDH yang ditetapkan di
wilayah KBU sebesar 52%. Yang membuat banyak RTH tidak sesuai dengan
ketentuan tersebut.

99
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.1 Kesimpulan Kerja Praktek
Kerja praktek merupakan mata kuliah yang wajib pada semester 7 di Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Pasundan. Yang dimana kerja praktek ini,
praktikan mendapat suatu pengalaman dan ilmu pengetahuan baru dalam proses Evaluasi
Ruang Terbuka Hijau Privat pada SWK Bojonegara. Selama menjadi peserta kerja praktek ini
praktikan ditempatkan sebagai asisten tenaga ahli yang dimana langsung bekerja dan dapat
berdiskusi langsung dengan leader dalam Penyusunan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Privat
pada SWK Bojonegara. Praktikan dilibatkan secara langsung dalam kompilasi data dan
analisis.

Namun masih terdapat sedikit kekurangan dalam keterlibatan praktikan pada Evaluasi
Ruang Terbuka Hijau Privat pada SWK Bojonegara yaitu praktikan tidak dilibatkan langsung
dalam melihat kondisi eksisting di wilayah kajian. Karena kondisi daerah yang sedang zona
merah akibat Pandemik Covid19.

6.1.2 Kesimpulan Hasil Pekerjaan


Kesimpulan dari hasil analisis adalah masih banyak terdapat bangunan yang belum
sesuai dengan ketentuan yang ada. Ini bisa menjadi masukan atau pertimbangan bagi pihak
yang berlaku bagaimana agar ketentuan tersebut dapat di ikuti atau terdapat GAP di aturan
ketentuan intensitasnya yang membuat banyaknya RTH jadi tidak sesuai.

6.2 Saran
Saran yang akan disampaikan oleh praktikan selama melakukan kerja praktek yaitu
sebagai berikut

6.2.1 Saran Bagi Instansi/perusahaan


1. Kurangnya kordinasi antara anggota yang membuat sering terjadinya misskom dalam
pengerjaan tugas.
2. Memberikan kesempatan kepada praktikan untuk ikut terjun langsung kelapangan
melihat kondisi eksisting wilayah kajian.
3. Memberikan kepercayan kepada praktikan untuk membantu pekerjaan dan tidak sungkan
untuk memberi kritik ataupun petunjuk.

100
6.2.2 Saran Bagi Calon Praktikan
1. Sebelum melaksanakan kerja praktek praktikan harus mempersiapkan diri dengan cara
mempelajari kembali berbagai literatur yang didapat pada masa perkuliahan terutama
yang sesuai dengan materi yang ditetapkan oleh instansi/perusahaan tempat kerja praktek
dan ikuti panduan kerjaa praktek baik administrasi maupun laporan.
2. Menentukan instansi/perusahaan untuk melaksanakan kerja praktek secara cermat dan
hendaknya memilih instansi/perusahaan tempat kerja praktek yang benar-benar
melibatkan langsung praktikan dalam pekerjaan sehingga praktikan akan benar-benar
mendapatkan ilmu dan pengalaman/gambaran dalam dunia pekerjaan.

101
Revisi Kerja Praktek
ANALISIS KETERSEDIAN RUANG TERBUKA HIJAU PRIVAT
DI KELURAHAN SUKAWARNA

Tabel Kendali Hasil Masukan Seminar

No. Penguji Masukan Halaman Keterangan Paraf


Pertanggung jawaban
didalam jadwal kegiatan
harian praktikan, sebagai
Sudah ada di
bukti bahwa dalam 44
BAB IV
melakukan kegiatan
(Log book kegiatan kerja
Apriadi Budi praktek)
1 Tambahkan Log book
Raharja,S.T.M.SI Sudah
terdapat tahapan 45
ditambahkan
pengerjaan laporan
Jangan sebutkan argis
Sudah
tapi sebutkan 41,42,44,72,75
diperbaiki
softwarenya saja
Perjelas kerangka Sudah
39
pekerjaan (4.11) ditambahkan
BAB 1 tambahkan secara
Sudah ada di
substansi dilatar 1
BAB 1
Ratih Rantini, belakang
2 Keterangan di Flowchart Sudah
S.T.MT 39
tanda merah ditambahkan
Perjelas kesimpulan Sudah
99
lebih ke substansi diperbaiki
Tambahkan suasana
kerja, tambahkan apa Sudah
7
yang dikerjakan ditambahkan
praktikan.
Sudah
DR. Ari Djatmiko, Typo di tinjauan Pustaka BAB III
3 diperbaiki
IR.,MT.
Kesimpulan tiap Sudah
BAB III
penjelasan ditambahkan
Permasalhan yang
Sudah ada di
ditemukan dimasukan 98
BAB V
kedalam temuan

DAFTAR PUSTAKA
1. Artikel/Buku

102
Amin, SFA (2013). Upaya Peningkatan Ruang Terbuka Hijau Privat pada Kawasan
Pemukiman Kota Makassar. Universitas Muhammadyah Makasar.
Amin, Samsuddin, Nurmaida Amri (2011). Evaluasi Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Di
Kompleks Perumahan Bumi Permata Sudiang Kota Makassar.
Ardi, WF, Parfi Khadiyanto (2017). Efektivitas Taman Kota 1 Bsd Sebagai Ruang Terbuka
Hijau Publik Di Kawasan Perkotaan Bsd City, Kota Tangerang Selatan.
Arsiteklingkungan (2015). Singapura, Contoh Kota Tropis. (diakses pada tanggal 30 januari
2021) http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/2015/08/27/singapura-contoh-kota-
tropis/
Diandra, Nadia, Muhammad Nurul Afla, Muhammad Oky Syahputra (2020). Tinjauan Rumah
Tinggal Berdasarkan Konsep Rumah Sehat Menurut Regulasi Pemerintah.
Feick et all (1999), Tuman (2001), Keele (1997) dalam Handayani, D, R.Soelistijadi dan
Sunardi (2005). Pemanfaatan Analisis Spasial untuk Pengolahan Data Spasial Sistem
Informasi Geografi . Kabupaten Pemalang.
Hakim dan Utomo (2004), Irwan (2005) dalam Arimbi, D. (2012). “Arahan Optimalisasi
Ruang Terbuka Hijau Publik di Kecamatan Gresik”. Fakultas Sipil dan Perencanaan.
Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.
Hakim dan Hardi (2004:98) dalam Ergantara, RI, Emy Khikmawati (2020). Analisis
Pemilihan Jenis Tanaman Penyerap Emisi Udara Dalam Mendukung Ruang Terbuka
Hijau Privat Di Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.
Handayani (2007) dalam Rochman, FN dan Joesron Alie Syahbana (2013). Penetapan Fungsi
dan Kesesuaian Vegetasi pada Taman Publik sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
Kota Pakalongan.
Hidayat, Rahmat, M. Komarudin, Yuliarto Raharjo (2014). Rancang Bangun Sistem
Penstabil Kamera Untuk Foto Udara Berbasis Wahana Udara Quadcopter.
Housingestate. Kota Baru Parahyangan Memasuki Era Baru Pembangunan Kota Mandiri
(diakses pada tanggal 30 januari 2021) http://rumah.housing-estate.com/kota-baru-
parahyangan-memasuki-era-baru-pembangunan-kota-mandiri/
Joga, N, Irwan Ismaun (2011). RTH 30% Resolusi Kota hijau. Gramedia Utama
Khushardono, Dony, Anwar Anas dkk (2015). Pemanfaatan Data LSA (LAPAN Surveillance
Aircraft) untuk Mendukung Pemetaan Skala Rinci.
Lamudi (2015). BSD City Si Kota Mandiri yang Memesona (diakses pada tanggal 30 januari
2021) https://www.lamudi.co.id/journal/bsd-city-si-kota-mandiri-yang-memesona/
Lillesand, TM, Ralph WK (1993). Penginderaan Jauh Dan Interprestasi Citra. Gadja Mada
University
Liu Thai Ker (1994)dalam Ikhsan, M. (2012). “Penataan ruang terbuka hijau kawasan
kampus II Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Di Kabupaten Gowa”.
Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Alauddin. Makassar
Mashur, Dadang, Zaili Rusli (2018). Upaya Dan Implikasi Penyediaan Ruang Terbuka Hijau
(RTH).
Mariana, Yosica Rusli (2014). Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Rumah Susun.

103
Nugraha, Erza (2016). “Identifikasi Perubahan Rth Privat Komplek Perumahan Menurut
Pemilik Rumah (Studi Kasus:Perumahan Griya Shanta Di Kecamatan Lowokwaru, Kota
Malang)”. Fakultas Sipil dan Perencanaan. Institut Teknologi Nasional. Malang
Nugroho, RH (2020). Menghitung Intensitas Pemanfaatan Ruang menggunakan ArcMap
(diakses pada tanggal 18 januari 2021) https://community.esri.com/t5/arcnesia-
blog/menghitung-intensitas-pemanfaatan-ruang-menggunakan-arcmap/ba-p/885375
Octori, Oghy (2015). Foto Udara Menggunakan Wahana UAV Jenis Fix Wing.
Purba, Dani, Sawitri Subiyanto, Hani’ah (2018). Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau
Berdasarkan Pendekatan Kebutuhan Oksigen Di Kota Pekalongan Dengan
Menggunakan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Geodesi
Undip Oktober 2018Volume 7, Nomor 4, Tahun 2018, (ISSN : 2337-845X)264
Sugandi, Dede, Lili Somantri, Nanin Trianawati Sugito (2009). Hand Out Sistem Informasi
Geografi (SIG).
Sabarudin, Arief (2013). Persyaratan Teknis Bangunan. Griya Kreasi
Septia, DR, Sawitri Subiyanto, Fauzi Janu Amarrohman (2020). Identifikasi Kesesuaian Dan
Intensitas Pemanfaatan Lahan Di Kelurahan Lamper Lor Menggunakan Foto Udara
Tahun 2018.
Rahmadhani, Dian, Hartuti Purnaweni, Aufarul Marom (2020). Implementasi Kebijakan
Ruang Terbuka Hijau Privat Di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang
2. Undang-undang
Republik Indonesia (2007). Undang – Undang Nomor. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang. Indonesia.
Republik Indonesia (2018). Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 16 Tahun
2018 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi
Kabupaten/Kota
Republik Indonesia (2008). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05 Tahun 2008
Tentang PedomanPenyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan
Perkotaan
Peraturan Daerah (2011). Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2011-2031 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Bandung
Peraturan Daerah (2015). Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2015-2035 Tentang Rencana
Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kota Bandung
Peraturan Daerah (2019). Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2018-2023 Tentang
Pembangunan Jangka Menengah

104
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1-A Surat Penerimaan Kerja Praktek dari Perusahaan/Instansi

105
Lampiran 1-B Form Kerja Praktek-3 Persetujuan Judul Kerja Praktek

106
Lampiran 2-A Form Kerja Praktek-4 Absensi Asistensi Kerja Praktek Pembimbing

107
108
109
Lampiran 2-B Form KP-5 Absensi Asistensi Kerja Praktek Pembimbing Perusahaan/Instansi

110
Lampiran 2-C Surat Selesai melaksanakan Kerja Praktek dari Perusahaan

111
Lampiran 2-D Nilai Kerja Praktek dari Perusahaan

112

Anda mungkin juga menyukai