Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PENGINDRAAN JARAK JAUH & PENGOLAHAN CITRA DIJITAL


Diajuakan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Sistem Informasi Geografis.
Dosen Pengampu : Khaerul Manaf, ST., M.Kom.

Disusun Oleh :
Kelompok 6

1147050069 Hafiyyan Silmi


1147050103 Moch.Rizky P
1167050018 Alfi Gusman
1167050058 Fahni Amsyari
1167050163 Wildanul Ahsan

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bandung, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2
A. Pengertian Penginderaan Jauh ............................................................................................. 2
B. Manfaat Penginderaan Jauh ................................................................................................. 2
C. Komponen Penginderaan Jauh............................................................................................. 3
1. Tenaga untuk Penginderaan Jauh ..................................................................................... 3
2. Atmosfer ........................................................................................................................... 4
3. Interaksi Tenaga dengan Objek ........................................................................................ 4
4. Sensor atau Alat Pengindera ............................................................................................ 4
5. Pengolahan Data ............................................................................................................... 5
6. Pengguna Data.................................................................................................................. 5
D. Sistem Penginderaan Jauh.................................................................................................... 6
E. Hasil Penginderaan Jauh ...................................................................................................... 7
1. Citra Foto.......................................................................................................................... 8
2. Citra Non Foto .................................................................................................................. 9
F. Unsur Interpretasi Citra...................................................................................................... 11
1. Rona dan Warna ............................................................................................................. 12
2. Bentuk ............................................................................................................................ 12
3. Ukuran ............................................................................................................................ 12
4. Tekstur............................................................................................................................ 12
5. Pola ................................................................................................................................. 13
6. Bayangan ........................................................................................................................ 13
7. Situs ................................................................................................................................ 13
8. Asosiasi .......................................................................................................................... 13
9. Konvergensi Bukti.......................................................................................................... 13
ii
G. Pengolahan Citra Digital .................................................................................................... 14
BAB III KESIMPULAN............................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penginderaan jauh berkembang sangat pesat sejak lima dasawarsa terakhir ini.
Perkembangannya meliputi aspek sensor, wahana atau kendaraan pembawa sensor, jenis
citra serta liputan dan ketersediaannya, alat dan analisis data, dan jumlah pengguna serta
bidang penggunaannya.
Di Indonesia, penggunaan foto udara untuk survey pemetaan sumber daya telah
dimulai oleh beberapa instansi pada awal tahun 1970-an. Saat ini telah beredar banyak jenis
satelit sumber daya. Mulai dari negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, Perancis,
Jepang, Rusia, hingga negara-negara besar namun dengan pendapatan per kapita yang
rendah seperti India dan Republik Rakyat Cina. Berbagai satelit sumberdaya yang
diluncurkan itu menawarkan kemampuan yang bervariasi, dari resolusi spasial 0,6 meter
(QuickBirth milik Amerika) hingga sekitar 1,1 kilometer (NOAA-AVHRR juga milik
Amerika Serikat). Berbagai negara di Eropa, Amerika Utara, Amerika Latin, Asia dan
bahkan Afrika telah banyak memanfaatkan satelit itu untuk pembangunan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penginderaan jauh?
2. Apa manfaat penginderaan jauh?
3. Bagaimana penginderaan jauh dapat dilakukan?
4. Mengapa penginderaan jauh sangat berperan penting dalam berbagai hal?
5. Apa saja komponen penginderaan jauh?
6. Bagaimana cara menginterpretasi citra?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini selain bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
penginderaan jauh, juga diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai penginderaan
jauh dan interpretasi citra serta manfaatnya yang diperlukan dalam berbagai bidang.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penginderaan Jauh
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang
obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan
menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji
(Lillesand and Kiefer, 1979). Sedang menurut Lindgren, Penginderaan jauh ialah berbagai
teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi
tersebut khusus berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari
permukaan bumi.
Penginderaan jauh merupakan aktivitas penyadapan informasi tentang obyek atau
gejala di permukaan bumi (atau permukaan bumi) tanpa melalui kontak langsung. Karena
tanpa kontak langsung, diperlukan media supaya obyek atau gejala tersebut dapat diamati
dan ‘didekati’ oleh si penafsir. Media ini berupa citra (image atau gambar). Citra adalah
gambaran rekaman suatu obyek (biasanya berupa gambaran pada foto) yang dibuahkan
dengan cara optik, elektro-optik, optik mekanik, atau elektronik. Pada umumnya ia
digunakan bila radiasi elektromagnetik yang dipancarkan atau dipantulkan dari suatu
obyek tidak langsung direkam pada film. Citra dihasilkan dari sensor yang dipasang pada
wahana.

B. Manfaat Penginderaan Jauh


Tujuan utama dari penginderaan jauh adalah untuk mengumpulkan data sumber
daya alam dan lingkungan. Penginderaan jauh makin banyak dimanfaatkan karena berbagai
macam alasan sebagai berikut:
a. Citra dapat dibuat secara cepat meskipun pada daerah yang sulit ditempuh melalui
daratan, contohnya hutan, rawa dan pegunungan.
b. Citra menggambarkan obyek dipermukaan bumi dengan wujud dan letak objek mirip
dengan sebenarnya, gambar relatif lengkap, liputan daerah yang luas dan sifat gambar
yang permanen
c. Citra tertentu dapat memberikan gambar tiga dimensi jika dilihat dengan menggunakan
stereoskop. Gambar tiga dimensi itu sangat menguntungkan karena menyajikan model

2
obyek yang jelas, relief lebih jelas, memungkinkan pengukuran beda tinggi,
pengukuran lereng dan pengukuran volume.
d. Citra dapat menggambarkan benda yang tidak tampak sehingga dimungkinkan
pengenalan obyeknya. Sebagai contoh adalah terjadinya kebocoran pipa bawah tanah
e. Citra sebagai satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana.
Adapun manfaat penginderaan jauh dibidang geologi adalah :
a. Melakukan pemetaan permukaan, di samping pemotretan dengan pesawat terbang dan
menggunakan aplikasi GIS.
b. Menentukan struktur geologi dan macam batuan.
c. Melakukan pemantauan daerah bencana (kebakaran), pemantauan aktivitas gunung
berapi, aktivitas tektonik dan pemantauan persebaran debu vulkanik.
d. Melakukan pemantauan distribusi sumber daya alam, seperti hutan (lokasi, macam,
kepadatan, dan perusakan), bahan tambang
C. Komponen Penginderaan Jauh
1. Tenaga untuk Penginderaan Jauh
Pengumpulan data dalam penginderaan jauh dilakukan dari jarak jauh dengan
menggunakan sensor buatan, untuk itu diperlukan tenaga penghubung yang membawa data
tentang obyek ke sensor. Data tersebut dikumpulkan dan direkam dengan 3 cara dengan
variasi sebagai berikut:
a. Distribusi daya (force). Contoh: Gravitometer mengumpulkan data yang berkaitan
dengan gaya tarik bumi.
b. Distribusi gelombang bunyi. Contoh: Sonar digunakan untuk mengumpulkan data
gelombang suara dalam air.
c. Distribusi gelombang elektromagnetik. Contoh: Camera untuk mengumpuilkan data
yang berkaitan dengan pantulan sinar.
Dalam penginderaan jauh harus ada sumber tenaga yaitu matahari yang merupakan
sumber utama tenaga elektromagnetik alami yang digunakan pada teknik pengambilan data
obyek dalam penginderaan jauh. Penginderaan jauh dengan memanfaatkan tenaga alamiah
disebut penginderaan jauh sistem pasif. Sedangkan sumber tenaga buatan digunakan dalam
penginderaan jauh sistem aktif.

3
Tenaga ini mengenai obyek di permukaan bumi yang kemudian dipantulkan ke
sensor. Ia juga dapat berupa tenaga dari obyek yang dipancarkan ke sensor. Jumlah tenaga
matahari yang mencapaui bumi (radiasi) dipengaruhi oleh waktu (jam, musim), lokasi dan
kondisi cuaca. Jumlah tenaga yang diterima pada siang hari lebih banyak bila dibandingkan
dengan jumlahnya pada pagi atau sore hari. Kedudukan matahari terhadap tempat di bumi
berubah sesuai dengan perubahan musim.
2. Atmosfer
Atmosfer bersifat selektif terhadap panjang gelombang, sehingga hanya sebagian
kecil saja tenaga elektromagnetik yang dapat mencapai permukaan bumi dan dimanfaatkan
untuk penginderaan jauh. Bagian spektrum elektromagnetik yang mampu melalui atmosfer
dan dapat mencapai permukaan bumi disebut “jendela atmosfer”. Jendela atmosfer yang
paling dulu dikenal orang dan paling banyak digunakan dalam penginderaan jauh hingga
sekarang ialah spektrum tampak yang dibatasi oleh gelombang 0,4 µm hingga 0,7 µm.
Panjang gelombang “Special Band” spektrum elektromagnetik dan saluran yang
digunakan dalam penginderaan jauh (Sabins Jr., 1978). Tenaga elektromagnetik dalam
jendela atmosfer tidak dapat mencapai permukaan bumi secara utuh, karena sebagian dari
padanya mengalami hambatan oleh atmosfer. Hambatan ini terutama disebabkan oleh
butir-butir yang ada di atmosfer seperti debu, uap air dan gas. Proses penghambatannya
terjadi dalam bentuk serapan, pantulan dan hamburan.
3. Interaksi Tenaga dengan Objek
Tenaga dalam penginderaan jauh merupakan tenaga penghubung yang membawa
data tentang objek ke sensor dapat berupa bunyi, daya magnetik, gay berat, dan tenaga
elektromagnetik.
4. Sensor atau Alat Pengindera
Sensor adalah alat yang digunakan untuk melacak, mendeteksi, dan merekam suatu
obyek dalam daerah jangkauan tertentu. Tiap sensor memiliki kepekaan tersendiri terhadap
bagian spektrum elektromagnetik. Kemampuan sensor untuk merekam gambar terkecil
disebut resolusi spasial. Semakin kecil obyek yang dapat direkam oleh sensor semakin baik
kualitas sensor itu dan semakin baik resolusi spasial dari citra.
Jenis sensor dan sifatnya
Berdasarkan proses perekamannya, sensor dibedakan:

4
a. Sensor Fotografi
Proses perekaman ini berlangsung secara kimiawi. Tenaga elektromagnetik
diterima dan direkam pada emulsi film yang bila diproses akan menghasilkan foto.
Kalau pemotretan dilakukan dari pesawat udara atau wahana lainnya, fotonya disebut
foto udara. Tapi bila pemotretan dilakukan dari antariksa, fotonya disebut foto orbital
atau foto satelit.
b. Sensor Elektrik
Sensor ini menggunakan tenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik. Alat
penerima dan perekamannya berupa pita magnetik atau detektor lainnya. Sinyal
elektrik yang direkam pada pita magnetik ini kemudian diproses menjadi data visual
maupun menjadi data digital yang siap dikomputerkan. Pemerosesannya menjadi citra
dapat dilakukan dengan dua cara, yakni:
1) dengan memotret data yang direkam dengan pita magnetik yang diwujudkan
secara visual pada layar monitor.
2) dengan menggunakan film perekam khusus. Hasilnya berupa foto dengan film
sebagai alat perekamnya, tapi film di sini hanya berfungsi sebagai alat perekam
saja, maka hasilnya disebut citra penginderaan jauh.
5. Pengolahan Data
Pengolahan data dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan interpretasi
secara visual, dan dapat pula dengan cara numerik atau cara digital yaitu dengan
menggunakan komputer. Foto udara pada umumnya diinterpretasi secara manual,
sedangkan data hasil penginderaan jauh secara elektronik dapat diinterpretasi secara
manual maupun secara numerik.
6. Pengguna Data
Penggunaan data (orang, badan, atau pemerintah) merupakan komponen paling
penting dalam penginderaan jauh karena para penggunalah yang dapat menentukan
diterima atau tidaknya hasil penginderaan jauh tersebut. Data yang dihasilkan mencakup
wilayah, sumber daya alam suatu negara yang merupakan data sangat penting untuk
kepentingan orang banyak, maka data ini penting dijaga penggunaannya. data sangat
penting untuk kepentingan orang banyak, maka data ini penting dijaga penggunaannya.

5
D. Sistem Penginderaan Jauh
Sensor penginderaan jauh mendapatkan informasi tentang obyek dari jarak jauh.
Informasi yang didapatkan ini berasal dari sejumlah energi yang datang dari obyek dan
diterima oleh sensor. Energi terrekam oleh sensor satelit dengan nilai yang bervariasi antar
satu obyek dengan obyek lainnya ataupun pada sebuah obyek namun dengan kondisi yang
berbeda.
Energi merupakan unsur yang sangat penting sebagai penghantar informasi dalam
penginderaan jauh. Tanpa adanya energi ini maka informasi tidak akan dapat diperoleh
oleh sensor satelit. Dengan demikian keberadaan energi yang masuk ke sensor adalah hal
pokok dari perolehan informasi tentang obyek di muka bumi. Dengan mendasarkan pada
bentuk energi ini, penginderaan jauh dapat dibedakan menjadu dua bentuk yaitu
penginderaan jauh system pasif dan penginderaan jauh system aktif.
Penginderaan jauh sistem pasif adalah penginderaan jauh yang menggunakan
energi yang berasal dari obyek. Energi dapat berupa pantulan dari sumber lain, yang dalam
hal ini umumnya adalah matahari. Energi bersumber dari matahari. Energi dari matahari
dipancarkan ke obyek dan kemudian terpantulkan menuju sensor. Energi dapat pula berasal
dari pancaran suatu obyek seperti sumber-sumber thermal, misal lokasi kebakaran hutan,
sumber panas bumi, dan lain-lain. Sensor satelit sistem ini tidak membangkitkan energi
sendiri. Berbagai satelit sumber daya seperti Landsat, QuickBird, Ikonos, dan lain-lain
adalah termasuk pada system penginderaan jauh pasif ini. Kelemahan penginderaan jauh
sistem ini adalah resolusi spasialnya semakin kasar karena panjang gelombangnya semakin
besar.
Penginderaan jauh system aktif adalah penginderaan jauh yang menggunakan
energi yang berasal dari sensor tersebut. Sensor membangkitkan energi yang diarahkan ke
obyek, kemudian obyek memantulkan kembali ke sensor. Energi yang kembali ke sensor
membawa informasi tentang obyek tadi. Serangkaian nilai energi yang tertangkap sensor
ini disimpan sebagai basis data dan selanjutnya dianalisis. Penginderaan jauh aktif dapat
dilakukan pada siang ataupun malam hari. Sistem penginderaan jauh aktif tidak tergantung
pada adanya sinar matahari, karena energi bersumber dari sensor. Contoh dari system
penginderaan jauh aktif ini adalah system kerja radar. Radar membangkitkan energi yang
diarahkan ke obyek. Energi yang sampai pada obyek sebagian terpantul dan kembali ke

6
sensor. Sensor radar kembali menangkap energi tersebut, energi yang telah melakukan
perjalanan menuju obyek. Pada umumnya sistem ini menggunakan gelombang mikro, tapi
dapat juga menggunakan spektrum tampak, dengan sumber tenaga buatan berupa laser.
Tenaga elektromagnetik pada penginderaan jauh sistem pasif dan sistem aktif untuk
sampai di alat sensor dipengaruhi oleh atmosfer. Atmosfer mempengaruhi tenaga
elektromagnetik yaitu bersifat selektif terhadap panjang gelombang, karena itu timbul
istilah “Jendela atmosfer”, yaitu bagian spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai
bumi. Adapun jendela atmosfer yang sering digunakan dalam penginderaan jauh ialah
spektrum tampak yang memiliki panjang gelombang 0,4 mikrometer hingga 0,7
mikrometer. Spektrum elektromagnetik merupakan spektrum yang sangat luas, hanya
sebagian kecil saja yang dapat digunakan dalam penginderaan jauh, itulah sebabnya
atmosfer disebut bersifat selektif terhadap panjang gelombang. Hal ini karena sebagian
gelombang elektromagnetik mengalami hambatan, yang disebabkan oleh butirbutir yang
ada di atmosfer seperti debu, uap air dan gas. Proses penghambatannya terjadi dalam
bentuk serapan, pantulan dan hamburan.
Analisa data penginderaan jauh memerlukan data rujukan seperti peta tematik, data
statistik dan data lapangan. Hasil nalisa yang diperoleh berupa informasi mengenai bentang
lahan, jenis penutup lahan, kondisi lokasi dan kondisi sumberdaya lokasi. Informasi
tersebut bagi para pengguna dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam proses
pengambilan keputusan dalam mengembangkan daerah tersebut. Keseluruhan proses mulai
dari pengambilan data, analisis data hingga penggunaan data tersebut disebut Sistem
Penginderaan Jauh (Purwadhi, 2001).

E. Hasil Penginderaan Jauh


Dalam penginderaan jauh didapat masukan data atau hasil observasi yang disebut
citra. Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu objek yang sedang
diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau. Sebagai contoh, memotret
bunga di taman. Foto bunga yang berhasil kita buat itu merupakan citra bunga tersebut.
Menurut Simonett (1983): bahwa citra sebagai gambaran rekaman suatu objek (biasanya
berupa suatu gambaran pada foto) yang didapat dengan cara optik, elektro optik, optik
mekanik atau elektronik. Di dalam bahasa Inggris terdapat dua istilah yang berarti citra

7
dalam bahasa Indonesia, yaitu “image” dan “imagery”, akan tetapi istilah imagery dirasa
lebih tepat penggunaannya (Susanto, 1986). Agar dapat dimanfaatkan maka citra tersebut
harus diinterpretasikan atau diterjemahkan/ ditafsirkan terlebih dahulu.
Interpretasi citra merupakan kegiatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan
maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut (Estes dan
Simonett, 1975). Singkatnya interpretasi citra merupakan suatu proses pengenalan objek
yang berupa gambar (citra) untuk digunakan dalam disiplin ilmu tertentu seperti Geologi,
Geografi, Ekologi, Geodesi dan disiplin ilmu lainnya.
Dalam menginterpretasikan citra dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:
a. Deteksi ialah pengenalan objek yang mempunyai karakteristik tertentu oleh sensor.
b. Identifikasi ialah mencirikan objek dengan menggunakan data rujukan.
c. Analisis ialah mengumpulkan keterangan lebih lanjut secara terinci.
Hasil proses rekaman data penginderaan jauh tersebut berupa:
a. Data digital atau data numerik untuk dianalisis dengan menggunakan komputer.
b. Data visual dibedakan lebih jauh atas data citra dan data non citra untuk dianalisis
dengan cara manual. Data citra berupa gambaran mirip aslinya, sedangkan data non
citra berupa garis atau grafik.
Citra dapat dibedakan atas citra foto (photographic image) atau foto udara dan non citra
1. Citra Foto
Citra foto adalah gambaran yang dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera.
Citra foto dapat dibedakan berdasarkan:
a. Spektrum Elektromagnetik yang digunakan
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas:
1. Foto ultra violet yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultraviolet
dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer.
2. Foto ortokromatik yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum tampak
dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 - 0,56 mikrometer).
3. Foto pankromatik yaitu foto yang dengan menggunakan spektrum tampak mata.
4. Foto infra merah yang terdiri dari foto warna asli (true infrared photo) yang dibuat
dengan menggunakan spektrum infra merah dekat sampai panjang gelombang 0,9

8
mikrometer hingga 1,2 mikrometer dan infra merah modifikasi (infra merah dekat)
dengan sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan saluran hijau.
b. Sumbu kamera
Foto udara dapat dibedakan berdasarkan arah sumbu kamera ke permukaan bumi, yaitu:
1. Foto vertikal atau foto tegak (orto photograph), yaitu foto yang dibuat dengan
sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi.
2. Foto condong atau foto miring (oblique photograph), yaitu foto yang dibuat dengan
sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi. Sudut ini
pada umumnya sebesar 10 derajat atau lebih besar. Tapi apabila sudut condongnya
masih berkisar antara 1 - 4 derajat, foto yang dihasilkan masih digolongkan sebagai
foto vertikal.
Foto condong masih dibedakan lagi menjadi:
1. Foto agak condong (low oblique photograph), yaitu apabila cakrawala tidak
tergambar pada foto.
2. Foto sangat condong (high oblique photograph), yaitu apabila pada foto tampak
cakrawalanya.
c. Warna yang digunakan
Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas:
1. Foto berwarna semua (false colour).
Warna citra pada foto tidak sama dengan warna aslinya. Misalnya pohonpohon
yang berwarna hijau dan banyak memantulkan spketrum infra merah, pada foto
tampak berwarna merah.
2. Foto berwarna asli (true colour).
Contoh: foto pankromatik berwarna.
d. Wahana yang digunakan
Berdasarkan wahana yang digunakan, ada 2 (dua) jenis citra, yakni:
1. Foto udara, dibuat dari pesawat udara atau balon
2. Foto satelit/orbital, dibuat dari satelit
2. Citra Non Foto
Citra non foto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera Citra
non foto dibedakan atas:

9
a. Spektrum elektromagnetik yang digunakan
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan dalam penginderaan, citra non foto
dibedakan atas:
1. Citra infra merah thermal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum infra merah
thermal. Penginderaan pada spektrum ini mendasarkan atas beda suhu objek dan
daya pancarnya pada citra tercermin dengan beda rona atau beda warnanya.
2. Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum
gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil penginderaan dengan sistim aktif
yaitu dengan sumber tenaga buatan, sedang citra gelombang mikro dihasilkan
dengan sistim pasif yaitu dengan menggunakan sumber tenaga alamiah.
b. Sensor yang digunakan
Berdasarkan sensor yang digunakan, citra non foto terdiri dari:
1. Citra tunggal, yakni citra yang dibuat dengan sensor tunggal, yang salurannya lebar.
2. Citra multispektral, yakni citra yang dibuat dengan sensor jamak, tetapi salurannya
sempit, yang terdiri dari:
 Citra RBV (Return Beam Vidicon), sensornya berupa kamera yang hasilnya
tidak dalam bentuk foto karena detektornya bukan film dan prosesnya non
fotografik.
 Citra MSS (Multi Spektral Scanner), sensornya dapat menggunakan
spektrum tampak maupun spektrum infra merah thermal. Citra ini dapat
dibuat dari pesawat udara.
c. Wahana yang digunakan
Berdasarkan wahana yang digunakan, citra non foto dibagi atas:
1. Citra Dirgantara (Airborne Image), yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang
beroperasi di udara (dirgantara).
Contoh: Citra infra merah thermal, citra radar dan citra MSS. Citra dirgantara ini
jarang digunakan.
2. Citra Satelit (Satellite/Spaceborne Image), yaitu citra yang dibuat dari antariksa
atau angkasa luar. Citra ini dibedakan lagi atas penggunaannya, yakni:
a. Citra satelit untuk penginderaan planet. Contoh: Citra satelit Viking (AS),
Citra satelit Venera (Rusia).

10
b. Citra satelit untuk penginderaan cuaca. Contoh: NOAA (AS), Citra Meteor
(Rusia).
c. Citra satelit untuk penginderaan sumber daya bumi. Contoh: Citra Landsat
(AS), Citra Soyuz (Rusia) dan Citra SPOT (Perancis).
d. Citra satelit untuk penginderaan laut. Contoh: Citra Seasat (AS), Citra MOS
(Jepang).
Pada dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri dari 2 proses, yaitu melalui pengenalan
objek melalui proses deteksi dan penilaian atas fungsi objek.
a. Pengenalan objek melalui proses deteksi yaitu pengamatan atas adanya suatu objek,
berarti penentuan ada atau tidaknya sesuatu pada citra atau upaya untuk mengetahui
benda dan gejala di sekitar kita dengan menggunakan alat pengindera (sensor).
Untuk mendeteksi benda dan gejala di sekitar kita, penginderaannya tidak
dilakukan secara langsung atas benda, melainkan dengan mengkaji hasil rekaman
dari foto udara atau satelit.
b. Identifikasi.
Ada 3 (tiga) ciri utama benda yang tergambar pada citra berdasarkan ciri yang
terekam oleh sensor yaitu sebagai berikut:
 Spektoral
Ciri spektoral ialah ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga
elektromagnetik dan benda yang dinyatakan dengan rona dan warna.
 Spatial
Ciri spatial ialah ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi bentuk,
ukuran, bayangan, pola, tekstur, situs, dan asosiasi.
 Temporal
Ciri temporal ialah ciri yang terkait dengan umur benda atau saat
perekaman.
F. Unsur Interpretasi Citra
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengamati kenampakan objek
dalam foto udara, yaitu:

11
1. Rona dan Warna
Rona atau tone adalah tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek yang terdapat
pada foto udara atau pada citra lainnya. Pada foto hitam putih rona yang ada biasanya
adalah hitam, putih atau kelabu. Tingkat kecerahannya tergantung pada keadaan cuaca saat
pengambilan objek, arah datangnya sinar matahari, waktu pengambilan gambar (pagi,
siang atau sore) dan sebagainya.
Pada foto udara berwarna, rona sangat dipengaruhi oleh spektrum gelombang
elektromagnetik yang digunakan, misalnya menggunakan spektrum ultra violet, spektrum
tampak, spektrum infra merah dan sebagainya. Perbedaan penggunaan spektrum
gelombang tersebut mengakibatkan rona yang berbeda-beda. Selain itu karakter
pemantulan objek terhadap spektrum gelombang yang digunakan juga mempengaruhi
warna dan rona pada foto udara berwarna.
2. Bentuk
Bentuk-bentuk atau gambar yang terdapat pada foto udara merupakan konfigurasi
atau kerangka suatu objek. Bentuk merupakan ciri yang jelas, sehingga banyak objek yang
dapat dikenali hanya berdasarkan bentuknya saja. Contoh:
1) Gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, U atau empat persegi panjang.
2) Gunung api, biasanya berbentuk kerucut.
3. Ukuran
Ukuran merupakan ciri objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi lereng dan
volume. Ukuran objek pada citra berupa skala, karena itu dalam memanfaatkan ukuran
sebagai interpretasi citra, harus selalu diingat skalanya.
Contoh: Lapangan olah raga sepakbola dicirikan oleh bentuk (segi empat) dan
ukuran yang tetap, yakni sekitar (80 m - 100 m).
4. Tekstur
Tekstur adalah frekwensi perubahan rona pada citra. Ada juga yang mengatakan
bahwa tekstur adalah pengulangan pada rona kelompok objek yang terlalu kecil untuk
dibedakan secara individual. Tekstur dinyatakan dengan: kasar, halus, dan sedang
Misalnya: Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang dan semak bertekstur halus,
Pabrik dapat dikenali dengan bentuknya yang serba lurus dan ukurannya yang besar, jauh
lebih besar dari ukuran rumah mukim pada umumnya. Pabrik itu berasosiasi dengan lori

12
yang tampak pada foto dengan bentuk empat persegi panjang dan ronanya kelabu,
mengelompok dalam jumlah besar .
5. Pola
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak objek
bentukan manusia dan bagi beberapa objek alamiah. Contoh: Pola aliran sungai menandai
struktur geologis. Pola aliran trelis menandai struktur lipatan. Permukiman transmigrasi
dikenali dengan pola yang teratur, yaitu ukuran rumah dan jaraknya seragam, dan selalu
menghadap ke jalan. Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi mudah dibedakan dari hutan
atau vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.
6. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah gelap.
Meskipun demikian, bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan yang penting bagi
beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi lebih jelas.
Contoh: Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan, begitu juga
cerobong asap dan menara, tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.
Foto-foto yang sangat condong biasanya memperlihatkan bayangan objek yang
tergambar dengan jelas, sedangkan pada foto tegak hal ini tidak terlalu mencolok, terutama
jika pengambilan gambarnya dilakukan pada tengah hari.
7. Situs
Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Misalnya
permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul alam atau
sepanjang tepi jalan. Juga persawahan, banyak terdapat di daerah dataran rendah, dan
sebagainya.
8. Asosiasi
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya.
Contoh: Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih dari
satu (bercabang).
9. Konvergensi Bukti
Konvergensi bukti ialah penggunaan beberapa unsur interpretasi citra sehingga
lingkupnya menjadi semakin menyempit ke arah satu kesimpulan tertentu.

13
Contoh: Tumbuhan dengan tajuk seperti bintang pada citra, menunjukkan pohon
palem. Bila ditambah unsur interpretasi lain, seperti situsnya di tanah becek dan berair
payau, maka tumbuhan palma tersebut adalah sagu.
G. Pengolahan Citra Digital
Pengolahan citra merupakan proses pengolahan dan analisis citra yang banyak
melibatkan persepsi visual. Proses ini mempunyai ciri data masukan dan informasi
keluaran yang berbentuk citra. Istilah pengolahan citra digital secara umum didefinisikan
sebagai pemrosesan citra dua dimensi dengan komputer. Dalam definisi yang lebih luas,
pengolahan citra digital juga mencakup semua data dua dimensi. Citra digital adalah
barisan bilangan nyata maupun kompleks yang diwakili oleh bit-bit tertentu.
Umumnya citra digital berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar (pada
beberapa sistem pencitraan ada pula yang berbentuk segienam) yang memiliki lebar dan
tinggi tertentu. Ukuran ini biasanya dinyatakan dalam banyaknya titik atau piksel sehingga
ukuran citra selalu bernilai bulat. Setiap titik memiliki koordinat sesuai posisinya dalam
citra. Koordinat ini biasanya dinyatakan dalam bilangan bulat positif, yang dapat dimulai
dari 0 atau 1 tergantung pada sistem yang digunakan. Setiap titik juga memiliki nilai berupa
angka digital yang merepresentasikan informasi yang diwakili oleh titik tersebut.
a. Citra
Citra adalah gambar dua dimensi yang dihasilkan dari gambar analog dua dimensi
yang kontinu menjadi gambar diskrit melalui proses sampling. Gambar analog dibagi
menjadi N baris dan M kolom sehingga menjadi gambar diskrit. Persilangan antara baris
dan kolom tertentu disebut dengan piksel. Contohnya adalah gambar/titik diskrit pada baris
n dan kolom m disebut dengan piksel [n,m].
b. Elemen Sistem Pemrosesan Citra Digital
Citra digital mengandung sejumlah elemen-elemen dasar. Elemen-elemen dasar
tersebut dimanipulasi dalam pengolahan citra dan dieksploitasi lebih lanjut dalam
computer vision. Elemen-elemen dasar yang penting diantarannya adalah:
1. Kecerahan (brightness)
Kecerahan adalah kata lain untuk intensitas cahaya. Kecerahan pada titik (pixel) di
dalam citra bukanlah intensitas yang riil. Tetapi sebenarnya adalah intensitas rata-rata dari

14
suatu area yang melingkupinya. Sistem visual manusia mampu menyesuaikan dirinya
dengan tingkat kecerahan mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.
2. Kontras (contrast)
Kontras menyatakan sebaran terang (lightness) dan gelap (darkness) di dalam
gambar. Citra dengan kontras rendah dicirikan oleh komposisi citranya adalah sebagian
besar terang atau gelap. Pada citra dengan kontras yang baik, komposisi gelap dan terang
tersebar secara merata.
3. Kontur (contour)
Kontur adalah keadaan yang ditimbulkan oleh perubahan intensitas pada piksel-
piksel yang bertetangga. Karena adanya perubahan intensitas ini, mata mampu mendeteksi
tepi-tepi (edge) objek di dalam citra.
4. Warna (color)
Warna adalah persepsi yang dirasakan oleh sistem visual manusia terhadap panjang
gelombang cahaya yang dipantulkan oleh objek. Setiap warna mempunyai panjang
gelombang yang berbeda. Warna-warna yang diterima oleh mata (sistem visual manusia)
merupakan hasil kombinasi cahaya dengan panjang gelombang berbeda.
5. Bentuk (shape)
Shape adalah properti intrinstik dari objek tiga dimensi, dengan pengertian bahwa
shape merupakan proses intrinstik utama untuk sistem visual manusia. Manusia lebih
sering mengasosiasikan objek dengan bentuknya ketimbang elemen lainnya.
6. Tekstur (texture)
Tekstur dicirikan oleh distribusi spasial dari derajat keabuan di dalam sekumpuan
piksel-piksel yang bertetangga. Jadi, tekstur tidak dapat didefinisikan untuk piksel. Secara
umum elemen yang terlibat dapat dibagi menjadi empat komponen, seperti pada gambar
berikut.
c. Operasi Pengolahan Citra Digital
1. Perbaikan kualitas citra (image enhancement)
Image enhancement bertujuan untuk memperbaiki kualitas citra dengan cara
memanipulasi parameter-parameter citra. Dengan operasi ini, ciri-ciri khusus yang terdapat
dalam citra lebih ditonjolkan. Contoh pengolahan citra dengan image enhancement adalah

15
perbaikan kontras gelap/ terang, perbaikan tepian objek (edge enhancement), penajaman
(sharpening), pemberian warna semu (pseudocoloring), penapisan derau (noise filtering).

Gambar 1. Contoh gambar yang telah dilakukan penajaman

Gambar 2. (a) Citra cameraman asli, (b) Citra cameraman kabur saat pengambilan
gambar kamera bergoyang, (c) Citra cameraman kabur krn pengaturan lensa tdk fokus,
(d) Citra cameraman setelah ditajamkan.
2. Pemugaran citra (image restoration)

16
Bertujuan menghilangkan/meminimumkan cacat pada citra. Tujuan hampir sama
dgn operasi perbaikan citra, bedanya, pada pemugaran citra penyebab degradasi gambar
diketahui. Contoh dari pemugaran citra adalah penghilangan kesamaran (deblurring) dan
penghilangan derau.

Gambar 3. Citra cameramen yang kabur di olah menggunakan pengolahan deblurring menjadi citra
yang tidak kabur.

3. Pemampatan image (image compression)


Tujuan dari pemampatan image adalah agar citra dpt direpresentasikan lebih
kompak shg memerlukan memori yg lebih sedikit, namun citra harus tetap mempunyai
kualitas gambar yg bagus.

Gambar 4. citra cameraman.bmp (192 KB) sebelum dimampatkan,menjadi citra cameraman.jpg


(11 KB) setelah dimampatkan.

17
4. Segmentasi Citra (Image Segmentation)
Untuk memecah suatu citra ke dalam beberapa segmen dengan suatu kriteria
tertentu. Jenis operasi ini berkaitan erat dengan pengenalan pola.
5. Pengorakan citra (image analysis)
Bertujuan menghitung besaran kuantitatif dari citra untuk menghasilkan
deskripsinya. Mengekstraksi ciri-ciri tertentu yang membantu dalam identifikasi objek.
Proses segmentasi kadang diperlukan untuk melokalisasi objek yg diinginkan dari
sekelilingnya. Contoh dari pengolahan image analysis adalah deteksi tepi, ekstrasi batas,
dan ekstrasi daerah.

Gambar 5. Citra Rice yang kemudian dilakukan pengolahan citra deteksi tepi.
6. Rekonstruksi citra (image reconstruction)
Image reconstruction bertujuan membentuk ulang objek dari beberapa citra hasil
proyeksi. Byk digunakan dlm bidang medis. Misal bbrp foto rontgen dgn sinar X digunakan
utk membentuk ulang gambar organ tubuh.
d. Aplikasi Pengolahan Citra dan Pengenalan Pola
Pengolahan citra mempunyai aplikasi yang sangat luas dalam berbagai bidang
kehidupan. Di bawah ini disebutkan beberapa aplikasi dalam beberapa bidang.
1. Bidang Perdagangan
a. Pembacaan kode batang (bar code) yang tertera pada barang (umum digunakan di
pasar swalayan/supermarket).
b. Mengenali huruf/angka pada suatu formulir secara otomatis.

18
2. Bidang Militer
a. Mengenali sasaran peluru kendali mela lui sensor visual.
b. Mengidentifikasi jenis pesawat musuh.
3. Bidang Kedokteran
a. Pengolahan citra sinar X untuk mammografi (deteksi kanker payudara)
b. NMR (Nuclear Magnetic Resonance)
c. Mendeteksi kelainan tubuh dari foto sinar X.
d. Rekonstruksi kelainan tubuh dari foto sinar X.
e. Rekonstruksi foto janin hasil USG.
4. Bidang Biologi
a. Pengenalan jenis kromosom melalui gambar mikroskopik
5. Komunikasi Data
Pemampatan citra yang ditransmisi.
6. Hiburan
Pemampatan video (MPEG).
7. Robotika
Visualy-guided autonomous navigation.
8. Pemetaan
Klasifikasi penggunaan tanah melalui foto udara/ LANDSAT
9. Geologi
Mengenali jenis bebatuan melalui foto udara/ LANDSAT.
10. Hukum
a. Pengenalan sidik jari
b. Pengenalan foto narapidana.

19
BAB III
KESIMPULAN
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek,
daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa
kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesand and Kiefer, 1979).
Citra adalah gambaran rekaman suatu obyek (biasanya berupa gambaran pada foto) yang
dibuahkan dengan cara optik, elektro-optik, optik mekanik, atau elektronik dan dipasang pada
wahana.
Tujuan utama dari penginderaan jauh adalah untuk mengumpulkan data sumber daya alam
dan lingkungan
Komponen Penginderaan Jauh yaitu : sumber tenaga, atmosfer, interaksi tenaga dengan
objek di permukaan bumi, sensor, sistem pengolahan data, dan dan berbagai penggunaan data.
Penginderaan jauh dapat dibedakan menjadu dua bentuk yaitu penginderaan jauh system
pasif yang menggunakan energi yang berasal dari obyek. Energi dapat berupa pantulan dari sumber
lain, yang dalam hal ini umumnya adalah matahari dan penginderaan jauh system aktif yang
menggunakan energi yang berasal dari sensor tersebut.
Interpretasi citra merupakan suatu proses pengenalan objek yang berupa gambar (citra)
untuk digunakan dalam disiplin ilmu tertentu seperti Geologi, Geografi, Ekologi, Geodesi dan
disiplin ilmu lainnya.
Dalam menginterpretasikan citra dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:
1. Deteksi ialah pengenalan objek yang mempunyai karakteristik tertentu oleh sensor.
2. Identifikasi ialah mencirikan objek dengan menggunakan data rujukan.
3. Analisis ialah mengumpulkan keterangan lebih lanjut secara terinci.
Karakteristik yang tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali objek disebut
unsur interpretasi citra yang meliputi: rona/ warna, ukuran, bentuk, pola, tekstur, bayangan, situs,
asosiasi, dan konvergensi bukti.

20
DAFTAR PUSTAKA
[1] https://www.academia.edu/8328043/
[2] https://www.slideshare.net/AbdullahAzzamAlHaqqo/pengolahan-citra-digital-resume-
materi-kuliah
[3] http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/62837/

21

Anda mungkin juga menyukai