OLEH:
JOKO PRASETYO
18/426109/SV/15251
Joko Prasetyo
18/426109/SV/15251
Atasan Langsung
Mengetahui,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan
rahmat serta inayah-Nya, yang karena-Nya, penulis diberikan kekuatan dan kesabaran
untuk menyelesaikan Kerja Praktik yang dilaksanakan di Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kabupaten Semarang pada 4 – 29 Januari 2021 dan 1 – 26 Maret 2021.
Penulis mendapatkan banyak bimbingan dan arahan sehingga dapat menyelesaikan
laporan kerja praktik dengan judul “Si Tangkas: Diseminasi Informasi Tanah Longsor
Kabupaten Semarang (Peta Interaktif Berbasis Website Menggunakan ArcGIS-
Hub) ”.
Adapun Laporan Kerja Praktik ini untuk memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan perkuliahan di jurusan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi,
Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada. Penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada pihak yang telah membantu penulis mulai dari persiapan kerja praktik hingga
pengerjaan laporan sebagai berikut:
1. Bapak Dr. Taufik Hery Purwanto, S.Si., M.Si. selaku Ketua Program Studi Diploma
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi, Sekolah Vokasi, Universitas
Gadjah Mada.
2. Bapak Agung Jauhari, S.Si., M.Sc. selaku Koordinator Kerja Praktik di Program Studi
Diploma Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi, Sekolah Vokasi,
Universitas Gadjah Mada.
3. Bapak Hendy Fatchurohman, S.Si., M.Sc. selaku Pembimbing Kerja Praktik di
Program Studi Diploma Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi, Sekolah
Vokasi, Universitas Gadjah Mada.
4. Bapak Drs. Heru Subroto, MM. selaku Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang.
5. Bapak Soegiatno, S.ST., M.T. selaku Pembimbing Lapangan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang.
6. Keluarga dan teman-teman yang saling memberi dukungan dan semangat selama
pelaksanaan kerja praktik.
Dengan sepenuh hati, penulis pun sadar bahwa laporan ini masih penuh dengan
kekurangan dan keterbatasan, oleh sebab itu penulis memerlukan saran serta kritik yang
membangun yang dapat menjadikan proposal ini lebih baik.
ii
Terakhir, tentunya penulis berharap setiap bantuan yang telah diberikan oleh
segenap pihak dapat menjadi ladang kebaikan. Dan semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat dan berguna bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Joko Prasetyo
18/426109/SV/15251
iii
RESUME MAGANG
iv
DAFTAR ISI
v
3.1.4. Analisis Overlay ........................................................................................ 21
3.3.2. Bahan......................................................................................................... 26
LAMPIRAN ................................................................................................................... 42
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
persebarannya. Bahkan, sebagian dari masyarakat juga belum memahami cara membaca
peta dengan baik dan benar. Maka dari itu dapat dibuat penyebaran informasi
kebencanaan dengan website geoportal yang disebut Si Tangkas: Diseminasi Informasi
Tanah Longsor Kabupaten Semarang.
Berdasarkan bencana tanah longsor yang pernah terjadi di Kabupaten Semarang
tahun 2019 mencapai 69 kejadian (BPBD Kab. Semarang, 2019), sehingga perlu adanya
mitigasi yang harus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat setempat. Mitigasi
dilakukan saat terjadinya bencana dan setelah terjadinya bencana tanah longsor. Hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi bencana tanah longsor susulan dan dampak yang akan
ditimbulkan dari bencana tersebut.
1.4.Manfaat
Manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini ialah sebagai berikut :
1. Memberikan informasi mengenai lokasi daerah rawan bencana longsor di Kabupaten
Semarang berdasarkan hasil pemetaan menggunakan analisis overlay berbasis
website geoportal?
2. Memberikan bahan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Semarang mengenai
upaya mitigasi dan kebijakan penanganan bencana tanah longsor.
4
5
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi
dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana
6. Peraturan Kepala BNPB No. 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembentukan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah
7. Peraturan Kepala BNPB No. 9 Tahun 2008 tentang Prosedur Tetap Reaksi Cepat
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
8. Peraturan Kepala BNPB No. 10 Tahun 2008 tentang Pedoman Komando Tanggap
Darurat Bencana
4. Imam Nuryanto
5. Fediansyah Surya Pambudi
6. Sigit Santoso
7. Ari Sri Hidayat
8. Prapto Nugroho
9. Tatag Ghani Hartanto
10. Novian Andre Gunawan
11. Satoto
12. Aditya Wulandari
13. Harfri Lazuardi
14. Achmat Burhanudin
15. Budi Prihono
16. Nur Eko Pamuji
B. Rincian Tugas
1. Menyusun program kerja dan anggaran Seksi Kedaruratan dan Logistik
2. Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya dan
mengarahkan pelaksanaan kegiatan
3. Menyiapkan bahan kebijakan teknis bidang kedaruratan dan logistik
4. Mengoordinasikan dan melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan
bencana pada saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan
logistik
5. Melaksanakan komando penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat
6. Melaksanakan pengerahan sumber daya manusia, peralatan, dan logistik
7. Melaksanakan penyelamatan dan evakuasi korban dan harta benda
8. Melaksanakan pemenuhan kebutuhan dasar meliputi air bersih, sanitasi,
pangan, sandang, pelayanan kesehatan, psikososial, penampungan, dan
tempat hunian
9. Melaksanakan perlindungan terhadap kelompok rentan (bayi, balita, anak-
anak, ibu mengandung atau menyusui, penyandang cacat, orang lanjut usia)
10. Melaksanakan pengelolaan dan pertanggungjawaban uang dan atau barang
11. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang
pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap
darurat, penangangan pengungsi, dan dukungan logistik
12. Menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan Seksi
Kedaruratan dan Logistik
13. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan guna kelancaran
pelaksanaan tugas dan
14. Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2.7.5. Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi
A. Tugas Pokok
Melaksanakan sebagian tugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah di
bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi.
B. Rincian Tugas
1. Menyusun program kerja dan anggaran Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi
2. Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya dan
mengarahkan pelaksanaan kegiatan
12
13
14
Tipe jatuhan (falls) merupakan tipe gerakan massa tanah yang terjadi karena
material pembentuk lereng sebagai material longsoran secara bebas jatuh tanpa adanya
hubungan atau interaksi dengan bagian material lain yang tidak mengalami longsoran.
Tipe longsoran ini terbentuk oleh pengangkatan atau lerang, curam, dan kurangnya
ketahanan vegetasi. Longsor jatuhan disebabkan oleh pemindahan daya dukung seperti
penjepit dan pengumpil serta gempa.
Tipe robohan (topples), gerakan longsoran yang terjadi pada kondisi kemiringan
lereng terjal atau curam bahkan hingga tegak. Penyebab terjadinya tipe robohan karena
faktor gaya gravitasi dan adanya penambahan beban yang berlebihan. Pada longsor
robohan gerakan longsoran yang terjadi cenderung mengguling dan roboh.
Tipe longsoran (slides), material pembentuk lereng bergerak akibat dari adanya
gaya geser yang lebih besar daripada gaya penahannya disepanjang bidang longsor.
Longsoran terbentuk di zona massif di atas zona lunak dan buruknya sedimentasi yang
tak terkonsolidasi.
Tipe sebaran (spread) merupakan gerakan tanah yang menyebar kea rah lateral
akibat kondisi dari pencairan (liquefaction) dibawahnya. Mekanisme gerakannya tidak
15
hanya rotasi dan translasi, melainkan juga berupa aliran karena umumnya gerakan jenis
tanah ini berupa sebaran.
Tipe aliran (flow) merupakan gerakan hancuran material ke bawah lereng yang
mengalir seperti cairan kental. Biasanya tipe ini terjadi pada bidang geser yang relatif
sempit seperti alur-alur sungai yang sempit. Material yang dibawa seperti partikel kayu,
ranting, tanah dan sebagainya.
garis, dan polygon. Data spasial diperoleh dari peta yang disimpan dalam bentuk digital
(numerik) dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data yang
lain, yaitu infomasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (atribut). Informasi lokasi
(spasial) berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi (lintang dan bujur) dan
koordinat XYZ. Informasi deskriptif (atribut) berkaitan dengan keterangan atau berupa
data kualitatif seperti jenis vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya.
Informasi lokasi (spasial) memuat beberapa bentuk vektor yaitu titik (point), garis
(line/polyline), dan area (polygon). Informasi titik merepresentasikan grafis yang paling
sederhana bagi objek spasial. Bentuk ini tidak memiliki dimensi, tetapi apabila
ditampilkan dalam layar monitor dapat diidentifikasikan dengan symbol-simbol tertentu.
Skala peta juga akan menentukan suatu objek akan ditampilkan ke dalam bentuk titik atau
area.
Informasi garis adalah bentuk geometri linear yang akan menghubungkan paling
sedikit dua titik dan digunakan untuk mempresentasikan objek-objek yang berdimensi
satu. Batas-batas objek geometri area juga merupakan garis-garis, demikian pula dengan
jaringan jalan, jaringan listrik, dan jaringan komunikasi, dan sebagainya dapat
direpresentasikan sebagai objek dengan bentuk geometri garis. Hal ini akan bergantung
pada skala peta yang menjadi sumbernya atau skala representasi akhirnya.
17
Dalam SIG, data spasial dapat direpresentasikan menggunakan dua format yaitu
data vektor dan data raster. Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan
ke dalam kumpulan garis, area, titik, dan nodes (perpotongan antara dua garis). Data raster
atau biasa disebut dengan sel grid adalah data yang dihasilkan dari sistem penginderaan
jauh. Pada data raster, objek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang
disebut dengan pixel. Resolusi pada data raster tergantung pada ukuran pixel-nya. Dengan
kata lain resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya dari permukaan bumi yang
diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang
direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk
merepresentasikan batas-batas yang berubah.
18
KELAS NILAI
Data BOBOT SKOR
INFORMASI KEMAMPUAN
15 – 30% 1 0,25
30 – 50% 2 0,50
DEM/Kontur 0,35
50 – 70% 3 0,75
>70% 4 1,00
KELAS NILAI
Data BOBOT SKOR
INFORMASI KEMAMPUAN
Datar 0 0,000
Utara 1 0,125
Barat 3 0,375
Timur 6 0,750
Tenggara 7 0,875
Selatan 8 1,000
20
KELAS NILAI
Data BOBOT SKOR
INFORMASI KEMAMPUAN
Batuan
1 0,333
Alluvial
Batuan
Geologi 2 0,2 0,667
Sedimen
Batuan
3 1,000
Vulkanik
KELAS NILAI
Data BOBOT SKOR
INFORMASI KEMAMPUAN
Berpasir 1 0,333
Berliat 3 1,000
KELAS NILAI
Data BOBOT SKOR
INFORMASI KEMAMPUAN
<2000 mm 1 0,333
2000 – 3000
Hidrologi 2 0,2 0,667
mm
>3000 mm 3 1
Pada vektor, SIG membagi menjadi 2 cara yaitu intersect dan union. Pada
intersect, layer 2 akan memotong layer 1 untuk menghasilkan layer output yang berisi
atribut dari tabel milik layer 1 dan tabel atribut milik layer 2. Pada union, analisis
mengombinasikan unsur-unsur spasial baik layer 1 maupun layer 2 untuk menghasilkan
layer baru yang berdomain spasial terluas. Layer baru yang dihasilkan akan berisi atribut
yang berasal dari kedua tabel atribut.
3.3.1. Alat
Tabel 7 Alat yang digunakan dalam penelitian
No Nama Fungsi
3.3.2. Bahan
Tabel 8 Bahan yang digunakan dalam penelitian
No Nama Fungsi
3.4.2. Pembahasan
Kabupaten Semarang adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki
potensi bahaya bencana. Menurut BPBD Kabupaten Semarang tahun 2019, bencana
dengan intensitas terbanyak adalah tanah longsor sebanyak 69 kejadian. Beberapa
kejadian sempat menimbulkan kerusakan dan kerugian hingga terdapat korban jiwa.
Tanah longsor disebabkan oleh beberapa faktor seperti kemiringan lereng yang
curam, tipe penyusunan batuan yang mulai rapuh, curah hujan yang tinggi, jenis tanah
yang sukar menyerap air dan sebagainya. Dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB), menyebutkan bahwa ada 8 parameter utama terjadinya tanah longsor yang
meliputi, kemiringan lereng (slope), arah hadap lereng (aspect), panjang atau bentuk
lereng (curvature), tekstur tanah, kedalaman tanah (solum), tipe batuan, jarak dari patahan
atau sesar, dan curah hujan tahunan. Setiap daerah memiliki penyebab dominannya
masing-masing. Menurut BPBD Kabupaten Semarang, faktor utama dalam longsor yang
cocok dengan daerah tersebut adalah kemiringan lereng (slope), arah hadap lereng
(aspect), tekstur tanah, tipe batuan, dan curah hujan tahunan.
30
Arah hadap lereng atau aspect akan memberikan pengaruh secara tidak langsung
terhadap besaran tanah longsor. Arah lereng akan menentukan besarnya jumlah
penyinaran matahari yang akan mempengaruhi terjadinya pelapukan. Arah hadap lereng
dikelaskan menjadi 9 kelas yaitu datar, utara, barat laut, barat, timur laut, barat daya,
timur, tenggara, dan selatan. Berdasarkan pemetaan arah hadap lereng, Kabupaten
Semarang didominasi dengan lereng menghadap utara. Dari acuan BNPB, arah utara
memiliki nilai kemampuan 1, sehingga dapat disimpulkan arah hadap lereng kurang
berpengaruh besar terhadap tingkat longsor di Kabupaten Semarang.
Tekstur tanah didapatkan dari data jenis tanah. Tekstur tanah dikelaskan menjadi
3 yaitu berliat, berliat-berpasir, dan berpasir. Tekstur tanah berliat akan semakin sukar
melakukan penyerapan begitu sebaliknya pada tekstur tanah berpasir. Berdasarkan hasil
pemetaan tekstur tanah, Kabupaten Semarang didominasi dengan berliat. Dari bobot dan
nilai BNPB, tekstur berliat memiliki nilai kemampuan 3 yang berarti rentan terjadi tanah
longsor.
32
Tekstur berliat memiliki luas 75.554,25 hektar, tekstur berpasir memiliki luas
16.573,22 hektar, dan tekstur berliat-berpasir memiliki luas 12.125,11 hektar. Jika dilihat
dari hasil, maka tekstur tanah berpengaruh dominan dalam terjadinya tanah longsor. Jika
dilihat dari topografi, Kabupaten Semarang didominasi daerah curam pada tekstur
berliatnya. Di daerah pegunungan lereng atas didominasi kelas berliat-berpasir.
Sedangkan pada daerah datar lebih bertekstur berpasir. Hal ini bisa dilakukan mitigasi
sejak dini terkait pemanfaatan dan pemilihan tekstur dan jenis tanah.
Tipe batuan berpengaruh terhadap kestabilan tanah. Tipe batuan dikelompokkan
menjadi 3 kelas yaitu, tipe batuan aluvial, tipe batuan sedimen, dan tipe batuan vulkanik.
Berdasarkan pemetaan tipe batuan, Kabupaten Semarang didominasi dengan tipe batuan
vulkanik.
Tipe batuan vulkanik memiliki luas 74.665,82 hektar, tipe batuan sedimen
memiliki luas 4.053,577 hektar, dan tipe batuan aluvial memiliki luas 23.125,48 hektar.
Dari acuan BNPB, nilai dan bobot tipe vulkanik memiliki nilai kemampuan 3, sehingga
33
rentan terjadinya tanah longsor. Hal ini dapat pula dijadikan upaya mitigasi dini untuk
berhati-hati pada lokasi bertipe vulkanik.
sebagai acuan dalam mitigasi bencana. Masyarakat harus tetap waspada sekalipun
daerahnya berada pada kelad kerawanan rendah.
Perkembangan komunikasi dan informasi saat ini sudah mulai berkembang. Hal
ini didukung dengan meningkatnya penggunaan media sosial dan internet. Media online
dapat juga dimanfaatkan untuk mitigasi kebencanaan. Sudah banyak berbagai platform
yang dikembangkan untuk diseminasi informasi seperti ArcGIS Online yang dibuat oleh
Esri. Media lain yang dapat digunakan sebagai penyebaran informasi adalah instagram,
facebook, twitter, linkedin dan sebagainya.
ArcGIS Online adalah sebuah mapping platform atau sistem pemetaan online
yang dibuat oleh Perusahaan Esri. ArcGIS Online memiliki berbagai fungsi untuk
melakukan pemetaan seperti inputing data, pengolahan analisis, layouting,
geovisualisasi, dan diseminasi. Proses diseminasi informasi dilakukan dengan
memanfaatkan aplikasi di ArcGIS Online dengan ArcGIS-Hub yang memuat beberapa
aplikasi yaitu WebApp, Survey123, dan StoryMaps.
untuk mendeteksi lokasi pengguna menggunakan GPS aktif, dan Zoom-in dan Zoom-out
yang berguna untuk memperbesar dan memperkecil tampilan aplikasi.
Survey123 adalah formulir secara online yang dapat diintegrasikan secara spasial.
Aplikasi ini digunakan untuk membuat laporan kejadian tanah longsor di Kabupaten
Semarang. Fitur yang digunakan dalam aplikasi ini adalah disempatkan titik lokasi tanah
longsor, foto kejadian dan laporan singkat. Hal ini akan mempermudah pekerjaan pelapor
dan dengan yang dilaporkan dalam hal ini pemerintah daerah.
StoryMaps adalah salah satu aplikasi berbasis online yang dapat digunakan untuk
bercerita berbasis spasial atau peta. Salah satu keunggulan dari aplikasi ini adalah dapat
menambahkan peta ke dalam cerita atau naratif sehingga dapat lebih interaktif antara
pembuat dan pembaca storymaps. Aplikasi ini selanjutnya bercerita mengenai latar
38
belakang dari kejadian tanah longsor, pemetaan tanah longsor dan beberapa kejadian
tanah longsor di tahun 2021. StoryMaps juga dapat membantu para pembaca yang kurang
bisa memahami peta tetap dapat mendapatkan informasi mengenai tanah longsor di
Kabupaten Semarang.
Aplikasi pada ArcGIS Online dapat dikemas lagi dalam satu platform sehingga
para pengguna tetap dapat menggunakannya secara mudah dengan memanfaatkan
ArcGIS-Hub. Ketiga aplikasi yang sebelumnya telah dibuat, kemudian disatukan dalam
satu Hub agar lebih interaktif.
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.1.1. Berdasarkan pengolahan data parameter deterministik BNPB dengan
menggunakan metode overlay analysis diperoleh 5 kelas kerawanan tanah longsor
yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi. Kabupaten Semarang
didominasi pada kelas rendah hingga sedang. Luas kelas sangat rendah 17.769,7
hektar, luas rawan longsor kelas rendah 47.473,8 hektar, luas kelas sedang
31.875,7 hektar, luas kelas tinggi 3.164,19 hektar, dan luas kelas sangat tinggi
terjadi tanah longsor sebesar 581,276 hektar.
4.1.2. Diseminasi informasi kerawanan tanah longsor dilakukan dengan media online.
Pembuatan WebGIS Si Tangkas memuat informasi histori kejadian tanah longsor
tahun 2019 yang dapat digunakan sebagai informasi kewaspadaan dan terdapat
informasi kelas kerawanan tanah longsor yang telah dipetakan sebagai bentuk
mitigasi. Si Tangkas juga dapat digunakan sebagai pelaporan kejadian tanah
longsor secara langsung menggunakan Survey123. Selain itu, terdapat StoryMaps
yang dapat menceritakan informasi tanah longsor secara interaktif berbasis
spasial.
4.2. Saran
4.2.1. Pemetaan kerawanan tanah longsor untuk kedepannya dapat mencoba
memanfaatkan seluruh data acuan BNPB yaitu kemiringan lereng (slope), arah
hadap lereng (aspect), panjang atau bentuk lereng (curvature), tekstur tanah,
kedalaman tanah (solum), tipe batuan, jarak dari patahan atau sesar, dan curah
hujan tahunan.
4.2.2. Platform Si Tangkas dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan insidentil
dan didukung oleh pemerintah daerah sebagai bentuk mitigasi bencana tanah
longsor.
39
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, J., Sutikno, S., & Rinaldi. (2015). Analisis Daerah Rawan Longsor Berbasis
Sistem Imformasi Geografis (Studi Kasus : Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera
Barat). Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Riau, 2(2), 1–8.
https://www.neliti.com/publications/203168/analisis-daerah-rawan-longsor-
berbasis-sistem-imformasi-geografis-studi-kasus-ka
BPBD Kab. Semarang. (2019). Buku Data Kejadian Bencana Kabupaten Semarang
Tahun 2019. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Semarang.
Budiyanto, E. (2002). Sistem Informasi Geografis Menggunakan ARC VIEW GIS. ANDI
Yogyakarta.
Jati, V. J., Kusumayudha, S. B., Cahyadi, T. A., Bencana, M., & Yogyakarta, U. P. N. V.
(2020). APLIKASI BAND RATIO NDMI CITRA LANDSAT 8 DALAM PENENTUAN
ZONA RAWAN LONGSOR DENGAN METODE OVERLAY ANALYSIS. 5(1), 37–
44.
Nugroho, J. A., Sukojo, B. M., & Sari, I. (2009). Pemetaan Daerah Rawan Longsor
dengan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. ITS Library, 9.
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-10147-Paper.pdf
Permadi, M. G., Tjahjono, B., & Baskoro, D. P. T. (2018). Identifikasi Daerah Risiko
Bencana Longsor Di Kota Bogor. Jurnal Ilmu Tanah Dan Lingkungan, 20(2), 86–
94. https://doi.org/10.29244/jitl.20.2.86-94
40
41
Pratama, A. (2015). Studi Kawasan Kerentanan Longsor pada Ruas Jalan Poros Malino-
Tondong Kabupaten Gowa-Sinjai dengan Menggunakan Aplikasi ArcGis. Tugas
Akhir.
Ramlan, A., & Solle, M. S. (2015). Dinamika dan Proyeksi Perubahan Penggunaan Lahan
di Kawasan Peri-Urban Kota Makassar ( Kawasan Mamminasata ). Proceedings
Conference of Indonesia Society for Remote Sensing The 20th, 57–67.
42
DOKUMENTASI KEGIATAN
Survei dan Assessment Kejadian Tanah Longsor di Jalan Poros di Desa Branjang, Ungaran Timur
Pemusnahan logistik yang kedaluwarsa
Pendataan logistik
Survei dan Assessment Kejadian Tanah Longsor di Tempuran, Kec. Bringin