Abstrak
Kampung yang berada di Kelurahan Petogogan, Jakarta Selatan atau lebih dikenal dengan
Kampung Deret Petogogan merupakan salah satu lokasi terpilih penerima bantuan Program
“Perbaikan Rumah di Permukiman Kumuh melalui Penataan Kampung” Provinsi DKI Jakarta.
Dari 26 lokasi yang terpilih, hanya Kampung Deret Petogogan yang menggunakan metode
Peremajaan dan teknologi RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat). Kampung Deret Petogogan
sendiri tergolong sukses dan sempat mendapatkan Penghargaan Adiupaya Puritama tingkat
Nasional tahun 2013. Maka dari itu perlu diketahui bagaimana penataan permukiman kumuh
dengan Teknologi RISHA tersebut dilaksanakan sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam
penanganan permukiman kumuh di lokasi serupa lainnya. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Dengan pertimbangan sumber daya yang ada
pada lokasi, maka penataan permukiman kumuh di Kampung Deret Petogogan dilaksanakan
dengan manajemen pengelolaan dana bersama melalui teknologi RISHA yang sudah sesuai
dengan standar SNI, mudah dimodifikasi secara arsitektur, serta hemat waktu dan biaya.
Kata Kunci: permukiman kumuh, kampung deret, Petogogan, RISHA.
Abstract
Kampung that is located in Petogogan Village, South Jakarta or which is better known as
“Kampung Deret Petogogan” is one of the chosen locations in DKI Jakarta program; “House
Repairment in Slums Area through Kampung Re-Arrangement”. From 26 beneficiaries location,
only Kampung Deret Petogogan that using renewal method and RISHA (Rumah Instan Sederhaba
Sehat) technology. Kampung Deret Petogogan itself was quite successfull and once achieved the
“Adiupaya Puritama” award in 2013. Therefore, it is necessary to know about how that kampung
rearrangemnt with RISHA tecknology had been held, which perhaps can be used in another
kampung that has a similar condition. This research is using descriptive qualitative method.
Through the consideration of the resources on site, therefore slums rearrangement in Kampung
Deret Petogogan is carried out with joint fund management within RISHA technology that is
accordance with SNI standarts, easy to modificated, saving costs and time.
Keywords: slum, kampung deret, Petogogan, RISHA.
PENDAHULUAN
Pada tahun 2013, Gubernur Joko Widodo salah satu visi DKI Jakarta 2013-2017, yaitu
menyelenggarakan upaya penanganan “Jakarta Baru, kota modern yang tertata rapi,
permukiman kumuh melalui kebijakan menjadi tempat hunian yang layak dan
“Bantuan Perbaikan Rumah di Permukiman manusiawi”.
Kumuh melalui Penataan Kampung”. Kebijakan ini memprioritaskan
Kebijakan tersebut tertuang dalam Peraturan fokusnya pada perbaikan fisik lingkungan,
Gubernur Nomor 64 Tahun 2013. Ide yaitu perbaikan rumah dan PSU sehingga
penataan kampung merupakan bagian dari dapat terintegrasi dengan ketentuan pembangun
RT 11 RT 12
Gambar 1. Peta Eksisting Kawasan Bedeng RT 08, RT 10, RT 11 dan RT 12 Tahun 2007
Tabel 1. Hasil Evaluasi Data Calon Penerima Bantuan Program Kampung Deret Petogogan Tahun
2013
RT Luas KK Jumlah PEKERJAAN
(m2) Calon Karyawan Pedagang Ibu PNS/Polri Lain-
Penerima Swasta Rumah Lain
Bantuan Tangga
(KK)
08 585 87 20 12 4 2 2 0
10 620 47 21 7 2 11 0 0
11 1520 47 38 14 2 11 9 2
12 2540 81 57 26 3 16 4 8
5265 262 136 59 11 40 15 10
Dari tabel di atas, maka dari 262 KK Konsultasi oleh Dinas Perumahan dan Gedung
yang mendaftarkan diri sebagai penerima Pemda DKI Jakarta pada bulan Juli tahun
bantuan, hanya 136 KK yang lulus evaluasi 2013. Selama perencanaan tersebut
sebagai penerima bantuan. Maka 126 KK dibentuklah Kelompok Masyarakat atau
lainnya yang tidak lulus evaluasi penerima disingkat POKMAS yang bertugas dalam
bantuan harus rela bergabung dengan menjembatani informasi dari pemerintah ke
keluarganya dalam satu unit rumah atau masyarakat dan memberikan masukan
mencari tempat tinggal baru. Penerima terhadap perencanaan penataan permukiman.
bantuan yang telah lulus evaluasi ditetapkan Menurut paparan Kadis Kampung
dalam Keputusan Gubernur 1592 Tahun 2013 Deret oleh Dinas Perumahan dan Gedung
yang kemudian dilanjutkan dengan Instruksi Pemda tahun 2013, rencana penataan
Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan Kampung Deret Jakarta Selatan memiliki
Nomor 131 Tahun 2013 tentang “Percepatan anggaran sebesar Rp 80.560.000.000,- dengan
Program Bantuan Penataan Kawasan Perumahan dan alokasi anggaran sebagai berikut: Biaya
Pemukiman Kumuh di Wilayah Kota pelaksanaan pekerjaan dalam penataan
Administrasi Jakarta Selatan” yang ditetapkan Kampung Deret Petogogan merupakan
pada tanggal 30 September 2013. 1) bantuan sosial yang bersumber dari APBD
Penyiapan Rencana Teknis Rinci/Detailed Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui
Engineering Design dan RAB. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan
Penyusunan Rencana teknis rinci/ DED Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) dengan
dan RAB dilaksanakan oleh tim perencana total Rp 6.790.500.000,- untuk unit rumah
yaitu badan usaha konsultan perencana (Kepgub. No.1592 Tahun 2013). Metode yang
didampingi oleh Dinas Perumahan dan digunakan dalam penanganan permukiman
Gedung Pemda. Pemilihan konsultan kumuh di Kelurahan Petogogan adalah peremajaan,
perencana dilakukan melalui proses lelang dengan peremajaan pengelolaan pembangunan
pengadaan jasa konsultan oleh Dinas dapat dilakukan dalam satu manajemen
Perumahan dan Gedung Pemda melalui sehingga kawasan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pekerjaan Jasa
akan lebih tertata dan memberikan dampak Konsep Kampung Deret dipilih agar
yang lebih signifikan pada kawasan. Tema hunian rumah dapat disusun rapih dan typical
yang digunakan dalam peremajaan Kampung dengan karakteristik (1) Bangunan dengan
Deret Petogogan adalah “Kampung Hijau dan struktur tunggal tetapi memiliki beberapa
Bersih” dengan mempertimbangkan bagian unit untuk ditinggali oleh penghuni
kekurangan dan kelebihan yang ada pada yang berbeda-beda; (2) Bangunan satu atap
eksisting yang kumuh dan padat tanpa area dengan dua atau lebih unit hunian yang hanya
hijau. Gaya hidup bersih dan sehat juga dibatasi oleh dinding pemisah (Paparan
merupakan gaya hidup yang ingin dicapai Kampung Deret Kelurahan Petogogan, 2016).
dalam penataan Kampung Petogogan yang Ukuran rumah di Kampung Deret
turut menghijaukan lingkungan permukiman. Petogogogan terbagi atas dua tipe, yaitu tipe
Selain itu, untuk mempertahankan nilai 36 m2 dan tipe 18 m2. Pembagian tipe rumah
kekerabatan masyarakat dalam design, ditentukan oleh luasan eksisting penerima
penataan pola hunian direncanakan mengikuti bantuan sebelumnya. Jika sebelumnya rumah
pola dan struktur aslinya. Tidak ada mereka memiliki luas di atas 20 m2, maka
penyesuaian tertentu dengan potensi lokal dan penerima bantuan berhak mendapatkan tipe 36
hanya berfokus pada peningkatan kualitasnya m2 dan jika di bawah 20 m2 mendapatkan tipe
saja.
18
m2.
Jumlah unit bangunan yang terbangun kebutuhan khusus warga, seperti kebutuhan
berjumlah 123 unit rumah dengan 13 unit kegiatan warung penunjang kegiatan ekonomi
rumah dilaksanakan dengan perbaikan (tidak warga.
dengan peremajaan) karena status tanah yang
sudah menjadi milik mereka, sedangkan Teknologi RISHA sebagai Kontruksi sistem
sisanya menggunakan Teknologi RISHA. Jika Pracetak Kampung Deret Petogogan
dalam satu unit rumah terdiri atas dua KK dan Sabaruddin (2006) mengatakan bahwa
bukan merupakan keluarga, pembagian rumah RISHA merupakan suatu teknologi konstruksi
menjadi lantai satu dan lantai dua dengan sistem racetak untuk bangunan sederhana dan
perletakkan tangga di muka rumah sebagai diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan
jalur masuk lantai dua. Sedangkan jika dalam rendah. RISHA diciptakan oleh Pusat Litbang
satu unit rumah terdiri atas dua KK dan Permukiman, Badan Litbang, Departemen
merupakan keluarga maka penggunaan lantai Pekerjaan Umum. Konsep RISHA sendiri
satu dan dua digunakan bersama dengan digambarkan seperti permainan lego dan
perletakkan tangga berada di dalam rumah. makanan instan yang meski dengan komponen
Dua KK yang digabungkan dalam satu unit terbatas dapat menyusun berbagai mainan dan
rumah tersebut adalah penerima type 18 m2 kreativitas. Visi dari RISHA sendiri adalah
yang terdaftar sebagai satu KK penerima menciptakan rasa bangga memiliki dan tinggal
bantuan tipe 36 m2. Hal ini disebabkan oleh di rumah tanpa mendiskreditkan penghuninya
evaluasi penerima bantuan berdasarkan yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan
identifikasi perbangunan, bukan berdasarkan rendah. Kelebihan penggunaan RISHA jika proses
per KK, maka penggabungan tersebut pembangunannya dilakukan dengan benar
dilakukan demi kecukupan kebutuhan rumah (Sabaruddin, 2006) dijelaskan sebagai berikut:
dengan keterbatasan lahan yang ada. Selain 1) Komponen RISHA mengikuti pola
itu, perencanaan juga menyesuaikan dengan permainan lego dan tamiya sehingga memakai