KALIANDRA
BERSEMI,
PELET KAYU
BERSERI
PLANTING CALLIANDRA,
HARVESTING WOOD PELLETS
PERJALANAN MENUJU
TAHAP AKHIR PROYEK
THE JOURNEY TOWARDS THE LAST STEPS OF THE PROJECT
Enhancing Sustainable
Management of Community-based Wood
Pellets Production as Biomass Energy to
Support Low Carbon Economy and
Climate Change Mitigation
in Bangkalan, Madura, East Java
Didukung oleh
Prologue
Kata Pengantar
Kata Pengantar
Peran pengelola hutan lestari untuk kesejahteraan sangat signifikan untuk mendorong tercapainya prinsip triple bottom line yaitu: Planet, People, dan Profit. Tak terkecuali pengelolaan hutan berbasis masyarakat telah menyumbang
perbaikan lingkungan dan perekonomian nasional yang tidak sedikit. Hutan Rakyat Gerbang Lestari di Kecamatan
Geger Bangkalan Madura adalah salah satu contoh kampus lapangan yang menyajikan banyak hal seperti: keberhasilan
penghijauan kawasan Geger dalam mengurangi banjir tahunan, hutan rakyat yang bersertifikat ekolabel, pengembangan kebun energi kaliandra, dan pengelolaan industri wood pellet berbasis masyarakat.
Kementerian
Kehutanan c.q Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial
(BPDAS-PS) telah mengajukan proposal proyek berjudul: Enhancing Sustainable Management of Community-based
Wood Pellets Production as Biomass Energy to Support Low Carbon Economy and Climate Change Mitigation in Bangkalan, Madura, East Java kepada Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)-Bappenas dan telah disetujui pendana
annya berdasarkan SPK Nomor: 003/SPK/ICCTF/X/2012 dan PKS.2/V-BPS/2012 bulan September 2012.
Sampai saat ini kegiatan proyek telah memasuki kuartal kedua tahun kedua (2014) dengan hasil utama adalah
sebagai berikut :
Terbangunnya kebun energi kaliandra seluas 214 hektar milik petani yang sebagian sudah dipanen untuk
kebutuhan pabrik wood pellet CV Gerbang Lestari di Desa Kombangan, Kecamatan Geger
Terbangunnya pabrik wood pellet yang bernama CV Gerbang Lestari yang telah memiliki kelengkapan mesinmesin pengolah wood pellet
Kapasitas petani dan kelembagaan masyarakat yang sudah mengalami peningkatan dalam rangka
pembangunan kebun energi dan pabrik wood pellet
Terciptanya prakondisi dan persiapan masyarakat menyambut era industrialisasi di wilayah hutan rakyat
Gerbang Lestari
Meskipun proyek ini belum berakhir, sukses dan keberhasilan beberapa tahap pelaksanaan program pengembangan
kebun energi kaliandra dan industri wood pellet skala inkubator di Geger, Bangkalan sampai saat ini merupakan hasil
dukungan dan jerih payah banyak pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Kabupaten Bangkalan atas dukungannya, Dr Yetti Rusli sebagai penggagas dan pendorong terwujudnya keberhasilan proyek
ini, ICCTF yang menjadi pendukung dalam pendanaan dan bimbingan teknis, para kyai dan alim ulama di Bangkalan, Dinas Kehutanan Propinsi Jatim dan Dishutbun Kabupaten Bangkalan, Kepala BPDAS Brantas Jatim, Trio Penjaga
Geger: KH Irham Rofii, H. Ghozali Anshori, dan H. Noeryanto, Petani dan kelompok Tani, PT Cans Agrinusa selaku
pabrikan mesin wood pellet, CV Fajar Jaya Sentosa selaku perusahaan penyedia mesin-mesin, Staff BPDAS PS Kementerian Kehutanan, Staff Project Management Unit di Bogor, serta semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Akhirnya, kami berharap semoga proyek ini bisa terus berjalan sampai akhir durasi proyek dan bisa bermanfaat bagi
masyarakat dan semua pihak yang memerlukannya.
Prologue
The role of sustainable forest management for welfare is very significant in promoting the achievement of the triple
bottom line principles, which are: Planet, People and Profit. Not to forget, the community-based forest management
has greatly contributed to the improvement of the environment and the national economy. Sustainable Community
Forest Gerbang in Geger sub-district Bangkalan Madura is one example of a field study that presents many examples
such as: the reforestation in Geger area that has successfully reduced the annual floods, community forests that has received ecolabel certification, development of Calliandra Biomass Energy Estate, and management of community based
wood pellets Industry.
The Ministry of Forestry, through The Directorate-General of Watershed Management and Social Forestry (BPDAS-PS)
has submitted a project proposal entitled: Enhancing Sustainable Management of Community-based Wood Pellets as
Biomass Energy Production to Support Low Carbon Economy and Climate Change Mitigation in Bangkalan, Madura,
East Java to Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)-Bappenas, and its funding has been granted based on Work
Order Number: 003/SPK/ICCTF/X/2012 and PKS.2/V-BPS/2012 month of September 2012.
Currently, the project activity has entered its second quarter of its second year (2014) with primary results as follows:
Development of Calliandra Biomass Energy Estate area of 214 hectares which is owned by farmers and has
been partly harvested for the wood pellet mill production in CV Gerbang Lestari in Kombangan Village, Geger
sub-district
Development of a wood pellet mill called CV Gerbang Lestarithat has been fully utilized with machinery for
manufacturing wood pellets
Farmers and community organizations capacity that have improved in the development of a biomass energy
estate and wood pellet mill
The implementation of activities in measuring stored carbon in the Calliandra Biomass Energy Estate.
The establishment of preconditions and preparing the people in welcoming industrialization to the community
forest owned by the people in Gerbang Lestari.
Although this project has not been fully completed, the success and result from the implementation of several stages
of the Calliandra Biomass Energy Estate development program and the wood pellets incubator mill in Geger sub-district, Bangkalan village, to reach this far is the result with the support and efforts of many parties. Therefore we would
like to thank the Bangkalan Government administration offiice for their support, Dr. Yetti Rusli as initiator and motivator for the establishment and success of this project, ICCTF who have supported the funding and provided technical
guidance, religious leaders and scholars in Bangkalan, East Java Provincial Department of Forestry and Estate Crops,
Department of Forestry and Estate Crops of Bangkalan Regency, head of BPDAS Brantas East Java, the Three Keepers of
Geger: KH Irham Rofii, H. Ghozali Anshori, and H. Noer Yanto, farmers and the farming community, PT Cans Agrinusa as
the wood pellet machine manufacturer, CV Fajar Jaya Sentosa as the provider of the machines, Staffs at BPDAS PS Ministry of Forestry, the Project Management Unit Staff in Bogor, and everyone else whom we can not mention individually.
Finally, we hope that this project can continue to run and can benefit the community and other stakeholder.
BANGKALAN
MODEL PROJECT
Bukit Geger
pellet dibakar, maka bersamaan dengan proses itu kita bisa mengerem
laju pembakaran bahan bakar berbasis fosil seperti batu bara atau minyak
bumi ke udara setara dengan jumlah
wood pellet yang dibakar tersebut.
Dengan demikian, wood pellets berfungsi sebagai barang substitusi
terhadap bahan bakar fosil yang
mengeluarkan emisi tinggi. Tidak
hanya membangun pabrik wood pellet, proyek ini dirancang untuk menyediakan bahan baku secara lestari
melalui penanaman kaliandra (calliandra callothyrsus) di lahan tidak
produktif atau lahan kosong milik
masyarakat yang kita sebut sebagai
kebun energi (Biomass Energy Estate).
Kebun energi yang dibangun akan
meningkatkan kualitas ekosistem
dan memperbaiki struktur tanah
dan tata air. Petani yang menanam
kaliandra akan memperoleh insentif
ekonomi melalui penjualan bahan
baku kaliandra, pemanfaatan daun
kaliandra sebagai makanan ternak,
dan kemungkinan mengembangkan
usaha perlebahan dan madu sebagai
usaha tambahan, dimana akan berlangsung terus-menerus selama 15
tahun selama terubusan kaliandra
tumbuh. Secara sederhana perputaran kegiatan dalam proyek ini digambarkan sebagai berikut:
10
Mengapa Dikembangkan di
Bangkalan?
11
Tanggal 8 Desember 2011 adalah momentum bersejarah. Sebuah deklarasi bertajuk Hutan Rakyat untuk Green Madura ditandatangani bersama
oleh pihak yang mewakili masyarakat, pemerintah daerah di wilayah Pulau
Madura, Pemerintah Pusat, dan pihak-pihak terkait yang peduli pada penghijauan pulau Madura. Deklarasi ini ingin menancapkan sebuah komitmen
untuk meningkatkan kualitas lingkungan, sosial ekonomi masyarakat serta
dukungan terhadap mitigasi perubahan iklim. Deklarasi tersebut bertepatan
dengan acara Seminar Nasional Pengembangan Sistem Terpadu Program
Pengelolaan Hutan Rakyat, Carbon Hutan dan Energi Terbarukan yang dilaksanakan tanggal 7-9 Desember 2011 di Hotel Ningrat, Bangkalan, Madura,
diselenggarakan oleh Kemenhut.
Tak cukup hanya itu, lahan kritis di daerah Bangkalan diperkirakan mencapai 52% atau seluas 66.797 ha dari luas total Areal Kabupaten Bangkalan
127.518 ha (Data Statistik RRL Jawa Timur, 2007). Perhatian masyarakat setempat melalui komunitas Pesantren telah banyak mengubah wajah tanah
kritis menjadi hijau seperti yang dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan
Geger, Kabupaten Bangkalan sejak tahun 70-an. Atas upaya masyarakat
kelompok tani di Kecamatan Geger dan Pesantren Darrul Ittihad terbentuklah
FMU (Forest Management Unit) Gerbang Lestari yang mendapat pengakuan
dari Lembaga Ekolabel Indonesia melalui sertifikat Mutu International pada
tahun 2010 terhadap areal hutan rakyat seluas 2.889. hektar. Upaya ini belum cukup untuk mengubah lahan kritis yang ada sehingga diperlukan suatu
program penanaman kebun energi berbasis manajemen hutan rakyat dengan
jenis tanaman kaliandra.
Not just that, it is estimated that the total coverage of degraded land in
Bangkalan reaches 52% or 66.797 ha of the total area of 127.518 ha in Bangkalan (East Java RRL Statistics, 2007). The attention from the local community, through the pesantren community (pesantren: an Islamic Boarding
School), has changed the face of many critical land into green areas, thanks to
the efforts of the community in Geger sub-district, Bangkalan, since the 70s.
Due to the efforts of the farming community in Geger sub-district, and the
Islamic Boarding School Darrul Ittihad, the FMU (Forest Management Unit)
Gerbang Lestari was established, received the Mutuagung Lestari Certificate
in 2010 accredited by the Indonesian Ecolabelling Institute for the 2,889
hectares of community forest area. However, more efforts are still required
to change the existing degraded land, therefore, Indonesia needs more programs like the Calliandra Biomass Energy Estates, which is based on community forest management.
12
Dampak Positif
Dampak Positif
Kaliandra adalah jenis tanaman energi yang cocok tumbuh di lahan kritis dan mampu menyuburkan tanah. Kebun
energi seluas 214 hektar direncanakan mampu memenuhi kebutuhan pasokan bahan baku untuk produksi Wood
Pellet (WP). Sebuah industri wood pellet (WPI) dalam skala inkubator dibangun melalui badan koperasi kelompok
tani melalui wadah FMU Gerbang Lestari, dan dukungan pihak-pihak terkait. Terciptanya kebun energi dalam skala
luas dan pengembangan pabrik wood pellet akan memberi dampak positif pada: (1) mitigasi perubahan iklim melalui
carbon sequestration di Kebun Energi dan substitusi penggunaan bahan bakar fosil dengan Wood Pellet, (2). Rehabilitasi lahan kritis dan menyuburkan tanah, (3). Peningkatan Kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan sosial ekonomi dan (4). Memperluas area dampak peningkatan sosial ekonomi melalui dana bergulir dan terciptanya
multiplier effect.
Kaliandra Bersemi, Wood Pallet Berseri - Juni 2014
13
15
System Integration in
Bangkalan Model Project
14
Tiga pilar utama (triple bottom line) pembangunan berkelanjutan adalah penerapan 3P (Planet, People, Profit). Keseimbangan antara lingkungan, kesejahteraan masyarakat, dan ekonomi menjadi keniscayaan dalam membangun
Model ini. Bangkalan Model Project yang didanai oleh ICCTF (Indonesia Climate Change Trust Fund) bekerjasama
dengan Direktorat Jenderal BPDAS-PS Kementerian Kehutanan secara ideal merupakan suatu sistem yang saling
berkait yang merupakan aktivitas yang dijalankan maupun proyeksi pengembangan ke depan dapat diilutrasikan
melalui gambar sebagai berikut :
The three main pillars (triple bottom line) of sustainable development is the application of 3P (Planet, People,
Profit). The balance between environment, welfare of society, and economy becomes a necessity in establishing this
model. Bangkalan Model Project funded by ICCTF (Indonesia Climate Change Trust Fund) in collaboration with the
Directorate General of the Ministry of Forestry from BPDAS-PS is an ideal system of interrelated aspects, in a form of
activity that can be implemented and projected for future development, which is illustrated through the figure below:
16
Menurut data riset, kaliandra bisa menghasilkan biomasa kayu 15-40 ton/ha/year atau 27 ton/ha/year
rata-rata dengan jarak tanam 1 m x 1 m (Tangenjaya et.al.1992). Kajian Firman Fahada di lokasi proyek
memperoleh data biomasa sebesar 33,9 ton/ha/tahun. Jika hanya diambil batang dan rantingnya saja maka
akan didapatkan sekitar 20 ton ha/th yang bisa dijadikan sebagai bahan baku wood pellet.
Sebagaimana telah didisain dalam proyek ini bahwa kapasitas industrinya adalah 1 ton per jam, dan dengan
asumsi bahwa jam kerja efektif pabrik adalah 8 jam sehari, maka pabrik akan menghasilkan 8 ton per hari.
Menurut hasil penelitian, raw material yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 ton wood pellet adalah sebanyak 1,5 ton bahan baku basah (MC sekitar 40%). Sehingga kebutuhan raw material adalah sebanyak 12
ton bahan baku basah.
Jika 1 tahun 365 hari, dan setiap hari Jumat libur, maka kurang lebih ada 317 hari kerja dalam setahun,
dibulatkan menjadi 310 karena ada beberapa tanggal merah dalam setahun. Jadi kebutuhan raw material
dalam 1 tahun adalah 12 ton x 310 hari = 3.720 ton/tahun.
Dengan mengambil angka rata-rata penelitian Firman Fahada bahwa produksi bahan baku kaliandra perhektarnya sebanyak 20 ton/ha, maka kebutuhan lahan untuk memenuhi target produksi tahunan tersebut
adalah 3.720/20 = 186 ha.
Seberapa luas rata-rata kebun energi akan dipanen dalam 1 hari? Maka akan kita hitung 186 ha : 310 hari
= 0.6 ha per harinya.
Box.1. Kebutuhan bahan baku dan luas kebun energi
17
According to research data, calliandra can produce wood biomass 15-40 tonnes/ha/year or 27 tons/ha/
year with an average spacing of 1 mx 1 m (Tangenjayaet.al.1992). From a study conducted by the Firman
Fahada at the project site, the data shows biomass of 33.9 tonnes/ha/year. If only the trunk and branches
are taken, it will get around 20 tonnes ha/yr which can be used as raw material for wood pellets.
Based on calculations designed for this project, the industry capacity is 1 ton per hour, by assuming that the
effective working hours in a factory is 8 hours a day, the plant will produce 8 tons per day.
According to the research results, wet raw material required to produce 1 ton of wood pellets is around
1.5 tons wet raw materials (about 40% MC). Thus the need for raw materials is as much as 12 tons of wet
material.
If in a year there are 365 days, and every Friday is a holiday, then there are approximately 317 working days
in a year, rounded it up to 310, for additional anual holidays. So the raw material needed in 1 year is 12 ton
x 310 days = 3,720 ton/year.
By taking the average number from Firman Fahadas research , the production calliandra of raw material
per hectare 20 tons/ha, we will obtain the number 3.720/20 = 186 ha.
How extensive the average energy plantation will be harvested in one day? Based on calculations 186 ha:
310 days = 0.6 ha per day.
Box.1. Raw material needs and Biomass Energy Estate
18
Institusi lokal juga telah berkembang baik melalui gabungan kelompok tani Gunung Mereh atau kemudian berganti
baju sebagai Gabungan Kelompok Tani FMU Gerbang Lestari setelah mendapat sentuhan bimbingan PERSEPSI sebuah NGO lokal yang biasa membimbing perusahaan menyiapkan sertifikasi hutan. FMU Gerbang lestari ini juga telah
memperoleh sertifikat ekolabel dari LEI melalui Lembaga Sertifikasi PT Mutuagung Lestari. Dalam bentuk Koperasi,
FMU Gerbang Lestari memiliki aturan-aturan internal diantara anggota, legalitas lembaga, hak dan kewajiban anggota, serta aturan micro finance untuk mendukung perekonomian lokal.
Input-proses-output produksi wood pellet berbahan baku kaliandra yang ditanam di kebun energi
Kaliandra Bersemi, Wood Pallet Berseri - Juni 2014
19
20
Community Development
Community Development
People who are members of farming communities and
the joint farming community, Gabungan kelompok Tani
FMU Gerbang Lestari need to be prepared for the new
toy like how to manage the energy estates and manage wood pellets mill. Of course, farmers have a lot of
experience in tree planting, cultivation, maintenance,
and harvest of timber for carpentry, but in this activity,
they were introduced to the cultivation of calliandra,
starting from how to select good seeds, the process of
sowing, planting, maintaining and harvesting using the
coppice system. To support the wood pellets business
activities, farmers were also taught how to develop a
business model that can be locally implemented and
globally marketed. When the mill started its operation,
members of the farming communities who were eligible,
were involved in the management of the mill, trained to
operate the mills machinery, and expanded production
independently.
Capacity building for farmers
Untuk mendukung komitmen RAN dan RAD GRK, dimana Indonesia harus mengurangi emisi sebesar 26%,
proyek ini akan menyasar pada bagaimana emisi bersih
CO2 dapat dihitung melalui karbon yang diserap di areal
kebun energi dan juga menghitung simpanan karbon pada
wood pellet yang bisa disubstitusikan dengan produk bahan bakar fosil. Tindakan yang diperlukan oleh Indonesia dalam rangka mengurangi kadar emisi harus menganut prinsip MRV : measurable, reportable, and veriviable.
REDD+ adalah sebuah cara sebagaimana mekanisme yang
potensial untuk mengurangi emisi dimana MRV diimpleSalah satu proses perhitungan karbon
mentasikan menggunakan: (1) IPCC Guidelines 2006:
AFOLU (Agriculture, Forestry, Other Land Use); (2) kombi- dari penghitungan karbon seharusnya transparan dan
nasi antara penginderaan jauh & ground-based inventory, terbuka untuk di review.
(3) menghitung pada 5 kumpulan karbon, dan (4) hasil
21
22
Bangkalan Model Project berhubungan erat dengan Konsep REDD+ dan NAMAs dengan memperhatikan prinsipprinsip sebagai berikut:
1. Mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan
2. Memperkuat dan memperluas peran hutan sebagai penyimpan karbon melalui:
Dukungan terhadap konservasi hutan
Pengelolaan hutan berkelanjutan, dan
Penguatan stok karbon hutan
3. Dengan memperhatikan tujuan tersebut, REDD+ diimplementasikan melalui penanaman pohon dan rehabilitasi
lahan-lahan kritis
Hasil dari pengukuran areal kebun energi menggunakan GPS dipetakan dan diolah secara kartografis menjadi peta GIS. Peta kebun energi ini bisa digambarkan
sebagai berikut:
Pengukuran karbon
Salah satu kegiatan proyek yang dilakukan adalah melakukan pengukuran karbon tersimpan (carbon sequestration) di areal kebun energi dan areal di hutan rakyat.
Pada areal seluas 214 hektar dihitung berapa kandungan
biomasa kebun energi dan berapa nilai karbon tersimpan dengan menggunakan rumus allometrik. Alometrik
hubungan antara diameter (cm) dan biomasa (kg) :
Bt = 0,056 D 2,665 (n = 21, R2 = 0,946, d = 0,8 3 cm)
Bangkalan Model Project is closely linked with the concept of REDD + and NAMAs by taking into account the following principles:
1. Reducing emissions from deforestation and forest degradation
2. Strengthening and expanding the role of forests as carbon sinks through:
Supporting forest conservation
Managing forests in a sustainable manner, and
Strengthening forest carbon stocks
3. By considering these objectives, REDD + is implemented through tree planting and rehabilitation of degraded
lands
Pemetaan Areal
Untuk akurasi pengukuran dan monitoring setelah pengukuran, batas-batas areal harus diukur secara cermat dan
dipetakan dengan baik untuk memenuhi persyaratan registrasi proyek. Kegiatan pemetaan areal dilakukan secara
partisipatif yang menghadirkan masyarakat dan kelompok
tani, dan hasil kesepakatan didokumentasikan.
23
Area mapping
For accuracy in measuring and monitoring post-measurement stage, boundaries of an area should be carefully
measured and properly mapped, to meet the registration
requirements of the project. Mapping activities are participatory, involving the community and farming communities, and the concessions are documented.
Carbon Accounting
One of the project activities is carbon sequestration of
the biomass energy estate area and community forest areas. In an area of 214 hectares, energy produced from the
biomass estates is calculated and the amount of carbon
stored is calculated by using allometric formula. Allometric relation between the diameter (cm) and biomass (kg) :
Bt = 0,056 D 2,665 (n = 21, R2 = 0,946, d = 0,8 3 cm)
24
Beberapa hasil semetara (masih dilakukan pengukuran lapangan tahap akhir) analisis laboratorium terkait dengan
penghitungan biomasa dan kandungan karbon menurut kategori jarak tanam, biomasa/pohon, biomasa/ha, biomasa
seluruh areal bisa dilihat pada Tabel berikut ini :
Sumber: Firman Fahada, 2013
Some provisional results, (still in the final stages of field measurement) laboratory analysis related to the calculation
of biomass and carbon content, by category spacing, biomass/plant, biomass/ha, biomass DAPT for the entire area is
shown in the following table :
Source: Firman Fahada, 2013
Catatan :
Riap diameter rata-rata diperoleh dari hasil pengukuran ulang pada umur 7 bulan
Kandungan karbon (C) pada sampel tanaman (hasil
uji laboratorium) : Rata2 kandungan C pada seluruh sampel tanaman (batang, cabang, daun, akar)
adalah sebesar 41,15 % dari biomasanya
Note :
The average diameter increment obtained from repeated measurements at the age of 7 months
The content of carbon (C) from the plant samples
(laboratory test results): Average C content from
the entire sample of plants (stems, branches,
leaves, roots) amounts to 41.15% of its biomass
25
26
27
28
tak wood pellet. Bahan baku pun disiapkan dengan mengundang para petani dan ketua kelompok tani. Mereka sangat
senang karena tanaman kaliandra segera panen dan bisa dipetik hasilnya. Selain jenis kaliandra, mereka berharap
jenis-jenis lainnya bisa dijadikan sebagai pencampur kaliandra, seperti gliriside, lamtoro, dan ranting-ranting jati dan
mahoni yang selama ini dijadikan kayu bakar.
Saat ini industri wood pellet di Indonesia bak seorang raja, pembeli mau- Bisa menjual kayu/batang kaliandra
pun broker wood pellet datang sendiri ke Pabrik. Harga wood pellet juga dengan harga yang lebih tinggi dari
menarik, dan cukup bervariasi dimana paling rendah sekitar 100 USD/ton. kayu bakar
Sedangkan permintaan lokal paling rendah 1 juta rupiah per ton. Harga pal- Bisa menjual kayu/ranting jenis lain
ing tinggi jika dijual ke Eropa dengan penawaran sebesar 220-250 USD per yang selama ini tidak bermanfaat
tonnya.
Kontinyuitas penerimaan
Menambah lapangan kerja terutama
untuk pekerja pabrik
Tanah semakin subur, sumber air semakin melimpah
Kapasitas FMU Gerbang Lestari dan
masyarakat semakin meningkat
Munculnya usaha baru
29
Be able to sell wood/trunk of kaliandra with the higher price than firewood
Be able to sell wood/twigs of other
types which was not valuable
Continuity of revenue
Increase employment opportunities
especially for factory workers
Enhance more fertile soil and abundant water resources
Enhance the capacity of FMU Gerbang Lestari and farmers
Emerge of new business opportu-
Currently wood pellet industry in Indonesia is like a king, buyers and brokers of wood pellets come to Factory. The price of wood pellets is also interesting, and quite varied, most low around 100 USD / ton. While most low
local demand 1 million dollars per ton. Highest price when sold to Europe
with an offer of 220-250 USD per tonne.
30
31
Dari kiri ke kanan: H. Noer Yanto, H. Ghozali Anshori, dan KH. Irham Rofii
SISI LAIN :
Tiga Serangkai Penjaga Hutan Geger
Pamor kyai atau tokoh agama memang besar. Kaum
abangan yang diasoasiasikan dengan kaum kiri pun
meski mereka mempunyai kekuasaan secara formal
tetap tunduk di bawah pengaruh kyai atau tokoh agama. Pengaruh itu makin besar bila diimbuhi kyai bersangkutan memiliki kemampuan mumpuni mengenai
ajaran agama tapi juga olah beladiri dan kesaktian.
Penggambaran lain adalah stereotipisasi masyarakat Madura tipe masyarakat yang bertemperamen
keras. Citra ini melekat lewat identifikasi diri orang
Madura dengan carok atau pendekar sakera lengkap
dengan atribut kaos belang-belang warna merah
serta ikat kepala. Aksesori lain sebilah parang tajam
melengkapi perangkat dalam mempertahankan harga
diri. Warga Madura kemudian identik sebagai sosoksosok keras dan mudah tersulut emosinya.
32
A Firm Wall
Dinding Kokoh
Dinding Kokoh
A Firm Wall
Bertemu KH Irham Rofii seakan meruntuhkan gambaran sosok kyai yang kerap diposisikan berada di menara gading. Pria kelahiran Bangkalan 14 Juni 1966 itu nyatanya tak sungkan bergelut dengan lumpur dan tanah menanam
sendiri pohon di lahan miliknya. Kecintaan pria yang kini menjadi pimpinan Pondok Pesantren Darul Ittihad itu bermula sejak 1970-an. Dalam ingatan masa kecilnya, udara di Geger kala itu terasa panas menyengat saat musim kemarau. Air bersih pun menjadi barang langka. Ironisnya, saat musim penghujan tiba, tanah longsor serta penggerusan
tanah akibat erosi menjadi cerita sehari-hari. Derita itu tidak hanya dialami di Geger, daerah hilir seperti Arosbaya
yang berjarak 10 km dari Geger turut menerima imbas berupa kiriman banjir.
Selepas menamatkan pendidikan di Pondok Pesantren Modern Darussalam, Gontor, Ponorogo dan Pondok
Pesantren Al-Amin Prenduan, Sumenep, Irham pun
kembali ke Geger meneruskan pondok pesantren yang
telah dirintis sang ayah. Melihat kondisi lingkungan yang
masih butuh sentuhan, Irham pun memutuskan melanjutkan perjuangan sang ayah memberikan penyuluhan
mengenai pentinganya kesadaran lingkungan kepada
33
Meeting KH Irham Rofii breaks down the image of Kyais who are often positioned at the ivory tower. Born in Bangkalan, June 14, 1966 the man never hesitated to struggle with mud and soil and plant his own trees on his land. His
passion begun since 1970 and he is currently the head of Pondok Pesantren Darul Ittihad. In his childhood memory,
the air at that time in Geger was extremely hot during dry season. Clean water was always a rare commodity. Ironically,
when the rainy season came, landslides due to soil erosion was a common disaster. Suffering was not only experienced
by the people living in Geger, the low lying lands like in Arosbaya which is only 10 miles from Geger also got flooded.
Posisi sebagai pemuka masyarakat nyata benar dimanfaatkan Irham untuk mengajak masyarakat sekitar. Perlahan tapi pasti, masyarakat pun mulai tergerak
untuk menanam tidak hanya pohon buah tapi juga pohon kayu. Walhasil perlahan tapi pasti hasil itu mulai
terlihat. Menurut Irham, kondisi lingkungan Geger kini
menjadi tempat yang nyaman dihuni. Udara segar serta
rerimbunan hijau pepohonan menjadi pemandangan
yang menyejukkan hati. Saya lebih baik tinggal disini
dibanding harus pindah ke kota, ungkapnya.
Kondisi lain buah-buahan kini membanjiri geger. Sebut saja, pohon rambutan menjadi pemandangan yang
lazim dijumpai. Saat musim rambutan tiba, biasanya
antara bulan DesemberJanuari, daerah Geger banjir
rambutan.Tidak jarang rambutan itu dijajakan di tepi
jalan sebagai buah tangan para pelancong yang kebetulan melintas di daerah tersebut. Pun, durian yang ditanam Irham nyatanya sanggup berbuah. Hal itu seakan
mematahkan mitos yang menganggap bahwa tanah
Geger adalah tanah terkutuk.
34
Sang Penerus
Bermula dari sang kakek, H Muhammad Soleh, yang
sukses menyulap lahan gersang di Geger dengan tanaman akasia Accacia auriculiformis, H Ghozali Anshori
pun tidak ketinggalan berkiprah. Lewat tangan dinginnya, Kelompok Tani Gunung Mere sukses mengubah
lahan kritis menjadi berdaya guna tidak hanya secara
ekologis namun juga secara ekonomis. Tanaman seperti
jati, akasia, mahoni, kecapi lazim dijumpai di daerah ini.
Tidak hanya itu pada 2010, bersama-sama KH Irham
Rofii dan H Noer Yanto beserta dukungan para anggota
kelompok, sertikat ekolabel dari PT Mutuagung Lestari mengenai pengelolaan hutan rakyat lestari berhasil
diraih. Berkat pemeliharaan intensif, harga kayu-kayu
dari Geger dihargai lebih tinggi dibanding kayu dari
Membumi
Bermuasal dari banjir yang kerap menyambangi rumahnya di Arosbaya, Noer Yanto pun bergegas mencari
penyebab. Muasalnya jelas: bukit gundul yang berada di
sekitar Kecamatan Geger. Dari sanalah sumber air menggelontor deras kala hujan. Daerahnya gundul, tidak ada
pepohonan yang menahan laju air, ungkap Noer. Noer
Yanto sendiri sejatinya bukan asli Bangkalan. Petugas
penyuluh lapangan kelahiran Ngawi itu pun mengaku
awalnya gentar saat ditugaskan di Bangkalan.Mafhum
saja citra keras warga Madura terpatri kuat di benaknya.
Saat itu sudah terfikir untuk balik kampung jika gagal,
ungkapnya. Musababnya jelas, kultur masyarakat saat
itu masih belum terbiasa dengan menanam pohon.
35
The Successor
Down to Earth
And a sign for them is the dead land. We gave it life, and
We brought forth from it grains, so that they eat thereof.
(Surah Ya-Sin 36 : 33)
36
Perjuangan ketiganya jauh dari kata usai. Kini, ketiga serangkai itu mempunyai misi lain yang hendak dituntaskan. Berbekal semangat membara, ketiganya bersama anggota FMU Gerbang Lestari menghadapi berbagai tantangan
membangun kebun energi kaliandra merah serta pembangunan pabrik wood pellet dengan sokongan dana dari Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF). Proyek yang dimulai sejak Januari 2013 hingga penghujung 2014 ini
diharapkan mampu mendatangkan kemaslahatan lain bagi masyarakat sekitar lewat beragam inovasi teknologi yagn
berbasis pada pro-environment, pro-poor dan pro-job. Bonne chancebahasa Perancis selamat bekerjatiga serangkai!.
But still their struggle is far from over. Now, they have another mission to complete. Armed with great passion, the
three musketeers along with members of the FMU Gerbang Lestari, will face a challenge developing a Calliandra
biomass Energy estate, as well as a wood pellet mill with funding support from the Indonesia Climate Change Trust
Fund (ICCTF). The project, which began in January 2013 until the end of 2014 is expected to bring another benefit to
the surrounding community through a variety of technological innovation based on a pro-environment, pro-poor and
pro-jobs. Bonne chance survived in French which means work hard triad!.
ICCTF memusatkan perhatian pada tiga wilayah prioritas yaitu: Window 1: Land Based Mitigation untuk
mengurangi deforestasi dan degradasi hutan melalui
upaya-upaya yang lebih baik menuju pengelolaan yang
berkelanjutan terhadap tanah-tanah gambut dan sumberdaya hutan nasional. Window 2: Energy bertujuan
menyumbang perbaikan ketahanan energi dan pengurangan emisi dari sektor energi. Dan Window 3: Adaptation and Resilience bertujuan mengantisipasi dampak
negatif dari perubahan iklim, sesuai dengan resiko dan
ketidakpastian gangguan iklim, juga mengurangi kerentanan dan penguatan ketahanan sosial pada sektor-sektor yang paling mengalami kerentanan. Dalam konteks
ini ICCTF membuka peluang kepada berbagai Kementerian untuk mengajukan proposal proyek yang terkait
dengan prioritas-prioritas tersebut di atas. Kementerian
37
ICCTF focuses on three priority areas, namely: Window 1: Land Based Mitigation, reduce deforestation and
forest degradation through better efforts in sustainable
management for peatlands national forest resources.
Window 2: Energy, aims to contribute improvement of
in securing energy, and reducing emissions from the energy sector. And Window 3: Adaptation and Resilience,
aims to anticipate the negative impact of climate change,
according to the risks and uncertainties of climate disruption, also reducing vulnerability and strengthening
social resilience, in the sectors most vulnerable. From
this context, ICCTF is opening opportunities for various
ministries, to submit project proposals related to the
priorities. The Ministry of Forestry has proposed a project for Enhancing Sustainable Management of Community-based Wood Pellets as Biomass Energy Production
to Support Low Carbon Economy and Climate Change
Mitigation in Bangkalan, Madura, East Java and was approved by ICCTF in October 2012.
38
39
Proyek yang didisain oleh Kemenhut ini memiliki keunikan dan keunggulan karena mampu menggabungkan
beberapa isu penting seperti mitigasi perubahan iklim,
peningkatan kualitas lahan melalui penanaman, penambahan penyerapan karbon, penguatan sosial ekonomi
masyarakat. Sebuah industri wood pellet (WPI) dalam
skala inkubator dibangun melalui badan koperasi
kelompok tani melalui wadah FMU Gerbang Lestari,
dan dukungan pihak-pihak terkait. Terciptanya kebun
energi dalam skala luas dan pengembangan WPI akan
memberi dampak positif pada: (1) mitigasi perubahan
iklim melalui carbon sequestration di Kebun Energi dan
substitusi penggunaan bahan bakar fosil dengan Wood
Pellet, (2). Rehabilitasi lahan kritis dan menyuburkan
tanah, (3). Peningkatan Kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan sosial ekonomi dan (4). Memperluas
area dampak peningkatan sosial ekonomi melalui dana
bergulir (revolving financing) dan multiflier effect.
Dari sisi akses, pulau Madura memiliki aksesibiltas
yang sangat baik dengan Pelabuhan Internasional di
Surabaya setelah dibangunnya jembatan Suramadu.
Masyarakat disekitar bukit tersebut juga hidup nyaman karena pasokan udara yang bersih. Kami melihat
rimbunnya hijauan ternak dan sapi-sapi berwarna kecoklatan khas Madura. Itu adalah sapi-sapi yang biasa
The first stone building ceremony indicated opening process of mill building
The hills surrounding the village, makes it a comfortable place to live in for the people because the air is clean
and lavishing greenery and even the brownish colored
cows-that are commonly used for their annual traditional racing event-live well. On the hillside lay agroforest
40
41
dijadikan sapi balap untuk acara Kerapan Sapi setiap tahunnya. Di lereng bukit terhampar hutan tipe agroforest dan
sebagian lagi hutan tanaman rakyat monokultur. Musyawi, salah satu ketua kelompok tani menuturkan bahwa lahan
miliknya sekitar 5 hektar yang ditanami jati kini sudah berumur sekitar 8-10 tahun. Mungkin jika dijual 5 tahun lagi
dia benar-benar jadi Milyarder.
Rasa suntuk kami setelah beberapa hari mempersiapkan instalasi pabrik wood pellet di Kombangan dan training
manajemen pabrik tiba-tiba sirna setelah kami sudah sampai kaki bukit Geger. Rombongan kami ada enam orang
yaitu Puput Yulianti, Nur Saadun, Endang Kintamani, Fery, Catur, dan saya sendiri siap-siap berjalan mendaki tangga
bukit, mirip tangga-tangga menuju pesarean Imogiri atau pesarean Aer mata Ebuh yang menjadi ikon ziarah di Arosbaya Bangkalan. Kira-kira ada seratus dua puluh lima anak tangga yang sudah kami daki, dan wajah Puput tampak
kelelahan dengan butiran keringat yang mengalir. Namun canda dan tawa Catur dan Fery membuat langkah kita tak
berasa capek.
Menjelang puncak bukit Geger kami telah disambut dengan sekawanan kera ekor panjang seolah-olah ingin mengucapkan kata selamat datang. Di atas puncak bukit ini tumbuh tanaman mahoni dengan diameter rata-rata 70 cm
bahkan ada yang mendekati 1 meter.
Namun mata kami tertumbuk pada salah satu makam yang bertuliskan Raden Segara (Putra Prabu Gilingwesi).
Pastilah tempat ini memiliki nilai sejarah yang sangat menarik. Pada areal tersebut juga berdiri sebuah Musholla kecil.
Di belakang Musholla ada satu makam lagi dengan bungkus kain berwarna kuning. Itulah makam Putri Kuning atau
Putri Koneng kata orang Bangkalan. Banyak orang yang tidak tahu bahwa di samping makam Putri Koneng tersebut
terdapat ruangan khusus dan gelap untuk bertapa (bersemadi) dengan lubang batu seperti pintu masuk dengan lebar
1 meter dan tinggi 1,5 meter. Konon Putri Koneng diusir dan diasingkan oleh Kerajaan karena telah melakukan perbuatan aib yang kemudian melakukan pertapaan bertahun-tahun di bukit itu sampai akhir hayatnya untuk menebus
dosa dan kesalahannya.
Selain itu, jika kita mau meniti jalan setapak ditepi bukit Geger kita bisa menjumpai salah satu Goa yang dijuluki Goa
Planangan. Tak kalah menarik dengan pertapaan Putri Koneng, Goa Planangan memiliki nuansa magis karena kata
orang di tempat itu bisa membangkitkan birahi wanita maupun pria. Benar atau tidak, Anda bisa datang kesana dan
membuktikan sendiri.
and monoculture community forests. Musyawi, the head of one of the farming communities in the area, said that about
5 hectares of his land, is planted with teak wood. Currently they are about 8-10 years old. If he decides to sell them in
5 years, he will be a billionaire.
Our boredom after a few days preparing for the installation of the wood pellet mill, in Kombangan and conducting
a factory management training, suddenly vanished after we reached the foot of Geger hill. Our team was a group of
six, consisting of, Puput Yulianti, Nur Saadun, Endang Kintamani, Fery, Catur, and myself. We had just started walking
up the steps of the hill, similar to the stairs at Pesarean Imogiri, or Pesarean Aer Mata Ebuh, which have become a
prominent destination for pilgrimage, in Bangkalan Arosbaya. There were approximately one hundred and twentyfive steps, that we climb, and Puputs face looked tired and sweating. But jokes and laughter from Catur and Fery made
our journey less tiring.
Towards the top of the hill Geger, we were greeted by a group of long-tailed monkeys, as if they wanted to welcome
us. On top of this hill, mahogany can grow up to an average of 70 cm in diameter, some even close to 1 meter.
However, our eyes fell on to a tomb that read Raden Segara (son of King Gilingwesi). Surely this place holds some
interesting history. We also found a small mosque and behind it there was another tomb, wrapped in a yellow cloth.
The tomb belonged to the Yellow Princess or Putri Koneng as told by the people of Bangkalan. Many people do not
know that beside the tomb, there is a dark compartment usually used for meditating, with holes like a stone entrance,
1 meter wide and 1.5 meters high. It is said that Princess Koneng was exiled from her palace for committing something disgraceful; she then meditated for many years in the hills to pay for her sin and guilt until the end of her life.
Moreover, if we continue to go through the path until the end of Geger hill, we will come across a cave called Goa
Planangan .this site is as interesting as the meditation tomb of Princess Koneng, Goa Planangan has a supernatural
feel all around and they say, the cave can help evoke sexual urge to women and men. True or not, you can go there and
prove it yourself.
Planting Calliandra, Harvesting Wood Pellets - June 2014
42
CONTACT US
Indonesia Climate Change Trust Fund
Wisma Bakrie 2 Lt. 20
Jl. HR. Rasuna Said Kav. B-2, Kuningan-Jakarta
Telp. +62-21 5794 5760
Fax. +62-21 5794 5759
Email: secretariat@icctf.or.id
Website: www.icctf.or.id
Contact person:
Amin Budiarjo (aminb@icctf.or.id)
& Tifa Asrianti (tifa@icctf.or.id)
Kementerian Kehutanan
Partner
IDEAS Consultancy Services
Perumahan Taman Yasmin
Jl. Wijaya Kusuma Raya 99 - Bogor
Phone +62-251 8360 845
Contact person: Daru Asycarya & Wahyu Riva
Kaliandra Bersemi, Wood Pallet Berseri - Juni 2014
Designed & layout by Catur Teguh