Anda di halaman 1dari 12

Brainstorming

MANFAAT PENGINDERAAN AKTIF DAN PASIF DALAM UPAYA PERTAHANAN


NEGARA

INTRODUCTION
Penginderaan jauh menurut Soenarmo, 2009 merupakan ilmu, seni atau teknik
dalam memperoleh informasi atau data mengenai kondisi fisik objek atau target
daerah yang ingin dikaji tanpa melakukan kontak langsung dengan objek yang
dikajinya tersebut. Penginderaan jauh berkembang dari pada mulanya dilakukan foto
udara di kota Paris menggunakan balon udara pada tahun 1858 hingga
dikembangkannya teknologi wahana satelit serta teknologi sensor yang
memungkinkan untuk menghasilkan foto udara atau data geospasial dalam skala
global dan dengan data atau informasi yang lebih detail. Penginderaan jauh dapat
terjadi dikarenakan interaksi antara komponen-komponen inderaja seperti sumber
tenaga, atmosfer, interaksi objek dan sumber tenaga, sensor dan wahana, akuisisi
data serta pemanfaatan data. Sistem dalam penginderaan jauh dapat digolongkan
menjadi penginderaan sistem aktif yang menggunakan sumber tenaga buatan
seperti pada sensor satelit radar, dan sistem penginderaan pasif yang menggunakan
sumber tenaga alamiah yaitu cahaya matahari seperti pada sensor satelit optik.
Hasil data geospasial yang dihasilkan dari proses penginderaan jauh selanjutnya
dapat dikembangkan menjadi sistem informasi geografis yang dapat dimanfaatkan
secara luas di berbagai bidang meteorologi, pertanian, pertambangan, ekonomi
serta pertahanan dan kemanan. Dalam bidang pertahanan manfaat penginderaan
jauh dapat diketahui dari perkembangan awalnya pada Perang Dunia I dan Perang
Dunia II, dimana penginderaan jauh digunakan untuk melakukan pengintaian
terhadap wilayah sasaran tanpa melakukan kontak langsung dengan wilayah
tersebut. Kemudian seiring dengan perkembangan teknologi sensor dan wahana
manfaat penginderaan jauh pada bidang pertahanan semakin luas misalnya seperti
digunakan dalam proses pendeteksian kapal secara otomatis berbasis data
geospasial, mengetahui aktivitas militer pada zona-zona perbatasan wilayah negara
dan lain sebagainya.

BODY ESSAY
1. PENGINDERAAN
Penginderaan jauh atau remote sensing adalah teknik, seni atau ilmu untuk
mendapatkan data atau informasi tentang keadaan fisik objek, target, sasaran
ataupun daerah dengan tanpa kontak langsung dengan objek tersebut (Soenarmo,
2009). Sejalan dengan pendapat tersebut Lillesand dan Kiefer pada tahun 1979
mengungkapkan bahwa penginderaan jauh merupakan ilmu dalam memperoleh
data atau informasi terkait dengan suatu area, objek maupun fenomena dengan
melakukan analisa terhadap data yang didapatkan menggunakan instrumen atau
sensor tanpa melalui kontak langsung terhadap area, objek maupun fenomena yang
sedang dikaji. Kemudian juga dikuatkan oleh Lidgren 1985 dalam Sutanto 1987
bahwa ideraja atau penginderaan jauh merupakan berbagai macam teknik yang
telah dikembangkan dalam rangka akuisisi dan analisa data atau informasi
mengenai bumi, informasi berupa radiasi elektromagnetik yang dipantulkan dari
permukaan bumi. Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa remote sensing atau penginderaan jauh memiliki komponen
penting diantaranya objek atau area yang dikaji, gelombang elektromagnetik yang
dipantulkan objek permukaan bumi serta alat atau sensor untuk merekam
gelombang elektromagnetik tersebut dari interaksi komponen dihasilkan data atau
informasi tanpa melalui kontak langsung dengan area atau objek tersebut.
Dalam sistem penginderaan jauh terdapat dua jenis perbedaan sistem yaitu
sistem penginderaan jauh aktif dan sistem penginderaan jauh pasif. Perbedaan
ditimbulkan karena perbedaan gelombang elektromagnetik yang direkam oleh
sensor berasal dari sumber tenaga diluar dari wahana yang membawa sensor yang
digolongkan jenis penginderaan pasif ditunjukkan pada gambar dibawah poin 1,
ataupun sumber gelombang elektromagnetik yang direkam dikirimkan oleh wahana
yang kemudian direkam kembali oleh sensor pada wahana yang digolongkan jenis
penginderaan aktif ditunjukkan pada gambar poin 2. Untuk lebih memahami
perbedaan dapat juga dilihat dari contoh untuk penginderaan jauh sistem pasif
dilakukan oleh satelit dengan sensor optik yang menangkap spektrum tampak pada
gelombang elektromagnetik. Kemudian untuk penginderaan jauh sistem pasif
dilakukan oleh satelit dengan sensor radar yang dilakukan dengan mengirimkan
gelombang elektromagnetik ke permukaan bumi kemudian pantulannya direkam
kembali oleh sensor pada wahana

Gambar perbedaan penginderaan jauh sistem pasif dan aktif


Kajian penginderaan jauh telah berkembang pesat beriringan dengan
perkembangan dari teknologi pendukungnya seperti teknologi aviasi, sensor serta
pengolahan data. Dalam catatan sejarah proses penginderaan jauh pertama kali
dilakukan dalam rangka membuat foto udara dari Kota Paris Perancis menggunakan
wahana balon udara pada tahun 1858. Kemudian proses penginderaan berkembang
menjadi lebih sistematis pada saat Perang Dunia I dan Perang Dunia II dimana
penginderaan dikembangkan dalam kebutuhan pengintaian dan pengawasan militer
menggunakan wahana pesawat baik tipe pengintai maupun pesawat tempur.
Selanjutnya pada masa perang dingin pada abad ke 20 muncul teknologi satelit
buatan yang memungkinkan proses penginderaan jauh berskala global. Selain itu
perkembangan teknologi sensor juga memungkinkan hasil citra foto udara memiliki
resolusi spasial yang lebih detail dan dapat memuat banyak informasi. Sehingga
proses penginderaan jauh dapat dimanfaatkan pada berbagai macam bidang tidak
hanya militer akan tetapi juga dalam bidang meteorologi untuk prakiraan atau
forecasting cuaca, dalam bidang pertanian untuk mengetahui jenis vegetasi tanaman
dan jenis tutupan lahan, dalam bidang pertambangan untuk mengetahui kandungan
sumber daya alam yang ada pada suatu wilayah baik di permukaan bumi maupun
didalamnya, serta pemanfaatan pada bidang-bidang lain.

2. KOMPONEN PENGINDERAAN
Data atau informasi yang diperoleh pada proses penginderaan jauh dapat
dihasilkan dari interaksi antara komponen-komponen dalam penginderaan jauh.
Proses interaksi antar komponen tersebut ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Kemudian untuk komponen yang mempengaruhi tersebut diantaranya adalah
(Sutanto, 1986):
a. Sumber tenaga
b. Atmosfer
c. Interaksi sumber tenaga dan objek
d. Sensor dan Wahana
e. Akuisisi data
f. Pemanfaatan data
Sumber tenaga
Sumber tenaga adalah komponen yang nantinya akan ditangkap oleh sensor
pada wahana penginderaan jauh. Sumber tenaga ini dapat berupa sumber alamiah
seperti matahari yang kemudian ditangkap oleh sensor satelit optik dalam sistem
penginderaan jauh sistem pasif, serta sumber tenaga dapat pula berupa sumber
buatan seperti yang dipancarkan oleh satelit radar dalam penginderaan jauh sistem
aktif. Hasil dari tangkapan setiap sumber tenaga yang berbeda-beda tentu akan
menghasilkan citra foto yang berbeda. Contohnya sensor satelit optik Sentinel-2
yang menangkap pantulan gelombang elektromagnetik spektrum cahaya tampak
yang biasa kita lihat dalam aplikasi peta digital.

Atmosfer
Atmosfer dalam buku Sosiologi dan Geografi, 2004 menjelaskan bahwa
atmosfer adalah lapisan udara yang terdiri dari campuran gas yang menyelubungi
bumi. Peran atmosfer berguna untuk melindungi permukaan bumi dari radiasi
sumber tenaga matahari. Oleh sebab itu muncul istilah jendela atmosfer yang
diartikan sebagai spektrum gelombang elektromagnetik yang dapat diteruskan ke
permukaan bumi untuk kemudian dipantulkan dan ditangkap oleh sensor dari
wahana penginderaan jauh.

Interaksi sumber tenaga dan objek


Interaksi yang dimaksud disini adalah setiap objek memiliki ciri masing-masing
dalam memantulkan gelombang elektromagnetik dari sumber tenaga yang kemudian
ditangkap oleh sensor pada wahana. Misalnya pengamatan objek perairan dan
daratan menggunakan sensor satelit optik dimana objek perairan cenderung
menghasilkan warna yang lebih gelap dikarenakan objek perairan memiliki sifat
menyerap gelombang elektromagnetik spektrum tampak dari sumber tenaga
matahari.
Sensor dan wahana
Sensor merupakan suatu instrument atau alat yang digunakan dalam
menangkap atau merekam sinyal ataupun gejala perubahan energi yang ada
dilingkungan sekitar seperti energi fisika, kimia, biologi, dan lain sebagainya.
(Sharon, 1982). Kemudian wahana dapat diartikan sebagai platform tempat untuk
meletakkan sensor. Wahana dapat berupa pesawat, balon udara, roket, UAV, satelit
dan lain sebagainya. Komponen sensor dan wahana saling berkaitan satu sama lain
dikarenakan semakin tinggi wahana maka daerah pengkajian sensor menjadi lebih
luas. Juga dengan jenis sensor yang dibawa oleh wahana akan mempengaruhi data
yang dihasilkan oleh proses penginderaan jauh.

Akuisisi data
Perolehan atau akuisisi data merupakan tahapan pengambilan data yang
diperoleh sensor selanjutnya diubah menjadi sinyal listrik, dan dilanjutkan diubah
dalam bentuk angka digital untuk proses pengolahan dan analisa selanjutnya
dengan bantuan kompiter. Komponen dari akuisisi data diantaranya bagian
pemrosesan sinyal, perangkat keras sensor serta komputer (Bolton, 2006). Sejalan
dengan definisi tersebut, akuisisi data merupakan sistem yang betujuan dalam
mengambilkan serta mengumpukan data yang selanjutnya diolah dengan bantuan
komputer untuk menjawab kebutuhan pengkajian tertentu (Husein, 2010). Hasil
akuisi data dalam penginderaan jauh adalah berupa data citra yang dapat berupa
citra optik, radar, inframerah, hiperspektral dan lain sebagainya.

Pemanfaatan data
Komponen terakhir dari penginderaan jauh adalah pemanfaatan atau
penggunaan data geospasial yang telah dihasilkan sistem oleh lembaga atau
institusi diberbagai bidang sosial, ekonomi, militer dan sebagainya dalam
mendukung aktivitas, perumusan kebijakan serta perencanaan wilayah kedepannya.

3. DATA GEOSPASIAL
Merujuk pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi
Geospasial definisi dari data geospasial adalah informasi mengenai data spasial
seperti letak geografis, ukuran atau dimensi serta karakteristik dari obyek alami
maupun obyek buatan manusia yang terletak pada permukaan bumi yang menjadi
unsur utama penataan ruang dan kemudian lebih lanjut diolah menjadi informasi
geospasial yang digunakan sebagai pendukung dalam merumuskan kebijakan,
pelaksanaan kegiatan serta pengambilan keputusan terkait dengan penataan ruang
kebumian. Sejalan dengan pernyataan tesebut, data atau informasi geospasial ini
akan digunakan sebagai basis data dalam mengembangkan Sistem Informasi
Geografis (SIG) dimana adanya SIG ini dapat memberikan informasi terkait kondisi
sekarang ini serta rencana kedepan dengan catatan bahwa data geospasial yang
dimiliki harus diperbaharui dalam jangka waktu tertentu dan secara terus menerus,
sehingga dengan adanya SIG ini dapat membantu pemangku kebijakan berwenang
untuk melakukan penggambilan kebijakan terhadap suatu wilayah ruang lingkunan
tertentu (Ispen, 2010).
Sedangkan Bambang, 2016 mengemukakan bahwa Informasi geospasial
adalah data geospasial yang telah diolah sedemikian rupa dan berisi mengenai
objek pada permukaan bumi yang dapat terlihat secara langsung, dapat diukur dan
tetap atau dalam artian tidak berubah dalam jangka waktu lama. Data geospatial
terdiri dari lokasi geografis, dimensi serta karakter objek pada permukaan bumi yang
dapat dimanfaatkan untuk merumuskan kebijakan, pelaksanaan kegiatan serta
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tata ruang kebumian.
Sejalan dengan pernyataan ahli bahwa data geospasial secara umum
dimanfaatkan guna melakukan analisa geospasial, diantaranya adalah untuk
pemodelan prediksi jumlah populasi, pemodelan cuaca serta prediksi tren penjualan
pada ruang lingkup wilayah tertentu. Beberapa manfaat dari data geospasial adalah
sebagai berikut:
a. Dengan mengamati data geospasial organisasi dapat dengan mudah
memahami bagaimana suatu peristiwa pada objek berlangsung dan
bagaiman reaksi yang tepat terkait peristiwa tersebut.
b. Dengan mengamati perubahan data geospasial secara berkala dan kontinu
dapat membantu organisasi agar lebih siap dengan perubahan serta dapat
mempersiapkan arah kebijakan dimasa depan
c. Dengan mengamati data geospasial organisasi dapat memahami pengaruh
perbedaan lokasi terhadap suatu peristiwa sehingga organisasi dapat
mengambil kebijakan khusus sesuai dengan lokasi yang ditargetkan.

Analisa geospasial memiliki ruang lingkup bidang yang luas salah satu bidang
yang memerlukan analisa geospasial adalah bidang pertahanan dan keamanan.
Oleh karena itu Kementrian Pertahanan dalam hal ini Universitas Pertahanan RI
mengandeng institusi Badan Informasi Geospasial dalam pelakasaan kebijakan
antar lembaga yaitu one map policy yang menitikberatkan pada data geospasial
yang akurat, presisi serta terintegrasi sehingga data atau informasi tersebut dapat
lebih jauh dimanfaatkan dalam berbagai kegunaan diantaranya dalam perencanaan
strategi perang semesta serta simulasi manajemen pertahanan.
Proses pengolahan data geospasial yang didapatkan dari proses penginderaan
jauh ini juga dapat dilakukan menggunakan perangkat lunak seperti ArcGIS, QGIS,
dan lain sebagainya. Dari proses tersebut kemudian dapat dihasilkan analisa seperti
klasifikasi tutupan lahan pada wilayah tertentu, kemudian juga dapat dihitung nilai
NDVI. Hasil analisa-analisa tersebut kemudian kedepannya dapat digunakan oleh
para pemangku kebijakan dalam menentukan kebijkan dalam mengatur tata guna
lahan maupun rencana pembangunan wilayah. Sejalan dengan perkembnagan
teknologi komputasi dan algoritma proses pengolahan dan analisa data geospasial
juga dapat dilakukan menggunakan algoritma pembelajaran mesin atau kecerdasan
buatan seperti k-nearest neighbours, support vector machine atau jaringan syaraf
tiruan.

4. IMPLEMENTASI DI BIDANG PERTAHANAN (DETEKSI KAPAL BERBASIS DATA


PENGINDERAAN)
Aktivitas pemantauan kapal nelayan ini bertujuan dalam rangka mengurangi
Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) fishing pada saat ini sedang sering
dilakukan oleh pemerintah dan otoritas Indonesia (Sunyowati, 2014). Banyak
kerugian negara yang ditimbulkan akibat IUU fishing diantaranya timbulkan konflik
antar nelayan legal dengan nelayan illegal, serta berkurangnya peluang hasil
tangkapan ikan bagi para nelayan lokal (Jaelani & Basuki, 2014). Sebuah respon
yang harus dilakukan oleh pemerintah dan otoritas Indonesia dalam menghalau IUU
fishing dapat dilakukan dengan meningkatkan sistem monitoring, controlling dan
surveillance (MCS) berbasis teknologi penginderaan jauh. Deteksi kapal
menggunakan citra satelit telah banyak diterapkan dalam keamanan laut dan kontrol
lalu lintas laut (Ganapthy et al., 2016). Citra satelit sensor optik memiliki resolusi
gambar yang lebih tinggi dan lebih banyak konten dapat ditampilkan dari pada
gambar penginderaan jauh lainnya, yang lebih cocok untuk deteksi kapal. Selain
kelebihan yang dimiliki citra satelit optik, citra satelit optik juga memiliki masalah
utama yaitu pada saat kondisi cuaca seperti awan, kabut, dan gelombang laut akan
menghasilkan lebih banyak target semu untuk deteksi kapal (Ganapthy et al., 2016).
Proses analisa diawali dengan akuisisi data geospasial berupa basemap
USGS pada laman internet landlook.usgs.gov. Data geospasial tersebut merupakan
hasil pengolahan dari data citra satelit optik seperti Sentinel-2 dan lain sebagainya.
Dalam analisa ini ditargetkan wilayah sekitar perairan kepulauan Natuna, yang
menjadi kepulauan dengan batas perairan dengan wilayah negara lain seperti
Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina serta klaim wilayah perairan nine dash dari
Tiongkok. Sehingga wilayah kepulauan Natuna ini menjadi garda pertahanan
wilayah perairan indonesia yang sangat penting dan strategis. Data geospasial
selanjutnya diproses dengan algoritma kecerdasan buatan convolutional neural
network untuk mendapatkan informasi lebih akurat terkait dengan objek kapal dan
bukan kapal seperti yang terlihat pada Gambar 1. Selain melakukan klasifikasi,
algoritma juga melakukan proses deteksi kapal pada data citra resolusi tinggi
sehingga dapat mendeteksi beberapa objek kapal pada dalam suatu lingkup wilayah
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 1. Cuplikan hasil prediksi model

Gambar 2. Hasil deteksi kapal pada citra resolusi tinggi.

Agar menghasilkan luaran klasifikasi dan deteksi tersebut algoritma jaringan


syaraf tiruan ini memiliki cara kerja dengan mengenali pola hasil akuisisi dari data
citra kapal dan bukan kapal. Dalam proses pengenalan pola ini dapat dipengaruhi
oleh jumlah hasil akuisisi dimana apabila jumlah data citra semakin banyak maka
akan meningkatkan hasil klasifikasi dan deteksi kapal dari algoritma jaringan syaraf
tiruan. Dalam proses implementasi yang dilakukan pada klasifikasi dengan hasil nilai
akurasi sebesar 99.29% dan presisi 99,29% pada proses pengujian sistem yang
menandakan bahwa sistem mampu melakukan deteksi kapal dengan baik.
(a)

(b)

Gambar 4. Analisis spektrum data citra (a) kapal (b) bukan kapal

Setelah didapatkan hasil deteksi kapal tersebut selanjutnya dapat lebih jauh
didapatkan informasi terkait koordinat dari kapal kemudian dicocokan dengan
manifest dari kapal. Apabila terdapat penyalahgunaan dalam aktivitas atau kegiatan
dari kapal tersebut maka pejabat berwenang dapat melakukan tindakan penindakan
sesuai dengan hukum yang ada di negara Indonesia. Sehingga pada akhirnya
diharapkan sistem deteksi kapal ini dapat menjadi solusi dalam proses pemantauan
keamanan dan pertahanan wilayah maritim agar lebih efektif dan efisien.

CONCLUSION
Jadi seiring dengan perkembangan kebutuhan pertahanan dan keamanan
yang semakin kompleks dan dinamis ini proses penginderaan jauh sangat
diperlukan guna memperoleh data ataupun informasi terkait dengan permukaan
bumi yang menjadi target ataupun sasaran kajian pertahanan dan keamanan. Salah
satu bentuk implementasi manfaat dari penginderaan jauh dalam bidang militer
diawali pada masa Perang Dunia I dan Perang Dunia II, dimana penginderaan jauh
digunakan untuk misi pengintaian ke wilayah sasaran. Hingga kemudian
berkembang seiring dengan perkembangan teknologi pada wahana seperti
dikembangkannya satelit buatan yang mempu mengambil area kajian secara global,
serta perkembangan teknologi pada sensor yang dapat mengambil informasi
gelombang elektromagnetik dengan kanal atau band yang lebih detail serta memiliki
resolusi spasial yang lebih tinggi, Salah satu analisa dari hasil proses penginderaan
jauh adalah proses pendeteksian kapal otomatis berbasis data geospasial. Dalam
analisa ini dilakukan pada wilayah perairan Natuna Utara yang menjadi batas
wilayah negara Indonesia dengan negara-negara lain sehingga wilayah ini menjadi
sangat strategis dalam mendukung misi pertahanan, keamanan serta kedaulatan
wilayah negara. Wilayah peairan Natuna Utara tersebut seringkali dilintasi oleh
kapal-kapal dari negara lain baik itu kapal nelayan maupun kapal militer. Proses
penginderaan jauh sensor optik pada wilayah ini mampu mengekstraksi data
kenampakan pola-pola kapal. Pola-pola tersebut menjadi basis informasi yang
penting dalam mengembangkan sistem otomatisasi dalam pendeteksian kapal
nelayan maupun militer pada wilayah tersebut dengan bantuan komputer, bahasa
pemrograman serta algoritma kecerdasan buatan yaitu jaringan syaraf tiruan
sehingga proses analisa dari hasil data geospasial penginderaan jauh dapat secara
efektif dan efisien dimanfaatkan dalam rangka pertahanan dan keamanan negara
Indonesia,

REFERENCE
Bambang Marhaendra Djaja. 2016. Peran Informasi Geospasial dalam Inventarisasi
Toponimi, Perencanaan dan Pengelolaan Pembangunan. Depok : Jurnal UI
Bolton, W., 2006, Sistem Instrumentasi dan Sistem Kontrol, (diterjemahkan oleh:
Astranto, S.), Erlangga, Jakarta.
Ganapthy, B., Kavsik Raj, A., Palaniappan, C., Saravanan, M., & Prakash, P. S.
(2016). Detection of Ship Using DNN and ELM. International Journal of
Engineering Science and Computing, 6(4). https://doi.org/10.4010/2016.790
Husein, Umar. 2010. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi 11.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ispen Safrel. 2010. Peran Informsi Geo-spasial untuk Menunjang Konsep Kampus
Konservasi di Universitas Negeri Semarang (Unnes). Semarang : Jurnal
Kompetensi Teknik Vol. 2.
Jaelani, A. Q., & Basuki, U. (2014). Illegal Unreported and Unregulated (IUU)
Fishing: Upaya Mencegah dan Memberantas Illegal Fishing dalam Membangun
Poros Maritim Indonesia. Jurnal Supremasi Hukum, 3(1).
Sharon, D. 1982. Principles of Analysis Chemistry. New York : Harcourt Brace
College Publisher.
Soenarmo, S. H. (2009). Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi
Geografis Untuk Bidang Ilmu Kebumian. Penerbit ITB.
http://opac.ut.ac.id/detail-opac?id=32924
Sosiologi dan Geografi, Tim, 2004, “Pengetahuan Sosial Sosiologi dan Geografi”.
Jakarta: Yudhistira.
Sutanto. (1986). Penginderaan Jauh Jilid I dan 2.Gajah Mada Press: Yogyakarta.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Geospasial sebagai sistem informasi

Anda mungkin juga menyukai