Anda di halaman 1dari 7

REVIEW JURNAL ANATOMI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Anatomi Olahraga

Dosen Pengampu : Dr. dr Intan Suraya Ellyas, M.Or

Disusun Oleh :

Rahman Darmawan
A122308014

PROGAM STUDI PASCA SARJANA ILMU KEOLAHRAGAAN


FAKULTAS ILMU OLAHRAGA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
TAHUN 2023
REVIEW JURNAL ANATOMI

Judul “A review of the effects of physical activity and sports concussion on


brain function and anatomy”
Jurnal International Journal of Psychophysiology
Sumber Jurnal http://www.elsevier.com/locate/ijpsycho
Volume & Halaman Vol. 132 Hal. 167 - 175
Tahun 2018
Penulis Sara Tremblaya , Alvaro Pascual-Leoneb , Hugo Théoretc
Reviewer Rahman Darmawan
Tanggal 14 November 2023

Abstrak Jurnal ini memberikan tinjauan komprehensif tentang Aktivitas fisik telah
dikaitkan dengan perubahan anatomi dan fungsi otak yang luas yang terjadi
setelah latihan akut atau, dalam kasus atlet, sepanjang hidup. Aktivitas fisik
tingkat tinggi melalui latihan olahraga juga menghasilkan kesehatan umum
yang lebih baik dan peningkatan fungsi kognitif. Namun, para atlet berisiko
mengalami gegar otak, yang dampaknya telah dijelaskan secara luas pada
fungsi dan anatomi otak. Tingkat dimana efek ini dimodulasi oleh
peningkatan tingkat kebugaran tidak diketahui. Di sini, kami meninjau
literature yang menjelaskan efek aktivitas fisik dan gegar otak olahraga pada
materi putih, materi abu-abu, neurokimia, dan rangsangan kortikal. Kami
berpendapat bahwa efek gegar otak akibat olahraga dapat dipengaruhi oleh
efek olahraga. Memang benar, data yang ada menunjukkan bahwa otak atlet
berbeda dengan otak orang sehat yang menjalani gaya hidup tidak aktif.
Akibatnya, gegar otak olahraga terjadi dalam konteks di mana plastisitas
struktural/fungsional telah terjadi sebelum kejadian gegar otak tersebut.
Literatur gegar otak olahraga saat ini tidak mengizinkan untuk memisahkan
efek dari aktivitas fisik yang intens dan berulang-ulang, dan penghentian
aktivitas tersebut secara tiba-tiba, dari efek gegar otak terhadap struktur dan
fungsi otak.
Pendahuluan Artikel ini membahas dampak aktivitas fisik dan gegar otak terkait olahraga
pada otak. Para penulis meninjau literatur tentang efek aktivitas fisik dan gegar
otak terkait olahraga pada materi putih, materi abu-abu, neurokimia, dan
stimulasi kortikal. Mereka berpendapat bahwa efek gegar otak mungkin
dipengaruhi oleh tingkat aktivitas fisik. Otak atlet telah terbukti berbeda
dengan otak individu yang tidak banyak bergerak, sehingga dapat
mempengaruhi dampak gegar otak. Artikel tersebut juga membahas pengaruh
aktivitas fisik terhadap metabolisme otak menggunakan spektroskopi resonansi
magnetik. Aktivitas fisik telah dikaitkan dengan perubahan metabolisme otak,
seperti peningkatan metabolisme karbohidrat. Namun, efek akut dan jangka
panjang olahraga terhadap metabolisme otak masih belum jelas. Para penulis
juga membahas efek aktivitas fisik pada volume materi abu-abu menggunakan
pencitraan resonansi magnetik struktural. Aktivitas fisik telah terbukti
meningkatkan volume materi abu-abu di berbagai wilayah otak, khususnya
yang terlibat dalam kontrol motorik, kognisi spasial, dan memori kerja. Lebih
lanjut, artikel ini mengeksplorasi efek aktivitas fisik pada integritas materi
putih menggunakan pencitraan tensor difusi. Aktivitas fisik telah dikaitkan
dengan peningkatan integritas materi putih, khususnya di jalur motorik.
Namun, efek gegar otak terhadap integritas white matter masih tidak konsisten,
dengan beberapa penelitian menunjukkan penurunan integritas white matter
pada atlet dengan riwayat gegar otak. Terakhir, penulis membahas efek
aktivitas fisik pada neurofisiologi kortikal menggunakan stimulasi magnetik
transkranial. Aktivitas fisik telah terbukti mempengaruhi rangsangan dan
penghambatan kortikal, dengan atlet menunjukkan pola respons kortikal yang
berbeda dibandingkan dengan non-atlet. Namun, efek gegar otak terhadap
neurofisiologi kortikal masih belum dipahami dengan baik. artikel ini juga
menyoroti hubungan kompleks antara aktivitas fisik, gegar otak, serta fungsi
dan anatomi otak. Para penulis berpendapat bahwa penelitian di masa depan
harus menyelidiki interaksi antara aktivitas fisik dan gegar otak untuk lebih
memahami efeknya terhadap struktur dan fungsi otak.
Pembahasan Pembahasan artikel penulis membagi sub pokok bahasan menjadi beberapa
bagian, yaitu :
Teori dan konsep : Dalam artikel ini menyebut beberapa konsep teori yang
dipakai, beberapa teorinya ialah metabolisme otak : spektroskopi resonansi
magnetik, volume materi abu-abu, Integritas materi putih: pencitraan tensor
difusi, Neurofisiologi: stimulasi magnetik transcranial.

A. Spektroskopi Resonansi Magnetik


Spektroskopi resonansi magnetik (MRS) adalah teknik MRI yang
memungkinkan kuantifikasi konsentrasi metabolit otak secara in vivo.
Profil neurokimia dari metabolit yang diperoleh biasanya ditampilkan
sebagai spektrum, dengan masing-masing metabolit menghasilkan
puncak pada frekuensi resonansi tertentu. Sekitar 25 metabolit saat ini
dapat dikuantifikasi, yang paling umum adalah N- acetylaspartate
(NAA: penanda integritas saraf dan keadaan energi sel), kreatin (Cr:
penanda energi neuron dan astrosit, dianggap stabil dan biasanya
digunakan sebagai penyebut rasio ), kolin (Cho: sintesis lipid membran
dan prekursor asetilkolin), glutamat (Glu: neurotransmisi rangsang),
glutamin (Gln: prekursor glu-tamin, GABA dan glutathione), Myo-
inositol (mI: penanda gliosis), laktat (Lac: penanda metabolisme
energi), dan asam gamma-Aminobutyric (GABA: penghambatan
neurotransmisi)
B. Volume Materi Abu-Abu
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah metode objektif untuk
mengukur volume otak di wilayah tertentu menggunakan gambar
resonansi magnetik struktural telah dikembangkan, seperti morfometri
berbasis voxel (VBM) dan pengukuran ketebalan kortikal, yang
memungkinkan penilaian modifikasi materi abu-abu (GM) secara
akurat. berhubungan dengan kesehatan dan penyakit. Morfometri
berbasis voxel adalah teknik yang digunakan untuk menemukan dan
mengukur perbedaan anatomi materi abu-abu antara kelompok
partisipan. Bukti-bukti menunjukkan bahwa aktivitas fisik pada atlet,
serta pada individu lanjut usia dan muda, terkait dengan perubahan
struktural otak. Efek yang dijelaskan pada volume GM didistribusikan
ke seluruh otak, terutama di area sensorimotor (korteks motorik primer,
area motorik tambahan, korteks somatosensori, otak kecil), korteks
frontal, dan formasi hipokampus.
C. Integritas Materi Putih : Pencitraan Tensor Difusi
Struktur materi putih telah dipelajari secara ekstensif dalam konteksnya
aktivitas fisik, pada individu muda dan lanjut usia. Hasil yang paling
konsisten adalah aktivitas fisik dikaitkan dengan peningkatan WM
volume. Studi tentang struktur mikro WM memberikan hasil yang
beragam, namun peningkatan FA di beberapa saluran WM tampaknya
merupakan temuan yang paling dapat diandalkan. Perubahan pada FA
juga merupakan salah satu WM yang paling konsisten dilaporkan
perubahan pada atlet dengan riwayat gegar otak. Sebagian besar
penelitian yang dilakukan selama fase gegar otak kronis menemukan
penurunan FA nilai di beberapa saluran WM dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Disini lagi, atlet dengan riwayat gegar otak
biasanya dibandingkan dengan rekan setimnya yang tidak memiliki
riwayat gegar otak, atau atlet yang ikut serta dalam olahraga non-
kontak, dan dengan demikian mungkin memiliki tingkat kebugaran
fisik yang sama. Namun, sejak mengalami gegar otak, sebagian
besar atlet akan berhenti berolahraga aktivitas, dampak
dekondisi penting untuk dipertimbangkan.
D. Neurofisiologi: Stimulasi Magnetik Transcranial.
Stimulasi magnetik transkranial (TMS) adalah otak non-invasif teknik
stimulasi yang memungkinkan stimulasi wilayah otak tertentu
menggunakan pulsa magnetik singkat yang bervariasi waktu.
Berdasarkan prinsip konduksi elektromagnetik, pulsa ini menginduksi
arus listrik di dalam otak dan akibatnya mendepolarisasi neuron yang
berada di bawah stimulator. Reorganisasi peta motorik pada korteks
motorik primer adalah temuan yang konsisten dalam penelitian yang
merinci efek aktivitas fisik, atau pelatihan keterampilan, terhadap
rangsangan kortikospinal. Meskipun efek gegar otak pada representasi
otot di korteks motorik primer belum dilaporkan, beberapa penelitian
telah menilai integritas keseimbangan eksitasi/hambatan di area ini dan
hasilnya beragam dan tidak konsisten. Pola peningkatan penghambatan
intrakortikal pada fase gegar otak kronis tampaknya merupakan temuan
yang paling konsisten.

Temuan utama penelitian mengenai dampak gegar otak pada atlet meliputi:

1. Perubahan struktur materi putih (WM):


Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa gegar otak dapat
menyebabkan perubahan struktur WM, khususnya penurunan nilai
anisotropi fraksional (FA) pada saluran WM tertentu. Perubahan ini
sering terlihat pada atlet dengan riwayat gegar otak dibandingkan
kelompok kontrol.

2. Perubahan WM mikrostruktur:
Beberapa penelitian telah melaporkan perubahan mikrostruktur pada
WM, seperti peningkatan difusivitas aksial (AD) dan penurunan
difusivitas radial (RD), pada atlet dengan gegar otak. Perubahan ini dapat
diamati baik pada fase akut maupun pada pensiunan atlet dengan riwayat
gegar otak.
3. Heterogenitas efek gegar otak:
Efek gegar otak dapat bervariasi karena faktor-faktor seperti tingkat
keparahan dan jumlah gegar otak, waktu sejak gegar otak terakhir,
kondisi pramorbid, jenis olahraga yang dimainkan, dan desain penelitian
(prospektif atau retrospektif). Heterogenitas ini berkontribusi terhadap
temuan-temuan yang bertentangan dalam literatur.

4. Pengaruh tingkat aktivitas fisik:


Tingkat aktivitas fisik dan kebugaran dapat memodulasi efek gegar otak.
Atlet yang melakukan aktivitas fisik yang intens dan jangka panjang
mungkin memiliki respons otak yang berbeda terhadap gegar otak
dibandingkan dengan individu yang tidak banyak bergerak. Namun
interaksi spesifik antara aktivitas fisik dan gegar otak masih belum
dipahami dengan baik dan memerlukan penelitian lebih lanjut.

5. Potensi efek jangka panjang:


Akumulasi benturan kepala sub-gegar otak selama musim olahraga juga
dapat berdampak pada struktur otak. Penelitian telah melaporkan
perubahan integritas WM, FA, dan MD pada atlet tanpa terdiagnosis
gegar otak. Temuan ini menunjukkan bahwa dampak sub-gegar otak pun
dapat mempengaruhi otak.

Penting untuk dicatat bahwa dokumen ini memberikan tinjauan terhadap


berbagai penelitian, dan temuan yang disebutkan di atas didasarkan pada
informasi yang diambil dari dokumen tersebut.
METODE Dalam penelitian ini, beberapa metode digunakan untuk menyelidiki
pengaruh aktivitas fisik dan gegar otak terkait olahraga terhadap fungsi dan
anatomi otak. Metode-metode ini meliputi:

1. Spektroskopi Resonansi Magnetik (MRS): MRS digunakan untuk


mengevaluasi konsentrasi metabolisme di otak. Hal ini memungkinkan para
peneliti untuk menilai efek akut aktivitas fisik pada metabolisme otak dan
untuk mengidentifikasi perubahan metabolisme otak pada atlet dengan
riwayat gegar otak.

2. Diffusion Tensor Imaging (DTI): DTI digunakan untuk mempelajari


struktur mikro materi putih di otak. Ini memberikan informasi tentang
integritas saluran materi putih dan memungkinkan peneliti untuk memeriksa
perubahan struktur materi putih pada atlet yang mengalami gegar otak.

3. Morfometri Berbasis Voxel (VBM): VBM adalah teknik yang digunakan


untuk mengukur dan membandingkan volume materi abu-abu di wilayah otak
tertentu. Hal ini memungkinkan peneliti untuk menilai modifikasi materi abu-
abu yang terkait dengan aktivitas fisik dan gegar otak.

4. Pencitraan Resonansi Magnetik Fungsional (fMRI): fMRI digunakan


untuk menyelidiki perubahan fungsional di otak yang berhubungan dengan
aktivitas fisik. Hal ini memungkinkan para peneliti untuk menguji hubungan
antara kebugaran aerobik, volume hipokampus, dan kinerja memori pada
anak-anak praremaja.
5. Stimulasi Magnetik Transkranial (TMS): TMS digunakan untuk
mempelajari plastisitas korteks motorik yang disebabkan oleh pelatihan
ekstensif. Hal ini memberikan wawasan tentang efek neurofisiologis dari
aktivitas fisik pada otak.

Metode ini digunakan untuk menguji efek aktivitas fisik dan gegar otak pada
struktur otak, fungsi, metabolisme, dan neurofisiologi.

Diskusi Jurnal ini membahas efek aktivitas fisik dan cedera olahraga pada
neurofisiologi otak, dengan fokus pada perubahan dalam korteks motor
primer. Studi ini menyoroti bahwa reorganisasi peta motorik dalamkorteks
motor primer merupakan temuan konsisten dalam penelitian yang
mendetailkan efek aktivitas fisik atau pelatihan keterampilan terhadap
eksitabilitas kortikospinal. Meskipun efek cedera otak pada representasi otot
dalam korteks motor primer belum dilaporkan, beberapa penelitian telah
menilai integritas keseimbangan eksitasi/inhibisi di area ini dan hasilnya
bervariasi dan tidak konsisten.
Dalam konteks cedera olahraga, beberapa penelitian telah menemukan
perubahan yang berkelanjutan dalam fisiologi kortikal pada atlet dengan
riwayat cedera otak. Beberapa penelitian menunjukkan penurunan
eksitabilitas dalam fase akut setelah cedera, sementara penelitian lain
menemukan peningkatan inhibisi kortikal dalam jangka panjang pada
atlet.
Akan tetapi yang menjadi Fokus utama dari artikel ini adalah untuk meninjau
pengaruh aktivitas fisik dan gegar otak terkait olahraga terhadap fungsi dan
anatomi otak. Para penulis membahas efek aktivitas fisik pada metabolisme
otak, volume materi abu-abu, integritas materi putih, dan neurofisiologi
kortikal. Mereka juga meneliti dampak gegar otak pada ukuran otak dan
bagaimana tingkat aktivitas fisik dapat mempengaruhi dampak gegar otak.
artiket ini menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami
hubungan kompleks antara aktivitas fisik, gegar otak, serta struktur dan
fungsi otak.
Kesimpulan Jurnal ini menyoroti pentingnya penelitian lebih lanjut untuk memahami
interaksi antara aktivitas fisik dan cedera olahraga terhadap fungsi dan
anatomi otak. Diperlukan penelitian yang lebih mendalam, termasuk studi
longitudinal dan kontrol yang tepat, untuk menentukan sejauh mana efek
cedera olahraga dipengaruhi oleh tingkat aktivitas fisik dan kebugaran atlet.
Kesimpulannya, jurnal ini menekankan perlunyapemahaman yang lebih baik
tentang dampak aktivitas fisik dan cedera olahraga pada kesehatan otak, serta
perlunya pendekatan holistik dalam mengevaluasi risiko partisipasi dalam
olahraga.
Kekuatan Penelitian 1. Teori dan model analisis yang diguakan tepat
2. Bahasa yang digunakan oleh penulis mudah dipahami maksud dan
tujuannya oleh pembaca. Analisisnya sangat rinci dan mudah dipahami

Kelemahan Penelitian 1. Penulis kurang lengkap dalam menyimpulkan keseluruhan isi dari jurnal
ini.
2. penulis kurang detail dalam memberikan hasil yang didapat dalam
melakukan penelitiannya.

Daftar Pustaka Sara Tremblay, Alvaro Pascual-Leone, Hugo Théoret. "A reviewof the effects
of physical activity and sports concussion on brain function and
anatomy." International Journal of Psychophysiology, Volume 132,
2018, Pages 167-175. DOI: 10.1016/j.ijpsycho.2018.02.001.

Anda mungkin juga menyukai