Anda di halaman 1dari 2

Jourast Widyanta

P0122116/C

Neuroplasticity and Environment-A Pharmacotherapic Approach


Toward Preclinical Understanding
Penulis: Ashish Mishra, Pooja Patni', Satisha Hegde, Lotfi Aleya dan Devesh Tewari.

Tibor Hortobagyi, Tomas Vetrovsky, Guilherme Moraes Balbim, Narlon ́C ́assio Boa
Sorte Silva, Andrea Manca, Franca Deriu, Mia Kolmos, Christina Kruuse, Teresa Liu-
Ambrose, Zsolt Radak, Mark Vaczi, Hanna Johansson, Paulo Cezar Rocha dos Santos,
Erika Franzen, Urs Granacher

Fungsi kognitif ini memiliki banyak sekali faktor yang dapat berkisar dari perubahan
gen hingga faktor lingkungan. Faktor lingkungan banyak memberikan dampak negatif
dan positif pada fungsi kognitif otak. Sistem saraf pusat (SSP) dan organ-organnya
seperti otak yang dapat berubah setelah terpapar adanya rangsangan eksternal. Ini
mengarah pada modifikasi transmisi sinaptik oleh mekanisme berbasis aktivitas yang
berbeda, yang dikenal sebagai plastisitas sinaptik. Kata “plastik” berasal dari kata
Yunani “plastikos” dan juga istilah Latin
“plasticus” yang berarti “dapat dicetak, dibentuk”
Faktor-faktor penting yang menentukan tingkat fungsional di otak:
 Kondisi lingkungan dan sel otak
 Stress prenatal dan neuroplastisitas
 Aktivitas fisik dan neuroplastisitas
 Tidur dan neuroplastisitas
 Puasa intermiten dan neuroplastisitas

Latihan fisik adalah bagian dari aktivitas fisik yang direncanakan, terstruktur, dan
berulang dan dengan demikian gangguan fisiologis yang kuat dari homeostasis tubuh
manusia. Pelatihan Aerobik Trainning (AT) berupa pengulangan lari, bersepeda,
mendayung, dan berenang. Latihan Resistance Training merupakan mengatasi beban
eksternal dengan kontraksi otot yang kuat. Baik AT maupun RT berdampak baik pada
hampir semua mesin seluler sistem organ, fungsi kardio-metabolik, saraf, dan
motorik dan kognitif, kesehatan, dan kematian dan dianggap dapat meningkatkan
kesehatan otak melalui neuroplastisitas (NP), yaitu kemampuan otak untuk
menciptakan dan menata ulang koneksi sinaptik yang baru.
Latihan aerobic dan latihan kekuatan telah diketahui untuk meningkatkan kesehatan
otak dengan neuroplastisitas, kemampuan otak seseorang untuk menciptakan dan
mengorganisir koneksi sinaptik, walaupun skala neuroplastisitas dengan intensitas
latihan belum dapat dibuktikan secara sistematis. 50 studi dengan 60 peninjau dan
2283 peserta di dalam analisis yang berpartisipasi. Dikarenakan jumlah penilitian
yang rendah, 3 kelompok pasien digabungkan dan dianalisis sebagai satu kelompok.
Secara keseluruhan, latihan intensitas rendah dan intensitas tinggi meningkatkan
neuroplastisitas. Intensitas latihan diskalakan dengan neuroplastisitas hanya pada
orang dewasa muda yang sehat tetapi tidak pada orang dewasa atau kelompok
pasien yang lebih tua yang sehat. Perbaikan yang diinduksi latihan dalam
neuroplastisitas dikaitkan dengan perubahan motoric tetapi bukan hasil kognitif.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan oleh
kegiatan aerobik dan latihan kekuatan dengan intensitas yang rendah dan yang tinggi
terhadap fungsi motor dan kognitif, aktivasi otak, struktur otak, dan penanda/tanda-
tana neurokimia dari neuroplastisitas, serta melihat dampaknya pada individu muda
dan dewasa yang sehat, dan pada pasien yang menderita sclerosis, penyakit
Parkinson, dan stroke.

Secara garis besar, Intensitas latihan merupakan variabel penting untuk dosis dan
individualisasi stimulus latihan untuk kesehatan individu muda tetapi tidak harus
untuk orang dewasa yang lebih tua yang sehat dan pasien neurologis. Kesimpulan ini
menjamin kehati-hatian karena penelitian diperlukan yang secara langsung
membandingkan efek latihan intensitas rendah vs. tinggi pada neuroplastisitas untuk
menentukan apakah perubahan tersebut secara mekanistik dan bertahap terkait
dengan peningkatan kognisi dan fungsi motorik.

Anda mungkin juga menyukai