Anda di halaman 1dari 3

Penerapan Konsep Neurosains, Neurobehavior, dan Neuroplastisitas pada

Masyarakat Agroindustri dan Lansia

Noval Hidayat dan Yudha Nurdhian


Fakultas Kedokteran Universitas Jember

Intisari
Neurosains adalah sistem pendidikan baru yang mempelajari tentang sistim kerja
saraf. Pendidik umumnya jarang memerhatikan permasalahan ini. Pengabaian terhadap
sistem ini menyebabkan suasana pembelajaran menjadi mati. Neurosains secara etimologi
adalah ilmu neural (neural science) yang mempelajari sistim saraf, terutama mempelajari
neuron atau sel saraf dengan pendekatan multidisipliner Secara terminologi, neurosains
merupakan bidang ilmu yang mengkhususkan pada studi saintifik terhadap sistem saraf.
Neurosains juga disebut sebagai ilmu yang mempelajari otak dan seluruh fungsi-fungsi saraf
lainnya. Plastisitak otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan otak untuk
berubah, melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk mengembangkan
kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi terhadap situasi-situasi baru. Faktanya,
jaringan saraf tidak bersifat statis, melainkan muncul dan hilang secara dinamik disepanjang
kehidupan manusia, tergantung dari pengalaman yang mereka alami. Sedangkan
Neurobehavior adalah subspesialis neurologi yang mampu mempelajari dasar neurologis dari
perilaku, memori dan kognisi, dampak dari kerusakan saraf dan penyakit pada fungsi-fungsi
ini, dan perlakuan tersebut.
Ada beberapa hal yang bisa meningkatkan dan menurunkan kemampuan dari otak
yaitu, bisa dari prilaku, memori dan kognisi dari seseorang. Gangguan kognitif adalah
gangguan yang berkaitan dengan peningkatan usia. Gangguan ini menyebabkan penurunan
fungsi otak yang berhubungan dengan kemampuan atensi, konsentrasi, kalkulasi, mengambil
keputusan, reasoning, berpikir abstrak .
Kemampuan kognisi seseorang bisa menurun oleh banyak hal, salah satunya adalah
dari paparan organofosfat, hipertensi, faktor usia serta faktor pendukung lainnya seperti jenis
kelamin, pendidikan, lingkungan dan aktifitas fisik. Adapun faktor yang memperbaiki dari
fungsi otak salah satunya adalah dengan melalukannya Senam Vitalisasi Otak (SVO).
Paparan organofosfat dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan efek
neurobehavioral pada petani. Organofosfat adalah salah satu insektisida yang merupakan
ester asam fosfat atau asam tiofosfat. Pestisida jenis organofosfat memiliki mekanisme kerja
sebagai inhibisi asetilkolinesterase, enzim yang terdapat pada sistem saraf pusat dan perifer
yang berfungsi hidrolisis neurotransmitter astilkolin. Paparan penggunan organofosfat dengan
jangka waktu yang lama dapat menimbulkan efek neurobehavioral atau sering disebut efek
neurotoksik. Hal ini dikarenakan organofosfat memiliki mekanisme kerja pada enzim
asetilkolisterase dan NTE yang diyakini sebagai awal berkembangnya COPIND (Chronic
organophosphate-induced neuropsychiatric disorder ). COPIND adalah salah satu gangguan
degenerasi pada sel saraf otak yang disebabkan oleh organofosfat, terdiri dari proses nekrosis
dan apoptosis. Salah satu tanda dari COPIND adalah melambatnya atau menurunnya waktu
reaksi dan terjadi keterlambatan koordinasi antara sistem sensorik dan motorik.
Salah satu tahapan penurunan fungsi kognitif adalah Mild Cognitive Impairment yang
merupakan gejala perantara antara gangguan memori atau kognitif terkait usia (Age
Associated Memori Impairment/AAMI) dan demensia. Penelitian menunjukkan bahwa lebih
dari separuh (50-80%) orang yang mengalami MCI akan menderita demensia dalam waktu 5-
7 tahun mendatang . Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Posyandu Lansia
Kelurahan Sumbersari, Malang, terdapat hubungan antara hipertensi dengan terjadinya
penurunan fungsi kognitif pada lansia (p: 0,015), Didapatkan sampel mengalami penurunan
fungsi kognitif pada laki-laki sebanyak 22% dan pada wanita sebanyak 54%,
Sebagai pusat daya berfikir otak juga memerlukan perawatan yaitu dengan melakukan
gerakan sederhana yang diikuti oleh berbagai macam komponen fungsi otak seperti
penglihatan, imaginasi, pendengaran dan emosi. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan
senam otak ataupun senam vitalisasi otak. Pada suatu penelitian di dapatkan hasil rata-rata
(mean) fungsi kognitif sebelum dan sesudah diberikan perlakuan senam vitalisasi otak
didapatkan peningkatan hasil MMSE. Perbedaan peningkatan fungsi kognitif setelah
dilakukan perlakuan pada kelompok senam vitalisasi otak (SVO) adalah cenderung lebih
tinggi dari pada kelompok senam otak (SO), sehingga dapat diartikan bahwa senam vitalisasi
otak (SVO) lebih efektif dalam meningkatkan fungsi kognitif lansia.

Penutup
Neurosains, Neurobehavior, dan Neuroplastisitas adalah satu kesatuan konsep yang
tidak bisa dipisahkan karena sangat berhubungan dengan bagaimana seseoarang mampu
menerapkan otak sebagai alat kontrol dari prilaku, memori dan kognisi dirinya. Oleh karena
itu sangat disayangkan apabila kita tidak hati-hati terhadap lingkungan sekitar dan pola hidup
yang dapat merugikan terhadap kemapuan fungsi otak kita. Khususnya paparan organofosfat
berupa insektisida bagi para petani dan mengatur pola hidup sehat dengan mengontrol
tekanan gula darah pada lansia. Dan juga penting untuk mengatur otak sebagai pusat daya
pikir dengan di biasakan melakukan senam vitalisasi otak (SVO).

Referensi
Dhamayanti, F, Saftarina, F 2018, ‘Efek Neurobehavioral akibat Paparan Kronik organofosfat
pada Petani’ , J Agromedicine, Vol. 5, no. 1, hal. 489-502

Wahyuniarti, A, Bahrudin, M, Safithri,, 2013,’ Hubungan Antara Hipertensi Dengan


Penurunan Fungsi Kognitif Pada Lansia’, Vol. 9, no. 2 hal. 89-92

Nuraini, A, Iwan , 2018, ‘Efektivitas Senam Otak Dan Senam Vitalisasi Otak Dalam
Meningkatkan Fungsi Kognitif Lansia Di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading
Semarang’, NurseLine Journal, Vol. 3 No. 1 Mei,

Yuliati, hidaayah, n, 2017, ‘Pengaruh Senam Otak (Brain Gym) Terhadap Fungsi Kognitif
pada Lansia Di Rt 03 Rw 01 Kelurahan Tandes Surabaya’ jurnal ilmiah kesehatan,
vol. 10, no. 1, februari 2017, hal 88-95

Djuwita, i, rahminiwati, latifah kosim darusman,l, k, sa’diah,s, 2017, ‘IN VITRO


INDUCTION OF CENTELLA ASIATICA (PEGAGAN) EXTRACT ON THE
PROLIFERATION AND DIFFERENTIATION OF NEWBORN RAT CORTEX
CEREBRI CELLS)’ , Jurnal Veteriner Juni 2013 Vol. 14 No. 2, ha. 138-144

Knobloch, M, Jessberger, s, 2011, ‘ Perspectives on adult neurogenesis’, European Journal


of Neuroscience, Vol. 33, pp. 1013–1017

D'Antonio,j, Simon-Pearson, l, 2019 ‘Cognitive training and neuroplasticity in mild


cognitive impairment (COG-IT): protocol for a two-site, blinded, randomised,
controlled treatment trial,

Bird P Thomas, 1998 , Memory Loss and Dementia. In Harissons’s. Principles of Internal
Medicene. 14th Ed, McGraw-Hill, New York; 142 -149.

Hartono B, 2002, Konsep dan Pendekatan Kognitif Pada Usia lanjut: Terfokus Pada Deteksi
Dini. In : Cognitif Problem in Elderly, Temu Regional Neurologi Jateng DIY ke XIX.

Rochmah W, Harimurti K, 2006, Demensia, In: Aru, Sudoyo, Setiyohadi B, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, 4th edn, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai