Conflict of interest:
Nothing Khana Rosyida1), Niken Safitri D.K.2)
1
Funding resources: Mahasiswa Departemen Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro.
Nothing 2
Staf Pengajar bagian Keperawatan Medikal Bedah, Jurusan Keperawatan, Fakultas
Kedokteran, Universitas Diponegoro.
Corresponding authors:
khana.rosyida@gmail.com
Note: ABSTRACT
Latar Belakang: Neuropati perifer merupakan salah satu komplikasi
mikrovaskuler dari Diabetes Mellitus (DM) yang terjadi pada bagian perifer
dan menimbulkan kerusakan fungsi saraf. Kerusakan fungsi saraf tersebut
dapat mengenai saraf sensorik, motorik, dan otonom.
137
ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol.2(3): Oktober 2016 - Januari 2017
LATAR
BELAKANG N europati perifer merupakan salah satu komplikasi mikrovaskular pada
persarafan yang disebabkan kenaikan kadar gula darah secara
persisten. Responden yang mengalami neuropati akan mengalami
kerusakan fungsi saraf terutama bagian perifer. Kerusakan tersebut dapat
menyerang fungsi saraf baik otonom, sensorik, dan motorik .
Kerusakan fungsi saraf otonom dapat menyebabkan kulit kaki kering dan
pecah-pecah sebagai akibat dari gangguan hidrasi kulit. Selain itu, juga
mengakibatkan terbentuknya callus akibat atrofi kulit. Kerusakan saraf sensorik
menyebabkan perubahan sensitifitas kaki, sensasi vibrasi, dan sensasi nyeri.
Sedangkan kerusakan fungsi saraf motorik menyebabkan deformitas,
penurunan kekuatan otot, dan penurunan reflek fisiologis .
Menurut Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia
(PERSI) tahun 2011, angka kejadian neuropati pada pasien DM lebih dari 50%.
Dampak lanjut yang paling sering muncul akibat neuropati adalah terjadinya
Diabetic Foot Ulcer (DFU) . Upaya pencegahan neuropati perifer perlu dilakukan
untuk mencegah berkembangnya neuropati yang dapat berdampak pada
amputasi dan kematian. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan
deteksi dini terhadap adanya neuropati perifer. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran neuropati perifer pada responden di
wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang.
138
ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol.2(3): Oktober 2016 - Januari 2017
dengan cara menyentuhkan monofilament pada 10 titik lokasi khaki kiri dan
kaki kanan dengan metode on - of screening test, untuk pemeriksaan vibrasi
menggunakan garpu tala 128 Hz . Sedangkan untuk pemeriksaan fungsi saraf
motorik dilakukan dengan melihat deformitas, kekuatan otot, dan refleks
fisiologis dengan menggunakan palu refleks. Pemeriksaan pin prick dilakukan
pada dorsum ibu jari kaki pertama. Hasil yang diperoleh dari masing-masing
kategori pemeriksaan selanjutnya diakumulasikan untuk memperoleh skor
akhir untuk menentukan tingkat neuropati perifer.
Berdasarkan pengkajian objektif, dilakukan pengkategorian untuk
menentukan tingkat neuropati perifer. Tingkatan tersebut terdiri atas tidak ada
neuropati (skor 0), neuropati ringan (skor 1-11), neuropati sedang (skor 12-25),
dan neuropati berat (skor 26-42) .
Persetujuan dan etika penelitian diperoleh dari Komite Etik Penelitian
Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Selain itu,
informed consent juga didapatkan langsung dari responden setelah
mendapatkan penjelasan mengenai penelitian, prosedur yang akan dilakukan,
serta konsekuensi yang diperoleh. Responden juga bebas untuk menentukan
pilihan terkait partisipasinya dalam penelitian.
139
ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol.2(3): Oktober 2016 - Januari 2017
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi
Karakteris k Demografi
Responden Puskesmas
Kedungmundu Semarang
Bulan Juni-Juli 2016
(n=113)
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi
Hasil Penilaian Kerusaka
Fungsi Saraf Puskesmas
Kedungmundu
Semarang Bulan Juni-
Juli 2016 (n=113)
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi
Tingkat Neuropati
Perifer pada Responden
Puskesmas
Kedungmundu
Semarang Bulan Juni-
Juli 2016 (n=113)
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi
Tingkat Neuropati
Perifer Berdasarkan Usia
Responden (n=113)
140
ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol.2(3): Oktober 2016 - Januari 2017
141
ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol.2(3): Oktober 2016 - Januari 2017
142
ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol.2(3): Oktober 2016 - Januari 2017
KETERBATASAN Desain penelitian ini adalah cross sectional sehingga tidak dapat
menggambarkan perjalanan atau pun prognosis dari neuropati perifer yang
PENELITIAN terjadi.
UCAPAN Terima kasih disampaikan kepada para expert yaitu SY, HS, dan I untuk
validasi instrument penelitian, pihak puskesmas Kedungmundu, dan
TERIMA KASIH responden di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu sebagai responden
penelitian. Selain itu, terimakasih juga disampaikan kepada F atas dukungannya
dalam bentuk monofilament 10 g.
DAFTAR Aaberg, M. L., Burch, D. M., Hud, Z. R., & Zacharias, M. P. (2008). Gender
differences in the onset of diabetic neuropathy. Journal of Diabetes and
PUSTAKA Its Complications, 22(2), 83–87.
Ametov, A., Barnov, A., Dyck, P. J., Herman, R., Kozlova, N., Litchy, W. J., …
Nehrdich, D. (2003). The Sensory Symptoms of Diabetic. Diabetes Care,
26(3), 770–776.
Bansal, D., Gudala, K., Muthyala, H., Esam, H. P., Nayakallu, R., & Bhansali, A.
(2014). Prevalence and risk factors of development of peripheral diabetic
neuropathy in type 2 diabetes mellitus in a tertiary care setting. Journal
of Diabetes Investigation, 5(6), 714–721.
Boulton, A. J. M. (2010). The diabetic foot. Medicine, 38(12), 644–648.
Chin, Y.F., Liang, J., Wang, W.S., Hsu, B. R.S., & Huang, T.-T. (2014). The role of
foot self-care behavior on developing foot ulcers in diabetic patients with
143
ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol.2(3): Oktober 2016 - Januari 2017
144