Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MATERI ENERGI

SEJARAH TENTANG ENERGI

OLEH
AINUL HUDA

14175002

PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCASARANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Konsep energi adalah hal dasar dalam sains. Secara sederhana, energi sebuah zat
menunjukkan kemampuannya melakukan usaha, dan usaha sendiri adalah gaya yang bekerja pada
sebuah jarak. Manusia membutuhkan energi untuk memenuhi setiap kebutuhan hidup.

Tanpa energi semua ini tidak mungkin dilakukan, dan peradaban kita akan segera runtuh
ke barbarisme. Ketergantungan kita pada energi mencolok diilustrasikan oleh hubungan
antara harapan hidup rata-rata dan konsumsi energi. Orang-orang dinegara-negara miskin,
terutama di Afrika danAsia, memiliki konsumsi energi rata-rata antara 0,01 dan 0,1 ton
setara batu bara per orang per tahun dan memiliki harapan hidup rata-rata antara 35 dan
45 tahun.
Sebaliknya pada negara-negara berkembang dengan baik seperti di Eropa,
Amerika Utara dan Jepang menggunakan antara lima dan sepuluh ton setara batu bara per
orang per tahun dan memiliki harapan hidup rata-rata antara 70 dan 75 tahun. Menurut
Hodgson (2010) Perbedaan dalam penggunaan energi bergantung kepada standar hidup
seseorang. Perbedaan ini adalah ukuran energi yang diperlukan untuk membawa taraf
hidup semua orang.
Bersama dengan peningkatan standar hidup, maka konsumsi energi dunia dua kali
lipat setiap empat belas tahun. Hal ini bukan ukuran nyata kebutuhan energi, masih
banyak miliaran orang kekurangan energi bahkan beberapa dari kebutuhan pokok. Pada

orang-orang di negara-negara kurang berkembang dipaksa untuk bertahan hidup pada


sebagian kecil dari energi, jika dibandingkan yang digunakan oleh orang-orang di negara
maju. Dalam Energy, The Environment and Climate Change Hodgson (2010) menyatakan
bahwa This shows that an acceptable standard of living requires about five thousand
kWh per year, or 200,000 megajoules (MJ) per person.Hal ini menunjukkan bahwa
standar yang dapat diterima sekitar lima ribu kWh pertahun, atau 200.000 megajoule (MJ)
per orang.
Dengan asumsi bahwa populasi dunia akan meningkat menjadi delapan miliar ini
memberikan kebutuhan energi sekitar 1,610(15) MJ. Dengan demikian produksi energi
dunia akan terus meningkat setidaknya empat kali lipat untuk memenuhi standar hidup
masyarakat dinegara-negara berkembang sampai dengan yang dikembangkan (Fanchi
dalam Hodgson(2010). Perkiraan ini tidak memperhitungkan kemungkinan bahwa
sebagian besar peningkatan populasi berlangsung dinegara-negara miskin.
Konsumsi energi dunia meningkat sebesar 4,3% dari tahun 2003 sampai2004, dan
hal ini kemungkinan akan berlanjut. Saat ini perkiraan persentase penggunaan berbagai
sumber energi adalah: minyak 36,8%; gas 23,7%; batubara 27,2%; nuklir 6,1% dan 6,2%
hidro. Batu bara merupakan yang paling cepat berkembang dan juga yang paling polusi.
Sumber utama energi dimasa kini yaitu, batubara, minyak dan gas, yang terbatas dan
memang yang cepat habis. Studi sumber daya yang tersedia menunjukkan bahwa di masa
mendatang sumber daya ini akan menjadi semakin sulit untuk diperoleh dalam jumlah
yang dibutuhkan. Selain itu, mereka menghasilkan polusi dan sudah menyebabkan
kerusakan besar untuk bumi dan atmosfernya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Energi
Energi merupakan kemampuan untuk melakukan kerja. Setiap makhluk hidup
khususnya manusia membutuhkan energi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Energi
merupakan salah satu faktor pendorong kesuksesan seseorang atau kesuksesan suatu
negara. Sepanjang sejarah manusia, kemajuan besar oleh masyarakat modern yang
berada pada suatu negara diikuti oleh meningkatnya kosumsi energi. Negara-negara maju
akan menikmati standar hidup yang relatif tinggi melalui teknologi tinggi dan ekonomi
yang merata. Sehingga kebanyakan masyarakat modern yang berada di negara-negara
maju akan menggunakan energi secara luas.
Menurut Shiosansi (2011), menyatakan bahwa masyarakat modern dicirikan pada
banyaknya penggunaan bahan bakar fosil dan nukliryang diperlukan untuk menyediakan
pengoperasian infrastruktur masyarakat yang tergantung pada hasil produksi makanan
dan air, pakaian, tempat penampungan, transportasi, komunikasi, dan layanan manusia
yang penting lainnya. Jadi pemanfaatan energi yang terbanyak itu terdapat pada sektor
industri yang menghasilkan barang-barang tertentu.
Pada masa prasejarah, kayu merupakan sumber energi terpenting bagi masyarakat.
Kayu tidak hanya menjadi bahan papan sebagai sumber tempat berlindung, tetapi juga
berperan sebagai pelengkap bahan pangan, yaitu sumber energi yang dimanfaatkan pada
kegiatan memasak dan pemanasan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan.Pada awal
masa sejarah, manusia menggunakan tenaga angin dan air sebagai sumber energi. Tenaga
angin dan air digunakan manusia sebagai pembantu kegiatan dalam proses
pengangkutan, pertukangan, penggilingan butir gandum (padi), dan pengairan.
Beranjak ke abad 13,suatu bentuk energi baru yaitu batu bara memperkaya
spektrum jenis-jenis energi yang dimanfaatkan manusia, walaupun pemanfaatannya
masih sebatas memasak dan pemanasan. Pada abad ke 18 telah ditemukan mesin uap
yang menggunakan batu bara sebagai sumber energi. Penemuan ini memberikan
semangat revolusi industri di Eropa yang dimulai dari Inggris, dimana energi sudah
dipergunakan secara besar-besaran di Inggris. Pada tahap ini batu bara juga telah

dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk membuat kokas yang diperlukan dalam
pengerjaan logam.
Pada awal abad ke 19 suatu bentuk energi lain muncul, yaitu minyak bumi yang
dapat menggantikan kedudukan batu bara. Minyak bumi pada abad ini dimanfaatkan
pada kegiatan pemanasan dan penerangan. Akhir abad ke 19 suatu bentuk energi lain
dari sebelumnya muncul, yaitu tenaga listrik sebagai energi sekunder, yang mula-mula
memakai batu bara sebagai bahan bakar utama untuk membangkitnya. Perkembangan
selanjutnya yaitu mulai abad ke 20 pembangkit tenaga listrik dengan unit-unit termis
yang memakai batu bara, minyak bumi, dan gas bumi. Kemudian perkembangan
selanjutnya sumber daya energi air mulai dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik.
Pada awal abad ke 20, mulai dikenal adanya tenaga panas bumi untuk pembangkit
tenaga listrik. Menjelang pertengahan abad 20, energi nuklir mulai dimanfaatkan untuk
membangkitkan tenaga listrik dalam unit-unit yang besar dan penggunaan lainnya,
misalnya bom nuklir dan kapal selam nuklir.Energi surya juga mulai dipandang oleh
orang sebagai energi alternatif yang cukup potensial, karena energi surya tidak mungkin
habis kecuali kalau dunia ini sudah kiamat.

B. Kategori Utama Penggunaan Energi


Energi telah dimanfaatkan oleh manusia selama ribuan tahun. Awalnya dengan
menggunakan api untuk cahaya, panas, memasak dan untuk keselamatan. Kemudian
ditemukan sumber energi lainnya. Beberapa energi ini diarahkan untuk meningkatkan
produktivitas

pertanian,

industri,

transportasi

dan

lain-lain.

Dengan

semakin

berkembangnya zaman, populasi perkotaan tumbuh pesat begitu juga dengan aktivitas
penggunaan energi, seperti manufaktur dan perdagangan, yang sebagian besar
terkonsentrasi di daerah perkotaanbesar. Selain itu, kemudahan melakukan berbagai
kegiatan yang diinginkan sering kali tidak diikuti dengan kesadaran tentang penggunaan
energi secara berlebihan. Untuk memahami kategori penggunaan energi Sioshansi (2011)
dalam Energy, Sustainability, and The Environment; Technology, Incentives, Behavior
memberikan gambaran sebagai berikut:
1. Mengapa kita menggunakan begitu banyak energi?
Masyarakat modern ditandai dengan konsumsi besar bahan bakar fosil dan nuklir
yang dibutuhkan untuk menyediakan pengoperasian infrastruktur fisikdi manamasyarakat
bergantung pada produksi makanan dan air, pakaian, tempat tinggal, transportasi,
komunikasi, dan jasa manusia penting lainnya. Menurut Fay dan Golomb (2002)The

amount of this energy use and its concentration in the urban areas of industrialized
nations has caused the environmental degradation of air-, water- and land-dependent
ecosystems on a local and regional scale, as well as adverse health effects in human
populations. Penggunaan energi ini dan konsentrasinya didaerah perkotaan negaranegara industri telah menyebabkan kerusakan lingkungan serta ekosistem, serta
efekkesehatan yang merugikan pada manusia.
Penggunaan energi tidak lepas dari pemikiran manusia yang menginginkan
keuntungan dalam ekonomi. Pendapat ini diperkuat oleh Sioshansi (2011)Economic
theory predicts that, all else being equal, one would use more of one critical input in the
production process if it were inexpensive relative to others.Teori ekonomi memprediksi
bahwa, semua sederajat, orang akan lebih banyak menggunakan satu input penting dalam
proses produksi jika itu lebih murah dibandingkan dengan lainnya. Jika energi yang
relatif murah terhadap tenaga kerja dan modal dalam proses produksi maka pengguna
akan menggantikan energi sementara untuk mengurangi tenaga kerja dan/atau modal.
Ini telah menjadi pola berulang sejak awal revolusi industri, seperti yang
digambarkan dalam anekdot berikut:

Tidak efisiennya penggunaan bola lampu pijar, hampir tidak berubah sejak
Thomas Edison menemukan itu abad yang lalu, memberikan manifestasi dari
fenomena ini. Lampu ini biasanya membuang 90% dari energi dalam bentuk
panas yang tidak diinginkan, mengkonversi kurang dari 10% dari energi menjadi
cahaya yang berguna. Namun bola lampu pijar masih digunakan secara luas

karena listrik secara tradisiona lrelatif murah,disubsidi, atau tidak tepat harga.
Detroit, perusahaan nomor tiga terbesar pembuat mobil, selama beberapa dekade
dibayar hampir tidak ada perhatian terhadap ekonomi bahan bakar, dengan fokus
sepenuhnya pada yang lain tampilan yang dibuat semakin besar, lebih berat, dan
lebih bermodel. Pesawat, kereta api, bus, truk, kapal hampir semua dirancang dan
dipasarkan dengan memperhatikam pada fitur selain efisiensi energi, baik itu
kecepatan, kapasitas, jangkauan, kinerja, umur panjang, pemeliharaan, dan yang
paling penting, harga awal. Contohnya Jika harga awal pesawat kurang dari
model saingan atau jika memiliki jangkauan yang lebih panjang, maka hasil
penjualan akan meningkat walau konsumsi bahan bakarnya besar. Konsumsi
bahan bakar baru menjadi pertimbangan karena kenaikan harga bahan bakar dan
kekhawatiran tentang peraturan pemerintah.

Contoh-contoh ini menggambarkan hal ini tidak terbatas pada beberapa produk,
beberapa industri, atau beberapa negara. Bahkan saat ini, produsen kebanyakan fokus
hampir secara eksklusif pada meminimalkan biaya awal bahan dan desain sehingga
mengurangi biaya produksi, tapi tidak peduli dengan peningkatan konsumsi energi karena
biayaini ditanggung oleh konsumen. Seolah energi secara historis murah dan tampaknya
berlimpah, orang cenderung tidak khawatir dengan pemborosan energi. Pemborosan
energi ini terjadi diberbagai negara didunia terlihat pada gambar berikut;

Berdasarkan data pada grafik terlihat pemborosan energi yang terjadi di berbagai
negara di dunia terutama negara-negara industri dan negara-negara berkembang. Negaranegara ini ikut menyumbang pada semakin berkurangnya ketersediaan energi di alam dan
polusi serta perusakan ozon yang semakin meningkat. Konsumsi energi dunia meningkat
sebesar 4,3% dengan beberapa negara meningkat lebih cepat dari yang lain. Menurut
Hodgson (2010) These uncertainties are characteristic of all estimates of future energy
production and demand. Ketidakpastian ini merupakan karakteristik dari semua
perkiraan produksi dan penggunaan energi masa depan.
Beberapa variabilitas yang diharapkan untuk ketersediaan energi dan biaya
pengadaannya, berbeda dengan hukum persyaratan mengenai penempatan, membangun
dan menjalankan pembangkit energi dan selain variasi yang besar dapat juga terjadi
karena tekanan politik dan kejadian tak terduga. Untuk memahami besarnya intensitas
penggunaan energi manusia di negara-negara saat ini, kita mungkin membandingkannya
dengan energi minimum yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan per individu
dari kalori dalam makanan yang dibutuhkan tubuh. Di Amerika Serikat, merupakan salah
satu yang paling intensif pengguna energi, penggunaan bahan bakar fosil harian rata-rata
perkapita sebesar 56 kali asupan energi makanan yang diperlukan sehari. Di sisi lain,

diIndia, negara berkembang, energi yang digunakan hanya 3kali asupan kalori makanan
sehari-hari. Warga AS menghabiskan 20 kalienergi yang digunakan oleh warga negara
India, dan berbagi per kapita mereka dari produk domestik bruto nasional adalah 50 kali
lebih besar. Terbukti, kesejahteraan ekonomi penduduk terkait erat dengan konsumsi
energi mereka.
2. Untuk apa energi digunakan?
Dalam

kehidupan

sehari-hari

sering

kita

menggunakan

energi

dengan

pertimbangan dapat mempermudah kita melakukan kegiatan atau untuk mengurangi dana
dan mendapatkan layanan yang dibutuhkan, misalnya satu barel minyak, satu kilowatt
listrik, atau sekian kg kubik gas alam hanya dihargai karena mereka bisa memanaskan
tungku, menjalankan mobil, memungkinkan kita untuk menontonTV, atau menggoreng
makanan dan lain sebagainya. Menurut Sionshansi (2011), This is referred to as energy
services; we need these services provided by energy, not the energy source itself. Hal ini
menunjukkan kita membutuhkan layanan yang disediakan oleh energi, bukan sumber
energi itu sendiri. Bensin memiliki energi dan terkonsentrasi memungkinkan kita untuk
mengemudi jarak jauh tanpa pengisian bahan bakar dan sehingga bensin sangat dihargai
dalam layanan mobilitas. Listrik yang menyalakan lampu, memungkinkan kita untuk
mendengarkan musik, atau mengakses Internet, memberikan pencahayaan, hiburan, dan
konektivitas, masing-masing dihargai karena layananannya.
Sektor komersial juga menjadi contoh penggunaan energi yang cukup besar
dimana pengguna/penghuni umumnya tidak membayar untuk energi yang telah
dikonsumsi secara langsung, juga tidak memiliki insentif langsung untuk melestarikan.
Rumah-rumah diberbagai negara rata-rata dibangun dengan mempertimbangkan
kenyamanan penghuninya dengan sedikit mempertimbangkan lingkungan sekitar. Selain
itu, biaya energi cenderung persentase yang relatif kecil dari biaya keseluruhan produk
dan jasa di sektor komersial.

Jika kita membagi penggunaan energi di antara empat sektor ekonomi Kegiatan:
industri (manufaktur, produksi material, pertanian, pemulihan sumber daya), transportasi
(mobil, truk, kereta api, pesawat terbang, pipa dan kapal), komersial (jasa), dan
perumahan (rumah). Menurut Golomb (2002) The capacity to consume energy at this
rate is a consequence of the technology developed in industrialized nations. Kapasitas
untuk mengkonsumsi energi pada tingkat ini merupakan konsekuensi dari teknologi yang
dikembangkan di negara-negara industri. Di Amerika Serikat pada tahun 1996, kategori
ini dikonsumsi, masing-masing, 36%, 27%, 16%, dan 21% dari total energi. Dianggap
bersama-sama, energi yang dikonsumsi dalam perorangan, yang masing-masing
merupakan kontributor penting untuk fungsisektor ekonomi nasional. Salah satu
penggunaan yang menonjol dari energi, terutama dalam sektor industri dan komersial,
adalah pembangkitan tenaga listrik. Penggunaan energi ini sekarang merupakan 36% dari
total penggunaan energi di seluruh dunia, namun 44% di Amerika Serikat.
Dikombinasikan dengan sektor transportasi, kedua menggunakan 70% dari total
penggunaan energi AS.
Dari penjelasan ini penggunaan energi tidak lepas dari beragam kebutuhan
manusia, berkembangnya berbagai sektor kehidupan, dan teknologi yang digunakan.
Dalam energy, environmental and development, Goldemberg dan Lucon menjelaskan
kategori penggunaan energi sebagai:
1. The energy, cost of satisfying basic human needs.
Energi, Harga untuk memenuhi kebutuhan manusia. Menurut Goldemberg (2010),
there is not a single level of basic needs, but a hierarchy of them.
Kebutuhan manusia sesungguhnya tidak ada yang merupakan kebutuhan dasar
namun berupa hierarki /tingkatan. Berbagai alasan seperti iklim, budaya, daerah,

periode waktu, usia dan jenis kelamin menjadi alasan pertimbangan. Selain itu
kebutuhan yang beragam dan keinginan manusia yang tak pernah puas
memungkinkan pemborosan penggunaan energi.
2. Energy consumption as a function of income.
Konsumsi energi sebagai fungsi dari pendapatan. Salah satu karakteristik intrinsik
dari masyarakat ganda di negara berkembang adalah kenyataan bahwa elit dan
masyarakat miskin berbeda secara fundamental dalam energi yang mereka
menggunakan. Elitmen coba untuk menirug aya hidup yang berlaku diindustri
negara dan memiliki standar energi mewah berorientasi serupa.Sebaliknya,
miskin lebih peduli dengan pengaturan energi yang cukup untuk memasak dan
untuk kegiatan penting lainnya. Bagi masyarakat miskin, pembangunan berarti
dasar memuaskan kebutuhan manusia, termasuk akses terhadap pekerjaan,
makanan, pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan, air mengalir, pengolahan
limbah, dll. Dengan keadaan seperti ini energi dikonsumsi sebagai bentuk
pendapatan dalam memenuhi standar hidup dan peningkatan pembangunan
C. Keterkaitan Energi Dengan Pendidikan
Masalah energi selalu hangat diperbincangkan bagi semua kalangan di negeri ini.
Bidang energi merupakan ranah yang multi-karya, didalamnya menaungi banyak
keilmuan dan ahli dari berbagai bidang. Oleh karena itu, problematika yang berkaitan
dengan energi memiliki kesinambungan antara satu dengan yang lainnya sehingga
diperlukan solusi yang komprehensif dan integratif dari berbagai bidang keilmuan. Untuk
membangun kemandirian energi nasional, Indonesia harus bisa terlebih dahulu unggul
pada bidang-bidang strategis seperti: teknologi, ekonomi, hukum, dan sosial. Hal
terpenting dalam pengembangan bidang-bidang tersebut adalah pendidikan.
Perlu upaya pelestarian lingkungan, agar dapat dimanfaatkan

secara

berkesinambungan dan sebagai peninggalan bagi generasi yang akan datang. Bila kita
sebagai manusia tidak bertanggungjawab, maka akhirnya semua media (tanah, air, udara),
sebagai ruang hidup manusia dan mahluk hidup lainnya berubah menjadi racun.
Bagaimana jadinya generasi yang akan datang, Sehubungan hal tersebut, maka upaya
pelestarian lingkungan harus melalui jalur pendidikan di sekolah-sekolah. Menurut
Hodgson (2010), The increase in knowledge is so great, it is argued that time can be
saved by concentrating on what is really useful to students. Pendidikan lingkungan yang
dilakukan sejak dini, baik di rumah maupun di sekolah merupakan langkah strategis
dalam upaya merubah sikap dan perilaku peserta didik sebagai generasi muda, yang akan

menggantikan genersi tua, agar lebih peduli terhadap pentingnya lingkungan yang sangat
menunjang kelangsungan hidup mahluk hidup, karena, sangat bermanfaat bagi manusia
dan mahluk hidup lainnya, antara lain:

Menyimpan air di bawah tanah, sehingga sumur alam kita tidak kering;

Menetralisir racun di udara yang dikeluarkan oleh gas buang kendaraan, asap
pembakaran (rokok, sampah, pabrik, dll), gunung berapi;

Pohon sebagai peneduh, konsumsi, penunjuk jalan;

Pohon sebagai pencegah banjir;

Sebagai penyaring debu;

Sebagai penahan/mengurangi sinar matahari.


Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya kompetensi pendidik yang

terus ditingkatkan, melainkan juga kualitas kondisi sekolahpun perlu juga ditingkatkan,
sehingga terwujud lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran yang sehat, nyaman
serta membentuk siswa yang kreatif. Berikut contoh kegiatan pelestarian energi dalam
bidang pendidikan
a. Green School
Green School merupakan program yang dikembangkan di tingkat internasional. Di
Indonesia, bila diterjemahkan langsung menjadi rancu dan salah pengertian, ada yang
mengartikan sekolah yang dicat hijau atau hanya sebatas harus rindang/banyak pohon
saja, dan selesai. Padahal sebenarnya pengertiannya tidak seenteng itu. Green School
lebih bermakna pada pembentukkan sikap anak didik dan warga sekolah terhadap
lingkungan, yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Hal ini
diwujudkan dalam sikap dan perilaku sehari-hari, baik di sekolah, rumah atau di
lingkungan tempat tinggalnya. Termasuk di dalamnya program Greening The
Curriculum, kurikulum hijau, artinya kurikulum yang memperhatikan aspek-aspek
lingkungan dalam bahasannya serta mengintegrasikan materi lingkungan ke dalam
pembelajarannya, sesuai dengan topik bahasannya.
b. Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan

Penyampaian materi lingkungan hidup kepada para siswa dapat dilakukan melalui
kurikulum secara terintegrasi atau monolitik. Pengembangan materi, model
pembelajaran dan metode belajar yang bervariasi, dilakukan untuk memberikan
pemahaman kepada siswa tentang lingkungan hidup yang dikaitkan dengan persoalan
lingkungan sehari-hari (isu local). Pengembangan kurikulum tersebut dapat dilakukan
antara lain:
1) Pengembangan model pembelajaran lintas mata pelajaran.
2) Penggalian dan pengembangan materi dan persoalan lingkungan hidup yang ada
di masyarakat sekitar.
3) Pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan budaya.
4) Pengembangan kegiatan kurikuler untuk meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran siswa tentang lingkungan hidup.
c. Adiwiyata
Menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan
penyadaran warga sekolah, sehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut dapat
turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan
pembangunan berkelanjutan. Dalam Permen 05 tahun 2013 dinyatakan bahwa
adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka
mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya
pelestarian lingkungan hidup.
Diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju
lingkungan yang sehat dan menghindari dampak lingkungan yang negatif. Kegiatan
utama diarahkan pada terwujudnya kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya
lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di Indonesia. Disamping pengembangan
norma-norma dasar yang antara lain: kebersamaan, keterbukaan, kesetaraan,
kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam.
Serta penerapan prinsip dasar yaitu: partisipatif, dimana komunitas sekolah terlibat
dalam manajemen sekolah yang meliputi keseluruhan proses perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan peran; serta berkelanjutan,

dimana seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus secara
komperensif.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
1. Energi digunakan sejak dulu kala hingga saat ini terus menerus
2. Peristiwa sejarah di dunia seperti Revolusi Industri memberikan konstribusi
dalam awal penggunaan energi dengan teknologi.
3. Dalam
pelaksanaannya
berbagai
sektor

kehidupan

cenderung

mempertimbangkan kenyamanan dan kepuasan penggunanya serta tampilan


yang menarik dan berdaya jual, namun sedikit yang memperhatikan
pemborosan energinya.
4. Penggunaan energi erat kaitannya dengan pemenuhan kebutahan manusia,
energi sebagai fungsi pendapatan serta tingkat kesejahteraan ekonomi.
5. Keterkaitan energi dengan pendidikan dapat diwujudkan dengan green school,
kurikulum berbasis lingkungan dan adiwiyata.

DAFTAR PUSTAKA
Fay. James A, Golomb, Dan S. 2002 . Energy and Environment. New York .Oxford
University Press
Goldemberg, Jose. Lucon, Aswaldo. 2010. Energy, Environmental and Development:
London. Cromwell Press Group
Hodgson, Peter E. 2010. Energy, The Environment and Climate Change: London. University
of Oxford, Imperial College Press.
Sioshansi, P. Fereidoon. 2011. Energy, Sustainability, and The Environment; Technology,
Incentives, Behavior: London. Elsevier Inc

Anda mungkin juga menyukai