IMMUNOMODULATOR
CENTELLA ASIATICA (PEGAGAN)
Disusun oleh:
Dwi Handayani
NPM. 1106106722
IMMUNOMODULATOR
I. PENDAHULUAN
Immunomodulator dapat didefinisikan sebagai suatu zat biologis atau sintetis
yang bisa menstimulasi, menekan atau mengatur setiap komponen dari sistem
kekebalan tubuh. Fungsi dasar dari sistem kekebalan tubuh adalah untuk
melindungi tubuh terhadap infeksi dan patogen yang menempatkan sistem
kekebalan tubuh dalam posisi penting antara dinyatakan sehat dan sakit(4).
Imunomodulator membantu tubuh untuk mengoptimalkan fungsi sistem imun
yang merupakan sistem utama yang berperan dalam pertahanan tubuh di mana
kebanyakan orang mudah mengalami gangguan sistem imun.
Beberapa jenis tanaman obat yang mempunyai aktivitas sebagai
imunomodulator adalah Echinacea purpurea, American ginseng (Panax
quinquefoliun), Ashwagandha (Withania somnifera), akar Astragalus (Astragalus
membranaceus), Borage (Borago officinalis), Bupleurum (Bupleurum chinense),
Cola nut (Cola nitida), Devils club (Optopanax horridum), Ginseng (Panax sp),
Licorice (Glycyrrhiza glabra), Matricaria chamomile, Oats (Avena sativa), abu
Prickly (Xanthoxylum clava-herculis) bark, Siberian ginseng (Eleutherococcus
senticosus), Sculicap (Scultellaria lateriflora), Suma (Pfaffia paniculata),
Turmeric (Curcuma longa), mengkudu (Morinda citrifolia L.), jahe, meniran,
pegagan, daun mimba dan sambiloto.
Senyawa-senyawa yang mempunyai prospek cukup baik yang dapat
meningkatkan aktivitas sistem imun biasanya dari golongan flavonoid, kurkumin,
limonoid, vitamin C, vitamin E (tokoferol) dan katekin. Hasil test secara in vitro
dari favonoid golongan flavones dan flavonols telah menunjukkan adanya respon
imun (Hollman et al., 1996). Sedangkan katekin merupakan senyawa fenol,
aktivitasnya sebagai antioksidan yang lebih tinggi daripada antioksidan sintetik
seperti BHA (Butil Hidroksi Anisol) (Das, 1994). Katekin mempunyai efek anti-
proliferatif dan bersifat toksik terhadap sel kanker. Kebanyakan senyawa fenol
telah diuji secara in vitro dan in vivo memperlihatkan kemampuan antioksidan,
antiinflamasi dan antialergi. Sedangkan senyawa yang mempunyai bioaktifitas
Page 2 of 26
Immunomodulator Centella asiatica Dwi Handayani/1106106722
Page 3 of 26
Immunomodulator Centella asiatica Dwi Handayani/1106106722
Deskripsi Tanaman(1)
Terna atau herba tahunan, tanpa batang tetapi dengan rimpang pendek dan
stolon-stolon yang melata, panjang 10 cm sampai 80 cm. Daun tunggal, tersusun
dalam roset yang terdiri dari 2 sampai 10 daun, kadang-kadang agak berambut;
tangkai daun panjang sampai 50 mm, helai daun berbentuk ginjal, lebar dan
bundar dengan garis tengah 1 cm sampai 7 cm, pinggir daun beringgit sampai
beringgit-bergerigi, terutama ke arah pangkal daun. Perbungaan berupa payung
Page 4 of 26
Immunomodulator Centella asiatica Dwi Handayani/1106106722
tunggal atau 3 sampai 5 bersama-sama keluar dari ketiak daun kelopak, gagang
perbungaan 5 mm sampai 50 mm, lebih pendek dari tangkai daun. Bunga
umumnya 3, yang ditengah duduk, yang disamping bergagang pendek; daun
pelindung 2, panjang 3 mm sampai 4 mm, bentuk bundar telur; tajuk berwarna
merah lembayung, panjang 1 mm sampai 1,5 mm, lebar sampai 0,75 mm. Buah
pipih, lebar lebih kurang 7 mm dan tinggi lebih kurang 3 mm, berlekuk dua, jelas
berusuk, berwarna kuning kecoklatan, berdinding agak tebal.
Keanekaragaman
Variasi morfologi besar.
Budidaya
Tidak dibudidayakan. Di Jawa pernah dipakai pada suatu pertanaman untuk
mencegah erosi dan sebagai penutup tanah.
Page 5 of 26
Immunomodulator Centella asiatica Dwi Handayani/1106106722
Makroskopik
Daun: tunggal, berkeriput, rapuh, tersusun dalam roset yang terdiri dari 2 sampai
10 daun; tangkai daun, panjang 2 cm sampai 10 cm, dengan pangkal tangkai
melebar, panjang sampai 9 cm, lebar sampai 7 cm, atau berbentuk bundar dengan
garis tengah sampai 7 cm, berwarna hijau kelabu, umumnya dengan 7 tulang
daun yang menjari; pangkal helai daun berlekuk; ujung daun membundar; pinggir
daun beringgit sampai beringgit-bergerigi, pinggir pangkal daun bergigi;
permukaan daun umumnya licin, tulang daun pada permukaan bawah agak
berambut; stolon dan tangkai daun berwarna coklat kelabu, berambut halus.
Nodium dari batang yang menjalar umumnya berakar; panjang ruas batang
sampai 11 cm. Rimpang: pendek, umumnya tegak, warna coklat kelabu.
Perbungaan: berupa payung tunggal, panjang gagang sampai 5 cm; perbungaan
umumnya terdiri dari 3 bunda; daun pelindung 2 sampai 3 helai; daun mahkota
berwarna kemerahan, panjang 1 mm sampai 1,5 mm. Buah: terdapat 3 sampai 5
kremokarp berbentuk pipih, berlekuk 2, berusuk, tinggi kremokarp 3 mm, lebar
sampai 4 mm, saling berhadapan pada bidang yang lebar, berwarna kuning
kecoklatan; tiap kremokarp terdiri dari 2 merikarp.
Mikroskopik
Daun: epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel jernih berbentuk poligonal, dinding
antiklinal lurus, kutikula bergaris. Sel epidermis bawah: mirip sel epidermis
atas, tetapi lebih kecil. Stomata: tipe anisositik berbentuk corong, besar 25 m
sampai 40 m dengan 2 sel tetangga yang kecil dan 1 sel tetangga lebih besar,
terdapat lebih banyak pada epidermis bawah dari pada epidermis atas. Rambut
penutup: berbentuk kerucut ramping, panjang 100 m sampai 200 m, terdiri
dari 2 sel, sel ujung lebih panjang dan berdinding lebih tebal dari sel pangkal.
Jaringan palisade: terdiri dari 2 lapis sel, lapisan pertama selnya lebih panjang
dari lapisan kedua. Jaringan bunga karang : 5 sampai 7 lapis sel. Idioblas:
berisi hablur kalsium oksalat berbentuk roset, tersebar di dalam mesofil, terutama
di dalam jaringan palisade lapisan kedua; besar hablur 15 m sampai 25 m.
Buah: merikarp terdiri dari epikarp, mesokarp dan endokarp. Epikarp: sel kecil,
dinding antiklinal agak berombak, kutikula bergaris, stomata dan rambut penutup
serupa di daun. Mesokarp: bagian luar parenkimatik, saluran minyak pipih dan
Page 6 of 26
Immunomodulator Centella asiatica Dwi Handayani/1106106722
berkas pembuluh kolateral terdapat di rusuk; mesokarp bagian dalam terdiri dari
beberapa jaringan yaitu parenkim dengan sel kecil, dinding berlignin, bernoktah
jelas dan jaringan sklerenkim yang terdiri dari sel batu berbentuk bulat panjang,
saluran noktah jelas, lumen sempit, tersusun membujur; pada batas 2 jenis
jaringan itu terdapat lapisan sel idioblas berisi kalsium oksalat berbentuk prisma
berukuran lebih kurang 20 m. Endokarp: serupa dengan sklerenkim mesokarp,
tersusun melintang. Endosperm: sel parenkim berdinding tebal, tidak berlignin,
mengandung butir-butir minyak dan hablur kalsium oksalat berbentuk roset.
Stolon dan tangkai daun: sel epidermis berkutikula tebal dan bergaris, jaringan
kolenkimatik terdapat di bawah epidermis. Korteks: parenkimatik, dengan
saluran minyak tersebar; beberapa berkas pembuluh kolateral, terpisah satu
dengan yang lain oleh parenkim, tersusun dalam lingkaran; empulur
parenkimatik;empulur tangkai daun sering rusak dan berongga; pembuluh kayu
berpenebalan spiral, cincin dan bernoktah sempit serupa celah. Di sebelah luar
floem terdapat lengkungan serabut sklerenkim. Rimpang: parenkimatik berisi
butir pati kecil; pembuluh kayu terutama terdiri dari pembuluh jala dan pembuluh
bernoktah sempit; di permukaan akar terdapat periderm.
Serbuk: warna hijau kelabu. Fragmen pengenal adalah fragmen daun, tampak
melintang dan tangensial dengan sel epidermis jernih, bentuk poligonal, dinding
antiklinal lurus; kutikula bergaris; hablur kalsium oksalat berbentuk roset di
dalam mesofil; stomata dengan 2 sel tetangga kecil dan 1 sel tetangga lebih besar;
fragmen sklerenkim dari mesokarp dan endokarp yang susunan lapisan selnya
saling menyilang; lapisan idioblas berisis hablur kalsium oksalat berbentuk
prisma; fragmen pembuluh spiral, pembuluh cincin, pembuluh jala dan pembuluh
noktah dari berkas pembuluh; fragmen endosperm dengan hablur roset.
Kadar abu tidak lebih dari 19%
Kadar abu yang tidak larut dalam asam tidak kurang dari 5%
Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 6%
Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 9,5%
Bahan organik asing tidak lebih dari 2%
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik
Page 7 of 26
Immunomodulator Centella asiatica Dwi Handayani/1106106722
V. KEGUNAAN
Kegunaan diuretik(1) , secara tradisional banyak digunakan untuk penyakit kulit.
Di samping untuk penggunaan topikal pegagan juga digunakan untuk mengobati
sakit perut, batuk, batuk berdarah dan disentri, penyembuh luka, radang, pegal
linu, asma, wasir, tuberkulosis, lepra, demam dan penambah selera makan(2).
Page 8 of 26
Immunomodulator Centella asiatica Dwi Handayani/1106106722
Page 9 of 26
Immunomodulator Centella asiatica Dwi Handayani/1106106722
Page 10 of 26
Immunomodulator Centella asiatica Dwi Handayani/1106106722
Diperkirakan sebagai senyawa aktif yang terkait dengan aktivitas ini adalah
asiatikosida dan asam arjunolat.
g. Imunomodulator(2)
Uji aktivitas imunomodulator ekstrak metanol herba pegagan yang
mengandung 0,18% asiatikosida pada 5 dosis dari 100 sampai 500 mg/kgBB
menunjukkan peningkatan bermakna pada indeks fagositik, nilai butir darah
putih dan rasio indeks fagositik.
h. Neuroprotektif(2)
Stres oksidatif merupakan gejala awal munculnya penyakit alzheimer.
Penelitian ini dirancang untuk mengetahui aktivitas neuroprotektif pegagan
terhadap penurunan kemampuan memori yang disebabkan oleh kolsisin dan
aktivitas oksidatif pada tikus. Pemberian ekstrak pegagan 150 dan 300
mg/kgBB per oral selama 25 hari yang dimulai 4 hari sebelum pemberian
kolsisin secara bermakna menurunkan aktivitas asetilkolinesterase. Studi
terbaru juga menunjukkan efek protektif pegagan terhadap penurunan
kognitif memori dan kerusakan oksidatif yang diinduksi kolsisin.
Penelitian untuk mengetahui aktivitas neuroprotektif ekstrak air pegagan
terhadap 3-NPA (asam 3-nitropropionat) yang merupakan induktor awal stres
oksidatif dan disfungsi mitokondria pada striatum dan bagian lain otak.
Pemberian pegagan 5 mg/kgBB selama 10 hari diikuti pemberian 3-NPA
secara intra peritoneal dosis 75 mg/kgBB/hari pada 2 hari terakhir
menunjukkan pemberian pegagan dapat mengurangi stres oksidatif yang
ditimbulkan oleh 3-NPA. Efek neurotoksik menimbulkan stres oksidatif pada
tikus, menunjukkan peningkatan kadar malondialdehid, kadar ROS (Reactive
Oxygen Species) dan hidroperoksida pada striatum3-NPA juga menimbulkan
stres oksidatif dan oksidasi protein pada sitosol/mitokondria pada bagian otak
lain.
i. Sitotoksik(2)
Ekstrak metanol pegagan dapat menghambat proliferaasi sel kanker payudara
manusia (MF-7) dengan konsentrasi LD50 g/100 mL dan dosis 82 g/100
mL menginhibisi MCF-7 setara dengan 10 M tamoxifen yang digunakan
sebagai antiestrogen pada pasien kanker payudara. Asam asiatik 10 M
Page 11 of 26
Immunomodulator Centella asiatica Dwi Handayani/1106106722
menginduksi sampai dengan 95%% kematian sel dalam 48 jam. Hal ini
menunjukkan ekstrak metanol pegagan memiliki aktivitas sitotoksisitas
moderat dibandingkan dengan asam asiatik yang merupakan salah satu
komponen aktif pegagan.
Page 12 of 26
Immunomodulator Centella asiatica Dwi Handayani/1106106722
Page 13 of 26
Immunomodulator Centella asiatica Dwi Handayani/1106106722
b. In Vivo
Jayathirta (2004) melakukan penelitian untuk menilai aktivitas
imunomodulator ekstrak metanol dari seluruh tanaman E. alba (1,6%
wedelolactone) dan C. asiatica (0,18% dari asiaticoside) di lima tingkat dosis
(hubungan dosis-respon) berkisar 100-500 mg/kg berat badan. menggunakan
karbon clearance, titer antibodi dan parameter imunosupresi siklofosfamid.
Untuk C. asiatica, peningkatan yang signifikan dalam indeks fagositik dan
total jumlah WBC yang diamati dan rasio F indeks fagositik juga signifikan.
Kemunduran nilai linearitas maksimal dalam mengungkapkan kasus indeks
fagositik, linearitas moderat dalam jumlah WBC total dan linearitas terendah
dalam respon antibodi.
Bahan dan Metode
Bahan
Ekstrak metanol C.asiatica
Herba segar C. asiatica dibelidari vendor lokal, dan dideterminasi
dibandingkan dengan spesimen herbarium dari Departemen Botani,
Universitas MS Baroda, India. Herba dicuci, dikeringkan secara tidak
langsung, disaring dengan saringan no. 45 dan dimaserasi dingin
menggunakan metanol untuk membatasi degradasi bioaktif
molekul. Pelarut diuapkan sampai kering dalam vakum. Kandungan
asiaticoside (0,18%) ditentukan sesuai dengan metode standar (Zafar dan
Sagar, 1999; Inamdar et al. 1996). Ekstrak metanol disuspensikan dalam
air suling dengan SCMC 1% (Sodium Carboxy Methyl Cellulose).
Hewan Uji
Tikus Swiss Albino baik jantan maupun betina, berat 17-25 g
diadaptasikan dengan laboratorium dengan makanan pelet dan minum air
ad libitum.
Penyiapan Suspensi SRBC 20 v/v
Darah dikumpulkan dari domba sehat dari rumah potong Baroda
municipal, India, dicampur dengan 0,49% EDTA dan 0,9% larutan NaCl.
Disiapkan dalam suhu 2 8 oC. Pada saat akan imunisasi, sampel darah
disentrifugasi 5000 rpm selama 10 menit dan dicuci 3 x untuk
Page 14 of 26
Immunomodulator Centella asiatica Dwi Handayani/1106106722
Page 15 of 26
Immunomodulator Centella asiatica Dwi Handayani/1106106722
Page 16 of 26
Immunomodulator Centella asiatica Dwi Handayani/1106106722
Page 17 of 26
Immunomodulator Centella asiatica Dwi Handayani/1106106722
c. Data Klinik
Investigasi farmakologis tanaman obat telah mengungkapkan bahwa
sejumlah tanaman diakui dengan aktivitas ansiolitik mengikat reseptor
cholecystokinin (CCK). Temuan ini menarik mengingat keterlibatan CCK
dalam patofisiologi ketakutan dan kecemasan. Penelitian double-blind,
placebo-controlled dilakukan untuk mengevaluasi aktivitas ansiolitik dari
Gotu Kola (Centella asiatica) pada subyek sehat. Gotu Kola telah
digunakan selama berabad-abad dalam Ayurvedic dan pengobatan Cina
tradisional untuk mengurangi gejala depresi dan kecemasan. Penelitian
terbaru pada tikus telah menunjukkan bahwa pretreatment jangka panjang
Gotu Kola menurunkan aktivitas lokomotor, meningkatkan kinerja
labirin-plus dan melemahkan respon kejut akustik (ASR). Dalam studi ini,
penulis mengevaluasi efek Gotu Kola pada ASR pada manusia. Subjek
secara acak menerima dosis oral tunggal dari Gotu Kola 12-g (N = 20)
atau plasebo (n = 20). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan
dengan plasebo, Gotu Kola secara signifikan melemahkan puncak
amplitudo ASR setelah 30 dan 60 menit pengobatan. Gotu Kola tidak
berpengaruh signifikan pada mood, detak jantung atau tekanan darah.
Temuan awal ini menunjukkan bahwa Gotu Kola memiliki aktivitas
ansiolitik pada manusia seperti yang diungkapkan oleh ASR. Masih harus
Page 18 of 26
Immunomodulator Centella asiatica Dwi Handayani/1106106722
Page 19 of 26
Immunomodulator Centella asiatica Dwi Handayani/1106106722
Page 20 of 26
Immunomodulator Centella asiatica Dwi Handayani/1106106722
Page 21 of 26
Immunomodulator Centella asiatica Dwi Handayani/1106106722
Gambar 1
Page 22 of 26
Immunomodulator Centella asiatica Dwi Handayani/1106106722
Tabel 1
Tabel 2
Secara in vitro fraksi total saponin menunjukkan aktivitas anti fertilitas pada
sperma tikus dan manusia yang mungkin disebabkan senyawa asiatikosida dan
brahminosida. Ekstrak kasar Centella asiatica pada pemberian oral dilaporkan
dapat mengurangi fertilitas mencit betina(6).
Asiaticoside sebagai karsinogen kulit pada hewan pengerat setelah
diulang aplikasi topikal. Eksperimen lebih lanjut diperlukan untuk mendukung
klaim ini(3).
X. INTERAKSI OBAT
Tidak ada informasi yang tersedia tentang interaksi obat, interaksi obat dan uji
laboratorium, efek teratogenik atau non-teratogenik pada kehamilan, menyusui
ibu, atau pediatrik(3).
Dapat berinteraksi dengan obat-obat penurun gula darah, obat-obat penurun
kolesterol dan antidepresan(6).
Page 24 of 26
Immunomodulator Centella asiatica Dwi Handayani/1106106722
tikus sehingga dihindari penggunaan pada masa kehamilan, menyusui dan jangan
digunakan lebih dari 6 minggu(6).
Page 25 of 26
Immunomodulator Centella asiatica Dwi Handayani/1106106722
XIII. PUSTAKA