Anda di halaman 1dari 15

STUDI ISLAM MULTIDISIPLINER

STUDI HUKUM ISLAM


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kulliah Studi Islam
Multidisipliner

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

Sri Mentari Lubis

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Erawadi, M.Ag.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCA SARJANA PROGRAM MAGISTER
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDIMPUAN
2020

1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim.

Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Studi
Islam Multidisipliner”. Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Politik Pendidikan Islam yang dibimbing oleh Bapak Dr. Erawadi. M.A.g

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun telah banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, sudah selayaknya penyusun mengucapkan terimankasih, terutama kepada Bapak Dr.
Erawadi. M.A.g karena telah perhatian dan sabar dalam membimbing penyusun dalam
penyusunan makalah ini, dan tak lupa terimakasih penyusun ucapkan kepada pihak lainnya yang
tidak dapat dituliskan satu per satu.

Penyusun berharap, semoga dengan disusunnya makalah ini, dapat menambah


pengetahuan para pembaca. Demi kesempurnaan makalah ini, penyusun harapkan adanya kritik
dan saran yang membangun agar makalah ini lebih baik lagi nantinya.

Padangsidimpuan, Maret 2020

2
DAFTAR ISI
Isi Halaman
Kata Pengantar....................................................................................……………..….i
Daftar Isi.............................................................................................………………..ii
A. Pendahuluan...................................................................................……………….4
B. Pengertian Istilah Kunci………………………………………………...................4
C. Islam Sebagai Sumber Norma, Hukum dan Etika………………………………..7
D. Mazhab Hukum Utama dan Pendekatan Mereka Terhadap Kajian Hukum………8
E. Disiplin-disiplin Utama Studi Hukum dan Cabang-cabangnya…………………..11
F. Tokoh dan Karya Terpenting Perkembangan Mutakhir Kajian Hukum Islam……12
G. Penutup ........................................................................................………………...14
Daftar Pustaka

Studi Hukum Islam

3
A. Pendahuluan
Hukum berasal dari bahasa Arab yang akar katanya hakama, yahkumu, dan
masdarnya hukman. Kemudian al-hukmu adalah bentuk tunggal dari al-ahkamun, yang
artinya memutuskan. kemudian diambil dalam Bahasa Indonesia menjadi “Hukum” yang
bermakna norma, kaidah, ukuran, pedoman yang digunakan untuk menilai dan melihat
tingkah laku manusia dengn lingkungan sekitarnya.1
Islam merupakan agama Allah Swt yang turunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Islam bermakna sebagai sebuah ketundukan dan penyerahan diri seorang hamba saat
berhadapan dengan Tuhannya. Bagi setiap Muslim, segala apa yang dilakukan dalam
kehidupannya harus sesuai dengan kehendak Allah SWT sebagai realisasi dari keimanan
kepada-Nya. Kehendak Allah tersebut dapat ditemukan dalam kumpulan wahyu yang
disampaikan melalui Nabi-Nya, Muhammad saw yaitu Al-Qur‟an dan penjelasan-
penkelasan yang diberikan oleh Nabi Muhammad saw mengenai wahyu Allah tersebut,
yaitu as-Sunnah.2
Jadi, hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama
Islam. Konsepsi hukum islam, dasar, dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah.
Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia dan benda
dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia
dengan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam
masyarakat, dan hubungan manusia dengan benda alam sekitarnya. Menurut Amir
Syarifuddin sebagaimana dikutip oleh Kutbuddin Aibak, hukum islam adalah seperangkat
peraturan wahyu Allah dan Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang
diakui dan diyakini berlaku mengikuti untuk semua yang beragama islam.3
B. Pengertian Istilah Kunci
1. Syari’ah
Syari’ah berasal darikata syara’a, yasy’arau, syari’atan yang berarti jalan keluar.
Secara etimologis sebagaimana dikemukakan oleh Hasbi as-Shiddieqy adalah “Jalan
tempat keluarnya sumber mata air atau jalan yang dilalui air terjun” yang kemudian
diasosiasikan oleh orang-orang Arab sebagai at-thariqah al-mustaqîmah, sebuah
1
Rohidin, Pengantar HukumIslam (Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books, 2016), hal. 1.
2
Kutbuddin Aibak, Metodologi Pembaruan Hukum Islam. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 1
3
Abdul Ghani Abdullah, Pengantar Kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia. (Jakarta: Gema
Insani Press, 1994), hal. 10

4
jalan lurus yang harus diikuti oleh setiap umat muslim. Secara terminologis istilah
syarî’ah diartikan sebagai tata aturan atau hukum-hukum yang disampaikan oleh
Allah kepada hamba-Nya untuk diikuti baik menyangkut akidah,ibadah, akhlak,
maupun muamalah”.4 Dengan demikian syariah dalam pengertian ini adalah wahyu
Allah, baik dalam pengertian wahyu al-Matluww (Al-Qur’an), maupun al-Wahyu gair
matluw (Sunnah).
Syari’ah dalam literatur hukum Islam ada tiga pengertian :
a. Syari’ah dalam arti sebagai hukum yang dapat berubah sepanjang masa.
b. Syari’ah dalam arti sebagai hukum Islam baik yang tidak dapat berubah sepanjang
masa maupun yang dapat berubah.
c. Syari’ah dalam pengertian hukum yang digali (berdasarkan atas apa yang disebut
Istinbat ) dari Al–Qur’an dan Sunnah5
2. Fiqh
Fiqh secara bahasa berarti fahm yang bermakna mengetahui sesuatu dan
memahaminya dengan baik. Menurut pengertian isthilahnya Abu Hanifah
memberikan pengertian “Ma’rifatu nafsi ma laha wa ma alaiha” mengetahui sesuatu
padanya dan apa-apa yang bersamanya yaitu mengetahui sesuatu  dengan dalil yang
ada6. Fiqh adalah ilmu yang mempelajari atau memahami syari’at dengan
memusatkan perhatian pada perbuatan pada manusia mukallaf atau yang sudah
dewasa menurut ketentuan Islam. Ilmu fiqih dibentuk berdasarkan syari’ah yaitu
hukum-hukum yang penggaliannya memerlukan renungan yang mendalam,
pemahaman, atau pengetahuan dan juga Ijtihad.7
3. Ushul Fiqh
Usul Fiqh terdiri dari dua kata usul jamak dari asl yang berarti dasar atau sesuatu
yang dengannya dapat dibina atau dibentuk sesuatu, dan kata fiqh yang berarti
pemahaman yang mendalam. Menurut Istilah, Pengertian usul fiqh adalah ilmu
tentang kaedah kaedah dan pembahasan yang mengantarkan kepada lahirnya hukum-

4
Rohidin, Op. Cit., hal. 6.
5
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam (Bandung: LPPM Universitas Bandung,1995). hal.10

6
Wahbah Zuhaili, Al- Fiqh al-Islam wa-Adillatuhu, jld I (Damaskus: Darul Fikri,1997). hal.29
7
Juhaya S. Praja. Op cit. hal.13

5
hukum syariah yang bersifat amaliah yang diambil dari dalil-alil yang terperinci. 8
Dengan demikian usul al-fiqh adalah ilmu yang digunakan untuk memperoleh
pemahaman tentang maksud syariah. Dengan kata lain usul al-fiqh adalah sistem
(metodologi) dari ilmu fiqh.
4. Mazhab
Secara bahasa mazhab berarti “tempat untuk pergi” yaitu jalan, sedangkan secara
istilah mazhab adalah: pendapat seorang tokoh fiqh tentang hukum dalam masalah
ijtihadiyah. Secara lebih lengkapnya mazhab adalah: faham atau aliran hukum dalam
Islam yang terbentuk berdasarkan ijtihad seorang mujtahid dalam usahanya
memahami dan menggali hukum-hukum dari sumber Islam yaitu Al-Qur’an dan
Sunnah.9
5. Fatwa
Fatwa artinya petuah, nasehat, jawaban atas pertanyaan yang berkaitan dengan
hukum. Dalam istilah fiqh, fatwa berarti pendapat yang dikemukakan oleh seorang
mujtahid atau faqih sebagai jawaban yang diajukan peminta fatwa dalam suatu kasus
yang sifatnya tidak mengikat.
Pihak yang meminta fatwa bisa pribadi atau lembaga maupun kelompok masyarakat.
Fatwa yang dikemukakan mujtahid tersebut tidak bersifat mengikat atau mesti diikuti
oleh si peminta fatwa dan oleh karenanya fatwa ini tidak mempunyai daya ikat. Pihak
yang memberi fatwa dalam istilah fiqh disebut dengan Mufti, sedangkan pihak yang
meminta fatwa disebut mustafti10
6. Qawl
Secara etimologi Qaul adalah bentuk masdar dari kata kerja Qala-Yaqulu. Kata Qaul
dapat bermakna kata yang tersusun lisan, baik sempurna maupun tidak. berarti Qaul
dapat diartikan sebagai ujaran, ucapan, perkataan. Dalam istilah fiqh kata Qaul
dinisbatkan kepada imam atau pemimpin suatu mazhab atau ulama fiqh yaitu berupa
perkataan maupun ucapan daripada imam fiqh tersebut. Istilah ini juga dikenal dalam
fiqh Imam Syafi’i, yaitu Qaul Qadim dengan Jadid. Qaul Qadim adalah pendapat

8
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Usul al-Fiqh ,cet XII (Kuwait: An-Nasir,1978). hal.738
9
Departemen Agama RI, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: Ananda Utama, 1997). hal.875
10
Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,1997). hal.326

6
beliau ketika berada di Irak, sedangakan Qaul Jadid adalah pendapat beliau ketika
berada di Mesir.11
C. Islam Sebagai Sumber Norma, Hukum dan Etika
Islam sebagai agama yang diturunkan Allah kepada manusia melalui rasulnya
merupakan Agama yang mencakup seluruh aspek hidup atau kehidupan manusia
diantaranya sebagai sumber norma, hukum dan etika hidup manusia, norma dalam artian
kata adalah kaidah yakni tolak ukur, patokan, pedoman yang dipergunakan untuk menilai
tingkah laku atau perbuatan manusia dan benda. Pengertian norma erat dengan pengertian
hukum. Maka pembicaraan seputar Islam sebagai norma, hukum, dan etika tidak lepas
kaitannya dengan sumber norma, hukum, etika dalam Islam itu sendiri.12
Adapun sumber norma dan hukum dalam Islam yang pokok ada dua yaitu, Al-Qur’an
dan As-Sunnah, disamping kedua pokok terdapat pula sumber tambahan yaitu, Al- Ijtihad
1. AlQur’an
Al–Qur’an merupakan sumber azasi yang pertama norma dan hukum dalam Islam,
ialah kitab kodifikasi firman Allah SWT kepada kepada umat manusia. Pada garis
besarnya Al-Qur’an memuat Akidah, Syariah ( Ibadah dan Muamalah ), Akhlak,
kisah-kisah lampau berita-berita yang akan datang serta berita-berita dan
pengetahuan lainnya.13
2. As-Sunnah
As-Sunnah (Sunnatun Rasul) sumber azasi yang kedua norma dan nilai dalam Islam,
ialah segala ucapan, perbuatan dan sikap Muhammad SAW sebagai rasul Allah, yang
berfungsi sebagai penafsir dan pelengkap bagi Al-Qur’an .14
3. Ijtihad
Al-Ijtihad, sumber tambahan norma, hukum nilai dan etika dalam Islam, ialah usaha
sungguh-sungguh seseorang atau beberapa orang tertentu, yang memiliki syarat –
syarat tertentu untuk memastikan kepastian hukum secara tegas dan positif yang
tidak terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah15

11
Abdul Azis Dahlan. Op cit. hal. 326.
12
Muhammad Daud Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia
(Jakarta: Raja Grafindo Persada Cet II 2004), hal. 44
13
Rohidin, Op. Cit., hal 94.
14
Ibid., hal 104.
15
Ibid., hal. 112.

7
D. Mazhab Hukum Utama dan Pendekatan Mereka Terhadap Kajian Hukum
Al-Mazahib atau aliran-aliran dan arti secara sastranya adalah “jalan untuk pergi”.
Dalam karya-karya tentang agama Islam, istilah mazahab erat kaitannya dengan hukum
Islam adapun mazhab hukum yang terkenal sampai saat ini ada 4 mazhab yaitu mazhab
Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali. Ini adalah hanya beberapa mazhab yang ada dalam
Islam dan mereka bukanlah hukum sunni yang refresentatif karna sejak dari abad pertama
sampai kepada permulaan abad keempat tidak kurang dari 19 mazhab hukum atau lebih
dalam Islam yang dalam arti kata  muslim terdahulu tidak henti-hentinya untuk
menyesuaikan hukum dengan peradaban yang berkembang.16
Menurut Ali As-Sais dan Muhammad Syaltut mengatakan, timbulnya mazhab-
mazhab ini disebabkan beberapa faktor yaitu:
1. Perbedaan dalam memahami tentang lafaz Nash
2. Perbedaan dalam memahami Hadist
3. Perbedaan dalam memahami kaidah lughawiyah Nash
4. Perbedaan tentang Qiyas
5. Perbedaan tentang penggunaan dali-dalil hukum
6. Perbedaan tentang mentarjih dalil-dalil yang berlawanan
7. Pebedaan dalam pemahaman Illat hukum
8. Perbedaan dalam masalah Nasakh.17

Berbagai kemungkinan yang menjadi penyebab timbulnya selain yang dikemukakan di


atas, lahirnya mazhab juga terjadi karena perbedaan lingkungan tempat tinggal mereka,
para fuqaha’ terus mengembangkan istinbath hukum yang  mereka gunakan secara
individu dari berbagai persoalan hukum yang mereka hadapi dan metode yang mereka
gunakan terus melembaga dan terus di ikuti oleh para pengikutnya yaitu para murid-
murid mereka.

Mazhab hukum yang terkenal dan pendekatannya terhadap kajian hukum:

16
Said Ramadan, Islamic Law its Scope and Equity (Jakarta:Gaya Media Pratama, 1996), hal. 66
17
M. Ali As-Sais dan Mahmud Syaltut, Perbandingan Mazhab dalam Masalah Fiqh, terj. Ismuha (Jakarta:
Bulan Bintang, 1987), hal. 16-18.

8
Sebagaimana telah disinggung, bahwa lahirnya berbagai mazhab yang ada dilatar
belakangi oleh faktor yang pada dasarnya perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan
metodologi dalam melahirkan hukum. Perbedaan ini melahirkan mazhab yang
berkembang luas di berbagai wilayah Islam sampai saat ini diantaranya adalah mazhab
dari golongan Syi’ah dan dari golongan Sunni:

a) Imam Ja’far
Nama lengkapnya Ja‟far bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal-Abidin bin Husain
bin Ali bin Abi Thalib. Beliau adalah ulama besar dalam banyak bidang ilmu Filsafat,
Tasawuf, Fiqih, dan juga ilmu kedokteran.Dasar istinbat yang beliau pakai dalam
mengambil kepastian hukun adalah: Al-Qur‟an, Sunnah, Ijma‟, „Aqal (Ra‟yu).18
b) Mazhab Hanafi
Mazhab ini dihubungkan dengan Imam Abu Hanifah, ia di kenal sebagai pendiri
mazhab hanafi. Nama lengkapnya  adalah Nukman bin Tsabit bin Zuthyi keturunan
parsi yang cerdas dan punya kepribadian yang kuat serta berbuat, didukung oleh faktor
lingkungan sehingga dalam mengantar beliau menuju jenjang karier yang sukses
dalam bidang ilmiyah. Dasar istinbat yang beliau pakai dalam mengambil kepastian
hukum fiqih adalah: Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’, Qawlu Shahaby, Qiyas, Istihsan,
‘Uruf.19 Pola fiqih Abu Hanifah adalah:
1) Kelapangan dan kelonggaran dalam pengalaman ibadah
2) Dalam memberi keputusan dan fatwa, lebih memperhatikan kepentingan golongan
miskin dan orang lemah
3) Menghormati hak kebebasan seseorang sebagai manusia
4) Fiqh Abu Hanifah diwarnai dengan masalah fardhiyah (Perkara yang diada-
adakan). Banyak kejadian atau perkara yang belum terjadi, tetapi telah difikirkan
dan telah ditetapkan hukumnya.20

c) Mazhab Maliki
18
Muhammad Abu Zahrah, Muhadarat fil Ushul al-Fiqh al-Ja’fary, (Muhadharat ad-Dirasah al-Arabiyah
al-‘Aliyah, 1995) hal. 28.
19
Ibid., hal. 35.
20
Ibid., hal. 40.

9
Nama lengkapnya adalah Mālik ibn Anas bin Malik bin 'Āmr al-Asbahi. Dasar istinbat
fiqh Imam Malik adalah Al-Quran, Sunnah, Qiyas, Masalihul Mursalah, ‘Uruf,
Qaulu Shahabi. Adapum pola fiqh Imam Malik meliputi:
1) Ushul fiqh Imam Malik lebih luwes, lafadz ‘Am atau Muthlaq dalam nash
Alqur’an dan Sunnah.
2) Fiqhnya lebih banyak didasarkan pada Maslahah
3) Fatwa Sahabat dan keputusan-keputusan pada masa sahabat, mewarnai
penjabaran pengembangan hukum Imam Malik.
Diantara beberapa murid-murid Imam Malik yang mengembangkan ajarannya adalah
Abdullah bin Wahab, Abdul Rahman bin Kosim, Asyhab bin Abdul Aziz,
Abdurrahman bin Hakam, Ashbaga bin al Faraz al Umawi21

d) Mazhab Syafi’i
Mazhab ini dibentuk oleh Muhammad bin Idris bin al-Abbas bin Utsman bin al-Saib
bin Abdu-Yazid bin Hasim. Dan kemudian, dia dipopulerkan dengan nama imam
Syafi’i. Ia merupakan seorang muntaqil ras Arab asli dari keturunan Quraiys dan
berjumpa nasab dengan Rasullulah pada Abdu Al-Manaf. Adapun sumber istinbat
beliau mengenai hukum fiqih adalah: Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’, Perkataan
Sahabat, Qias, Istishab.22 Pola pikir imam Syafi’i:
1) Ciri khas yang dapat dipetik dari fiqh Syafi’i ialah polanya mengawinkan antara
cara yang ditempuh Imam Malik dengan Imam Hanafi.
2) Pembatasan hukum dibatasi pada urusan atau kejadian yang benar-benar terjadi.
3) Terdapat banyak perbedaan antara pendapat Syafi’i sendiri, antara Qaul Qodim
(pendaptnya sewakyu di Irak) dengan Qaul Jadid (pendapatnya sewaktu di Mesir).
Sahabat-sahabatnya yang menyebarkan mazhab ini antaranya Ahmad Ibnu Hambal,
al Hasan bin Muhammad bin Ash-Shabah Az-Zakfani, Abu Ali al Husein bin Ali
Qarabisy, Yusuf bin Yahyah Al Buaithy, Abu Ibrahim Ismail Yahya al Muzani dan
Ar-Rabik bin Sulaiman al Murady.
e) Mazhab Hambali

21
Ibid, hal. 83
22
Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial (Jakarta: Raja Grafindo Persada 1996), hal. 151

10
Imam Ahmad adalah tokoh dari mazhab ini beliau bernama Ahmad bin Muhammad
bin Hambal bin Hilal. Beliau berpegang teguh pada ayat Al-Quran dipahami secara
lahir dan secara mafhum adapun dasar istinbat mengenai hukum fiqih adalah Al-
Qur’an, Sunnah, Fatwa sahabat, Qiyas.23 Adapun pola fikir imam Hanbal adalah:
1) al Nushush dari Alqur’an dan Sunnah. Apabila telah ada ketentuan dalan alqur’an
maka Ia mengambil makna yang tersurat, makna yang tersirat dia abaikan.
2) Apabila tidak ada ketentuan dalam Alqur’an dan Sunnah maka ia mengambil atau
menukil fatwa sahabat yang disepakati dari sahabat sebelumya.
3) Apabla fatwa sahabat berbeda-beda maka ia mengambil fatwa sahabat yang paling
dekat dengan dalil yang ada dalam Alqur’an dan Sunnah.
4) Beliau menggunakan hadist mursal dan hadist dha’if apabila tidak ada ketentuan
sahabat, atsar, ataupun ijmak yang menyalahinya.
5) Apabila hadist mursal dan dhaif tidak ada maka ia menggunakan metode Qiyas
dalam keadaan terpaksa.22
6) langkah terakhir adalah menggunakan Sadd al-Dzar’i.24
E. Disiplin-disiplin Utama Studi Hukum dan Cabang-cabangnya
Disiplin Hukum adalah sistem ajaran mengenai kenyataan atau gejala-gejala hukum
yang ada dan hidup di tengah pergaulan. Menghadapi kenyataan yang terjadi dalam
pergaulan hidup yang menentukan apa yang seharusnya dilakukan dalam menghadapi
kenyataan tertentu. Berbicara disiplin hukum, maka ruang lingkup utamanya tiga yaitu:
1. Ilmu Hukum adalah Ilmu tentang hukum yang paling umum, sebagai aturan yang
paling luas dan konsep yang paling penting. Ilmu hukum ini bisa  di defenisikan
sebagai ilmu kaidah yang menelaah hukum sebagai kaidah atau sistem kaidah-kaidah
dengan dogmatik hukum dan sistematik hukum. Cabang ilmu hukum diantaranya
Sosiologi Hukum, Antropologi Hukum, Psikologi Hukum.
2. Filsafat Hukum adalah Ilmu pengetahuan tentang hakikat hukum, yang isinya dasar
dasar kekuatan yang mengikat dari hukum atau perenungan dan perumusan nilai-nilai,
termasuk penyesuain nilai-nilai

23
Jaih Mubarak, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, (Bandung: Remaja Rosyda Karya, 2000) hal.
116
22

24
Ibid., hal. 118.

11
3. Politik Hukum adalah disiplin hukum yang mengkhususkan diri pada usaha
memerankan hukum dalam mencapai tujuan yang di cita-citakan oleh masyarakat
tertentu atau kegiatan-kegiatan mencari dan memilih nilai-nilai dan menerapkan nilai
tersebut bagi hukum dalam mencapai tujuannya.25

Adapun disiplin utama studi hukum dalam hukum Islam tidak lepas dari beberapa kajian
yaitu: Disiplin utama Syari’ah, Tarekh Tasyri’, Ushul fiqh, fiqh selanjutnya akan
berkembang menjadi cabang cabang kajian studi hukum lain seperti: Ilmu Fiqh ( Fiqh
Siyasah, Muamalat, Jinayah, Munakahat dan sebagainya) selanjutnya ada juga kajian
Qawaid Fiqhiyah dan Ushuliyah, fatwa, Qanun, Qadha’ dan lain nya.

F. Tokoh dan Karya Terpenting Perkembangan Mutakhir Kajian Hukum Islam


Perkembangan terakhir dalam kajian hukum Islam ini terjadi setelah adanya
persentuhan budaya dengan barat. Bisa dikatakan kalau awal perkembangan mutakhir
dalam hukum Islam ini dimulai di Turki dan Mesir yang menyadari bahwa Islam semakin
tertinggal dari Barat maka mulai saat itulah muncul toko-tokoh dalam Islam yang
mencoba mereformasi hukum Islam dengan mengangkat tema bahwa pintu ijtihad telah
terbuka demi perkembangan Islam dari zaman ke zaman.
Dalam berbagai bidang muncul tokoh-tokoh yang mencoba memberikan sumbangan
fikirannya dalam perkembangan Islam dan hukum Islam sebagai contoh: Abdul Qadir
Audah dengan bukunya Tasyri’ul jina’i Al-Islamy bi al-Qonun al-Wadhie yang memcoba
membandingkan antara hukum Perancis dengan hukum Islam. Muhammad Baqir Al-Sadr
seorang ulama Syiah dari Irak, Sayyid Abu a’la Al-Maududi seorang  idiolog
fundamentalis dalam Islam khususnya Pakistan, Ali Abd Al-Razik  yang menulis buku
Al-Islam wa Ushul Al-hukm, buku ini menimbulkan kontroversi di Mesir dan juga negeri-
negeri lain karna buku ini mengemukakan mengenai pembenaran di hapuskannya
kesulthanan Utsmaniyah di Turki dan berpendapat Islam tidak menentukan bentuk
pemerintahan.26
Di Indonesia sendiri pengkajian hukum Islam terus berkembang dengan didirikannya
IAIN serta banyaknya Universitas-universitas swasta yang mengkaji Islam di berbagai
25
Soedjono Dirjo Sisworo, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000),hal. 46.
26
Jhon L. Esposito, Ensiklopedi Oxford: Dunia Islam Modern (Bandung: Mizan, 2002), hal. 209-210

12
daerah di Indonesia khususnya di fakultas syariah yang benar-benar kajian utama dari
fakultas ini adalah hukum Islam. Lain dari itu adanya MUI yang selalu memberikan
fatwa yang sesuai dengan keadaan Islam di Indonesia dalam memberikan istinbat hukum
sesuai dengan masalah yang ada serta majelis-majelis lainnya disetiap organisasi Islam di
Indonesia, seperti majelis tarjihnya Muhammadiyah. Hal ni merupakan suatu karya yang
penting bagi ummat Islam Indonesia serta perkembangan yang baik dalam pembaruan
hukum Islam. Selanjutnya perkembangan yang paling besar yang ada di Indonesia ini
adalah lahirnya Kompilasi Hukum Islam yang merupakan fiqhnya indonesia serta telah
banyaknya dimulai pembentukan Undang-undang di Indonesia berasaskan hukum
Islam.27
Belakangan ini  beredar wacana bahwa KHI yang ada ini sudah tidak cocok lagi
menurut kemajuan zaman untuk itu beberapa tokoh Islam mencoba memberikan
pembaruan KHI yang biasa saat ini dikenal dengan Counter Legal Draft KHI (CLD KHI)
yang sampai saat ini masih belum selesai di perbincangkan karena masih terjadi pro dan
kontra atas isi dari CLD KHI tersebut. Hal ini terjadi dikarenakan sebagian pihak
memandang bahwa sejumlah pasal yang ada di dalam CLD KHI itu melanggar ajaran
Islam, perbincangan dan wacana akan hal ini sangat menyorot perhatian para tokoh-tokoh
Islam.
Kontroversi ini terus di perdebatkan hingga saat ini, Siti Musadah Mulia merupakan
dengan beberapa anggota kelompoknya adalah penyusun dari CLD KHI ini, ironisnya hal
ini tidak diterima oleh kalangan kebanyakan Ulama. Karena rancangan KHI ini dianggap
nyeleneh dan tidak sesuai dengan AL-Qur’an dan Sunnah.
Sebagian ulama telah menghitung, tidak kurang dari 39 kesalahan dalam CLD KHI.
Sebagian yang lain mengakulasi ada 19 kesalahan. Karena harus segera dicabut dari
peredaran agar tidak membingungkan dan semakin meresahkan masayarakat, hal ini
dikenukakan oleh ulama yang tidak mendukung sama sekali tentang pembaharuan ini.
Diantara hal-hal yang paling kontroversial dalam pasal-pasal CLD KHI Ini adalah adanya
iddah bagi kaum lelaki, tidak diperbolehkannya berpoligami, anak berbeda agama
nendapat warisan, wanita bisa menikahkan dirinya sendiri dan banyak lagi hal-hal yang
menimbulkan pro dan kontra dalam CLD KHI ini.

27
http://ustadedi.blogspot.com/2015/10/hukum-islam.html, Rabu, pukul 10:06, 11 Maret 2020

13
Meskipun demikian hal ini merupakan salah satu contoh dari adanya Usaha tokoh-
tokoh Islam mengadakan pembaruan dalam hukum Islam adapun metode yang mereka
pijak dalam pembuatan CLD KHI ini salah satunya adalah kaidah Ushul yang
mengatakan jawaz naskh al-nushush bi al-maslahah serta  yang pasti mengikuti metode
ulama terdahulu ataupun dengan metode baru. Patutlah hal ini dijadikan momentum
adanya usaha pembaruan hukum Islam serta keseriusan tokoh Islam membuka kembali
pintu ijtihad. Upaya mengaktualkan hukum Islam adalah suatu keniscayaan yang tidak
dapat di tawar-tawar lagi, upaya tersebut harus segera dilakukan jika tidak mau hukum
Islam tersebut ditinggalkan.28
G. Penutup
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama Islam.
Konsepsi hukum islam, dasar, dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah. Hukum
tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia dan benda dalam
masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan
manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam
masyarakat, dan hubungan manusia dengan benda alam sekitarnya. Menurut Amir
Syarifuddin sebagaimana dikutip oleh Kutbuddin Aibak, hukum islam adalah
seperangkat peraturan wahyu Allah dan Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia
mukallaf yang diakui dan diyakini berlaku mengikuti untuk semua yang beragama islam

Daftar Pustaka

Abdullah, Abdul Ghan. Pengantar Kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum
Indonesia. Jakarta: Gema Insani Press. 1994.

Aibak, Kutbuddin, Metodologi Pembaruan Hukum Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


2008.

Ali, Muhammad Daud. Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada Cet II 2004.
28
http://ustadedi.blogspot.com/2015/10/hukum-islam.html, Kamis, pukul 09:10, 12 Maret 2020

14
Dahlan, Abdul Azis. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve. 1997.

Departemen Agama RI. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Ananda Utama. 1997.

http://ustadedi.blogspot.com/2015/10/hukum-islam.html, Rabu, pukul 10:06, 11 Maret


2020

Jhon L. Esposito, Ensiklopedi Oxford: Dunia Islam Modern. Bandung: Mizan, 2002.

Khalaf, Abdul Wahab. Ilmu Usul al-Fiqh ,cet XII. Kuwait: An-Nasir. 1978.

M. Ali As-Sais dan Mahmud Syaltut. Perbandingan Mazhab dalam Masalah Fiqh, terj.
Ismuha. Jakarta: Bulan Bintang. 1987.

Mubarak, Jaih. Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam. Bandung: Remaja Rosyda
Karya. 2000.

Ramadan, Said. Islamic Law its Scope and Equity. Jakarta:Gaya Media Pratama. 1996.

Rohidin, Pengantar HukumIslam. Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books. 2016.

Rosyada, Dede. Hukum Islam dan Pranata Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1996.

S. Praja, Juhaya. Filsafat Hukum Islam. Bandung: LPPM Universitas Bandung. 1995.

Sisworo, Soedjono Dirjo. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2000.

Zahrah, Muhammad Abu. Muhadarat fil Ushul al-Fiqh al-Ja’fary. Muhadharat ad-
Dirasah al-Arabiyah al-‘Aliyah, 1995.

Zuhaili, Wahbah, Al- Fiqh al-Islam wa-Adillatuhu, jld I. Damaskus: Darul Fikri. 1997.

15

Anda mungkin juga menyukai