Anda di halaman 1dari 17

MENELADANI KETELADANAN

MUNAMMAD AL-FATIH
LAHIR
30 MARET 1432 M/27
RAJAB 835 H
DI
EDIRNE , TURKY
IBUKOTA DAULAH
UTSMANIYAH

AYAHNYA ADALAH
SULTAN MURAD II DAN
IBUNYA BERNAMA
HUMA HATUN

PLAY
MASA KECIL MUHAMMAD AL-FATIH

POLA ASUH ORANG TUA YANG HEBAT DARI KECIL

Guru Adab Pertama : Guru Selanjutnya :


Molla Gurani/ Syaikh Syaikh Muhammad As-
Ahmad Al-Gurani Syamsudin
Belajar Al-Qur’an dan Mengajar dengan
umur 8 tahun hafal 30 juz menceritakan Sejarah
Nama Muhammad Al-Fatih tercatat dalam sejarah dunia dan terus dikenang
hingga kini. Bagaimana tidak, pada tahun 1453, saat masih berusia 21 tahun, ia
telah berhasil memimpin pasukan Turki Utsmani merebut kota Konstantinopel dari
Kekaisaran Byzantium. Padahal pada masa itu kota Konstantinopel dikenal
sebagai kota dengan benteng legendaris yang sangat sulit ditembus.

Play
Apa saja hal yang patut kita teladani dari sosok Muhammad Al-Fatih?

Sulṭān Muhammad Al-Fātiḥ menguasai Bahasa Yunani dan 6


bahasa lainnya ketika berusia 21 tahun

Al-Fatih telah belajar Al-Qur’ān, hadis, fikih, dan ilmu modern lainnya
seperti ilmu berhitung, ilmu falak, sejarah, serta pendidikan kemiliteran,
secara teori maupun praktis.

Fleksibel, Inovatif dan Penuh Kejutan: sejarah adalah salah satu cabang ilmu yang sangat
dikuasai oleh pemimpin besar dunia Islam, seperti Rasulullāh SAW, Umar bin Khaththab,
Khalid bin Walid, dan para sahabat lainnya

Al-Fatih mengambil pelajaran dari sejarah sebagai perhitungan dan


perencanaan untuk menentukan keputusan di masa depan

Giat Beribadah Pekerja Keras Berani


BEBERAPA FAKTA TENTANG MUHAMMAD AL-FATIH

1. SEJAK KECIL BERKEINGINAN MENAKLUKKAN KONSTANTINOPEL

Saat memasuki usia 12 tahun, Sultan Muhammad Al-Fatih sudah


berkeinginan kuat menaklukkan benteng Konstantinopel. Beliau
telah mencermati usaha ayahnya untuk menaklukkan
Konstantinopel. Beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat
sepanjang 48 tahun sejarah Islam ke arah itu, sehingga
menimbulkan keinginan kuat untuk meneruskan cita-cita umat
Islam
2. MENJADI JAWABAN DARI BISYARAH RASULULLAH SAW

ُ‫ك ْال َج ْيش‬


َ ِ‫ َولَنِ ْع َم ْال َج ْيشُ َذل‬،‫ فَلَنِ ْع َم اَأْل ِمي ُر َأ ِمي ُرهَا‬،ُ‫ط ْن ِطينِيَّة‬
َ ‫لَتُ ْفتَ َح َّن ْالقُ ْس‬

"Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam.


Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik
pemimpin dan pasukan yang berada di bawah
komandonya adalah sebaik-baik pasukan." (HR Ahmad
dalam Al-Musnad)
3. Sebaik-baik Pemimpin

Sultan Mehmed II/ Muhammad Al-Fatih ini berhasil mewujudkan


cita-citanya menaklukkan benteng Konstantinopel yang kala itu
paling kuat di dunia. Beliau bukan sembarang pemimpin. Al-Fatih
adalah sebaik-baik pemimpin yang sejak kecil sudah dididik dengan
agama dan ilmu pengetahuan. Beliau dikenal sebagai pemimpin yang
saleh. Semasa hidupnya tidak pernah meninggalkan sholat fardhu
maupun sholat Tahajud. Beliau juga rajin puasa. Sejak berusia
delapan tahun telah menghafal Al-Qur'an dan menguasai tujuh bahasa
di antaranya, Bahasa Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Parsi, dan
Ibrani. Guru Al-Fatih sejak kecil adalah para ulama terkemuka di
zamannya. Di antaranya Syaikh Muhammad bin Isma'il Al Qurani,
ulama Kurdi yang mempunyai banyak keutamaan. Kemudian Syaikh
Aaq Syamsuddin, ulama ahli tasawuf dari Syam.
4. MENYUSUN STRATEGI MILITER SUPER HEBAT

Dalam penaklukan Konstantinopel, Sultan Al-Fatih menyusun


strategi militer terbaik yang belum pernah dilakukan pemimpin
sebelumnya. Salah satu strategi beliau yaitu memilih para prajurit
terbaik. Mereka yang dipilih adalah anak muda yang cerdas, paling
rajin ibadah dan mempunyai fisik paling kuat. Mereka dibimbing
sejak masih muda dengan pendidikan agama, ilmu pengetahuan
perang dan juga strategi militer. Dalam penaklukan Konstantinopel,
Al-Fatih mengerahkan sebanyak 100.000 tentara dan pasukan artileri.
Riwayat lain menyebut 200.000 lebih pasukan serta membawa 320
kapal.
5. Mengangkat 70 Kapal Lewat Perbukitan

Kisah penaklukan Konstantinopel ini cukup fenomenal dan menjadi


strategi paling ajaib dalam dunia perang. Al-Fatih dan pasukannya
berhasil mengangkat 70 kapal laut melewati bukit. Pada 20 Jumadil
Awal 857 H bertepatan 29 Mei 1453 M, Sultan Al-Fatih berhasil
memasuki Konstantinopel. Beliau sukses membawa kapal-kapal
mereka melalui perbukitan Galata untuk memasuki titik terlemah
Konstantinopel, yaitu Selat Golden Horn. Ketika itu, Sultan
Mehmed II beserta ribuan tentaranya menarik kapal-kapal mereka
melalui darat. Meski pasukannya mengatakan kemustahilan untuk
melakukan strategi itu, Mehmed II tetap meyakinkan pasukannya.
Kapal-kapal besar itu didorong dan ditarik ke atas bukit
menggunakan kayu gelondongan dan minyak. Dalam satu malam,
kapal-kapal itu berpindah dari laut ke laut lain setelah
diseberangkan melalui bukit.
6. Memimpin Sholat Jumat Sebelum Perang
Dalam merebut Konstantinopel, Sultan Al-Fatih tidak hanya mengandalkan
kekuatan militernya semata, beliau menggantungkan urusannya kepada Allah.
Al-Fatih tak henti berdoa memohon pertolongan Allah. Malamnya beliau sholat
Tahajud dan siangnya sholat Jumat bersama pasukannya. Sebelum berperang
menghadapi Romawi Bizantium, Sultan Muhammad Al-Fatih memimpin sholat
Jumat yang berjarak sekitar 1,5 Km dari benteng Konstantinopel. Sholat Jumat
ini merupakan sholat terbesar dan terbanyak dalam sejarah Digelar di ruang
terbuka menuju Konstantinopel dengan jamaah yang membentang sepanjang 4
Kilometer dari Pantai Marmara hingga Selat Golden Horn di Utara. Setelah dua
bulan dikepung, Konstantinopel akhirnya jatuh di tangan Al-Fatih dan
pasukannya pada 29 Mei 1453. Inilah buah dari ketajaman mata hati Al-Fatih
dan ketaatannya menjalankan agama.
7. Pemimpin yang Taat
Sultan Muhammad Al-Fatih dikenal sebagai pemimpin yang taat. Sejak kecil
sudah dididik dengan agama. Beliau juga terbiasa dengan sholat malam dan
senantiasa bermunajat kepada Allah. Ketika berkuasa, beliau membangun 300
masjid besar atau sedang; 57 madrasah; 59 tempat pemandian di berbagai
wilayah Utsmani termasuk Istanbul. Setelah memimpin Konstantinopel selama
19 tahun, pada Rabiul Awal Tahun 886 H (1481 M), Sultan Al-Fatih berangkat
dari Istanbul untuk berjihad, padahal kondisinya sedang tidak sehat. Beliau
berencana menaklukkan Roma. Dalam perjalanan menuju pusat Imperium
Romawi Barat di Italia itu, sakitnya kian parah. Beliau wafat di tengah
pasukannya pada hari Kamis, tanggal 4 Rabiul Awal 886 H (3 Mei 1481 M).
Allah memanggil beliau pada usia 49 tahun. Semoga Allah merahmati beliau
dan mengumpulkannya dengan kaum shalihin

Anda mungkin juga menyukai