Anda di halaman 1dari 19

Kompetensi

KERAJAAN
SRIWIJAYA SUMBER SEJARAH

KONDISI POLITIK

KONDISI
EKONOMI

KONDISI
SOSIAL BUDAYA

KEPERCAYAAN
Sejarah
SMA Kelas XI
Semester Ganjil Referensi
SUMBER SEJARAH

Sumber-sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya,


Antara Lain Sebagai Berikut :
1) Berita-berita dari Cina, India, Malaka, Ceylon,
Arab, dan Parsi.
2) Prasasti-prasasti (enam di Sumatra Selatan
dan satu di Pulau Bangka).
a)Prasasti Kedukan Bukit (605 S/683 M) di
Palembang. Isinya Dapunta Hyang
mengadakan perjalanan selama delapan hari
dengan membawa 20.000 pasukan dan
berhasil menguasai beberapa daerah. Dengan
kemenangan itu Sriwijaya menjadi makmur.
a. Prasasti
Kedukan Bukit
(605 S/683 M)
Ditemukan di
Palembang.

Isinya Dapunta Hyang mengadakan


perjalanan selama delapan hari dengan
membawa 20.000 pasukan dan berhasil
menguasai beberapa daerah. Dengan
kemenangan itu Sriwijaya menjadi makmur.
b.Prasasti Telaga
Batu (tidak
berangka tahun)
di Palembang.
Isinya berupa
kutukan terhadap
mereka yang
melakukan
kejahatan dan
melanggar
perintah raja.
c. Prasasti Karang Brahi
Ditemukan tahun 1904 oleh
Kontrolir L.M. Berkhout di
tepian Batang Merangin
Jambi. Prasasti ini tidak
berangka tahun, tetapi
teridentifikasi menggunakan
aksara Pallawa berbahasa
Melayu Kuno. Isinya tentang
kutukan bagi orang yang
tidak tunduk atau setia
kepada raja dan orang-orang
yang berbuat jahat.
d. Prasasti Talang Tuo (606 S/684 M) di
temukan di sebelah barat Palembang. Isinya
tentang pembuatan Taman Sriksetra oleh
Dapunta Hyang Sri Jayanaga untuk
kemakmuran semua makhluk.
e. Prasasti Kota Kapur  (608 S/686 M)
adalah prasasti berupa tiang batu bersurat
yang ditemukan di pesisir barat Pulau
Bangka, di sebuah dusun kecil yang
bernama “Kotakapur”. Isi prasasti berupa
doa kepada para dewa untuk menjaga
kesatuan Sriwijaya dan menghukum setiap
orang yang bermaksud jahat. prasasti ini
ditulis dalam aksara Pallawa dan bahasa
Melayu Kuno, merupakan salah satu
dokumen tertulis tertua berbahasa Melayu.
Prasasti ini dilaporkan penemuannya oleh
J.K. Van Der Meulen pada Desember 1892,
dan merupakan prasasti pertama yang
ditemukan mengenai Sriwijaya.
Prasasti Palas
Pasemah ditemukan
di tepi Sungai Pisang,
anak Way Sekampung,
Kabupaten Lampung
Selatan.

Menurut Boechari (1979), berdasarkan perbandingan


bentuk huruf dengan prasasti-prasasti lainnya,
Prasasti Palas Pasemah diduga berasal dari akhir abad
ke-7 M. Prasasti tersebut berisi tentang penaklukan
daerah Lampung dan kutukan-kutukan kepada yang
berani memberontak kepada Sriwijaya.
Prasasti Ligor (679
S/775 M) terdapat di
Ligor (sekarang Nakhon Si
Thammarat, selatan
Thailand). Prasasti ini
merupakan pahatan ditulis
pada dua sisi, bagian
pertama disebut prasasti
Ligor A atau dikenal juga
dengan nama manuskrip
Viang Sa , di bagian lainnya
disebut prasasti Ligor B.
Dari manuskrip Ligor A ini berisikan berita
tentang raja Sriwijaya, raja dari segala raja
yang ada di dunia, yang mendirikan
Trisamaya caitya untuk Kajara. Sedangkan
dari manuskrip Ligor B berangka tahun
775, berisikan berita tentang nama Visnu
yang bergelar Sri Maharaja, dari keluarga
Ś ailendravamśa serta dijuluki dengan
Ś esavvā rimadavimathana (pembunuh
musuh-musuh yang sombong tidak
bersisa).
Berita Asing
a. Prasasti Ligor, ditemukan di Semenanjung
Melayumenjelaskan tentang pendirian sebuah pangkalan di
semenanjung melayu, daerah Ligor.
b. Prasasti Nalanda, ditemukan di India di kota Nalanda
Prasasti tersebut menjelaskan pendirian Wihara oleh
Balaputradewa raja Sriwijaya.
c. Berita Cina, I-Tshing tahun 672 M, menceritakan bahwa di
Sriwijaya terdapat 1000 orang pendeta yang menguasai
agama seperti di India dan berita dari dinasti Sung yang
menceritakan tentang pengiriman utusan dari Sriwijaya
tahun 971-992 M.
d. Nama Sriwijaya dalam berita Cina, disebut dengan Shih-lo-
fo-shih atau Fo-shih, sedangkan dari berita Arab Sriwijaya
disebut dengan Zabag/Zabay atau Sribuza. Dari berita-
berita Arab dijelaskan tentang kekuasaan dan kebesaran
serta kekayaan Sriwijaya.
KONDISI POLITIK
Sriwijaya melakukan Perluasan wilayah dengan menguasai Tulang
Bawang (Lampung), Kedah, Pulau Bangka, Jambi, Tanah Genting
Kra dan Jawa (Kaling dan Mataram Kuno). Dengan demikian,
Kerajaan Sriwijaya bukan lagi merupakan kerajaan senusa
(kerajaan yang berkuasa atas satu pulau saja) melainkan
merupakan negara antarnusa (negara yang berkuasa atas beberapa
pulau) sehingga Sriwijaya merupakan negara nasional pertama di
Indonesia.
Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada masa
Balaputra Dewa. Raja ini mengadakan hubungan persahabatan
dengan Raja Dewapala Dewa dari India. Dalam Prasasti Nalanda
disebutkan bahwa Raja Dewapala Dewa menghadiahkan sebidang
tanah untuk mendirikan sebuah biara untuk para pendeta
Sriwijaya yang belajar agama Buddha di India. Selain itu, dalam
Prasasti Nalanda juga disebutkan bahwa adanya silsilah Raja
Balaputra Dewa dan dengan tegas menunjukkan bahwa Raja
Syailendra (Darrarindra) merupakan nenek moyangnya.
Menurut sumber berita Cina yang ditulis oleh I-Tsing
dinyatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7
M. Berdasarkan Prasasti Ligor, pusat pemerintahan Sriwijaya
di Muara Takus, yang kemudian dipindahkan ke Palembang.
Kerajaan Sriwijaya kemudian muncul sebagai kerajaan besar
di Asia Tenggara.
Faktor- yang mendorong Sriwijaya muncul menjadi kerajaan
besar adalah sebagai berikut :
a) Letaknya yang sangat strategis di jalur perdagangan.
b) Kemajuan pelayaran dan perdagangan antara Cina dan India
melalui Asia Tenggara.
c) Runtuhnya Kerajaan Funan di Indocina. Dengan runtuhnya
Funan memberikan kesempatan kepada Sriwijaya untuk
berkembang sebagai negara maritim menggantikan Funan.
d) Sriwijaya mempunyai kemampuan untuk melindungi
pelayaran dan perdagangan di perairan Asia Tenggara dan
memaksanya singgah di pelabuhan-pelabuhan.
Peta wilayah Kerajaan Sriwijaya
STRUKTUR PEMERINTAHAN
Kekuasaan tertinggi di Kerajaan Sriwijaya dipegang oleh
raja. Untuk menjadi raja, ada tiga persyaratan yaitu:
1) Samraj, artinya berdaulat atas rakyatnya.
2) Indratvam, artinya memerintah seperti Dewa Indra yang
selalu memberikan kesejahteraan pada rakyatnya.
3) Ekachattra. Eka berarti satu dan chattra berarti payung.
Kata ini bermakna mampu memayungi (melindungi)
seluruh rakyatnya.
Penyamaan raja dengan Dewa Indra menunjukkan raja
di Sriwijaya memiliki kekuasaan yang bersifat
transenden. Belum diketahui secara jelas bagaimana
struktur pemerintahan di bawah raja. Salah satu
pembantunya yang disebut secara jelas hanya senapati
yang bertugas sebagai panglima perang.
FAKTOR KEMUNDURAN SRIWIJAYA
1. serangan dari kerajaan lain.
- Serangan Raja Dharmawangsa dari Medang, Jatim
tahun 990 M. pada waktu itu raja Sriwijaya adalah
Sri Sudarmaniwarnadewa. Walaupun serangan
tersebut gagal tetapi dapat melemahkan Sriwijaya.
- Serangan dari kerajaan Colamandele (India Selatan)
terjadi pada masa pemerintahan Sri
Sangramawijayatunggawarman pada tahun 1023
dan tahun 1030 dan raja Sriwijaya ditawan.
- Keruntuhan Sriwijaya terjadi pada tahun 1477
ketika Majapahit mengirimkan tentaranya untuk
menaklukan Sumatra termasuk Sriwijaya.
2. Pelabuhan-pelabuhan strategis lepas dari
Sriwijaya
3. Perkembangan kerajaan-kerajaan sekitar.
Candi Gumpung Muarojambi

Anda mungkin juga menyukai