Halaman | 2
Prasasti yang ditulis dalam aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno dipahatkan
pada sebuah batu yang berbentuk tugu bersegi-segi dengan ukuran tinggi 177 cm, lebar 32
cm pada bagian dasar, dan 19 cm pada bagian puncak ditemukan di pesisir Barat Pulau
Bangka, dinamakan Prasasti Kota Kapur karna sesuai dengan Tempat di temukan nya yaitu
di dusun kecil di Pesisir barat Pulau Bangka yang bernama kota Kapur. Prasasti yang
ditemukan oleh J.K Van Der Meulen pada bulan Desember 1892 dan di terjemahkan oleh
George Coedes orang yang sama yang telah menerjemahkan Prasasti Kedukan Bukit ini
berisi tentang Kutukan bagi siapapun yang memberontak kepada Sriwijaya serta berisi Hal
hal baik untuk yang setia kepada Sriwijaya, dalam Prasasti Kota Kapur ini juga jelas di
ucapkan tanggal 28 Februari 686 Bala tentara Sriwijaya berangkat untuk Menyerang Bumi
jawa yang tidak takluk kepada Sriwijaya
Tahun 718 M - Sri Indrawarman Raja Sriwijaya masuk islam
Hal ini di dasari oleh Surat yang dikirimkan Sri Indrawarman yang saat itu berstatus
sebagai Maharaja Sriwijaya kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari bani Umayyah. dalam
surat itu disebutkan dari seorang Maharaja, yang memiliki ribuan gajah, memiliki rempahrempah dan wewangian serta kapur barus, dengan kotanya yang dilalui oleh dua sungai
sekaligus untuk mengairi lahan pertanian mereka. Bersamaan dengan surat itu juga
dikirimkan Hadiah untuk Khalifah
Tahun 717-720 M - Surat kedua Ke Suriah meminta Da'i ke Sriwijaya
Surat kedua yang dikirimkan Raja Sriwijaya ini di dokumentasikan oleh Adb Rabbih dalam
karya Al-Iqdul farid. isi potongan surat tersebut berbunyi :
Dari Raja di raja... yang adalah keturunan seribu raja.. kepada Raja Arab yang tidak
menyekutukan tuhan-tuhan yang lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada Anda
hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda
persahabatan; dan saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat
mengajarkan Islam kepada saya, dan menjelaskan kepada saya hukum-hukumnya.
Halaman | 3
Halaman | 4
untusan Kerajaan Medang tiba di cina tahun 992 M, dikirim setelah Dharmawangsa berhasil
menaklukkan Sriwijaya.
Tahun 1006 / 1016 - Wafatnya Dharmawangsa Teguh
dalam Prasasti Pucangan disebutkan sebuah peristiwa Mahapralaya yaitu peristiwa
hancurnya Kerajaan Medang. Tentara Aji Wurawari dari Lwaram yang di perkirakan sekutu
Sriwijaya menyerang Istana raja Dharmawangsa Teguh di Wwatan. Dharmawangsa Teguh
meninggal pada peristiwa tersebut.
Tahun 1003 M - Sri Cudamaniwarmadewa
keterangan ini di dapat dari sebuah manuskrip nepal pada abad ke 11 yang memuji negara
Sriwijaya sebagai pusat kegiatan utama agama budha, dan memiliki area indah
lokananantha di sriwayapura. Dan sebuah kronik
Tibet yang ditulis pada abad ke 11 bernama durbodhaloka menyebutkan pula nama
maharaja sri Cudamanirwarman dari sriwijayanagara di suwardawipa.
Tahun 1008 M - Sri Mara-Vijayottunggawarman
Penemuan Prasasti Leiden yang tertulis pada lempengan tembaga berangka tahun 1005
yang terdiri dari bahasa Sansekerta dan berbahasa Tamil. sesuai dengan tempat di
temukan nya yaitu di KITLV Leiden, Belanda. maka Prasasti ini dinamakan Prasasti Leiden.
Nama Sri Mara-Vihayottunggawarman di sebutkan dalam Prasasti Leiden sebagai anak dari
Sri Cudamaniwarmadewa yang memiliki hubungan baik dengan dinasti Chola dari Tamil,
selatan India
Terjemahan Prasasti Leiden :
Raja Sriwijaya, Sri Mara-Vijayottunggawarman putra Sri Cudamani Warmadewa di Kataha
telah membangun sebuah vihara yang dinamakan dengan Vihara Culamanivarmma
Tahun 1025 M - Kehancuran Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya Hancur Diserang oleh Rajendra Chola dari Kerajaan Chola serangan Rajendra
Chola I dari Koromandel India selatan, didasarkan pada bait akhir prasasti Tanjoreyang
menceritakan tentang penaklukan yang dilakukan Kerajaan Chola atas beberapa kawasan
termasuk beberapa kawasan di nusantara serta penawanan raja SangramaVijayottunggawarman dari Sriwijaya.
Halaman | 5