Wink Biografi, Biografi Indonesia, Biografi Tokoh, Pahlawan Nasional, Sejarah, Tokoh Pemimpin
Biografi Sultan Hasanuddin. Nama Sultan Hasanuddin dikenal sebagai nama pahlawan Indonesia
yang berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan. Beliau dikenal sebagai penguasa kerajaan islam
Gowa yang ketika itu menguasai jalur perdagangan perdagangan wilayah timur Indonesia. Sultan
Hasanuddin bahkan membawa kerajaan Islam Gowa mencapai puncak kejayaannya pada abad ke
16 sebagai salah satu kerajaan terbesar di bagian timur ketika itu.
Selain bimbingan dari ayahnya, Sultan Hasanuddin mendapat bimbingan mengenai pemerintahan
melalui Karaeng Pattingaloang, seorang Mangkubumi kerajaan Gowa. Beliau juga merupakan guru dari Arung
Palakka, yang merupakan raja Bone.
Author Pick:
Biografi dan Profil Sultan Ageng Tirtayasa - Pahlawan Nasional Dari Banten
Biografi dan Profil Wolter Monginsidi - Kisah Patriotik Pahlawan Nasional
Biografi dan Profil Yos Sudarso - Kisah Pahlawan Nasional Indonesia
VOC Belanda sedang berusahan melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah melihat Sultan
Hasanuddin dan kerajaan Gowa sebagai penghalang mereka. Orang Makassar dapat dengan leluasa ke Maluku
untuk membeli rempah-rempah. Hal inilah yang menyebabkan Belanda tidak suka.
Tak ada cara lain yang dapat ditempuh oleh Belanda selain menghancurkan kerajaan Gowa yang dianggap
mengganggu mereka. Di lain pihak, setelah Sultan Hasanuddin naik takhta, ia berusaha menggabungkan
kekuatan kerajaan-kerajaan kecil di Indonesia bagian timur untuk melawan Kompeni Belanda. Peperangan
antara VOC dan Kerajaan Gowa (Sultan Hasanuddin) dimulai pada tahun 1660.
Pada peperangan tersebut, Panglima Bone, Tobala akhirnya tewas tetapi Arung Palakka berhasil meloloskan
diri bahkan kerajaan Gowa mencarinya hingga ke Buton. Perang tersebut berakhir dengan perdamaian.
Berbagai peperangan kemudian perdamaian dilakukan.
Akan tetapi, perjanjian damai tersebut tidak berlangsung lama karena Sultan Hasanuddin yang merasa
dirugikan kemudian menyerang dan merompak dua kapal Belanda , yaitu de Walvis dan Leeuwin. Belanda pun
marah besar.
Arung Palakka yang dari tahun 1663 berlayar dan menetap di Batavia menghindari kejaran kerajaan Gowa
kemudian membantu VOC dalam mengalahkan kerajaaan Gowa yang ketika itu dipimpin oleh Sang Ayam
Jantan dari Timur, Sultan Hasanuddin.
VOC Belanda mengirimkan armada perangnya yang besar yang dipimpin oleh Cornelis Speelman. Ia
dibantu oleh Kapiten Jonker dan pasukan bersenjatanya dari Maluku serta Arung Palakka, penguasa Kerajaan
Bone yang ketika itu mengirimkan 400 orang sehingga total pasukan berjumlah 1000 orang yang diangkut 21
kapal perang bertolak dari Batavia menuju kerajaan Gowa pada bulan November 1966.
Perang besar kemudian terjadi antara Kerajaan Gowa melawan Belanda yang dibantu oleh Arung Palakka dari
Bone. Sultan Hasanuddin akhirnya terdesak dan akhirnya sepakat untuk menandatangani perjanjian paling
terkenal yaitu Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667.
Pada tanggal 12 April 1668, Sultan Hasanuddin kembali melakukan serangan terhadap Belanda. Namun karena
Belanda sudah kuat maka Benteng Sombaopu yang merupakan pertahanan terakhir Kerajaan Gowa berhasil
dikuasai Belanda. Yang akhirnya membuat Sultan Hasanuddin mengakui kekuasaan Belanda.
Makam Sultan
Hasanuddin
Sultan Hasanuddin Wafat
Walaupun begitu, Hingga akhir hidupnya, Sultan Hasanuddin tetap tidak mau bekerjasama dengan Belanda.
Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan diri dari takhta kerajaan Gowa dan wafat pada tanggal 12 Juni
1670. Dan dimakamkan di kompleks pemakaman raja-raja Gowa di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
I Bate Daeng Tommi, I Mami Daeng Sangnging, I Daeng Talele dan I Hatijah I Lo'mo Tobo merupakan nama-
nama dari Istri Sultan Hasanuddin. Ketika beliau wafat, beliau digantikan oleh I Mappasomba Daeng Nguraga
atau dikenal dengan Sultan Amir Hamzah yang merupakan anak dari Sultan Hasanuddin, selain anak bernama
Sultan Muhammad Ali dan karaeng Galesong.
Perjuangan melawan Belanda selanjutnya dilaukan oleh Karaeng Galesong yang berlayar hingga ke Jawa
membantu perlawanan dari Trunojoyo dan Sultan Ageng Tirtayasa di Banten melawan Belanda.
Untuk Menghormati jasa-jasanya, Pemerintah Indonesia kemudian menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional
kepada Sultan Hasanuddin dengan SK Presiden Ri No 087/TK/1973. Nama Sultan Hasanuddin juga
diabadikan sebagai nama Bandar Udara di Makassar yakni Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin,
selain itu namanya juga dipakai sebagai nama Universitas Negeri di Makassar yakni Universitas Hasanuddin
dan menjadi nama jalan di berbagai daerah. Biografiku.com
Advertisement